Mata kuliah: Biologi Sel Molekuler Kelompok 1 1. 2. 3. 4. 5. Aini Suryaningsih Ruly Hendarli Ryan Ardiansyah Suci Lestari Yanthi S
A. Permasalahan Memasuki abad ke 21, buku teks biologi dan latihan laboratorium kelas memanfaatkan teknologi tinggi seperti gambar mikroskop (mikrograf) dalam konsep pengajaran biologi yang sangat penting mulai dari sitologi hingga sistematika. Sampai sepertiga dari total halaman dalam teks pengantar biologi dialokasikan untuk grafik (Frazier, 1991). Namun, penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa biologi sering memotong mikrograf ke dalam buku pelajaran mereka, karena lebih sering menemukan mikrograf dalam buku pelajaran, namun jarang diuji pada ujian atau praktikum biologi (Frazier, 1991: Nist dan Kirby,1989). Novak dan Gowin (1984) berpendapat bahwa untuk belajar bermakna, individu harus memilih gambar yang sesuai untuk menghubungkan pengetahuan baru dengan konsep yang relevan sesuai proposisi pengetahuan mereka sebelumnya, maka kita harus memilih dan berusaha untuk menjembatani kesenjangan antara pengetahuan siswa saat ini dengan pengetahuan belajar sesungguhnya. Penelitian terbaru oleh Chan, Burtis, Scardamalia dan Bereiter (1992) belajar dari teks seperti ini dapat mendukung pelajar untuk lebih aktif. Pengetahuan awal siswa adalah variabel penting, tetapi aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran memiliki pengaruh langsung dan signifikan terhadap belajar. Kehidupan dunia mikro, dengan benda-benda mikro yang rumit dan ultrastruktur, bukan merupakan pengalaman sehari-hari siswa (Burgess, Marten dan Taylor, 1987; Wandersee, 1981 dan 1986). Ekstrapolasi pengetahuan tentang dunia makro ke dunia mikro jarang membantu siswa lebih banyak. Siswa sering tidak melihat atau tidak mengenali struktur diskrit dalam mikrograf dan mereka melaporkan bahwa mikrografi dengan kompleksitas visual membuat mereka sakit kepala. Selain itu, kita tahu dari penelitian konsepsi alternatif bahwa siswa sering mengabaikan apa yang mereka tidak bisa langsung amati, sebagai hal yang tidak ada, seolah-olah itu hanya sesuatu yang harus diteliti ilmuwan saja (Mintzes, Trowbridge, arnaudin dan Wandersee, 1991). Tampaknya ada ketidaksesuaian yang signifikan antara praktek pedagogis saat ini dan isi mikro berbasis biologi, ketidakcocokan yang menghambat atau menghalangi pembelajaran bermakna pada topik tersebut. Siswa cukup kesulitan
memahami gambar yang mereka lihat dengan mikroskop laboratorium bangku mereka, apalagi gambar yang berasal dari sistem pencitraan khusus penelitian biologi (misalnya, mikroskop elektron scanning [SEM], mikroskop elektron transmisi [TEM], dan mikroskop komputer-cahaya ditingkatkan [CELM]). Shulman (1987) mengklaim bahwa konten pengetahuan dan pengetahuan pedagogi harus terjalin dalam mengajar untuk menciptakan jenis baru dari pengetahuan. Pendidikan biologi membutuhkan pedagogi tinggi dalam
mengajarkan mikroskop, dan harus mencoba untuk memulai membangun beberapa proposisi menonjol dan strategi pengajaran yang sesuai. Hoz, Tomer, dan Tamirs (1990) memperingatkan bahwa konten pengetahuan pedagogis (PCK) dalam biologi sulit untuk menetapkan dan menjelaskannya karena sering pengetahuan itu dibangun oleh guru sendiri.
Penemuan Mikroskop Istilah mikroskop berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata micron yang berarti kecil dan scopos yang artinya melihat. Dari dua pengertian tersebut, mikroskop dapat diartikan sebagai alat yang dibuat atau dipergunakan untuk melihat secara detail obyek yang terlalu kecil apabila dilihat oleh mata telanjang dalam jarak yang dekat. Seorang berkebangsaan Belanda bernama Antony Van Leeuwenhoek (1632-1723) terus mengembangkan pembesaran mikroskopis. Leewenhoek menggunakan mikroskopnya yang sangat sederhana untuk mengamati air sungai, air hujan, air ludah, feses dan sebagainya.. Penemuan ini membuatnya lebih antusias dalam mengamati benda-benda kecil dengan lebih meningkatkan mikroskopnya. Penemuan-penemuan tersebut membuat dunia sadar akan adanya bentuk kehidupan yang sangat kecil yang akhirnya melahirkan ilmu mikrobiologi.
1. Mikroskop Cahaya Keterbatasan pada mikroskop Leeuwenhoek adalah pada kekuatan lensa cembung yang digunakan. Untuk mengatasinya digunakan lensa tambahan yang diletakkan persis di depan mata pengamat yang disebut eyepiece, yang merupakan dasar dari pengembangan mikroskop modern yang kemudian disebut mikroskop cahaya atau Light Microscope (LM).
Pada pengembangan selanjutnya diketahui bahwa kemampuan lensa cembung untuk memberikan resolusi tinggi sudah sampai pada batasnya, meskipun kualitas dan jumlah lensanya telah ditingkatkan. Hal ini belum memuaskan peneliti pada masa itu, sehingga pencarian akan mode baru akan mikroskop terus dilakukan.
2. Mikroskop Elektron Pada tahun 1920 ditemukan suatu fenomena di mana elektron yang dipercepat dalam suatu kolom elektromagnet, dalam suasana hampa udara (vakum) berkarakter seperti cahaya, dengan panjang gelombang yang 100.000 kali lebih kecil dari cahaya. Selanjutnya ditemukan juga bahwa medan listrik dan medan magnet dapat berperan sebagai lensa dan cermin terdapat elektron seperti pada lensa gelas dalam mikroskop cahaya. Untuk melihat benda berukuran di bawah 200 nanometer, diperlukan mikroskop dengan panjang gelombang pendek. Dari ide inilah, di tahun 1932 mikroskop elektron semakin berkembang lagi. Sebagaimana namanya, mikroskop elektron menggunakan sinar elektron yang panjang gelombangnya lebih pendek dari cahaya. Karena itu, mikroskop elektron mempunyai kemampuan pembesaran
obyek (resolusi) yang lebih tinggi dibanding mikroskop optik. Mikroskop elektron mampu pembesaran objek sampai 2 juta kali, yang menggunakan elektrostatik dan elektromagnetik untuk mengontrol pencahayaan dan tampilan gambar serta memiliki kemampuan pembesaran objek serta resolusi yang jauh lebih bagus daripada mikroskop cahaya. Mikroskop elektron ini menggunakan jauh lebih banyak energi dan radiasi elektromagnetik yang lebih pendek dibandingkan mikroskop cahaya. Sebenarnya, dalam fungsi pembesaran obyek, mikroskop elektron juga menggunakan lensa, namun bukan berasal dari jenis gelas sebagaimana pada mikroskop optik, tetapi dari jenis magnet. Sifat medan magnet ini bisa mengontrol dan mempengaruhi elektron yang melaluinya, sehingga bisa berfungsi menggantikan sifat lensa pada mikroskop optik. Kekhususan lain dari mikroskop elektron ini adalah pengamatan obyek dalam kondisi hampa udara (vacuum). Hal ini dilakukan karena sinar elektron akan terhambat alirannya bila menumbuk molekul-molekul yang ada di udara normal. Dengan membuat ruang pengamatan obyek berkondisi vacuum, tumbukan elektron-molekul bisa terhindarkan. Mikroskop elektron mempunyai dua tipe, yaitu Transmission Electron Microscope (TEM) dan Scanning Electron Microscope (SEM). Mikroskop tipe TEM dapat digunakan untuk mengamati struktur detail internal sel dan hasil pengamatan tampak secara dua dimensi. Sedangkan mikroskop elektron tipe SEM digunakan untuk mengamati detail arsitektur permukaan sel dan obyek yang diamati terlihat secara tiga dimensi.
2.1 Transmission Electron Microscope (TEM) Secara sederhana Transmission Electron Microscope merupakan sebuah mikroskop elektron yang kerjanya mirip dengan cara kerja proyektor slide,
dimana elektron ditembuskan ke dalam objek pengamatan dan pengamat mengamati hasil tembusannya pada layar.
Transmission Electron Microscope (TEM) 1: Electronencannon di bagian paling atas. 2. Lensa elektromagnetik untuk memfokuskan sinar elektron di dalam tabung. 3: Sistem pemompa udara vacuum. 4: Tempat untuk memasukkan sampel yang akan diamati dalam ruang vaccum. 5: Tombol pengoperasian (kiri untuk kesejajaran/kelurusan, kanan untuk perbesaran dan fokus, tanda panah untuk posisi objek di dalam ruangan). 6: Layar untuk menunjukkan gambar. 7: Water supply untuk mendinginkan peralatan.
Kekurangan TEM adalah persiapan sampel untuk TEM umumnya memerlukan lebih banyak waktu dan pengalaman. Sebuah spesimen TEM tebalnya harus mendekati 1000. Sampel yang ingin diamati harus tipis, ini lah yang membuat analisis TEM relatif memakan waktu, terutama dalam peletakan sampel yang kecil. Struktur sampel juga mungkin berubah selama proses persiapan. Bidang pandang relatif kecil, meningkatkan kemungkinan bahwa daerah dianalisis mungkin tidak menjadi ciri khas dari seluruh sampel serta ada potensi pula sampel rusak oleh berkas elektron. Agar pengamat dapat mengamati preparat dengan baik, diperlukan persiapan sediaan dengan tahap sebagai berikut : 1. Melakukan fiksasi, yang bertujuan untuk mematikan sel tanpa mengubah struktur sel yang akan diamati. Fiksasi dapat dilakukan dengan menggunakan senyawa glutaraldehida atau osmium tetroksida. 2. Pembuatan sayatan, yang bertujuan untuk memotong sayatan hingga setipis mungkin agar mudah diamati di bawah mikroskop. Preparat dilapisi dengan monomer resin melalui proses pemanasan, kemudian dilanjutkan dengan pemotongan menggunakan mikrotom. Umumnya mata pisau mikrotom terbuat dari berlian karena berlian tersusun dari atom karbon yang padat. Oleh
karena itu, sayatan yang terbentuk lebih rapi. Sayatan yang telah terbentuk diletakkan di atas cincin berpetak untuk diamati. 3. Pelapisan/pewarnaan, bertujuan untuk memperbesar kontras antara preparat yang akan diamati dengan lingkungan sekitarnya. Pelapisan/pewarnaan dapat menggunakan logam berat seperti uranium dan timbal.
2.2 Scanning Electron Microscope (SEM) SEM merupakan sebuah mikroskop elektron yang digunakan untuk melihat arsitektur permukaan sel (atau struktur jasad renik lainnya), dan objek diamati terlihat secara tiga dimensi. Prinsip kerja SEM berbeda dengan mikroskop optik dan TEM. Prinsip kerja SEM, yaitu: 1. Sebuah pistol elektron memproduksi sinar elektron dan dipercepat dengan anoda. 2. Lensa magnetik memfokuskan elektron menuju ke sampel. 3. Sinar elektron yang terfokus memindai (scan) keseluruhan sampel dengan diarahkan oleh koil pemindai. 4. Ketika elektron mengenai sampel maka sampel akan mengeluarkan elektron baru yang akan diterima oleh detektor dan dikirim ke monitor (CRT). .
Untuk mendapatkan sediaan yang baik, maka diperlukan persiapan sediaan khusus untuk mikroskop SEM, melalui teknik bayangan logam. Teknik bayangan logam adalah teknik SEM yang digunakan untuk memberikan gambar tiga dimensi yang biasanya digunakan untuk mempelajari bentuk virus dan bakteri. Spesimen dilapisi dengan logam berat seperti emas atau palladium yang umumnya mengendap di sudut spesimen sehingga menciptakan bayangan specimen Perbedaan mendasar dari TEM dan SEM adalah sampel TEM sangat tipis sehingga elektron dapat menembusnya kemudian hasil dari tembusan elektron tersebut yang diolah menjadi gambar sedangkan sampel SEM tidak perlu ditipiskan sehingga tidak ditembus elektron. Maka pada SEM hanya pendaran hasil dari tumbukan elektron dengan sampel yang ditangkap oleh detektor dan diolah. Mikroskop tipe SEM memiliki beberapa kelemahan yaitu: sediaan memerlukan kondisi vakum dalam proses pengamatannya, pengamatan yang dilakukan hanya menganalisa permukaan sel saja, resolusi SEM lebih rendah dari TEM dan sampel harus bahan yang konduktif, jika tidak konduktor maka perlu dilapis logam seperti emas. Apabila kita ingin membandingkan susunan penyusun pada mikroskop cahaya dan mikroskop elektron, maka terlihat sebagai berikut:
Tetapi jika kita ingin membandingkan hasil pengamatan objek dari mikroskop cahaya dan mikroskop elektron, maka terlihat sebagai berikut:
Dengan mikroskop elektron yang mempunyai perbesaran lebih dari 10.000X, kita dapat melihat objek mikroskop dengan lebih detail. Perkembangan mikroskop ini mendorong berbagai penemuan di bidang biologi, seperti penemuan sel, bakteri, dan partikel mikroskopis yang akan dipelajari berikut yaitu virus. Penemuan virus melalui perjalanan panjang dan melibatkan penelitian dari banyak ilmuwan.
3. Mikroskop dan Teknologi Nano Sejak sekitar tahun 1970-an, telah dikembangkan mikroskop baru yang mempunyai resolusi tinggi baik secara horizontal maupun secara vertikal, yang dikenal dengan Scanning Probe Microscope (SPM). SPM mempunyai prinsip kerja yang berbeda dari SEM maupun TEM dan merupakan generasi baru dari tipe mikroskop scan. Mikroskop yang sekarang dikenal mempunyai tipe ini adalah Scanning Tunneling Microscope (STM), Atomic Force Microscope (AFM) dan Scanning Near-Fieldoptical Microscope (SNOM). Sampai hari ini telah berhasil dikembangkan mikroskop dengan teknologi nano, yaitu teknologi yang berbasis pada struktur benda berukuran nanometer (satu nanometer = sepermilyar meter). Tentu yang dimaksud di sini bukanlah mikroskop biasa, tetapi mikroskop yang mempunyai tingkat ketelitian (resolusi) tinggi untuk melihat struktur berukuran nano meter.
C. Pembuatan Preparat Mikroskopis Untuk keperluan pengamatan mikroskopis dilakukan serangkaian produser pembuatan preparat mikroskopis. Biasanya bahan yang hendak diamati diiris sangat tipis untuk memperoleh preparat basah secara langsung. Untuk tujuantujuan yang berbeda dilakukan pewarnaan spesifik tergantung bagian sub-seluler tertentu yang hendak diamati. Pada dewasa ini berbagai teknik pembuatan preparat telah dikembangkan para ahli mikroteknik, sehingga aneka prosedur untuk aneka tujuan khusus dapat diikuti, baik untuk preparat mikroskop cahaya maupun mikroskop elektron. 1. a. Pembuatan Preparat untuk Mikroskop Cahaya Fiksasi Usaha menghentikan kegiatan sel tanpa merusak isi sel yang bertujuan untuk pengawetan dan menambah kejernihan pengamatan yang biasa
dipergunakan sebagai fiksatif adalah alkohol dan asam asetat yang bertindak sebagai koagulan. Formaldehida dan gluteraldehida menambahkan ikatan kovalen yang menyebabkan molekul menjadi stabil di dalam sel dengan atau sedikit koagulasi. Terkadang aldehida ini juga memfiksasi molekul tanpa merusak aktivitas protein atau DNA. b. Pengirisan Bertujuan untuk memperoleh irisan yang tipis dan transparan agar terlihat dengan jernih di bawah mikroskop. Untuk keperluan ini, preparat dipindahkan dari medium fiksatif alkohol ke aseton agar mengalami dehidrasi. Setelah itu, preparat dicelupkan dalam blok paraffin atau plastik. Blok itu kemudian diiris tipis dengan pisau mikrotom sehingga didapatkan preparat dengan ketebalan 10 m atau kurang. c. Oles Tipis Beberapa preparat tidak harus diiris tipis, misalnya sel-sel darah, sel yang terdapat tidak kompak dalam cairan seperti spermatozoan, dan lain-lain. Untuk preparat seperti ini cukup dioleskan dan dilengketkan di atas gelas benda kemudian diberi pewarnaan. Preparat oles tipis juga digunakan pada jaringan tumbuhan untuk tujuan tertentu, misalnya mengamati kromosom pada saat pembelahan.
10
d. Pewarnaan Pemberian warna pada sel atau komponen subseluler agar lebih memberikan warna kontras pada pengamatan. Zat pewarna yang dipilih harus spesifik sesuai dengan tujuan pengamatan. Kromosom misalnya akan terwarnai dengan baik oleh asam orsein dan asam karmin.
2.
Pembuatan Preparat untuk Mikroskop Elektron Persyaratan yang sangat penting untuk preparat mikroskop elektron adalah
preparat harus tipis, kering, dan tidak mengandung air atau zat volatil lainnya. Oleh karena ketiga persyaratan itu dirakit di dalam pembuatan preparat awetan untuk mikroskop elektron. a. Fiksasi Untuk menghasilkan preparat yang tipis mula-mula jaringan difiksasi dengan menempatkan jaringan dalam medium osmium tetroksida (zat fiksatif sekaligus pewarna untuk preparat mikroskop elektron), formaldehida atau gluteraldehida digunakan baik tunggal atau berkombinasi. b. Dehidrasi Upaya mengeluarkan air dari bahan preparat dengan cara memindahkannya dalam medium aseton secara bertahap. c. Pencelupan dalam Medium Plastik
d. Pengirisan dengan mikrotom gelas atau intan e. Pewarnaan Pewarnaannya menggunakan garam logam berat antara lain osmium tetroksida, uranil asetat, dan timbal sistrat.
D. Himbauan Pedagogis yang Lebih Khusus Berdasarkan Hasil Penelitian 1. Membedakan antara Resolusi dan Pembesaran Para ahli mikrobiologi diberi kesempatan untuk mengamati organisme yang berukuran sangat kecil dengan menggunakan mikroskop dengan memanfaatkan kemampuan mikroskop untuk memperbesar gambar objek yang diamati. Ternyata semakin canggih mikroskopnya, kemampuan memperbesar harus diikuti dengan daya resolusi yang tinggi sebab perbesaran saja akan menghasilkan gambar yang
11
pecah (blur). Ketika mencapai perbesaran tertentu, ukuran spesimen akan sama seperti gambar pada cakram. Namun, perbesaran lebih lanjut tidak akan menambah kualitas gambar. Mikroskop elektron menggunakan manfaat berkas elektron pada berkas cahaya untuk membentuk gambar pada mikroskop. Jadi setiap tampilan gambar hasil pemotretan dengan menggunakan mikroskop elektron akan selalu didampingi dengan keterangan mengenai perbesaran dan resolusinya.
2. Pentingnya Menunjukkan Contoh dan Non-Contoh Teori belajar bermakna (Novak, 1977; Cheng,Holyoak, Nisbett, &Olivr, 1986; Gick & Holyoak, 1983) menekankan pentingnya contoh dari setiap konsep yang diajarkan. Contoh ini akan membantu siswa memahami konteks dari konsep. Jadi sebaiknya guru memperlihatkan bagaimana gambar dari objek yang dilihat menggunakan mikroskop cahaya dan mikroskop elektron dengan menggunakan daya resolusi dan perbesaran yang berbeda.
3. Kegiatan Sederhana yang Bisa Membedakan Resolusi dan Pembesaran Salah satu contoh kegiatan yang dapat membantu siswa membedakan resolusi dengan pembesaran adalah sebagai berikut: a). Gunting tulisan di surat kabar seluas 2x4 atau bulatan dengan diameter 8cm, foto tulisan surat kabar tersebut dengan perbesaran 2x dengan menggunakan kaca pembesar. Kemudian siswa akan melihat bahwa foto tersebut agak buram. Mintalah siswa memikirkan cara untuk mengurangi keburaman gambar, kemudian mencatatnya. b). Dengan menggunakan potongan surat kabar yang sama dan perbesaran yang sama (2x), tapi jarak kaca pembesar diatur menjadi 10 cm dari objek. Selanjutnya siswa diminta membandingkan fotonya dengan foto sebelumnya. c). Mintalah siswa menggerakkan kaca pembesar perlahan sehingga objek yang terlihat masih jelas dan catat pada jarak berapa objek menjadi tak terlihat lagi
12
d). Mintalah siswa membuat laporan yang diakhiri dengan kesimpulan tentang hubungan antara perbesaran dan resolusi
4.
Menggunakan
Mikroskop
Bermonitor
untuk
Membantu
Siswa
Menjelajahi Dunia Mikro Penggunaan mikroskop bermonitor memungkinkan siswa mengamati lebih jelas dan melihat bagaimana dampak dari setiap stimulasi yang dilakukan oleh pengguna mikroskop sehingga siswa mengerti bagaimana cara mendapatkan gambar objek yang baik dengan cara menstimulasi mikroskop. 5. Penggunaan small-multiple grafis dan analogi tekstual untuk mengajar dengan mikrograf teknologi tinggi Edward R Tufte (1983) menemukan istilah small-multiple untuk menunjukkan data berbasis beberapa gambar kecil yang ditampilkan dalam satu halaman, sehingga jika kita memahami dari satu data, maka kita akan memiliki kemampuan lebih cepat memahami data yang lain. Esensi dari small-multiple adalah perbandingan beberapa set data. Dalam mengajarkan perbedaan prokariot atau eukariot, terdapat penelitian yang menggunakan desain grafis baru yaitu gambar-gambar kecil mikrograf disusun secara vertikal dan mengapit teks narasi sebagai pengganti dari teks biologi tradisional teks penjelasan diletakkan di bawah contoh gambar. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat desain grafis baru ini yaitu teks harus melibatkan pembaca dalam analisis gambar, teks mudah dipahami, dan terdapat contoh dari masing-masing jenis sel (prokariota, eukariot) sehingga pembaca mudah dalam pembentukan konsep. Teks yang diapit oleh mikrograf, merupakan teks yang menganalogikan sel-organel sel sebagai kota-bagian kota yang memiliki fungsi dan struktur. Seluruh halaman dirancang untuk perbandingan visual, memandu persepsi, dan membuat makna dari perbedaan yang tampak (Wandersee, 1992b). Penjelasan perbedaan prokariot dan eukariot pun diatur dari ada ke tidak adanya membran inti sel, dimulai dengan eukariot (terbalik, tidak seperti urutan perbedaan prokariot/eukariot yang biasanya diajarkan). Hal ini dilakukan karena mata akan lebih mudah menemukan sesuatu
13
yang ada dalam gambar daripada melihat sesuatu yang tidak (Hearst, 1991). Hasilnya desain baru gambar-gambar kecil mikrograf disusun secara vertikal dan mengapit teks narasi tidak hanya lebih efektif dalam mengajarkan konsep dan prinsip-prinsip yang ditargetkan, juga meningkatkan jumlah ketertarikan siswa menghabiskan waktu untuk melihat gambar berteknologi tinggi yang menyertai teks biologi (Wanderse, 1992a). Meskipun kelompok kontrol menggunakan halaman teks pengantar biologi yang memperkenalkan konsep yang sama, peneliti menemukan bahwa teks yang dituliskan di bawah gambar mikrograf kurang bermanfaat untuk siswa dibandingkan menggunakan set small-multiple mikrograf yg terintegrasi dengan teks. Berdasarkan hasil tes persepsi visual (Wandersee, 1992a), hanya 37 persen dari perempuan dan 42 persen dari laki-laki pada kelompok kontrol dapat menemukan inti sel dari lima mikrograf sel eukariotik, namun dalam kelompok eksperimen yang bisa menemukannya hanya 46 persen dari perempuan dan 69 persen dari laki-laki (N = 237).
Eukaryotic Cells
The cell as a community The two groups of fotographs on this page represent one of the most basic divisions of teh life-cells with and cell without a nucleus. This division is so sharp that many biologists can recognize a cell aas one type or another at a glance. Can you notice the differences?
All living organisms, including the simplest cell, can be regarded as communities. Like human communities, cell may vary in be thought of a large city. Cities are divided into areas that perform specific functions like fire departements, power plants, water systems, and communication systems. In genaral, these cell are large and have distinct part called organelles (little organs). Each type of organelle has a spesific function for the cell as each area in the city has a specific function. You can see these organelles as distinct bodies in the pictures on the left. The largest of these organelles is a nucleus, which appears as a dark area with smaller dots within in. Can you find the nucleus in each picture on the left? The presence of this nucleus gives this type of cell its name, eukaryotic (eu=true and karyon=kernel [nucleus] in Greek) Each cell on the right can be thought of as a small town. In small towns, many people have more than one job in the community and there is less division of labor into specific areas. In general, these cells are small, simple, and show fewer distinct bodies within the cell. Compare the cells on left with those on the right to see if you can detect this difference. The absence of the nucleus gives this type of cell its name, prokaryotic (pro=before and karyon=kernel [nucleus] in Greek) From the differences visible in these electron micrographs flow much of our understanding of the evolutionary history of life and some of the evidence for the 5 kingdoms into which we divide all life. Prokaryotic cells are found only in kingdom monera while eukaryotic cells are found in the four remaining kingdoms. To review, how does the story about cities and towns relate to one of the most basic divisions of life?
Prokaryotic Cells
Jika guru ingin siswa untuk mempelajari prokariota-eukariot secara bermakna, siswa harus banyak mempelajari mikrograf. Dengan mikrograf, guru harus membimbing siswa menggunakan metode ilmiah, perbedaan persepsi mendasar (Barlow, Blakemore dan Weston-Smith, 1990), dan untuk melihat pola di contoh (ada atau tidak adanya inti, ukuran relatif, tingkat rincian struktur mikro, dll) secara deskriptif sederhana. Setelah siswa dapat menemukan pola-pola ini, ia dapat membangun konsep dan mempelajari hubungan penting antara konsep-
14
konsep tersebut. Melalui persepsi, pembentukan konsep, pembentukan hubungan antara konsep, pengembangan dari pembentukan konsep akhirnya akan mengarah pada sitologi, prinsip sistematis, ekologi, dan evolusi berdasarkan perbedaan prokariota-eukariot (Wandersee, 1992a, hal.15). Godaan guru dalam mengajar adalah waktu, sehingga cara tercepat mengenalkan prokariot/eukariot kepada siswa adalah melalui kata-kata tanpa aktifitas pembentukan konsep dan interpretasi mikrograf yang sebenarnya, maka para siswa akan menggunakan strategi belajar menghafal. Ini sama saja seperti mengajarkan prokariot/eukariot pada siswa yang memiliki cacat visual (buta), yang melihat mikrograf melalui sentuhan. Hanya siswa yang melakukan kegiatan ilmiah dalam mengintepretasikan mikrograf untuk menemukan konsep
prokariot/eukariot saja, yang mendapatkan proses belajar bermakna. Bagaimana proses belajar tentang biologi sama pentingnya dengan apa yang kita pelajari tentang biologi. Belajar tidak hanya mengetahui konten biologi saja tetapi harus disertai dengan interpretasi data sehingga belajar menjadi sesuatu yang utuh.
15
DAFTAR PUSTAKA Fensham, Peter, Gunstone , Richard.,dan White, Richard. (1994). Chapter 12 :Making Hi-Tech Micrographs Meaningful to the Biology Student ( The Content of Science). The Falmer Press: London Hariono, Bambang. (----). Mikroskop Elektron. Kanisius. (online).
http://books.google.co.id (diakses tanggal 20 September 2012) Muslim, Choirul. 2003. Buku Bahan Ajar Biologi Molekuler Sel. Universitas Bengkulu: Bengkulu Pablo, Julian. Mikroskop. (online). http://matakuliahbiologi.blogspot.com/ 2012/04/prokariotik_17.html (diakses tanggal 20 September 2012)