Anda di halaman 1dari 13

LOGOTERAPI A.

Konsep Dasar Frankl menamakan terapinya dengan logoterapi, dari kata Yunani Logos, yang berarti pelajaran, kata, roh, Tuhan atau makna, sedangkan terapi adalah penyembuhan atau pengobatan. Logoterapi secara umum dapat digambarkan sebagai corak psikologi/psikiatri yang mengakui adanya dimensi kerohanian pada manusia disamping dimensi kerohanian pada manusia disamping dimensi ragawi dan kejiwaan, serta beranggapan bahwa makna hidup (the meaning of life) dan hasrat untuk hidup bermakna (the will of meaning) merupakan motivasi utama manusia guna meraih taraf kehidupan bermakna (the meaningful life) yang didambakannya. Sedangkan menurut Frued mempostulatkan kehendak terhadap kesenangan sebagai sumber segala dorongan dalam diri manusia, sementara Adler mempostulatkan kehendak untuk berkuasa. Adapun logoterapi mempostulatkan kehendak untuk makna sebagai sumber utama motivasi manusia. Frankl juga menggunakan kata Yunani lain, noos, yang berarti pikiran atau jiwa. Dalam psikologi tradisional, kita terlalu terfokus pada psikodinamik, yang menganggap manusia selalu berusaha mengatasi dan mengurangi ketegangan psikologis mereka. Menurut Frankl, kita seharusnya lebih

memperhatikan noodinamik, di mana ketegangan menjadi unsur penting bagi keseimbangan dan kesehatan jiwa, setidaknya jika ketegangan tersebut memiliki arti tersendiri bagi seseorang. Orang tetap menginginkan adanya ketegangan ketika mereka berusaha mencapai tujuan. Persoalan di masa masa awal kariernya sebagai fisikawan adalah bahaya reduksionisme. Sekolah sekolah kedokteran selalu menekankan gagasan bahwa segala sesuatunya dapat direduksi menjadi sebatas persoalan fisiologis. Psikologis pun juga mendukung gagasan reduksionisme ini. Pikiran seharusnya dipahami sebagai efek samping dari mekanisme kerja otak. Sementara sisi spiritual kehidupan manusia sama sekali tidak tersentuh. Kemudian bermaksud menyeimbangkan pandangan fisiologis dengan perspektif spiritual dan

menganggap hal ini sebagai langkah paling penting dalam mengembangkan terapi yang lebih efektif. Frankl mengatakan de neurotisasi kemanusiaan mensyaratkan adanya proses re-humanisasi psikoterapi . ( 1975,-hlm. 104 ). Hati Nurani Hati nurani adalah semacam spiritualitas alam bawah sadar, yang sangat berbeda dari insting insting alam bawah sadar seperti yang dikatakan Freud. Hati nurani bukan hanya sekedar salah satu faktor diantara bermacam macam faktor. Dia adalah inti dari keberadaan manusia dan merupakan sumber integritas personal kita. Dengan tegas dia menyatakan, menjadi manusia adalah menjadi bertanggung jawab bertanggung jawab secara eksistensial, bertanggung jawab terhadap keberadaannya sendiri di atas dunia. ( 1975, 26 ). Hati nurani adalah sesuatu yang sangat intuitif dan bersifat pribadi. Dia kembali pada seseorang yang riil yang berada pada situasi yang riil dan tidak bisa direduksi menjadi sebatas hukum universal. Hati nurani haruslah sesuatu yang hidup. Frankl mengartikan hati nurani sebagai pemahaman diri yang bersifat pra reflektif dan ontologism atau kearifan hati atau sesuatu yang lebih sensitive dibandingkan kesensitif dibandingkan kesensitifan rasio. ( 1975, 39 ). Kevakuman Eksistensial Pencarian makna kehidupan ini bisa saja berakhir dengan keputusasaan, sementara keputusasaan akan melahirkan neurosis noogenik, atau bisa juga disebut neurosis spiritual atau eksistensial. Banyak orang masa sekarang yang hidupnya merasa hampa, tidak bermakna, tanpa tujuan, tanpa arah dan seterusnya. Mereka mencoba mengatasinya dengan perilaku aneh aneh yang justru menyakiti diri sendiri, orang lain, masyarkat atau ketiga tiganya sekaligus. Di antara istilah Frankl yang terkenal adalah kevakuman eksistensial. Kalau makna adalah apa yang kita hasratkan, maka ketidakbermaknaan adalah kehampaan dalam kehidupan kita. Ketika kehampaan menyergap anda, ketika anda mengalami kekosongan, maka apapun bisa mengisinya. Frankl mengatakan

bahwa salah satu tanda kevakuman yang terjadi di dalam masyarakat kita adalah rasa bosan. Mengisi kevakuman dengan lingkaran neurosis yang menyiksa , seperti terobsesi dengan kesehatan dan kebersihan. Maksud lingkaran yang menyiksa ini adalah kita tidak pernah merasa cukup atas apa yang telah kita lakukan atau dapatkan. Lingkaran neurosis yang menyiksa ini didasarkan pada : 1. Kecemasan antisipatori Ada orang yang takut terhadap penyakit tertentu, sehingga ketakutannya inilah yang justru membawa penyakit tersebut kepada dirinya. Kecemasan antisipatori menyebabkan apa yang ditakuti jadi kenyataan. Sebagai contoh, kalau anda sangat takut mendapatkan nilai jelek dalam ujian, maka ketakutan itulah yang membuat anda tidka bisa mengerjakan soal ujian dengan baik. 2. Hiper intense Yaitu usaha yang terlalu keras yang justru menghalangi anda sampai pada apa yang dusahakan itu sendiri. Contoh paling umum dari hal ini adalah insomnia. Banyak orang yang susah tidur berusaha dan bahkan memaksakan diri untuk tidur. Mereka menerapkan segala macam cara yang ditawarkan buku, iklan dan lain lain. Usaha itulah yang justru menghalangi tidur itu sendiri. 3. Hiper refleksi Yaitu orang yang berpikir terlalu keras. Kadang kadang kita berharap sesuatu bisa terjadi, dan memang terjadi hanya karena kejadian itu snagat terikat dengan kenyakinan atau sikapnya. Frankl mencotohkan seseorang wanita yang punya pengalaman seksual di masa kecil tapi berhasil dewasa dengan kepribadian yang kuat dan sehat. Ketika dia mulai berkenalan dengan literatur psikologis yang menyatakan bahwa orang yang memiliki pengalaman seksual yang burk semasa kecil akan mendapat kessulitan ketika berhubungan seksual, barulah dia mulai mendapat

masalah kepribadian. Dia bermasalah, karena terlalu memikirkan kenapa itu sampai terjadi menurut psikologi. Psikopatologi Frankl memerinci asal mula berbagai bentuk psikopatologi. Sebagai contoh, beragam neurosis kecemasan berawal dari kecemasan eksistensial kepekaan nurani. Seorang individu yang tidak memahami bahwa kecemasannya muncul karena dia merasa tidak mampu memikul tanggung jawab dan tidak menemukan makna kehidupan akan menggunakan rasa cemas dalam menghadapi setiap kesulitan hidup. Orang yang hipokondria, misalnya, akan memfokuskan rasa cemasnya pada penyakit-penyakit yang mematikan; orang yang fobia akan memfokuskannya pada objek-objek yang dia takuti di masa lalu; orang yang agoraphobia merasa apa yang dia takuti berada di luar pintu rumahnya orang yang sering demam panggung akan memfokkuskan kecemasannya pada panggung atau podium. Orang-orang ini menggunakan neurotic kecemasan untuk menjelaskan kenapa hidupnya tidak nyaman. Frankl menyatakan bahwa, kadang-kadang dengan neurosis yang diidapnya, orang memperlakukan keluarganya dengan tangan besi atau menggunakannya sebagai alat untuk membenarkan orang lain atau dirinya sendiri.Namun, anda harus ingat bahwa perilaku semacam ini hanyalah bentuk permulaan dari persoalan yang lebih dalam. Cara kerja gangguan obsesif kompulsif dapat dikatakan sama. Orang yang obsesif-kompulsif adalah orang yang tidak tidak memiliki rasa puas sebagaimana yang dimiliki orang lain. Kebanyakan dari kita sudah merasa puas dan yakin dengan katakanlah, mengunci pintu dan jedela dimalam hari.Lain halnya dengan orang obsesif-kompulsif, mereka berusaha sekuat tenaga agar keamanan rumah dalam keadaan sempurna. Karena kesempurnaan dalam setiap hal adalah mustahil, maka orang obsesif-kompulsif akan mengalihkan perhatiannya pada halhal yang pernah mendatangkan masalah dimasa lalu.

Seorang terapis harus membantu pasiennya agar bias santai dan tidak melawan dorongan-dorongan pikiran dan tindakannya. Selanjutnya, yang diperlukan pasien adalah menyadari bahwa keinginan segala sesuatunya akan berjalan dengan sempuran itu merupakan tindakan bodoh. Kemudian perlahanlahan dia didorong belajar menerima sedikit ketidak pastian. Akhirnya orang yang obsesif-kompulsif dan orang neurotic kecemasan pun pasti dapat menemukan makna kehidupan mereka. ketika kebermaknaan hidup kembali ditemukan, kecemasan neurotis tidak akan berpengaruh lagi. Seperti psikolog-psikolog eksistensial lainnya, Frankl juga menyadari pengaruh factor genetic dan fisiologi terhadap psikopatologi. Dia menganggap depresi, misalnya, sebagai akibat kurangnya vitalitas tubuh. Pada level psikologis, dia mengaitkan depresi dengan perasaan ketimpangan yang kita rasakan ketika berhadapan dengan tugas-tugas yang berada diluar kemampuan fisik atau mental kita. Pada level spiritual, Frankl melihat depresi sebagaimana adanya dengan bagaimana dia seharusnya. Tujuan pribadi yang seharusnya dia raih seolah-olah berada diluar batas kemampuannya, dan sebagai akibatnya, dia kehilangan harapan untuk masa depannya. Setelah itu, dia akan curiga pada dirinya sendiri dan mulai mencurigai orang lain atau bahkan seluruh umat manusia. Jurang yang memisahkan antara apa yang sebenarnya dengan apa yang seharusnya kemudian akan berubah menjadi jurang kehampaan. Skizofrenia juga dipahami Frankl sebagai gangguan mental yang berawal dari persoalan fisiologis. Skizofrenia adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami dirinya lebih sebagai objek, bukan sebagai subjek. Biasanya, ketika kita punya buah pikiran, kita menyadari bahwa buah pikiran tersebut datang dari pikiran kita sendiri. Kitalah yang memilikinya.Akan halnya orang yang skizofrenik, karena alasan-alasan yang belum diketahui, mereka cenderung mengambil perspektif pasif terhadap buah pikiran tersebut dan menganggapnya sebagai suara-suara dari luar. Dia seolah-olah sedang

menonton dirnya sendiri dan mencurigainya. Dia merasakan dirinya secara pasif sebagai obejek yang dia lihat dan hakimi. Frankl yakin bahwa kepasifan ini berakar pada kecenderungan untuk terlalu mengawasi diri sendiri. Jadinya, seolah-olah ada pemisahan yang tegas antara diri sendiri sebagai pengamat dengan diri sendiri sebagai objek yang diamati. Diri yang mengamati berada dalam keadaan kosong, hampir-hampir tidak nyata, sementara diri yang diamati terlihat sebagai makhluk asing. Walaupun logoterapi tidak didesain untuk menyelesaikan bentuk gangguan kejiwaan yang akut ini, namun Frankl menganggap metodenya ini tetap bisa membantu dengan mengajari orang yang skizo untuk mengabaikan suarasuara yang membisiki dia dan berhenti mengamati diri sendiri, dan di waktu yang sama mengarahkan dia melakukan kegiatan-kegiatan yang bermakna, maka perlahan-lahan lingkaran setan yang membelit kejiwaannya akan terputus. Menemukan makna hidup Lalu bagaimana cara kita menemukan makna hidup? Frankl menawarkan tiga pendekatan. Pendekatan pertama adalah melalui nilai-nilai pengalaman, yakni dengan cara memperoleh pengelaman tentang sesuatu atau seseorang yang bernilai bagi kita. Pengalaman dahsyat menurut Maslow atau pengalaman estetis dapat dimasukkan ke dalam kelompok ini. Contoh terbaik nilai-nilai pengalaman adalah perasaan cinta kepada orang lain. Lewat cinta, kita membiarkan kekasih kita menemukan makna dan arti diri kita. Sebaliknya, kita pun akan menemukan makna dan arti kehadirannya bagi kita. Cinta, kata Frankl, adalah tujuan terakhir dan tertinggi yang dapat dicitacitakan manusia. Frankl menyayangkan kenapa dalam masyarakat modern banyak orang yang menyamakan seks dengan cinta. Tanpa cinta, kata Frankl, seks tidak ada bedanya dengan masturbasi, dan pasangan seksual sama saja dengan alat pemacu

kenikmatan. Seks baru bias dinikmati kalau diartikan sebagai ekspresi fisik dari cinta. Cinta adalah kesadaran kita akan keunikan yang dimiliki orang lain sebagai seorang individu dan secara intuitif memahami potensi-potensinya sebagai seorang manusia. Frankl yakin bahwa cinta sepeti ini hanya bias ditemukan dalam hubungan monogamy. Kalau pasangan yang kita cinta bisa ditukar-tukar, dia tidak berbeda dengans sebuah objek yang bisa kita utak-atik. Pendekatan kedua untuk menemukan makna hidup adalah melalui nilainilai kreatif, yaitu dengan bertindak ini merupakan ide eksistensial tradisional, yaitu menemukan makna hidup dengan cara terlibat dalam sebuah proyek, atau lebih tepatnya, terlibat dalam proyek berharga dalam kehidupan. Disini tercakup kreativitas-kreativitas seni, music, menulis, penemuan ilmiah dan teknologi, dan sebagainya. Frankl menganggap kreativitas (sepertihalnya cinta) sebagai salah satu fungsi alam bawah sadar spiritual, yakni hati nurani. Keirasionalan proses terciptanya karya seni sama dengan intuisi yang membimbing kita menentukan mana yang baik dan mana yang buruk. Frankl memberi contoh menarik tentang hal ini: Kita tahu bahwa seorang pemain biola akan berusaha sesadar mungkin ketika memainkan sebuah komposisi music. Mulai dari cara dia meletakkan bila dibahunya sampai ke detail-detail teknik permainan, semuanya ingin dilakukan secara sadar agar bisa menampilkan refleksi-diri yang sempurna. Kalau ini yang dia lakukan, pasti permainannya akan kacau. Sebuah terapi yang baik harus beruapaya mengembalika kepercayaan klien terhadap alam bawah sadarnya sendiri, dengan memberinyay kesadaran bahwa betapa besar alam bawah sadar dari music itu mempengaruhinya daripada alam sadarnya sendiri. Adapun pendekatan ketiga tidak terlalu dikenal orang, yaitu nilai-nilai attitudinal.Nilai-nilai attitudinal mencakup kebaikan-kebaikan seperti penyayang,

keberanian, selera humor yang baik, dan sebagainya.Tapi contoh yang sering dikemukakan Frankl adalah penemuan makna kehidupan lewat penderitaan. Dia mencontohkan salah seorang kliennya, seorang dokter yang menangisi kematian istrinya.Frankl bertanya padanya, bagaimana kalau anda yang meninggal lebih dulu, apakah kesedihan yang anda rasakan saat ini juga akan dia rasakan?Dia menjawab, mungkin kesedihannya lebih parah daripada saya. Lalu Frankl menejlaskan bahwa dengan kematiannya ini, dia telah terhindar dari penderitaan yang Anda katakana tadi, dan sekrang Andalah yang harus berkorban dan merasakan kesedihan demi dia. Dengan kata lain, pengorbanan adalah harga yang harus kita bayar untuk cinta. Bagi dokter tadi, pemikiran semacam ini membuat kematian istrinya dan kesedihan yang dia rasakan menjadi bermakna, dan menumbuhkan keberanian dalam menghadapinya.Penderitaan yang dirasakan menjadi sesuatu yang lebih positif, dengan makna penderitaan bisa dihadapi dengan ketegaran. Frankl juga menjelaskan bahwa orang yang menderita sakit parah sering tidak sempat menghadapinya dengan berani, dan oleh karena itu ai tidak memiliki kethanan.Mereka sering merasa malu atas penyakit dan kemalangan mereka. Padahal seharusnya mereka optimis kalau suatau saat penyakitnya akan pulih. Dalam buku Mans Search for Meangin, Frankl menulisnya, kecuali satu hal, kebebasannya sebagai manusia, kebebasannya menentukan sikap apa yang harus dipakai menghadapi situasi tertentu, yaitu kebebasan dalam memilih jalannya sendiri. Transendensi Namun demikian, nila-nilai pengalaman, kreatif dan attitudinal, hanyalah bagian permukaan dari hal yang lebih fundamental, yang disebut Frankl sebgai supra-makna atau transendensi.Disini terkesan Frankl beralih pada agama.Supra makna adalah ide bahwa dalam hidup pasti ada makna hakiki, makna yang tidak bergantung pada makna lain, pada benda-benda atau pada ketegaran.Makna ini merujuk pada Tuhan atau makna spritiual.

Ide inilah yang membedakan eksistensialisme Frankl dari eksistensialisme Sartre atau pemikir-pemikir lain eksistensialis seperti Sartre menganggap hidup pada akhirnya tidaklah bermakna, dan kita harus menemukan keberanian ketidakbermaknaan tersebut. Frankl, sebaliknya, mengatakan bahwa manusia perlu belajar meningkatkan kemampuan dan potensinya untuk mendapatkan kebermaknaan hakiki, karena Logos lebih dalam dan lebih mendasar ketimbang logika. B. Wawasan Dari Logoterapi Menurut Frankl, logoterapi memiliki wawasan mengenai manusia yang berlandaskan tiga pilar filosofis yang satu dengan lainya erat hubungannya dan saling menunjang yaitu : a. Kebebasan berkehendak ( Freedom of Will ) Dalam pandangan Logoterapi manusia adalah mahluk yang istimewa karena mempunyai kebebasan. Kebebasan disini bukanlah kebebasan yang mutlak, tetapi kebebasan yang bertanggungjawab. Kebebasan manusia bukanlah kebebasan dari (freedom from) kondisi-kondisi biologis, psikologis dan sosiokultural tetapi lebih kepada kebebasan untuk mengambil sikap ( freedom to take a stand ) atas kondisi-kondisi tersebut. Kelebihan manusia yang lain adalah kemampuan untuk mengambil jarak ( to detach ) terhadap kondisi di luar dirinya, bahkan manusia juga mempunyai kemampuan-kemampuan mengambil jarak terhadap dirinya sendiri ( self detachment ). Kemampuan-kemampuan inilah yang kemudian membuat manusia disebut sebagai the self deteming being yang berarti manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan sendiri apa yang dianggap penting dalam hidupnya.

b. Kehendak Hidup Bermakna ( The Will to Meaning ) Menurut Frankl, motivasi hidup manusia yang utama adalah mencari makna. Ini berbeda denga psikoanalisa yang memandang manusia adalah pencari kesenangan atau juga pandangan psikologi individual bahwa manusia adalah pencari kekuasaan. Menurut logoterapi ( Koeswara, 1992 ) bahwa kesenagan

adalah efek dari pemenuhan makna, sedangkan kekuasaan merupakan prasyarat bagi pemenuhan makna itu. Mengenal makna itu sendiri menurut Frankl bersifat menarik ( to pull ) dan menawari ( to offer ) bukannya mendorong ( to push ). Karena sifatnya menarik itu maka individu termotivasi untuk memenuhinya agar ia menjadi individu yang bermakna dengan berbagai kegiatan yang sarat dengan makna. c. Makna Hidup ( The Meaning Of Life ) Makna hidup adalah sesuatu yang dianggap penting, benar dan

didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang ( Bastaman, 1996 ). Untuk tujuan praktis makna hidup dianggap identik dengan tujuan hidup. Makna hidup bisa berbeda antara manusia satu dengan yang lainya dan berbeda setiap hari, bahkan setiap jam. Karena itu, yang penting bukan makna hidup secara umum, melainkan makna khusus dari hidup seseorang pada suatu saat tertentu. Setiap manusia memiliki pekerjaan dan misi untuk menyelesaikan tugas khusus. Dalam kaitan dengan tugas tersebut dia tidak bisa digantikan dan hidupnya tidak bisa diulang. Karena itu, manusia memiliki tugas yang unik dan kesempatan unik untuk menyelesaikan tugasnya.

C. Tujuan Logoterapi Tujuan dari logoterapi adalah agar setiap pribadi : a. Memahami adanya potensi dan sumber daya rohanian yang secara universal ada pada setiap orang terlepas dari ras, keyakinan dan agama yang dianutnya, b. Menyadari bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan, terhambat dan diabaikan bahkan terlupakan, c. Memanfaatkan dayadaya tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk mampu tegak kokoh menghadapi berbagai kendala, dan secara sadar mengembangkan diri untuk meraih kualitas hidup yang lebih bermakna.

D. Teknik-teknik Terapi Disamping karena cakupan teorinya yang sangat luas, Viktor Frankl juga dikenal sebagai terapis yang memiliki pendekatan klinis detail. Diantara teknikteknik tersebut antara lain : a. Intensi Paradoksal Intensi paradoksal adalah keinginan terhadap sesuatu yang ditakuti. Seorang pemuda yang selalu gugup ketika bergaul dengan orang banyak disuruh Frankl untuk menginginkan kegugupan itu. Biasanya saya diserang gugup selama seperempat jam, tapi sekarang saya harus gugup selama tiga jam, komentar pemuda itu (1973, hlm. 223). Jelas saja, ketika tiba saatnya, si pemuda tadi tidak bisa memenuhi waktu tiga jam tersebut. Perintah yang terlihat konyol ini berhasil memutus lingkaran neurotis tadi. Kemampuan manusia memiliki pandangan objektif tentang hidup mereka sendiri, adalah dasar bagi adanya humor, kata Frankl. Dalam catatannya di kamp konsentrasi dia menulis, Humor adalah senjata rahasia jiwa dalam mempertahankan diri. Contoh lain adalah masalah susah tidur. Menurut Frankl, kalau anda menderita insomnia, anda seharusnya tidak mencoba berbaring di tempat tidur, memejamkan mata, mengosongkan pikiran, dsb. Anda harus berusaha terjaga selama mungkin. Setelah itu baru anda akan merasakan adanya kekuatan yang mendorong anda untuk melangkah ke kasur.

b. De-refleksi Frankl percaya bahwa sebagian besar persoalan kejiwaan berawal dari perhatian yang terlalu terfokus pada diri sendiri. Dengan mengalihkan perhatian dari diri sendiri dan mengarahkannya pada orang lain, persoalanpersoalan itu akan hilang dengan sendirinya. Misalnya, kalau mengalami

masalah seksual, cobalah memuaskan pasangan anda tanpa memperdulikan kepuasan diri anda sendiri. Atau cobalah untuk tidak memuaskan siapa saja, tidak diri anda, tidak juda diri pasangan anda. Frankl menegaskan bahwa dalam masyarakat sekarang terlalu banyak penekanan pada refleksi diri. Semenjak Freud, kita didorong untuk melihat hanya pada diri sendiri dalam menggali motivasi. Frankl menyebut kecenderungan ini dengan obsesi neurotic kolektif. Walaupun teknik-teknik tadi sangat menarik, Frankl tetap menegaskan bahwa yang dihadapi manusia sekarang sebenarnya adalah persoalan pencarian makna kehidupan. Walaupun berbagai teknik ini adalah awal yang baik bagi terapi, tapi tetap saja tidak dijadikan tujuan. Barangkali tugas paling penting dari seorang terapis adalah membantu kliennya menemukan kembali keberagaman laten yang diyakini Frankl ada dalam setiap diri manusia. Dan hal ini tidak bisa dipaksakan dari luar, karena keberagaman yang murni akan lahir ketika saatnya tiba. Tidak ada orang yang bisa memaksakannya muncul. Seorang terapis harus membiarkan kliennya menemukan sendiri makna hidup mereka. Eksistensi manusiasetidaknya manusia yang tidak mengalami

gangguan neuroticselalu mengarah kepada satu hal atau seseorang, apakah itu dalam bentuk makna yang ingin dilakoni atau seseorang yang akan dicintai. Frankl menyebut hal ini dengan transendensi diri, dan mempertentangkannya dengan aktualisasi diri. Aktualisasi diri, bahkan dalam bentuk kesenangan dan kebahagiaan, adalah efek samping dari transendensidiri dan penemuan makna hidup. Frankl mengutip Albert Schweitzer: Satu0satunya orang yang akan berbahagia adalah orang yang berusaha mencari dan menemukan apa yang akan dia layani.

Daftar Pustaka

Boree, G. 2007. Personality Theories : Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikolog Dunia. Jogjakarta : Prismasophie

Anda mungkin juga menyukai