Anda di halaman 1dari 10

A. PENGERTIAN LANSIA Lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas (UU No.

13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia). Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994). Penggolongan lansia : Depkes RI, membagi lansia menjadi: a. Kelompok menjelang usia lanjut (masa vibrilitas ) (45-54 tahun) b. Kelompok usia lanjut (presenium ) (55-64 tahun) c. Kelompok usia lanjut (senium ) (> 65 tahun) WHO, membagi lansia menjadi: a. Usia pertengahan (middle age) (45-59 tahun) b. Usia lanjut (elderly) (60-74 tahun) c. Usia tua (old) (75-90 tahun) d. Usia sangat tua (very old ) (> 90 tahun)

B. MASALAH-MASALAH KESEHATAN PADA LANSIA Proses penuaan merupakan proses alamiah setelah tiga tahap kehidupan, yaitu masa anak, dewasa, dan masa tua yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu dimana akan menimbulkan perubahan-perubahan struktur dan fisiologis dari beberapa

sel/jaringan/organ dan system yang ada pada tubuh manusia. (Mubarak,2009:140) Kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, diantaranya yaitu : 1. Kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis yang menetap 2. Rambut kepala mulai memutih atau beruban

3. Gigi mulai lepas (ompong) 4. Penglihatan dan pendengaran berkurang 5. Mudah lelah dan mudah jatuh 6. Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah akibat penurunan kelemahan otot ekstremitas bawah dan kekuatan sendi 7. Gangguan gaya berjalan, 8. Sinkope-dizziness; Disamping itu, juga terjadi kemunduran kognitif antara lain : 1. Suka lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik 2. Ingatan terhadap hal-hal di masa muda lebih baik daripada hal-hal yang baru saja terjadi 3. Sering adanya disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang 4. Sulit menerima ide-ide baru Nina Kemala Sari dari Divisi Geriatri, Departemen Ilmu Penyakit Dalam RS Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dalam suatu pelatihan di kalangan kelompok peduli lansia, menyampaikan beberapa masalah yang kerap muncul pada usia lanjut , yang disebutnya sebagai a series of Is. Mulai dari immobility (imobilisasi), instability (instabilitas dan jatuh), incontinence (inkontinensia), intellectual impairment (gangguan intelektual), infection (infeksi), impairment of vision and hearing (gangguan penglihatan dan pendengaran), isolation (depresi), Inanition (malnutrisi), insomnia (ganguan tidur), hingga immune deficiency (menurunnya kekebalan tubuh). Selain gangguan-gangguan tersebut, Nina juga menyebut tujuh penyakit kronik degeratif yang kerap dialami para lanjut usia, yaitu : Osteo Artritis (OA), Osteoporosis, Hipertensi, Diabetes Mellitus, Dimensia, Penyakit jantung koroner, Kanker Secara umum permasalahan yang sering terjadi pada lansia antara lain : 1. Mudah jatuh

Jatuh pada lanjut usia merupakan masalah yang sering terjadi. Penyebabnya multifaktor. Dari faktor instrinsik misalnya : gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi, dan sinkope atau pusing. Untuk faktor ekstrinsik, misalnya lantai licin dan tidak rata, tersandung benda, penglihatan yang kurang karena cahaya kurang terang, dan sebagainya. 2. Mudah lelah Hal ini disebabkan oleh : Faktor psikologis : perasaan bosan, keletihan, atau depresi Gangguan organis : anemia, kekurangan vitamin, perubahan pada tulang (osteomalasia), gangguan pencernaan,kelainan metabolisme (diabetes melitus, hipertiroid), gangguan ginjal dengan uremia, gangguan faal hati, gangguan sistem peredaran darah dan jantung. Pengaruh obat, misalnya melelahkan daya kerja otot. 3. Berat badan menurun Berat badan menurun disebabkan oleh : Pada umumnya nafsu makan menurun karena kurang adanya gairah hidup atau kelesuan serta kemampuan indera perasa menurun. Adanya penyakit kronis obat penenang, obat jantung, dan obat yang

Gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan terganggu 4. Faktor sosio-ekonomis (pensiunan)

Gangguan eliminasi Sering ngompol yang tanpa disadari (inkontinensia urine) merupakan salah satu keluhan utama pada orang lanjut usia. Hasil penelitian pada populasi lanjut usia di

masyarakat (usia di atas 70 tahun) didapatkan 7% pria dan 12 % wanita mengalami inkontinensia urine. Penyebab inkontinensia antara lain : Melemahnya otot dasar panggul yang menyangga kandung kemih dan memperkuar sfingter uretra Kontraksi abnormal pada kandung kemih

Obat diuretik yang mengakibatkan sering berkemih dan obat penenang terlalu banyak 5. Radang kandung kemih Radang saluran kemih Kelainan kontrol pada kandung kemih Kelainan persyarafan pada kandung kemih Akibat adanya hipertrofi prostat Faktor psikologis

Gangguan ketajaman penglihatan Gangguan ini disebabkan oleh : Presbiopi Kelainan lensa mata (refleksi lensa mata berkurang) Kekeruhan pada lensa (katarak) Iris mengalami proses degenerasi, menjadi kurang cemerlang dan mengalami depigmentasi. Tampak ada bercak berwarna muda sampai putih Pupil kontriksi, refleks direk lemah Tekanan dalam mata meninggi, lapang pandang menyempit, yang disebut dengan glaukoma Retina terjadi degenerasi, gambaran fundus mata awalnya merah jingga cemerlang menjadi suram dan jalur-jalur berpigmen.

Radang saraf mata Penurunan produksi air mata akibat kehilangan jaringan lemak dalam aparatus lakrimal Lensa menguning dan berangsur-angsur menjadi lebih buram mengakibatkan katarak, sehingga mempengaruhi kemampuan untuk membedakan dan

menerima warna-warna 6. Gangguan pendengaran Gangguan pendengaran yang sering terjadi : Otosklerosis merupakan tuli konduksi yang menahun karena tulang sanggurdi kaku dan tidak dapat bergerak secara leluasa. Penyakit ini harus ditangani oleh dokter THT. Otosklerosis akibat atrofi membran tympani. Presbikusis merupakan tuli saraf sensorineural frekuensi tinggi, terjadi pada usia lanjut, simetris kiri dan kanan. Disebabkan proses degenerasi di telinga dalam. Hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun. Sumbatan serumen merupakan gangguan pendengaran yang timbul akibat penumpukan serumen di liang telinga dan menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin. 7. Gangguan tidur Faktor usia sangat berpengaruh terhadap kualitas tidur. Pada kelompok lanjut usia (60 tahun), ditemukan 7 % kasus yang mengeluh mengenai masalah tidur (hanya dapat tidur tidak lebih dari 5 jam sehari). Hal yang sama juga ditemukan pada 22% kasus pada kelompok usia 70 tahun. Selain itu, terdapat 30 % kelompok usia 70 tahun yang

terbangun di malam hari. Angka ini tujuh kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok usia 20 tahun. Gangguan tidur dapat disebabkan oleh : Faktor ekstrinsik (luar), misalnya lingkungan yang kurang tenang Faktor intrinsik baik organik maupun psikogenik. Organik berupa nyeri, gatal, kram betis, sakit gigi, sindrom tungkai bergerak (akatisia) atau penyakit tertentu yang membuat gelisah. Psikogenik misalnya depresi, kecemasan, stres, iritabilitas, dan marah yang tidak tersalurkan. (Nugroho, 2008 :41)

C. PENDEKATAN PERAWATAN LANJUT USIA DI RUMAH Pendekatan perawatan pada lansia di rumah menggunakan pendekatan yang holistik (biologi/fisik, psikologi, sosial, spiritual) diantaranya : 1. Pendekatan Biologi/ fisik Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa di capai dan dikembangkan, serta penyakit yang yang dapat dicegah atau ditekan progresifitasnya. Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian yaitu: 1. Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannya sehari-hari masih mampu melakukan sendiri di rumah. 2. Klien lanjut usia yang pasif atau yang tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien usia lanjut ini terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan kebersihan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya di rumah.

Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul bila keberhasilan kurang mendapat perhatian. Adapun komponen pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah memperhatikan atau membantu para klien lanjut usia untuk bernafas dengan lancar, makan, minum, melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tubuh waktu berjalan, tidur, menjaga sikap, tubuh waktu berjalan, duduk, merubah posisi tiduran, beristirahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian, mempertahankan suhu badan melindungi kulit dan kecelakaan.Toleransi terhadap kekurangan O2 sangat menurun pada klien lanjut usia, untuk itu kekurangan O2 yang mendadak harus dicegah dengan posisi bersandar pada beberapa bantal, jangan melakukan gerak badan yang berlebihan. Seorang perawat homecare harus mampu memotivasi dan memandirikan lansia sesuai dengan kemampuannya sehingga lansia mampu memenuhi kebutuhan yang optimal. Kesehatan lansia perlu diperiksa secara berkala untuk mengetahui kondisi kesehatannya terlebih lagi pada lansia yang diduga menderita penyakit tertentu atau bila memperlihatkan kelainan. Pemeriksaan ini tidak hanya dilakukan oleh perawat homecare melainkan keluarga harus ikut berpartisipasi dalam

pengawasan kesehatan pada lansia di rumah. Dalam hal ini perawat homecare berperan dalam memberikan penjelasan dan penyuluhan kesehatan.

2.

Pendekatan Psikososial Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat homecare harus selalu memegang prinsip Tripple, yaitu sabar, simpatik dan service. Pada dasarnya klien lanjut usia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih sayang dari lingkungan, termasuk perawat yang memberikan perawatan. Dalam memberikan

pelayanan, perawat homecare harus selalu menciptakan suasana yang aman, tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi yang dimilikinya. Perawat homecare memotivasi semangat dan kreasi klien lanjut usia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa , rendah diri, rasa keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik, dan kelainan yang dideritanya. Hal itu perlu dilakukan karena perubahan psikologi terjadi karena bersama dengan semakin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala, seperti menurunnya daya ingat untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan , dan perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran diwaktu siang.

3.

Pendekatan spiritual Perawat homecare membantu klien dalam untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan, memperoleh ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnya dalam kedaan sehat maupun sakit. Pendekatan perawat homecare pada klien lanjut usia bukan hanya terhadap fisik saja, melainkan perawat homecare lebih dituntut menemukan pribadi klien lanjut usia melalui agama mereka.

Beberapa tujuan pemberian asuhan keperawatan lansia di rumah antara lain : 1. Agar lanjut usia dapat melaukan kegiatan sehari hari secara mandiri dengan peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan, sehingga memiliki ketenangan hidup dan produktif sampai akhir hayatnya. 2. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya telah lanjut dengan jalan perawatan dan pencegahan.

3. Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat hidup klien lanjut usia (life support) 4. Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau gangguan baik kronis maupun akut. 5. Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai kelainan tertentu 6. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang menderita suatu penyakit, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal).

D. PERANAN KELUARGA DALAM ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DI RUMAH Keluarga merupakan entry point dalam perawatan lansia di rumah karena keluarga merupakan sistem pendukung yang paling penting untuk lansia. Peran keluarga dalam merawat lansia menurut Maryam, antara lain : menjaga atau merawat lansia Mengantisipasi perubahan social ekonomi Memberikan motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spriritual bagi lansia Melakukan pembicaraan terarah Mempertahankan kehangatan keluarga Membantu melakukan persiapan makan bagi lansia Membantu dalam hal transportasi Memberikan kasih sayang Menghormati dan menghargai Bersikap sabar dan bijaksana terhadap prilaku lansia Memberikan kasih sayang, menyediakan waktu, serta perhatian

Jangan menganggapnya sebagai beban Memberikan kesempatan untuk tinggal bersama Mintalah nasihat dalam peristiwa-peristiwa penting Mengajaknya dalam acara-acara keluarga Membantu mencukupi kebutuhannya Memberi dorongan untuk tetap mengikuti kegiatan-kegiatan di luar rumah termasuk pengambangan hobi.

Membantu mengatur keuangan Mengupayakan sarana transportasi untuk kegiatan mereka termasuk rekreasi Memeriksakan kesehatan secara teratur Memberi dorongan untuk tetap hidup bersih dan sehat Mencegah terjadinya kecelakaan baik di dalam maupun di luar rumah Pemeliharaan usia lanjut adalah tanggung jawab bersama Memberi perhatian yang baik terhadap orang tua yang sudah lanjut, maka anakanak kita kelak akan bersikap hal yang sama.

(Maryam, dkk. 2008 : 42)

Anda mungkin juga menyukai