Anda di halaman 1dari 4

HUBUNGAN OUTPUTPENGANGGURAN

Berdasarkan Hukum Okun (Artikel 9)


Agnes Presillia (2010110039) Yasaluna Chairunnisa (2010110062) Chika Razkya (2010220066) 25 April 2012

RINGKASAN
Hukum Okun umumnya dianggap sebagai pilar ekonomi makro, terutama disebabkan oleh penggunaan praktis sebagai jalan pintas untuk hubungan antara perubahan pertumbuhan pengangguran, dan output baik dalam keputusan kebijakan dan evaluasi. Tetapi hukum okun dikritik karena dipandang hukumnya murni sebuah keteraturan empiris yang tidak memiliki kerangka teoritis. Sehingga masih diragukan kestabilanya untuk membuktikan teoritis dari hukum Okun tersebut. Disamping itu, Arthur Okun jelas menyatakan bahwa hubungannya tidak hanya berisi efek langsung dari pertumbuhan output pada pengangguran tetapi juga menggabungkan induksi perubahan dalam sisi penawaran,variabel, tenaga keja, produktivitas, dan jam kerja pekerja. Hal ini menimbulkan kemungkinan bahwa hubungan Okun sangat sensitif terhadap perubahan struktural dalam perekonomian. Okun menyiratkan bahwa perubahan tingkat pengangguran semata mata ditentukan oleh pertumbuhan tingkat permintaan output. Namun Okun berhati hati menjelaskan peran efek peran produktivitas tenaga kerja, rata rata jam kerja, dan angkatan kerja. Selain itu perlu dicatat bahwa hukum Okun dirumuskan di Heydays dari ekonomi Keynesian, karena itu fokus dari hubungan ini pada pengangguran. Akibatnya saat mengkaji hukum okun, harus dengan asumsi Keynesian tradisional yang memasok output terutama didorong oleh permintaan output dalam jangka pendek. Hukum Okun menyatakan beberapa alasan produktivitas tenaga kerja, rata rata jam kerja, dan angkatan kerja harus pro-cylical hubungan dengan gerakan dari output. Ia menyarankan sejumlah saluran transmisi dimana perubahan dalam output permintaan mempengaruhi produktivitas, jam kerja, dan tenaga kerja alih bisnis siklus. Misalnya, sebagai penurunan permintaan output, produktivitas tenaga kerja dapat menurun karena adanya penimbunan tenaga kerja. Dengan kata lain selama kemunduran, perusahaan cenderung kurang mengatur perubahan output secara relatif untuk menjauhkan diri dari pembayaran pesangon serta biaya perekrutan dan pelatihan bila keadaan siklus bisnis berubah. Tujuan Arthur Okun adalah empiris sehingga ia memformulasikan dalam bentuk hubungan perilaku, dimana mewakili efek dari perubahan 1% pertumbuhan output pada perubahan produktivitas, perubahan jam kerja, dan perubahan angkatan

kerja yang masing-masing independent dari tingkat pertumbuhan output. Namun harus dicatat bahwa okun berusaha memperkirakan suatu persamaan yang sesuai dengan keadaan struktural. Koefisien dari persamaan okun tidak hanya mewakili langsung penciptaan lapangan kerja dari laju pertumbuhan output pada

pengangguran, tetapi juga mengandung efek tidak langsung dari permintaan output pada perubahan pengangguran.

EKSISTENSI HUKUM OKUN DI INDONESIA


Uraian (1) Pendapatan perkapita Atas dasar harga berlaku a. Nilai Juta (Rupiah) b. Indeks Peningkatan (Persen) c. Nilai (US$) PNB Per Kapita Menurut Harga Berlaku a. Nilai (Juta Rupiah) b. Indeks Peningkatan (Persen) c. Nilai US$
2005 (Feb) 2005 (Nov) 2006 (Feb)

2007 (2)

2008 (3)

2009 (4)

2010 (5)

2011 (6)

17,4 16,6 1921,7

21,4 23,4 2246,6

23,9 11,6 2349,8

27,1 13,3 3010,1

30,8 13,8 3542,9

16,6 16,8 1842,6


2006 (Agst)

20,7 24,1 2164,8


2007 (Feb) 2007 (Agst)

23,1 11,7 2267,6


2008 (Feb) 2008 (Agst)

26,3 14,1 2925,4


2009 (Feb) 2009 (Agst)

29,9 13,7 3441,9


2010 (Feb) 2010 (Agst) 2011 (Agst)

No

Pendidikan

2004

2011(Feb)

1 2 3 4 5 6

Belum Tamat SD Sekolah Dasar SLTP SMTA /SMA DI/II/III/Ak ademi Universitas Total

1 004 296 2 275 281 2 690 912 3 695 504 237 251 348 107 10 251 351

1 012 711 2 540 977 2 680 810 3 911 502 322 836 385 418 10 854 254

937 985 2 729 915 3 151 231 5 106 915 308 522 395 538 12 630 106

849 425 2 675 459 2 860 007 4 047 016 297 185 375 601 11 104 693

781 920 2 589 699 2 730 045 4 156 708 278 074 395 554 10 932 000

666 066 2 753 548 2 643 062 3 745 035 330 316 409 890 10 547 917

532 820 2 179 792 2 264 198 4 070 553 397 191 566 588 10 011 142

528 195 2 216 748 2 166 619 3 369 959 519 867 626 202 9 427 590

547 038 2 099 968 1 973 986 3 812 522 362 683 598 318 9 394 515

476302 2143747 2054682 3471213 486 399 626 621 9 258 964

637 901 1 531 671 1 770 823 3 879 471 441 100 701 651 8 962 617

606 230 1 522 465 1 657 452 3 448 137 538 186 820 020 8 592 490

757 807 1 402 858 1 661 449 3 344 315 443 222 710 128 8 319 779

645 081 1 275 890 1 803 009 3 346 477 434 457 612 717 8 117 631

877 265 1 120 090 1 890 755 3 074 946 244 687 492 343 7 700 086

Dari data yang disajikan di atas jelas sekali angkanya menunjukan bahwa setiap tahun ada peningkatan PDB sehingga angka pengangguran dalam dalam lajunya pertumbuhan ikut mengalami penurunan yang signifikan. Dengan adanya hal ini maka sudah jelas bahwa eksistensi hukum okun di Indonesia sudah teraplikasikan pada laju PDB dan perubahan tingkat pengangguran setiap waktunya. Peningkatan pengangguran berbanding terbalik dengan penurunan GDP riil relatif terhadap pertumbuhan normal. Atau dengan kata lain, bila ada kenaikan pertumbuhan ekonomi dari tahun sebelumnya, maka akan ada penyerapan tenaga kerja yang menganggur.

KESIMPULAN
Hukum Okun terbukti secara empiris karena pertumbuhan atau lajunya PDB sebuah negara, maka akan meningkatkan kesempatan kerja. Laju GDP berbanding terbalik dengan tingkat pengangguran. Komposisi empiris menunjukan bahwa hukum Okun melekat dengan kecenderungan untuk bervariasi secara substansial dari waktu ke waktu terutama seagai tanggapan terhadap perubahan struktural dalam keterkaitan karakter hukum okun, dan kelembagaan lain dari pasar tenaga kerja dan barang. Eksistensi Okuns Law di Indonesia telah terbukti karena didukung oleh

kelajuan PDB Indonesia yang mengurangi angka pengangguran.

Anda mungkin juga menyukai