Anda di halaman 1dari 2

5.2. Korosi Logam akibat Mikroba 5.3.1.

Pendahuluan Korosi adalah kerusakan material akibat interaksi dengan lingkungan, antara lain sebagai akibat aktivitas bakteri. Jenis-jenis bakteri yang korosif antara lain: desulfovibrio desulfuricans, desulhotoculum, desulfovibrio vulgaris, D.salexigens, D. africanus,D. giges, D. baculatus, D. sapovorans, D. baarsii, D. thermophilus, Pseudomonas, Flavobacteriu, Alcaligenes, Sphaerotilus, Gallionella, Thiobacillus. Salah satu bakteri yang paling sering menimbulkan korosi adalah bakteri pereduksi sulfat (SRB = Sulfate Reducing bacteria).SRB menyebabkan korosi karena dapat mereduksi ion SO42- menjadi ion S2- yang selanjutnya akan bereaksi denga ion Fe2+ membentuk FeS sebagai produk korosi. Korosi oleh SRB banyak terjadi pada dasar tangki penampung minyak bejana proses maupun system perpipaan.Proses korosi oleh bakteri biasanya dimulai oleh kolonisasi bakteri pada lengkungan lengkungan pipa atau alat dan di daerah-daerah lain yang alirannya lambat karena organism lain yang masuk ke dalam pipa dan membentuk endapan. Lama kelamaan endapan ini menjadi deposit yang keras sehingga menjadi tempat yang ideal untuk pertumbuhan bakteri SRB yang anaerob. Hal serupa akan terjadi pada dasar tangki proses maupun pada tangki penampungan. Bentuk kerusakan yang disebabkan oleh SRB pada umumnya korosi dibawah pengendapan (under Deposit Corrosion). Karena serangan mikroba terjadi di lingkungan industry yang sangat penting, maka perlu dipikirkan penanggulangannya. Metode penanggulangan yang mungkin adalah : proteksi katodik, penggunaan inhibitor, desinfektan (bioside), pengecatan dengan antifouling. Penanggulangan yang disebutkan akan dibahas pada bab yang lain dalan diktat ini. 5.3.2 Korosi oleh Bakteri Pereduksi Sulfat Dalam beberapa kasus korosi ditemukan adanya pengaruh bakteri tertentu terhadap proses korosi. Korosi yang disebabkan oleh aktivitas metabolism dari mikroorganisme disebut microbiological corrosion. Jastrzobski menggolongkan beberapa mikroorganisme yang penting dan banyak berperan pada peristiwa korosi Yaitu: Bakteri pereduksi sulfat Bakteri Sulfur Bakteri besi dan mangan Mikroorganisme yang dapat membentuk film mikrobiologis. Spesies terpenting dari SRB adalah desulfovibrio desulfuricans. Bakteri ini dapat menimbulkan korosi anaerobic pada besi dan baja Desulfovibrio desulfuricans adalah bakteri pereduksi sulfat obligat anaerob (masih bisa hidup dengan sedikit O 2 asal nutrient cukup tersedia).Jadi bakteri pereduksi sulfat bukan strict anaerob ( tidak bisa hidup dengan adanya O2 sedikitpun). Klasifikasi bakteri pereduksi sulfat secara matematis SRB termasuk dalam gugus desulfovibrio.Pada umumnya bakteri Janis ini berbentuk tongkat lurus tetapi kadang-kadang juga berbentuk sigmoid atau spirlloid, dengan ukuran 0,5 - 1,5 m x 2,5 - 10 m.Morfologi ini dipengaruhi oleh umur dan lingkungannya. Desulfovibrio tergolong bakteri gram negative, tidak membentuk endospora dan mempunyai alat gerak berupa single polar flagella. Bakteri ini termasuk jenis anaerobic obligat, yang mempunyai metabolism tipe respirasi yang memanfaatkan sulfat atau senyawa belerang yang lain sebagai akseptor elektron dan mereduksinya menjadi H 2S. Metabolisme semua organisme yang hidup terdiri dari sejumlah hubungan reaksi kimia, dimana energy dibebaskan dan bahan sel baru disintesa dari reaksi reaksi yang dikatalisa oleh enzim. Dua golongan yang terpenting adalah enzim pecernaan yang disebut hidrolase dan enzim respirasi yang disebut cytochrome.Pada organisme yang melakukan respirasi secara aerobic, seperti Pseudomonas dan ferrobacter, electron ditransfer dari bahan nutrisi menuju oksigen dengan perantaraan dua cychrome yang masing-masing mengandung sebuah atom besi yang dioksidasi secara reversible . Reaksinya adalah sebagai berikut: Cytochrome oxidase bereaksi dengan memindahkan electron dari onfero menghasilkan ion oksida. 4Fe2+ + O2 = 4Fe3+ + 2O2Enzim yang teroksidasi kemudian direduksi oleh atom hydrogen dengan bantuan cytochrome hidrogenase 4Fe3+ + 4H = 4Fe2+ + 4H+ Ion hydrogen kemudian bergabung dengan ion oksida membentuk air 4H+ + 2O2- = 2H2O Zat anti-fouling = mengontrol atau mencegah penempelan organisme yang tidak diinginkan. Bakteri Pereduksi Sulfat Bakteri yang mampu menggunakan sulfat sebagai akseptor dalam respirasidikenal sebagai bakteri pereduksi sulfat. Bakteri pereduksi sulfat memanfaatkan 20 sulfat (SO42-), tiosulfat (S2O32-) dan sulfit (SO32-) sebagai akseptor elektronterminal dalam respirasi metabolismenya, yang kemudian direduksi menjadisulfida. Disamping itu, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, bakteri pereduksisulfat juga memerlukan susbtrat organik umumnya asam organik rantai pendek seperti asam laktat dan piruvat, yang dihasilkan oleh aktivitas fermentasi bakterianaerob lainnya. Bakteri pereduksi sulfat merupakan heterotroph anaerob. Sampai saat ini telah dikenal lebih dari 10 genus bakteri pereduksi sulfat. Bakteri pereduksi sulfat yang dikenal dan ditemukan secara luas di alam antara lain adalah Desulfovibrio dan Desulfotomaculum (Moodie dan Ingledew, 1991).Berdasarkan cara penguraian asam organik, bakteri pereduksi sulfat dapatdikelompokkan menjadi dua kelompok (Kleikemperet al., 2002). Kelompok pertama mengoksidasi senyawa donor secara tidak sempurna, dan menghasilkansenyawa asetat. Kelompok Desulfotomaculum yang membentuk spora dan Desulvofibrio yang tidak membentuk spora merupakan bakteri yang mengoksidasisenyawa organik secara tidak sempurna. Kelompok kedua mampu tumbuhmenggunakan alkohol, asetat, asam lemak berbobot molekul tinggi, dan benzoat,seperti Desulfotomaculum acetoxidans,Desulfobacter, Desulfococcus, Desulfosacrina dan Desulfonema (Detmerset al., 2001). Beberapa spesies dangenus bakteri anaerob dapat bertahan sementara dengan adanya oksigen, namunmembutuhkan lingkungan anaerob (tanpa oksigen) untuk pertumbuhannya.

2.3.1. Sumber Karbon dan Energi Bakteri Pereduksi Sulfat Ada beberapa tipe sumber karbon dan energi yang digunakan oleh bakteripereduksi sulfat. Lenset al., (1998) mengemukakan bahwa bakteri pereduksisulfat mampu memanfaatkan berbagai macam sumber karbon. Karbon tersebut merupakan sumber energi bagi aktivitas metabolisme dan kehidupan mikroorganisme. Reaksi reduksi sulfat oleh bakteri pereduksi sulfat mengikuti persamaan seperti berikut, SO42-+ 8e-+ 4H2OS2-+ 8OHPada reaksi tersebut, elektron yang dibutuhkan diperoleh dari aktivitasoksidasi bahan organik (laktat, asetat, propionat, dan lain-lain) yang dilakukanoleh bakteri pereduksi sulfat. Disamping sebagai donor elektron, sumber karbon 22 Tabel 2. Donor elektron dan sumber karbon bakteri pereduksi sulfat (Hansen,1988) Kelompok Senyawa Sumber karbon dan energi Anorganik Hidrogen, karbon dioksida Asam monokarboksilat Format, asetat, propionat, isobutarat, 2- dan 3- metilbutirat, asamlemak C tinggi (sampai C20), piruvat, laktat Asam dikarboksilat Suksinat, fumarat, malat, oksalat, maleinat, glutarat, pimelat Alkohol Metanol, etanol, propanol, butanol, glikol etilen, 1, 2 dan 1,3 propenediol, gliserol Asam amino Lisin, serin, sistin, treonin, valin, leusin, isoleusin, aspartat,glutamat, fenolalanin Lain-lain Kolin, furfural, oksamat, fruktosa, benzoat, 2-, 3-, dan 4-OH-benzoat, sikloheksan karbonat, hipurat, asam nikotin, indol,antranilat, quinolin, fenol, p-cresol, katechol, resorcinol,hidroquinin, protokatechuat, floroglusinol, pirogalol, 4-OH-fenilasetat, 3-fenilpropionat, 2aminobenzoat, dihydroksiaseton

Bakteri pereduksi sulfat adalah bakteri yang memanfaatkan sulfat (SO42-),tiosulfat (S2O32-), sulfit (SO32-) sebagai penerima elektron di dalam respirasimetabolismenya (Hockin dan Gadd, 2003). Dalam respirasinya bakteri pereduksisulfat memerlukan substrat organik sebagai donor elektron. Substrat organik tersebut umumnya berupa asam-asam organik rantai pendek seperti asam laktat,piruvat, dan asam organik lainnya. Di alam substrat tersebut dihasilkan dariaktivitas fermentasi bakteri anaerob lainnya.Bakteri pereduksi sulfat juga menggunakan H 2 sebagai sumber donorelektron yang utama, seperti yang terjadi pada reaktor laju tinggi. Bakteripereduksi sulfat akan menggunakan senyawa karbon jika ketersediaan sulfatmelebihi ketersediaan hidrogen yang dapat dioksidasi, yakni 4 mol hidrogen permol sulfat\ Proses reduksi sulfat sangat dipengaruhi oleh beberapa kondisi, antara lainwaktu tinggal, pH, suhu, oksigen terlarut, dan potensial redoks. Bakteri pereduksisulfat adalah bakteri anaerob obligat yang membutuhkan lingkungan mikroanaerob dengan nilai potensial redoks < -100 mV. Willow dan Cohen (2003)mengemukakan bahwa pH optimal bagi pertumbuhan bakteri pereduksi sulfatberkisar antara 5 sampai 8, sedang Suyasa (2002) memperoleh bahwa bakteripereduksi sulfat yang diisolasi dari ekosistem air hitam Kalimantan mampumenyesuaikan diri pada pH 2.5, dan menunjukkan pertumbuhan yang pesat padakisaran pH antara 4 dan 7

Anda mungkin juga menyukai