Anda di halaman 1dari 26

Konsep Routing

1. Pemahaman Routing Routing adalah proses dimana suatu router mem-forward paket ke jaringan yang dituju. Suatu router membuat keputusan berdasarkan IP address yang dituju oleh paket. Semua router menggunakan IP address tujuan untuk mengirim paket. Agar keputusan routing tersebut benar, router harus belajar bagaimana untuk mencapai tujuan. Routing memiliki dua fungsi dasar, yakni: 1. Fungsi penentuan jalur. Router berfungsi menentukan jalur yang akan dilewati oleh paketpaket data agar sampai ke tujuan. 2. Fungsi switching. Router berfungsi sebagai switching karena dapat meneruskan paket. Untuk bisa melakukan routing paket, ada hal-hal yang harus diketahui : a. Alamat tujuan b. Router-router tetangga dari mana sebuah router bisa mempelajari tentang network remote c. Route yang mungkin ke semua network remote d. Route terbaik untuk setiap network remote Router menyimpan routing table yang menggambarkan bagaimana menemukan network-network remote. Jenis-jenis routing adalah : a. Routing statis b. Routing default c. Routing dinamis a. Routing Statis Merupakan suatu mekanisme routing yang dikonfigurasi secara manual oleh admin jaringan melalui tabel routing dan dimaintain secara terpisah karena tidak melakukan pertukaran informasi routing tabel secara dinamis dengan router-router lainnya Sebuah router akan meneruskan paket-paket data kepada alamat jaringan tujuan yang ada pada tabel routing. Jika tidak terdapat alamat jaringan tujuan pada tabel routing, maka paket data akan diteruskan melalui routing default. 2. Mengkonfigurasi static routing Membangun static routing pada router-router tidak begitu sulit. Anda tinggal masuk ke global configuration mode dan jalankan formula berikut pada masing-masing router yang akan dikonfigurasikan : Ip route <destination><mask><next_hop_address> Berikut ini adalah detail untuk masing-masing opsi : Ip route : perintah untuk membuat static routing itu sendiri Destination : network tujuan yang hendak ditambahkan ke routing table Mask : subnet mask yang digunakan dalam network Next_hop_address : address dari hop router selanjutnya, yakni yang akan menerima paket dan mem-forward-nya lagi ke network remote. Tidak lain berupa interface router dari router dari network yang terkoneksi secara langsung. Contoh : Router(config)#ip route 10.252.0.0 255.255.255.0 172.16.0.2

Artinya : Ip network tujuan : 10.252.0.0 Mask : 255.255.255.0 IP Next hop : 172.16.0.2 Routing statis terjadi jika Admin secara manual menambahkan route-route di routing table dari setiap router.Routing statis memiliki kentungan-keuntungan berikut: Tidak ada overhead (waktu pemrosesan) pada CPU router (router lebih murah dibandingkan dengan router dinamis) Tidak ada bandwidth yang digunakan di antara router. Routing statis menambah keamanan, karena administrator dapat memilih untuk mengisikan akses routing ke jaringan tertentu saja. Routing statis memiliki kerugian-kerugian berikut: Administrasi harus benar-benar memahami internetwork dan bagaimana setiap router dihubungkan untuk dapat mengkonfigurasikan router dengan benar. Jika sebuah network ditambahkan ke internetwork, Administrasi harus menambahkan sebuah route kesemua router secara manual. Routing statis tidak sesuai untuk network-network yang besar karena menjaganya akan menjadi sebuah pekerjaan full-time sendiri b. Routing Default Routing default digunakan untuk mengirimkan paket-paket secara manual menambahkan router ke sebuah network tujuan yang remote yang tidak ada di routing table, ke router hop berikutnya. Bisanya digunakan pada jaringan yg hanya memiliki satu jalur keluar. c. Routing dinamis Routing dinamis mengijinkan router-router untuk pertukaran informasi tentang jaringan dan koneksi antar router. Router menggunakan informasi ini untuk membangun dan melakukan perawatan tabel routingnya secara otomatis. Routed dan Routing Protocol Protocol tidak lain deskripsi formal dari set atau rule-rule dan konversi yang menentukan bagaimana device-device dalam sebuah network bertukar informasi. Berikut dua tipe dasar protocol. Routed protocol Merupakan protokol-protokol yang dapat dirutekan oleh sebuah router. Routed protocol memungkinkan router untuk secara tepat menginterpretasikan logical network. Contoh dari routed protocol : IP, IPX, AppleTalk, dan DECnet. Routing protocol Protokol-protokol ini digunakan untuk merawat routing table pada router-router. Contoh dari routing protocol diantaranya OSPF, RIP, BGP, IGRP, dan EIGRP 1. RIP Routing Information Protocol. Distance vector protocol merawat daftar jarak tempuh ke network-network lain berdasarkan

jumlah hop, yakni jumlah router yang harus lalui oleh paket-paket untuk mencapai address tujuan. RIP dibatasi hanya sampai 15 hop. Broadcast di-update dalam setiap 30 detik untuk semua RIP router guna menjaga integritas. RIP cocok dimplementasikan untuk jaringan kecil. 2. OSPF Open Shortest Path First. Link state protocol menggunakan kecepatan jaringan berdasarkan metric untuk menetapkan path-path ke jaringan lainnya. Setiap router merawat map sederhana dari keseluruhan jaringan. Update-update dilakukan via multicast, dan dikirim. Jika terjadi perubahan konfigurasi.OSPF cocok untuk jaringan besar. 3. EIGRP Enhanced Interior Gateway Routing Protocol. Distance vector protocol merawat satu set metric yang kompleks untuk jarak tempuh ke jaringan lainnya. EIGRP menggabungkan juga konsep link state protocol. Broadcast-broadcast di-update setiap 90 detik ke semua EIGRP router berdekatan. Setiap update hanya memasukkan perubahan jaringan. EIGRP sangat cocok untuk jaringan besar. 4. BGP Merupakan distance vector exterior gateway protocol yang bekerja secara cerdas untuk merawat path-path ke jaringan lainnya. Up date-update dikirim melalui koneksi TCP. Routing Protocol Terdapat tiga klas routing protocol 1. Distance vector Protocol distance-vector menemukan jalur terbaik ke sebuah network remote dengan menilai jarak.Route dengan jarak hop yang paling sedikit ke network yang dituju, akan menjadi route terbaik. Baik RIP dan IGRP adalah routing protocol jenis distance-vector. RIP dan IGRP mengirim semua routing table ke router-router yang terhubung secara lansung. 2. Link state Atau disebut juga protocol shortest-path-first, setiap router akan menciptakan tiga buah table terpisah. Satu dari table ini akan mencatat perubahan dari network-network yang terhubung secara langsung, satu table lain menentukan topologi dari keseluruhan internetwork, dan table terakhir digunakan sebagai routing table. OSPF adalah sebuah routing protocol IP yang sepenuhnya link-state. Protocol link-state mengirim update-update yang berisi status dari link mereka sendiri ke semua router lain di network. 3. Hybrid Protokol hybrid menggunakan aspek-aspek dari routing protokol jenis distance-vector dan routing protocol jenis link-state--sebagai contoh adalah EIGRP.

ToPoLOgi jaringan By : sangiang Pengenalan Routing dan TCP/IP Jaringan Router


Kita semua tahu Internet menghubungkan komputer-komputer yang ada di muka bumi ini. Kita dapat mengirim e-mail ke teman yang berada di Singapura, Australia, Amerika, Eropa, dan banyak lagi. Kita juga dapat kencan dengan gadis Boston, demikian iklan salah satu penyedia jasa Internet. Tetapi bagaimana sebenarnya mekanisme yang terjadi sehingga kita dapat berkencan? Tulisan ini membahas sebagian dari mekanisme tersebut, yaitu routing, yang difokuskan pada interior routing protocol (IRP).

Konsep TCP/IP
Sebelum membahas routing, ada baiknya kita bahas sepintas TCP/IP, yaitu protokol yang digunakan di Internet. Protokol TCP/IP memiliki empat lapisan hirarki, yaitu lapisan aplikasi (application layer), lapisan transport (transport layer), lapisan internet (internet layer), dan lapisan akses jaringan (network access layer). Lapisan akses jaringan adalah lapisan pada hirarki terendah dalam TCP/IP dan protokol pada lapisan ini bertugas menghubungkan device-device yang terletak pada jaringan yang sama. Lapisan internet berada di atas lapisan akses jaringan dan protokol pada lapisan ini berfungsi menghubungkan device-device yang tidak terletak pada satu jaringan. Nama internet (dengan i kecil) pada lapisan ini berasal dari kata inter network (antarjaringan) dan berbeda dengan Internet (dengan I besar) yang biasa kita dengar. Protokol utama yang terletak pada lapisan ini adalah Internet Protocol (IP). Protokol ini menjadi dasar dari Internet. Karakteristik protokol IP adalah connectionless, yang berarti tidak memerlukan sambungan yang telah terbuka terlebih dahulu dari sumber ke tujuan.

Routing
Data-data dari device yang terhubung ke Internet dikirim dalam bentuk datagram, yaitu paket data yang didefinisikan oleh IP. Datagram memiliki alamat tujuan paket data; Internet Protocol memeriksa alamat ini untuk menyampaikan datagram dari device asal ke device tujuan. Jika alamat tujuan datagram tersebut terletak satu jaringan dengan device asal, datagram langsung disampaikan kepada device tujuan tersebut. Jika ternyata alamat tujuan datagram tidak terdapat di jaringan yang sama, datagram disampaikan kepada router yang paling tepat (the best available router). IP Router (biasa disebut router saja) adalah device yang melakukan fungsi meneruskan datagram IP pada lapisan jaringan. Router memiliki lebih dari satu antamuka jaringan (network interface) dan dapat meneruskan datagram dari satu antarmuka ke antarmuka yang lain. Untuk setiap datagram yang

diterima, router memeriksa apakah datagram tersebut memang ditujukan ke dirinya. Jika ternyata ditujukan kepada router tersebut, datagram disampaikan ke lapisan transport. Jika datagram tidak ditujukan kepada router tersebut, yang akan diperiksa adalah forwarding table yang dimilikinya untuk memutuskan ke mana seharusnya datagram tersebut ditujukan. Forwarding table adalah tabel yang terdiri dari pasangan alamat IP (alamat host atau alamat jaringan), alamat router berikut, dan antarmuka tempat keluar datagram. Jika tidak menemukan sebuah baris pun dalam forwarding table yang sesuai dengan alamat tujuan, router akan memberikan pesan kepada pengirim bahwa alamat yang dimaksud tidak dapat dicapai. Kejadian ini dapat dianalogikan dengan pesan kembali ke pengirim pada pos biasa. Sebuah router juga dapat memberitahu bahwa dirinya bukan router terbaik ke suatu tujuan, dan menyarankan penggunaan router lain. Dengan ketiga fungsi yang terdapat pada router ini, host-host di Internet dapat saling terhubung. Statik dan Dinamik Secara umum mekanisme koordinasi routing dapat dibagi menjadi dua: routing statik dan routing dinamik. Pada routing statik, entri-entri dalam forwarding table router diisi dan dihapus secara manual, sedangkan pada routing dinamik perubahan dilakukan melalui protokol routing. Routing statik adalah pengaturan routing paling sederhana yang dapat dilakukan pada jaringan komputer. Menggunakan routing statik murni dalam sebuah jaringan berarti mengisi setiap entri dalam forwarding table di setiap router yang berada di jaringan tersebut. Penggunaan routing statik dalam sebuah jaringan yang kecil tentu bukanlah suatu masalah; hanya beberapa entri yang perlu diisikan pada forwarding table di setiap router. Namun Anda tentu dapat membayangkan bagaimana jika harus melengkapi forwarding table di setiap router yang jumlahnya tidak sedikit dalam jaringan yang besar. Apalagi jika Anda ditugaskan untuk mengisi entri-entri di seluruh router di Internet yang jumlahnya banyak sekali dan terus bertambah setiap hari. Tentu repot sekali! Routing dinamik adalah cara yang digunakan untuk melepaskan kewajiban mengisi entri-entri forwarding table secara manual. Protokol routing mengatur router-router sehingga dapat berkomunikasi satu dengan yang lain dan saling memberikan informasi routing yang dapat mengubah isi forwarding table, tergantung keadaan jaringannya. Dengan cara ini, router-router mengetahui keadaan jaringan yang terakhir dan mampu meneruskan datagram ke arah yang benar. Interior Routing Protocol Pada awal 1980-an Internet terbatas pada ARPANET, Satnet (perluasan ARPANET yang menggunakan satelit), dan beberapa jaringan lokal yang terhubung lewat gateway. Dalam perkembangannya, Internet memerlukan struktur yang bersifat hirarkis untuk mengantisipasi jaringan yang telah menjadi besar. Internet kemudian dipecah menjadi beberapa autonomous system (AS) dan saat ini Internet terdiri dari ribuan AS. Setiap AS memiliki mekanisme pertukaran dan pengumpulan informasi routing sendiri. Protokol yang digunakan untuk bertukar informasi routing dalam AS digolongkan sebagai interior routing protocol (IRP). Hasil pengumpulan informasi routing ini kemudian disampaikan kepada AS lain dalam bentuk reachability information. Reachability information yang dikeluarkan oleh sebuah AS berisi informasi mengenai jaringan-jaringan yang dapat dicapai melalui AS tersebut dan menjadi indikator terhubungnya AS ke Internet. Penyampaian reachability information antar-AS dilakukan menggunakan protokol yang digolongkan sebagai exterior routing protocol (ERP). IRP yang dijadikan standar di Internet sampai saat ini adalah Routing Information Protocol (RIP) dan Open Shortest Path First (OSPF). Di samping kedua protokol ini terdapat juga protokol routing yang bersifat proprietary tetapi banyak digunakan di Internet, yaitu Internet Gateway Routing Protocol (IGRP)

dari Cisco System. Protokol IGRP kemudian diperluas menjadi Extended IGRP (EIGRP). Semua protokol routing di atas menggunakan metrik sebagai dasar untuk menentukan jalur terbaik yang dapat ditempuh oleh datagram. Metrik diasosiasikan dengan biaya yang terdapat pada setiap link, yang dapat berupa throughput (kecepatan data), delay, biaya sambungan, dan keandalan link. a. Routing Information Protocol RIP (akronim, dibaca sebagai rip) termasuk dalam protokol distance-vector, sebuah protokol yang sangat sederhana. Protokol distance-vector sering juga disebut protokol Bellman-Ford, karena berasal dari algoritma perhitungan jarak terpendek oleh R.E. Bellman, dan dideskripsikan dalam bentuk algoritmaterdistribusi pertama kali oleh Ford dan Fulkerson. Setiap router dengan protokol distance-vector ketika pertama kali dijalankan hanya mengetahui cara routing ke dirinya sendiri (informasi lokal) dan tidak mengetahui topologi jaringan tempatnya berada. Router kemudian mengirimkan informasi lokal tersebut dalam bentuk distance-vector ke semua link yang terhubung langsung dengannya. Router yang menerima informasi routing menghitung distance-vector, menambahkan distance-vector dengan metrik link tempat informasi tersebut diterima, dan memasukkannya ke dalam entri forwarding table jika dianggap merupakan jalur terbaik. Informasi routing setelah penambahan metrik kemudian dikirim lagi ke seluruh antarmuka router, dan ini dilakukan setiap selang waktu tertentu. Demikian seterusnya sehingga seluruh router di jaringan mengetahui topologi jaringan tersebut. Protokol distance-vector memiliki kelemahan yang dapat terlihat apabila dalam jaringan ada link yang terputus. Dua kemungkinan kegagalan yang mungkin terjadi adalah efek bouncing dan menghitungsampai-tak-hingga (counting to infinity). Efek bouncing dapat terjadi pada jaringan yang menggunakan metrik yang berbeda pada minimal sebuah link. Link yang putus dapat menyebabkan routing loop, sehingga datagram yang melewati link tertentu hanya berputar-putar di antara dua router (bouncing) sampai umur (time to live) datagram tersebut habis. Menghitung-sampai-tak-hingga terjadi karena router terlambat menginformasikan bahwa suatu link terputus. Keterlambatan ini menyebabkan router harus mengirim dan menerima distance-vector serta menghitung metrik sampai batas maksimum metrik distance-vector tercapai. Link tersebut dinyatakan putus setelah distance-vector mencapai batas maksimum metrik. Pada saat menghitung metrik ini juga terjadi routing loop, bahkan untuk waktu yang lebih lama daripada apabila terjadi efek bouncing.. RIP tidak mengadopsi protokol distance-vector begitu saja, melainkan dengan melakukan beberapa penambahan pada algoritmanya agar routing loop yang terjadi dapat diminimalkan. Split horizon digunakan RIP untuk meminimalkan efek bouncing. Prinsip yang digunakan split horizon sederhana: jika node A menyampaikan datagram ke tujuan X melalui node B, maka bagi B tidak masuk akal untuk mencapai tujuan X melalui A. Jadi, A tidak perlu memberitahu B bahwa X dapat dicapai B melalui A. Untuk mencegah kasus menghitung-sampai-tak-hingga, RIP menggunakan metode Triggered Update. RIP memiliki timer untuk mengetahui kapan router harus kembali memberikan informasi routing. Jika terjadi perubahan pada jaringan, sementara timer belum habis, router tetap harus mengirimkan informasi routing karena dipicu oleh perubahan tersebut (triggered update). Dengan demikian, router-router di jaringan dapat dengan cepat mengetahui perubahan yang terjadi dan meminimalkan kemungkinan routing loop terjadi. RIP yang didefinisikan dalam RFC-1058 menggunakan metrik antara 1 dan 15, sedangkan 16 dianggap sebagai tak-hingga. Route dengan distance-vector 16 tidak dimasukkan ke dalam forwarding table. Batas metrik 16 ini mencegah waktu menghitung-sampai-tak-hingga yang terlalu lama. Paket-paket RIP secara normal dikirimkan setiap 30 detik atau lebih cepat jika terdapat triggered updates. Jika dalam 180 detik sebuah route tidak diperbarui, router menghapus entri route tersebut dari forwarding table. RIP tidak memiliki informasi tentang subnet setiap route. Router harus menganggap setiap route yang diterima

memiliki subnet yang sama dengan subnet pada router itu. Dengan demikian, RIP tidak mendukung Variable Length Subnet Masking (VLSM). RIP versi 2 (RIP-2 atau RIPv2) berupaya untuk menghasilkan beberapa perbaikan atas RIP, yaitu dukungan untuk VLSM, menggunakan otentikasi, memberikan informasi hop berikut (next hop), dan multicast. Penambahan informasi subnet mask pada setiap route membuat router tidak harus mengasumsikan bahwa route tersebut memiliki subnet mask yang sama dengan subnet mask yang digunakan padanya. RIP-2 juga menggunakan otentikasi agar dapat mengetahui informasi routing mana yang dapat dipercaya. Otentikasi diperlukan pada protokol routing untuk membuat protokol tersebut menjadi lebih aman. RIP-1 tidak menggunakan otentikasi sehingga orang dapat memberikan informasi routing palsu. Informasi hop berikut pada RIP-2 digunakan oleh router untuk menginformasikan sebuah route tetapi untuk mencapai route tersebut tidak melewati router yang memberi informasi, melainkan router yang lain. Pemakaian hop berikut biasanya di perbatasan antar-AS. RIP-1 menggunakan alamat broadcast untuk mengirimkan informasi routing. Akibatnya, paket ini diterima oleh semua host yang berada dalam subnet tersebut dan menambah beban kerja host. RIP-2 dapat mengirimkan paket menggunakan multicast pada IP 224.0.0.9 sehingga tidak semua host perlu menerima dan memproses informasi routing. Hanya router-router yang menggunakan RIP-2 yang menerima informasi routing tersebut tanpa perlu mengganggu host-host lain dalam subnet. RIP merupakan protokol routing yang sederhana, dan ini menjadi alasan mengapa RIP paling banyak diimplementasikan dalam jaringan. Mengatur routing menggunakan RIP tidak rumit dan memberikan hasil yang cukup dapat diterima, terlebih jika jarang terjadi kegagalan link jaringan. Walaupun demikian, untuk jaringan yang besar dan kompleks, RIP mungkin tidak cukup. Dalam kondisi demikian, penghitungan routing dalam RIP sering membutuhkan waktu yang lama, dan menyebabkan terjadinya routing loop. Untuk jaringan seperti ini, sebagian besar spesialis jaringan komputer menggunakan protokol yang masuk dalam kelompok link-state. b. Shortest Path First Teknologi link-state dikembangkan dalam ARPAnet untuk menghasilkan protokol yang terdistribusi yang jauh lebih baik daripada protokol distance-vector. Alih-alih saling bertukar jarak (distance) ke tujuan, setiap router dalam jaringan memiliki peta jaringan yang dapat diperbarui dengan cepat setelah setiap perubahan topologi. Peta ini digunakan untuk menghitung route yang lebih akurat daripada menggunakan protokol distance-vector. Perkembangan teknologi ini akhirnya menghasilkan protokol Open Shortest Path First (OSPF) yang dikembangkan oleh IETF untuk digunakan di Internet. Bahkan sekarang Internet Architecture Board (IAB) telah merekomendasikan OSPF sebagai pengganti RIP. Prinsip link-state routing sangat sederhana. Sebagai pengganti menghitung route terbaik dengan cara terdistribusi, semua router mempunyai peta jaringan dan menghitung semua route yang terbaik dari peta ini. Peta jaringan tersebut disimpan dalam sebuah basis data dan setiap record dalam basis data tersebut menyatakan sebuah link dalam jaringan. Record-record tersebut dikirimkan oleh router yang terhubung langsung dengan masing-masing link. Karena setiap router perlu memiliki peta jaringan yang menggambarkan kondisi terakhir topologi jaringan yang lengkap, setiap perubahan dalam jaringan harus diikuti oleh perubahan dalam basis data link-state yang terletak di setiap router. Perubahan status link yang dideteksi router akan mengubah basis data linkstate router tersebut, kemudian router mengirimkan perubahan tersebut ke router-router lain. Protokol yang digunakan untuk mengirimkan perubahan ini harus cepat dan dapat diandalkan. Ini dapat dicapai oleh protokol flooding. Dalam protokol flooding, pesan yang dikirim adalah perubahan dari basis data serta nomor urut pesan tersebut. Dengan hanya mengirimkan perubahan basis data, waktu yang

diperlukan untuk pengiriman dan pemrosesan pesan tersebut lebih sedikit dibandingdengan mengirim seluruh isi basis data tersebut. Nomor urut pesan diperlukan untuk mengetahui apakah pesan yang diterima lebih baru daripada yang terdapat dalam basis data. Nomor urut ini berguna pada kasus link yang putus menjadi tersambung kembali. Pada saat terdapat link putus dan jaringan menjadi terpisah, basis data kedua bagian jaringan tersebut menjadi berbeda. Ketika link yang putus tersebut hidup kembali, basis data di semua router harus disamakan. Basis data ini tidak akan kembali sama dengan mengirimkan satu pesan link-state saja. Proses penyamaan basis data pada router yang bertetangga disebut sebagai menghidupkan adjacency. Dua buah router bertetangga disebut sebagai adjacent bila basis data link-state keduanya telah sama. Dalam proses ini kedua router tersebut tidak saling bertukar basis data karena akan membutuhkan waktu yang lama. Proses menghidupkan adjacency terdiri dari dua fasa.Fasa pertama, kedua router saling bertukar deskripsi basis data yang merupakan ringkasan dari basis data yang dimiliki setiap router. Setiap router kemudian membandingkan deskripsi basis data yang diterima dengan basis data yang dimilikinya. Pada fasa kedua, setiap router meminta tetangganya untuk mengirimkan record-record basis data yang berbeda, yaitu bila router tidak memiliki record tersebut, atau nomor urut record yang dimiliki lebih kecil daripada yang dikirimkan oleh deskripsi basis data. Setelah proses ini, router memperbarui beberapa record dan ini kemudian dikirimkan ke router-router lain melalui protokol flooding. Protokol link-state lebih baik daripada protokol distance-vector disebabkan oleh beberapa hal: waktu yang diperlukan untuk konvergen lebih cepat, dan lebih penting lagi protokol ini tidak menghasilkan routing loop. Protokol ini mendukung penggunaan beberapa metrik sekaligus. Throughput, delay, biaya, dan keandalan adalah metrik-metrik yang umum digunakan dalam jaringan. Di samping itu protokol ini juga dapat menghasilkan banyak jalur ke sebuah tujuan. Misalkan router A memiliki dua buah jalur dengan metrik yang sama ke host B. Protokol dapat memasukkan kedua jalur tersebut ke dalam forwarding table sehingga router mampu membagi beban di antara kedua jalur tersebut. Rancangan OSPF menggunakan protokol link-state dengan beberapa penambahan fungsi. Fungsi-fungsi yang ditambahkan antara lain mendukung jaringan multi-akses, seperti X.25 dan Ethernet, dan membagi jaringan yang besar mejadi beberapa area. Telah dijelaskan di atas bahwa setiap router dalam protokol link-state perlu membentuk adjacency dengan router tetangganya. Pada jaringan multi-akses, tetangga setiap router dapat lebih dari satu. Dalam situasi seperti ini, setiap router dalam jaringan perlu membentuk adjacency dengan semua router yang lain, dan ini tidak efisien. OSPF mengefisienkan adjacency ini dengan memperkenalkan konsep designated router dan designated router cadangan. Semua router hanya perlu adjacent dengan designated router tersebut, sehingga hanya designated router yang adjacent dengan semua router yang lain. Designated router cadangan akan mengambil alih fungsi designated router yang gagal berfungsi. Langkah pertama dalam jaringan multi-akses adalah memilih designated router dan cadangannya. Pemilihan ini dimasukkan ke dalam protokol Hello, protokol dalam OSPF untuk mengetahui tetanggatetangga router dalam setiap link. Setelah pemilihan, baru kemudian router-router membentuk adjacency dengan designated router dan cadangannya. Setiap terjadi perubahan jaringan, router mengirimkan pesan menggunakan protokol flooding ke designated router, dan designated router yang mengirimkan pesan tersebut ke router-router lain dalam link. Designated router cadangan juga mendengarkan pesan-pesan yang dikirim ke designated router. Jika designated router gagal, cadangannya kemudian menjadi designated router yang baru serta dipilih designated router cadangan yang baru. Karena designated router yang baru telah adjacent dengan router-router lain, tidak perlu dilakukan lagi proses penyamaan basis data yang membutuhkan waktu yang lama tersebut.

Dalam jaringan yang besar tentu dibutuhkan basis data yang besar pula untuk menyimpan topologi jaringan. Ini mengarah kepada kebutuhan memori router yang lebih besar serta waktu perhitungan route yang lebih lama. Untuk mengantisipasi hal ini, OSPF menggunakan konsep area dan backbone. Jaringan dibagi menjadi beberapa area yang terhubung ke backbone. Setiap area dianggap sebagai jaringan tersendiri dan router-router di dalamnya hanya perlu memiliki peta topologi jaringan dalam area tersebut. Router-router yang terletak di perbatasan antar area hanya mengirimkan ringkasan dari link-link yang terdapat dalam area dan tidak mengirimkan topologi area satu ke area lain. Dengan demikian, perhitungan route menjadi lebih sederhana. RIP vs OSPF Kita sudah lihat sepintas bagaimana RIP dan OSPF bekerja. Setiap protokol routing memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Protokol RIP sangat sederhana dan mudah diimplementasikan tetapi dapat menimbulkan routing loop. Protokol OSPF merupakan protokol yang lebih rumit dan lebih baik daripada RIP tetapi membutuhkan memori dan waktu CPU yang besar.

Routing Seperti halnya OSI Network Layer Protokol, Internet Protocol (IP) mempunyai tanggung jawab untuk mencarikan route yang harus di tempuh paket untuk mencapai tujuan. Hal ini dilakukan dengan melihat tujuan IP di NET_ID dan informasi kemana paket harus di arahkan di table routing. Semua ini dilakukan oleh protocol routing, bukan IP, protocol routing ini yang akan mengisi tabel routing. Beberapa referensi yang baik tentang teknik routing dapat di baca di Linux Advanced Routing & Traffic Control http://lartc.org/ and Linux Network Administration Guide http://www.tldp.org/guides.html. Detail teknik dan implementasi routing yang sangat kompleks dan mungkin sebaiknya di bahas dalam buku yang terpisah. Bagi anda yang sangat tertarik untuk mendalami teknik routing sangat di sarankan untuk mendownload berbagai whitepaper / material yang ada di situs Cisco http://www.cisco.com yang banyak menyediakan teknik routing yang baik terutama untuk jaringan sekelas Internet Service Provider (ISP). Routing Direct vs. Indirect Jika dua komputer yang terhubung dalam jaringan komputer dengan hub yang sama, maka ke dua komputer tersebut dapat langsung berhubungan satu sama lain melalui hub tanpa perlu memforward ke router atau gateway. Umumnya untuk routing direct kita tidak perlu mengkonfigurasi apa-apa di sisi system operasinya. Informasi bahwa sebuah host adalah direct, jika ke dua-nya mempunyai network address (NET_ID) yang sama persis. Konfigurasi netmask di network interface sangat menentukan dan sangat fatal disini. Konfigurasi interface di Linux pada interface eth0 dapat dilakukan menggunakan perintah, # ifconfig eth0 [ip-address] netmask [subnetmask] Jika dua komputer yang saling berhubung tidak tersambung pada jaringan yang sama, tidak tersambung pada hub yang sama. Harus ada sebuah atau beberapa buah router / gateway yang di fungsikan untuk me-relay paket agar ke dua komputer dapat saling komunikasi. Agar indirect routing dapat berfungsi dengan baik, kita perlu menambahkan entry pada tabel routing di sistem operasi yang kita gunakan. Pada jaringan komputer yang sangat sederhana dengan sebuah router atau gateway ke jaringan yang lebih besar (atau Internet), teknik menambahkan gateway secara statis dapat menggunakan perintah, # route add default gw [ip-router-anda] Tentunya bagi jaringan yang kompleks dengan banyak router / gateway kita tidak mungkin menggunakan teknik sederhana tersebut.

Metoda Routing

Teknik routing yang di jelaskan di atas menggunakan perintah route add di shell Linux sebetulnya termasuk kategori routing statik. Routing Statik Route ke tujuan di daftar secara manual. Tabel routing statik hanya berubah jika di ubah oleh pengguna atau administrator. Sambungan ke jaringan tidak tergantung pada kondisi jaringan. Jadi baik jaringan yang dituju up atau down, route statik akan tetap ada di tabel routing, dan paket / trafik akan di kirim ke tujuan. Biasanya akan ada paling tidak satu (1) buah routing statik untuk sebuah network interface, yang biasanya di buat secara automatis pada saat network interface tersebut di konfigurasi. Tabel routing statik akan terkonfigurasi pada saat booting, dan tidak berubah sampai waktu yang tidak di tentukan. Teknik ini merupakan teknik paling mendasar dalam jaringan komputer. Tentunya di asumsikan bahwa semua workstation tetap bekerja dalam konfigurasi IP address yang benar, jika ada satu workstation yang berubah konfigurasinya, maka memungkinan besar semua komputer di jaringan harus berubah konfigurasinya untuk merefleksikan perubahan topologi jaringan yang ada. Routing default usaha terakhir untuk trafik tujuan yang tidak di ketahui oleh router. Merupakan bentuk routing yang paling sederhana untuk sebuah jaringan yang tersambung dengan satu titik exit / keluaran. Routing dinamik Routing dynamic (dinamik) menggunakan protokol informasi routing yang khusus yang dapat secara automatis mengupdate tabel routing yang dapat berbicara dengan router lainnya. Sambungan ke jaringan tergantung kepada ke beradaan dan kondisi jaringan. Maka, jika jaringan yang dituju sedang terputus atau mati maka route ke arah jaringan tersebut akan hilang dari tabel dan trafik tidak akan dikirimkan ke tujuan tersebut. Disini akan di bahas secara umum berbagai protokol routing dan kerjanya. Maupun contoh aplikasinya di Linux menggunakan Quangga yang merupakan turunan dari Zebra yang sangat mirip dengan Cisco. Untuk melihat dengan lebih detail kebutuhan dari sebuah router Internet dapat membacanya di RFC 1716. Sebagian besar jaringan akan menggunakan kombinasi dari ketiga metoda routing tersebut. Protokol Routing Yang Banyak Digunakan Pada dasarnya ada dua (2) keluarga protokol routing, yaitu: 1.Interior Gateway Protocol (IGP), adalah nama generik keluarga protokol yang membantu pertukaran informasi routing antar router dalam sebuah jaringan autonomous, seperti LAN dalam sebuah perusahaan. IGP biasanya digunakan untuk wilayah pada geografis yang terbatas. Contoh IGP adalah RIP dan OSPF. 2.Exterior Gateway Protocol (EGP), adalah nama generik keluarga protokol yang digunakan untuk membantu pertukaran informasi routing antara dua mesin antar jaringan / sistem autonomous. EGP biasanya digunakan antar mesin di Internet untuk saling bertukar tabel routing. Contoh EGP adalah BGP.

Lebih detail dari masing-masing protokol routing ini adalah sebagai berikut: OSPF - Open Shortest Path First, sebuah Interior Gatesway Routing Protocol yang dikembangkan untuk jaringan berbasis IP yang berdasarkan algoritma untuk mencari jalur terpendek lebih dulu (shortest path first) atau link-state. Router yang menggunakan algoritma link-state akan mengirimkan informasi routing ke semua node di jaringan dengan menghitung sambungan terpendek (shortest path) ke setiap node berbasis pada topografi dari Internet yang di bentuk oleh setiap node. Setiap node akan mengirimkan bagian dari tabel routing (sambil terus memonitor route ke tujuan network tertentu) yang menjelaskan tentang status dari sambungan dia, router juga akan mengirimkan struktur routing (topografi) lengkap. Keuntungan menggunakan algoritma sambungan terpendek (shortest path) akan menghasilkan update kecil-kecil yang lebih sering di mana-mana di jaringan. Tabel routing akan lebih cepat convergen, oleh karena akan menghindari masalah looping routing, count-to-infinity (pada saat router terus menerusn menaikan hop count ke arah sebuah jaringan). Hal-hal ini akan menyebabkan jaringan yang tidak stabil. Keburukan dari algoritma sambungan terpendek (shortest path first) membutuhkan memory dan kekuatan CPU yang besar. Walau pada akhirnya lebih banyak keuntungan yang di peroleh dari pengorbanan yang harus di lakukan. OSPF versi 2, yang di terangkan di RFC 1583, (http://www.isi.edu/in-notes/rfc1583.ps) pada hari ini banyak menggantikan RIP di Internet. RIP - Routing Information Protocol, adalah sebuah Interior Gateway Protocol. RIP versi 2 (RIP2) diterangkan di RFC 2453, (http:http://www.isi.edu/in-notes/rfc2453.txt) menerangkan bagaimana router saling bertukar informasi tabel routing menggunakan algoritma distance vector. Dengan RIP, sebuah router tetangga akan secara periodik mengirimkan seluruh table routing yang ada di router tetangga tersebut. RIP menggunakan jumlah hop (hop count) yang di lewati sebagai metric perhitungan untuk biaya jalur (path cost). Path / jalur yang dapat dilewati di batasi 16 hop. RIP menjadi semakin tidak effisien di Internet karena jaringan terus berkembang.Beberapa protokol routing berbasis RIP yang masih digunakan di LAN, antara lain adalah NetWare, AppleTalk, VINES, dan DECnet. IANA mencatat daftar RIP message types (http://www.iana.org/assignments/rip-types). IGRP - Interior Gateway Routing Protocol, adalah prorietary network protocol yang dikembangkan oleh Cisco System yang dirancang untuk bekerja dalam sebuah Autonomous System. IGRP adalah distance-vector routing protocol yang artinya setiap router akan mengirimkan semua atau sebagian dari tabel routingnya dalam message routing update pada interval tertentu ke setiap router tetangga. Sebuah router akan memilih jalur terbaik antara sumber dan tujuan. Karena setiap jalur mungkin terdiri dari banyak sambungan, system perlu cara untuk membandingkan berbagai sambungan untuk menentukan jalur yang terbaik. Berbeda dengan RIP yang hanya mempunyai satu kriteria (hop saja), IGRP menggunakan lima (5) kriteria untuk menentukan jalur terbaik, yaitu, kecepatan sambungan, delay, panjang paket, beban jaringan dan reliabilitas. Seorang network administrator dapat menentukan bobot dari masingmasing kriteria untuk menentukan jalur terbaiknya.

EIGRP - Enhanced Interior Gateway Routing Protocol, adalah evolusi dari IGRP yang berusaha memenuhi kebutuhan jaringan skala besar dan perubahan di teknologi jaringan sejak diimplementasikannya IGRP. Router yang menggunakan IGRP dapat menggunakan EIGRP karena metrics yang digunakan oleh kedua protokol ini dapat saling translasi. Jika tidak ada route yang baik, EIGRP akan meminta pada tetangga untuk mencari alternatif route. Permintaan ini akan di propagasikan ke router yang lain sampai di peroleh route alternatif. Berbeda dengan IGRP, EIGRP menggunakan Diffusing-Update Algorithm (DUAL) yang di kembangkan di SRI International. BGP - Border Gateway Protocol versi 4 (BGPv4) adalah exterior gateway protocol yang memungkinkan sekumpulan router dikenal sebagai autonomous system untuk saling berbagi informasi routing. BGP menggunakan protocol distance vector, seperti RIP, tapi tidak seperti protocol distance vector yang lain, tabel BGP juga menyimpan informasi route yang sebenarnya ke jaringan yang dituju. BGP juga mendukung kebijakan routing, yang memungkinkan network administrator untuk mengatur routing berdasarkan masalah keamanan, politik, legal, atau ekonomis bukan hanya sekedar berdasarkan teknis saja. BGP juga mendukung CIDR. BGPv4 di jelaskan di RFC 1771 (http://www.isi.edu/in-notes/rfc1771.txt), sedang RFC 1268 (http://www.isi.edu/in-notes/rfc1268.txt) menjelaskan penggunakan BGP di Internet. Di samping itu, IANA memaintain daftar dari BGP Parameters. (http://www.iana.org/assignments/bgpparameters) Autonomous System (AS) adalah sebuah group dari jaringan yang beroperasi di bawah administrasi bersama, yang menggunakan metodologi routing yang sama. Sebuah AS akan menggunakan Internal Gateway Protocol (IGP) dan metrik yang sama untuk membuat route paket dalam AS. AS akan menggunakan External Gateway Protocol (EGP) untuk membuat route paket ke Autonomous System (AS) yang lain. Alternatif terakhir yang paling sederhana, tabel routing dibuat menggunakan routing statis. Contoh sederhana sebuah routing statis adalah penggunaan default gateway pada sebuah mesin. Sehingga tanpa perlu berfikir panjang, sebuah mesin yang ingin menghubungi mesin lain di luar LAN cukup mengirimkan paket-nya ke gateway. Router-router penghubung LAN corporate ke Internet pun biasanya menggunakan statik routing yang mengarahkan semua traffic ke Internet dari LAN untuk di arahkan ke router ISP. Karena hanya satu jalur menuju ISP maka protokol routing jarang dibutuhkan pada konfigurasi seperti ini. Semua mesin & router akan menjaga tabel routingnya masing-masing yang berisi informasi routing terkini. Pada windows, kita dapat melihat isi tabel routing menggunakan perintah route print Pada Unix / Linux, menggunakan perintah netstat r atau netstat -nr Masing-masing protocol routing mempunyai hubungan yang berbedabeda dengan keluarga protocol TCP/IP. Message RIP biasanya di bawa oleh datagram UDP yang tentunya berjalan di atas paket IP. Message OSPF biasanya di bawa langsung di atas datagram IP. BGP berbeda sama sekali, message BGP di kirim di atas TCP yang berjalan di atas IP. Umumnya semua buku TCP/IP akan mendiskusikan IP routing dengan cukup detail. Salah satu

buku yang baik tentang IP routing adalah Routing in the Internet oleh Christian Huitema. Harganya lumayan sekitar US$50-an.

Pemilihan Protokol Routing Ada dua kelas protokol routing, yaitu, protokol link state dan protokol distance vector. Perbandingan ke duanya adalah sebagai berikut, Protokol Link State Protokol Distance Vector ISIS, OSPF RIP, IGRP Informasi yang dikirim: Menjelaskan kondisi sambungan yang tersambung ke router. Alokasi IP network / subnet. Biaya dari link (dihitung kebalikan dari bandwidth). Informasi yang dikirim: Ke semua jaringan yang di ketahui router, tidak hanya ke jaringan yang router tsb tersambung. Router yang mengadvertise akan menambah metric / hop-count dari router yang dia dengar. Maksimum hop-count 15. Keuntungan: Lebih scalability, tidak ada hop count, mendukung VLSM dan CIDR, hirarki dan memungkinkan aggregasi. Lebih cepat konvergen, secara langsung membanjirkan link state ke jaringan, dan lebih sedikit over head untuk pertukaran informasi routing. Memungkinkan load balancing melalui link cost. Keuntungan: Konfigurasi sederhana. Kerugian: Lebih susah di konfigurasi dan di troubleshoot.

Kerugian: Tidak memperhitungkan kecepatan link. Lambat konvergensi. Lebih banyak pertukaran dan maintenance tabel routing. Timer hold-down / flush memperlambat konvergensi menjadi menit. Ada kemungkinan routing loop temporer. Tidak terlalu scalable, kurang hirarki. Classful, kurang kemampuan VLSM dan CIDR. Tergantung dari keperluan / kompleksitas jaringan, protokol yang digunakan mungkin dapat berbeda-beda. Tentunya yang paling sederhana adalah menggunakan routing statis & tidak menggunakan protokol sama sekali. Pada Interior Gateway Protocol (IGP), ada beberapa kriteria dalam pemilihan protokol routing adalah sebagai berikut:

RIPv1 RIPv2 IGRP OSPF EIGRP Sambungan redundan X X V V V Sambungan paralel X X V V V VLSM X V X V V IP address diskontinyu X VXVV EIGRP pada dasarnya proprietary dari Cisco, sementara OSPF merupakan standard terbuka Internet, jadi lebih mudah untuk di implementasikan di jaringan yang menggunakan router nonCisco.

VLSM adalah Variable Length Subnet Masking yang memungkinkan kita melakukan masking IP address tidak mengikuti standard masking konvensional.

Routing Sederhana Routing dalam artian yang sederhana berarti melewatkan paket IP menuju sasaran. Alat yang berfungsi melakukan routing paket biasanya disebut sebagai router atau gateway. Agar mampu melewatkan paket data antar jaringan, maka router minimal harus memiliki dua buah network interface. Proses routing dilakukan secara hop by hop. IP tidak mengetahui jalur keseluruhan menuju tujuan setiap paket. IP routing hanya menyediakan IP address dari router berikutnya (next hop router) yang menurutnya lebih dekat ke host tujuan.

Sebuah mesin / komputer hanya dapat mengirim paket pada divais lain yang terhubung kedalam satu jaringan fisik yang sama. Paket dari IP addressA1 dengan tujuan IP address C1 diforward melalui router G1 dan G2. Host A1 pertama kali mengirim paket ke router G1 (karena G1 terhubung ke tempat dimana host A1 berada). Kemudian router G1 mengirimkan paket ke router G2 melalui network B. Dan akhirnya G2 yang juga terhubung ke network C langsung menyampaikan paket ke address tujuan, host C1. Perhatikan dalam setiap paket yang dikirim IP source A1 dan IP destination C1 tetap & tidak berubah. Tapi MAC address source dan MAC address tujuan akan berubah-ubah dalam setiap paket tergantung mesin yang merelay paket tersebut. Jika kita perhatikan baik-baik, maka keberadaan Address Resolution Protocol (ARP) sangat penting untuk dapat memperoleh tabel MAC & IP address. Algoritma routing untuk host Proses routing yang dilakukan oleh host cukup sederhana. Jika host tujuan terletak di jaringan yang sama/terhubung langsung, IP datagram dikirim langsung ke tujuan. Jika tidak, IP datagram dikirim ke default router. Router ini yang akan mengatur pengiriman IP selanjutnya, hingga sampai ke tujuannya. Konfigurasi sederhana ini dapat kita lihat di konfigurasi networking dari Windows, yang kita cukup memasukan sebuah IP address gateway yang mengarahkan IP paket ke Internet.

Algoritma routing untuk router Dalam menentukan pilihan arah pelewatan IP datagram, router berkonsultasi dengan tabel routing yang dimilikinya berikut ini ialah contoh dari sebuah tabel routing.

[root@gate ~]# netstat -nr Kernel IP routing table Destination Gateway Genmask Flags MSS Window irtt Iface 202.100.10.32 0.0.0.0 255.255.255.240 U 0 0 0 wlan0 192.168.0.0 0.0.0.0 255.255.255.0 U 0 0 0 eth1 192.168.11.0 0.0.0.0 255.255.255.0 U 0 0 0 eth0 192.168.10.0 0.0.0.0 255.255.255.0 U 0 0 0 eth0 169.254.0.0 0.0.0.0 255.255.0.0 U 0 0 0 eth1 44.132.0.0 192.168.0.1 255.255.0.0 UG 0 0 0 eth1 0.0.0.0 202.100.10.33 0.0.0.0 UG 0 0 0 wlan0 [root@gate ~]# Dari hasil perintah netstat nr diatas terlihat tabel routing ini berisi: 1.IP address tujuan 2.IP address next hop router (gateway) 3.Flag. Flag ini menyatakan jenis routing. 4.Spesifikasi Network interface tempat datagram dilewatkan. Dalam proses meneruskan paket ke tujuan, IP router melakukan hal hal berikut : 1.mencari di tabel routing, entry yang cocok dengan IP address tujuan. Jika ditemukan, paket akan di kirim ke next hop router atau interface yang terhubung langsung dengannya (directly connected interface) 2.mencari di tabel routing, entry yang cocok dengan alamat network dari network tujuan. Jika ditemukan, paket dikirim ke next hop router tersebut. 3.Mencari di tabel routing, entry yang bertanda default. Jika tidak ada alternatif routing yang lain, paket akan dikirim ke router default. Router default / gateway biasanya dapat di identifikasi dengan router dengan NetMask 0.0.0.0 dan IP tujuan 0.0.0.0. Tabel routing ini dihasilkan oleh program protokol routing.

Teknik Mengatasi Kelangkaan IP address Ada beberapa teknik dasar yang dapat digunakan untuk mengatasi kelangkaan IP addressm antara lain adalah: 1.Alokasi IP address yang lebih kreatif, menggunakan: a.Teknik Variable Length Subnet Mask (VLSM). b.Menggunakan alokasi blok IP address yang tidak permanen, seperti menggunankan Dynamic Host Configuration Protocol (DHCP). c.Penggabungan beberapa kelas IP address (biasanya kelas C). 2.Menggunakan Classless Interdomain Routing (CIDR), di definisikan dalam RFC 1519.

3.Menggunakan Private IP adddress dan Network Address Translation (NAT). a.Private IP address di definisikan di RFC 1918. b.Network Address Translation (NAT) di definisikan di RFC 1631. 4.Menggunakan IP v6 yang memungkinkan alokasi IP address yang jauh lebih besar.

Variable Length Subnet Mask Kemampuan untuk mengkonfigurasi sebuah jaringan dengan mask yang berbeda-beda. Hal ini membuat pembagian jaringan lebih fleksibel menjadi beberapa subnet walaupun tetap menjaga jumlah mesin yang cukup di masing-masing subnet. Contoh pembagian kelas address, sebuah address kelas C dengan mask 255.255.255.x, dapat dibagi menjadi: 255.255.255.252 (1111 1100) 64 subnet dengan 4 host masing-masing. 255.255.255.248 (1111 1000) 32 subnet dengan 8 host masing-masing. 255.255.255.240 (1111 0000) 16 subnet dengan 16 host masing-masing. 255.255.255.224 (1110 0000) 8 subnet dengan 32 host masing-masing. 255.255.255.192 (1100 0000) 4 subnet dengan 64 host masing-masing. 255.255.255.128 (1000 0000) 2 subnet dengan 128 host masing-masing. Jika kita ingin membagi sebuah kelas menjadi 3 subnet, dengan sebuah subnet 100 host dan dua subnet dengan 50 host, maka VLSM akan dibutuhkan. RIPv1 dan IGRP tidak dapat menangani VLSM. OSPF, EIGRP, ISIS, dan RIPv2 dapat menangani VLSM. Classless Inter Domain Routing (CIDR) IP network di representasikan dengan <prefix, length> atau NET_ID, HOST_ID. Tidak ada lagi kelas IP address tradisional A/B/C. Lebih merepresentasikan hirarki arsitektur Internet, dimana setiap domain akan mengambil IP address-nya dari tingkat / hirarki yang lebih tinggi. Memungkinkan beberapa kelas / blok IP address untuk di kumpulkan menjadi satu kumpulan, CIDR blok atau Supernet. Hal ini dapat di identifikasi dengan mudah pada kelas IP address yang mempunyai prefix (atau NET_ID) yang pendek, lebih pendek dari network mask yang normal. Memungkinkan beberapa IP network untuk dijadikan satu dalam sebuah pemberitahuan routing. Contoh <198.32.0.0/16> merupakan network kelas C yang ilegal. <198.32.0.0/26> merupakan supernet karena netmask 16 lebih kecil dari 24, yang merupakan panjang netmask normalnya. Network 198.32.1.0/20 dapat di identifikasi sebagai jaringan yang lebih spesifik dengan panjang prefix / NET_ID 20. Keuntungan CIDR, terutama lebih mengarah pada jaringan yang lebih hirarki dan berorientasi geografis. Lebih efisien dalam propagasi & strategi routing. Sangat menghemat bandwidth dalam mempropagasikan route. Aggregasi memungkinkan ISP untuk memberitahukan address di bawahnya dalam satu kalimat saja, daripada banyak kalimat.

Kemungkinan masalah dengan CIDR. CIDR hanya akan bekerja jika setiap orang / pelanggan tersambung ke provider-nya melalui satu sambungan saja (single homing) dan mengambil IP address dari prefix / NET_ID provider. Konfigurasi ini akan sulit bagi pelanggan yang tersambung pada lebih dari provider (multi-homing), atau pelanggan yang sudah mempunyai IP address sendiri.

Aturan Longest Match Routing Routing selalu dilakukan berdasarkan kecocokan yang paling panjang (longest match). Maksudnya, routing akan selalu memilih netmask yang terpanjang dari dua prefix yang berbeda panjangnya untuk sebuah network yang sama. Sebuah tujuan tersambung ke banyak domain harus selalu secara explisit memberitahukan routing se-eksplisit mungkin, tidak dalam bentuk aggregat. Jika ada dua (2) pilihan routing ke arah mesin 198.32.1.1, melalui Domain A dengan masking 16 bit 198.32.1.0/16 dan melalui Domain B dengan masking 24 bit 198.32.1.0/24. Maka yang akan di pilih adalah masking terpanjang, dalam hal ini jalur 2 untuk network 198.32.1.0 dengan 24 bit masking.

Routing Loop Loop routing terjadi jika traffic berjalan bolak balik antar jaringan dan tidak pernah mencapai tujuannya. Cara mengatasinya: Tidak boleh mengikuti route yang tidak spesifik untuk tujuan yang match dengan salah satu route aggregat sendiri. Buang semua paket yang di arahkan ke tujuan yang tidak dapat dihubungi yang tidak sespesifik route aggregat. Perhatikan adanya Black hole dimana traffic mencapai dan berhenti pada tujuan yang sebetulnya bukan yang dituju, tapi dari situ tidak dapat di forward kemana-mana lagi.

Skenario Multihoming Multihoming terjadi jika kita mempunyai beberapa saluran ke jaringan lain. Ada beberapa skenario multihoming yang sering digunakan yang akan di bahas. Address Dari Sebuah Provider Yang Sama

Advertising aggregate akan menjadi sedikit tricky. Tidak boleh ada yang meng-aggregate route orang lain, kecuali jika Pihak yang meng-aggregat adalah superset dari pihak yang di aggregat. Kedua pihak telah sepakat secara penah. Contoh, subnet 198.24.0.0/18 akan membuat blackhole bagi StubNet, karena trafik akan mengikuti longest match dan akhirnya ISP2 tidak akan memiliki route sambungan ke StubNet.

Dalam hal ini, aggregat secara explisit harus di advertise ke ISP1 dan ISP2. Jika ISP1 hanya advertise aggregate yang tidak spesifik dari 198.24.0.0/13, maka semua trafik ke arah JamesNet dan LindaNet akan selalu mengikuti longest match melalui ISP2.

Address Di ambil Dari Provider Yang Berbeda Dalam contoh ini, setiap provider akan dapat mengaggregat address-nya masing-masing tanpa perlu mendaftarkan range yang spesifik dari provider yang lain. Kerugiannya, Route backup untuk organisasi multihomed tidak di maintain. Masing-masoing hanya akan advertise block-nya saja, tapi tidak dari blok ISP yang lain. Sebagian dari jaringan akan terputus jika salah satu ISP putus.

Address Di Ambil Tidak Dari Provider Manapun Jika address tidak di ambil dari ISP1, ISP2 maupun NAP, maka semua ISP harus mengadvertise aggregat spesifik ini di atas address mereka. Kerugiannya, hanya akan menambah besarnya tabel routing di semua router.

Autonomous System (AS) Autonomous System (AS) adalah sekumpulan router yang mempunyai kebijakan routing yang sama, di jalankan di bawah sebuah administrasi teknis. Secara praktisnya, Sekumpulan IGP (Interior Gateway Protocol) akan bekerjasama untuk membangun interior routing. Setiap AS memperoleh nomor identifikasinya, AS Number, yang dialokasikan oleh Internet Registry. Untuk percobaan kita juga mengenal Private AS Number. Informasi routing antar AS di pertukarkan melalui Exterior Gateway Protocol (EGP) seperti BGPv4.

Stub AS Merupakan konfigurasi paling sederhana dari sebuah jaringan dimana sebuah autonomous system (AS) mencapai jaringan diluar domain-nya melalui hanya satu pintu yang tersambung ke Provider. Istilah teknis-nya adalah Single Homed AS atau Stub AS. Konfigurasi ini berkonsekuensi, Semua traffic default akan dikirimkan ke provider, oleh karena itu tidak ada kebutuhan untuk memperoleh informasi routing dari provider. Single homed AS tetap mempunyai kebutuhan untuk memberitahukan route yang ada di provider melalui beberapa alternatif cara, antara lain. Melalui entry statik baik untuk sekumpulan kecil routing yang di aggregat. Melalui protokol IGP biasanya stub AS akan sangat sulit memperoleh AS number karena kebijakan routing cenderung untuk mengikuti kebijakan routing provider oleh karena itu tidak memerlukan AS number yang unik. Melalui protokol BGP provider dapat memberikan pelanggan private AS number (dari 65412 sampai dengan 65535).

Multihomed Nontransit AS

Konfigurasi multihomed terjadi jika kita mempunyai lebih dari satu pintu ke dunia luar. Beberapa konsekuensi kebijakan non-transit adalah: Kita tidak menginginkan adanya trafik transit melalui AS yang kita kontrol. Tidak ada IP address source atau destination dari luar AS. AS tidak akan mengadvertise route yang dia pelajari dari AS lain. Trafik transit sebetulnya masih dapat di paksakan melalui routing default atau routing statik. Tidak memerlukan BGPv4.

Multihomed Transit AS Multihomed karena mempunyai lebih dari satu sambungan ke dunia luar. Transit memungkinkan trafik dilakukan melalui jaringan AS yang kita kontrol. Beberapa konsekuensi multihomed transit AS adalah, Menggunakan BGP di dalam As sebagai pipa untuk mempertukarkan update BGP (IBGP). Router yang menjalankan IBGP di kenal sebagai transit router. Router yang menjalankan EBGP di kenal sebagai border router. Akan meng-advertise route yang dipelajari dari AS yang lain.

Implementasi Routing Menggunakan Quangga

Pasti sebagian besar pembaca pernah mendengar nama besar Cisco atau 3COM untuk peralatan jaringan yang baik. Tapi bagaimana dengan Linux? Linux pada hari ini sangat baik untuk server, sedikit yang menyadari bahwa Linux mempunyai potensi yang sangat baik sebagai router. Dengan GNU Zebra atau turunan yang terbarunya Quangga, sebuah mesin Linux dapat menjadi router yang mendukung routing protokol TCP/IP, seperti, RIPv1, RIPv2, RIPng, OSPFv2, OSPFv3, BGPv4, dan BGPv4+. Project Zebra di mulai tahun 1996, berasal dari Kunihiro Ishiguro yang bekerja di NIS, sebuah ISP yang merupakan kerjasama antara British Telecom dan Marubeni. Bekerja di ISP, Ishiguro menyadari kebutuhan software routing yang baik. Pada saat itu Ishiguro bertemuYoshinari Yoshikawa. Yoshikawa mempunyai visi yang sama dengan Ishiguro, akhirnya mereka bersatu untuk secara bahu membahu membangun software routing engine pertama di dunia yang berbasis pada GNU General Public License. Entitas ini di sebut Zebra Project, yang terdiri atas keahlian bisnis IP Infusion yang digabung dengan keahlian teknis beberapa engineer networking dunia yang terbaik dan komit untuk memberikan free software routing engine yang berkualitas baik.

Membuat Sendiri Router Yang Baik Jika kita pernah membuat sebuah firewall, sebetulnya kita sudah membuat sebuah router yang sederhana. Pada kesempatan ini kita akan membuat sebuah router Linux yang dapat berkomunikasi menggunakan protokol routing dinamik. Protokol ini memungkinkan sebuah router untuk bicara satu sama lain dan berbagi informasi tentang jalur-jalur yang ada di jaringan. Hal ini sangat penting di jaringan yang besar seperti Internet dimana routing statik tidak mungkin digunakan. Contoh, walaupun hanya rangkuman dari iunformasi routing saja yang dikirim, tabel Border Gateway Protocol (BGP) di Internet akan berisi lebih dari 100,000 line / kalimat. Di tambah dengan kecepatan perubahan yang terjadi di Internet, maka penggunakan routing statik di Internet sangat mustahil. Kebutuhan akan routing dynamic sangat nyata, bahkan untuk jaringan yang lebih kecil dari Internet, seperti jaringan corporate sangat terasa. BGP, adalah External Gateway Protocol (EGP), yang merupakan tulang punggung routing di Internet. Untuk jaringan yang kecil, Open Shortest Path First (OSPF) yang merupakan Internal Gateway Protocol (EGP) adalah salah satu yang banyak digunakan. GNU Zebra dan Quangga adalah software open source yang memungkinkan kita menjalankan BGP dan / atau OSPF di Linux. Menginstalasi Zebra Versi terakhir Zebra dapat di ambil dari zebra.org. Sebetulnya ada juga paket zebra yang spesifik untuk distribusi tertentu dari berbagai sumber di Internet, termasuk RedHat dan Debian. Jika anda menginstall dari source code, maka prosedur instalasi standard dapat digunakan. Setelah paket di ekstrak, jalankan: ./configure make make install Script konfigurasi akan mendetek secara automatis konfigurasi IP address dan routing yang ada dan secara automatis akan mendukung konfigurasi IP yang ada. Kondisi jaringan yang banyak digunakan pada hari ini umumnya berbasis IPv4, tapi bagi pengguna IPv6 Zebra telah mendukung pula. Jika kita menginstalsi program routing, kita mungkin perlu menambahkan beberapa baris pada /etc/services. Daemon Zebra beroperasi menggunakan virtual terminal line (VTY), sistem yang kita gunakan perlu mengetahui dimana port yang digunakan. Untuk itu, kita perlu menambahkan pada /etc/services berikut zebrasrv 2600/tcp # zebra service zebra 2601/tcp # zebra vty ripd 2602/tcp # RIPd vty ripngd 2603/tcp # RIPngd vty ospfd 2604/tcp # OSPFd vty bgpd 2605/tcp # BGPd vty ospf6d 2606/tcp # OSPF6d vty

Menginstalasi Quagga Bagi anda yang menggunakan RedHat Fedora Core 4, instalasi Quagga Server dapat secara mudah dilakukan melalui GUI pada System Settings Update dari source code quagga dapat di ambil dari http://www.quagga.net. Binary / RPM bagi RedHat Fedora Core 4 dapat di ambil dari http://www.quagga.net/download/binaries/fedora/4/. Teknik instalasi RPM sangat standard menggunakan perintah # rpm ivh nama-paket.rpm

Konfigurasi Quagga Jika kita familiar dengan sistem operasi Cisco IOS, seharusnya kita tidak terlalu masalah untuk membuat Zebra jalan dalam waktu singkat. Setiap sesi Zebra akan menggunakan VTY untuk memungkinkan konfigurasi dinamik melalui telnet. Sehingga jika kita ingin mengkonfigurasi OSPF, kita cukup telnet ke Linux port 2604. Untuk mengubah tabel routing di kernel atau untuk mengkonfigurasi redistribuasi antara protokol routing, kita harus telnet ke port 2601. Pada dasarnya daemon Zebra berfungsi sebagai manager yang menangani komunikasi antar daemon dengan sistem itu sendiri. Mari kita lihat bagaimana cara membuat OSPF dan BGP beroperasi di server. Zebra pada dasarnya menggunakan file konfigurasi berbentuk text. Untuk router OSPF / BGP file konfigurasi yang digunakan adalah zebra.conf, ospfd.conf dan bgpd.conf. Isi file zebra.conf, adalah sebagai berikut ! Zebra configuration saved from vty ! 2002/02/28 01:46:12 ! hostname LinuxRouter password zebra enable password z3bRa log file /var/log/zebra/zebra.log ! interface eth0
description Interface to External Network ip address 10.0.0.1/24

! interface eth1
description Interface to Internal Network ip address 192.168.66.1/24

secara umum konfigurasi minimal / sederhana dari zebra.conf cukup menjelaskan. Zebra / Quangga dapat menggunakan banyak tipe network interface, baik itu Ethernet, ISDN dll. asal dikenal oleh kernel.

Subnet masking dilakukan dengan network bit (contoh /24) berbeda dengan full mask (contoh 255.255.255.0). Perhatikan ada dua jenis password, satu untuk user mode satu lagi untuk privileged mode. Hal ini sangat penting untuk memberikan akses pada pengguna nonadministrator, dan sangat penting jika kita membuat router server atau looking glass. Seorang BGP admin akan mengatakan betapa pentingnya looking glass ini untuk melakukan perbaikan routing, karena looking glass mungkinkan kita melihat route yang ada di luar AS kita sendiri. AS singkatan dari Autonomous System, pada dasarnya group dari peralatan yang berada dalam kebijakan atau administrasi yang sama. BGP Routing dilakukan oleh AS Number. AS number di kontrol oleh Network Information Center, seperti ARIN, APNIC, RIPE NCC dll. Langkah selanjutnya untuk memulai program Zebra, kita dapat menggunakan perintah berikut: /usr/sbin/zebra dk /usr/sbin/ospfd d /usr/sbin/bgpd d Perintah pertama adalah untuk menjalankan zebra. Zebra akan mengupdate tabel routing di kernel. Switch dk memberitahukan program untuk beroperasi sebagai daemon (d), dan akan beroperasi di belakang layar. Switch k memberitahukan Zebra untuk keep menyimpan semua tabel routing yang telah di konfigurasi sebelumnya. Hal ini sangat penting jika kita tidak ingin agar tabel konfigurasi di Zebra terhapus secara tidak sengaja. Biasanya, route dan interface di konfigurasi menggunakan kombinasi peintah ifconfig dan route. Zebra pada dasarnya mengubah secara keseluruhan bentuk route management-nya. Mengkonfigurasi OSPF Untuk memulai konfigurasi OSPF kita dapat telnet ke port 2604. Untuk memasuki privileged mode dapat dilakukan dengan menulis enable dan memasukan password privileged mode. Mode konfigurasi di akses melalui configuration terminal command. Zebra / Quagga juga mau menerima singkatan yang sama dengan Cisco. Juga menerima perintah list dan ?, yang akan memberikan daftar perintah yang ada dan penjelasan singkat. Anda juga akan suka melihat tab completion / tombol tab untuk melengkapi perintah juga di dukung. Feature ini sangat baik, terutama jika anda sudah biasa dengan itu. Selanjutnya kita akan memberitahukan daemon tentang jaringan mana yang akan di beritahukan melalui OSPF, termasuk pemberitahuan area-nya. OSPF mendukung banyak area untuk scalability. Untuk memasuki mode konfigurasi OSPF dapat dilakukan dengan menulis router ospf. Dengan perintah network 192.168.66.0/24 area 0, memberitahukan router bahwa kita akan menggunakan OSPF untuk memberitahukan keberadaan network 192.168.66.9 dengan subnet mask 255.255.255.0. Dalam contoh ini, kita akan membuat interface eth0 menjadi interface passive sehingga routing update yang ada tidak akan di keluarkan dari interface ini. Hal ini penting untuk proses testing jika router lain di arah eth0 kemungkinan akan mendengarkan. Proses membuat passive interface dapat dilakukan menggunakan perintah passive-interface eth0. Jika kita telah membuat

perubahan, keluar dari mode konfigurasi dengan menulis end dan simpan hasilnya dengan perintah write file. Tampak disini adalah cuplikan dari apa yang kita lakukan.

labrat:~# telnet 0 2604 Trying 0.0.0.0... Connected to 0. Escape character is '^]'. Hello, this is zebra (version 0.84b) Copyright 1996-2000 Kunihiro Ishiguro User Access Verification Password: ospfd> enable Password: ospfd# configure terminal ospfd(config)# router ospf ospfd(config-router)# network 192.168.66.0/24 area 0 ospfd(config-router)# passive-interface eth0 ospfd(config-router)# end ospfd# write file Configuration saved to /etc/zebra/ospfd.conf Ingat bahwa agar OSPF atau BGP dapat beroperasi di atas sebuah interface, interface tersebut harus nyala (up). Untuk secara manual menyalakan sebuah interface, login ke port 2601, jalankan perintah no shut pada interface yang bersangkutan. Konfigurasi BGP Mengkonfigurasi BGP tidak berbeda jauh dengan OSPF. Untuk memulai, lakukan telnet ke port 2605. Setelah menjalankan perintah configure terminal, masuk ke mode konfigurasi BGP dengan menuliskan router bgp <AS#>. BGP menggunakan AS number untuk mebangun hubungan dengan tetangganya. Dalam lingkungan testing, kita harus menggunakan AS number private, dalam range 64512 sampai 65534. Jaringan yang akan di advertise oleh BGP harus di masukan dalam perintah network. Tidak ada perintah area dalam BGP, oleh karena itu network command kita hanya network 192.168.66.0/24. Berbeda dengan OSPF, tetangga BGP harus secara statis di set. Kita dapat menset-nya melalui perintah berikut: neighbor <neighbor IP> remote-as <remote AS #>. Berikut adalah contoh cuplikan yang akan terjadi:

labrat:~# telnet 0 2605 Trying 0.0.0.0... Connected to 0. Escape character is '^]'. Hello, this is zebra (version 0.84b) Copyright 1996-2000 Kunihiro Ishiguro User Access Verification Password: bgpd> enable Password: bgpd# configure terminal bgpd(config)# router bgp 65530 bgpd(config-router)# network 192.168.66.0/24 bgpd(config-router)# neighbor 10.0.0.5 remote-as 65531 bgpd(config-router)# end bgpd# write file Configuration saved to /etc/zebra/bgpd.conf

Ada banyak option yang dapat dikembangkan dari OSPF dan BGP, ada baiknya kita mempelajari berbagai manual dan dokumentasi tentang routing sebelum memasukannya ke dalam lingkungan produksi.

Anda mungkin juga menyukai