Anda di halaman 1dari 29

1

A. JUDUL

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENCAPAIAN KONSEP DENGAN MENGGUNAKAN LAB - MINI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII5 SMPN 17 PEKANBARU : PENDIDIKAN MATEMATIKA

B. BIDANG ILMU C. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, dari waktu ke waktu harus ada usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan, hal ini dapat dilihat dari kebarhasilan pada pendidikan formal yang berupa hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa sangat ditentukan oleh keberhasilan suatu proses pembelajaran. Hal ini berarti pembelajaran merupakan hal yang sangat menentukan mutu pendidikan.

Matematika sebagai salah satu ilmu dasar untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang memiliki objek seperti konsep, fakta, prinsip dan keterampilan. Pelajaran matematika diharapkan terdapat keserasian antara proses pembelajaran yang menekankan pada penyelesaian soal dan pemecahan masalah.

Kelancaran proses seluruh kegiatan pendidikan terutama di sekolah, sepenuhnya berada dalam tanggung jawab para guru agar siswa menjadi aktif. Ia adalah seorang pemimpin yang harus mengatur, mengawas dan mengolah seluruh kegiatan proses pembelajaran di sekolah yang menjadi ruang lingkup tanggung jawabnya.

Oemar hamalik (2010 : 119) mengemukakan kemampuan-kemampuan yang selama ini harus dikuasai guru juga akan lebih dituntut aktualisasinya. Misalnya kemampuan dalam : 1) Merumuskan tujuan mengajar, 2) Memahami tentang proses belajar yang dilakukan siswa, 3) Mampu menyampaikan pelajaran kepada siswa, 4) Memilih dan menggunakan alat-alat bantu pendidikan, 5) Memberikan pelayanan terhadap perbedaan-perbedaan individu individu siswa, 6) Mampu memberikan bimbingan dalam membantu siswa mengatasi kesulitan, 7) Mampu menyusun dan menggunakan alat-alat evaluasi kemajuan siswa, 8) Mampu melaksanakan kerjasama yang baik dengan orang tua murid, 9) Memperbaiki dan mengevaluasi pelajaran.

Sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional ( Permeniknas) no. 22 th. 2006, proses pembelajaran dapat diikuti dengan baik dan menarik perhatian siswa apabila menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan sesuai dengan materi pembelajaran.

Dari uraian diatas penulis berpendapat, dalam pembelajaran matematika harus mampu mengaktifkan siswa selama proses pembelajaran dan mengurangi kecenderungan guru untuk mendominasi proses pembelajaran tersebut, sehingga ada perubahan dalam hal pembelajaran matematika yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru sudah sewajarnya diubah menjadi berpusat pada siswa.

Hasil belajar merupakan faktor terkhir dalam melaksanakan aktivitas belajar. Hasil belajar dapat dilihat dari perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan serta nilai sikap yang bersifat konstan dan menetap.

Perubahan-perubahan itu dapat berupa situasi yang baru dan segera nampak dalam perilaku nyata, mungkin juga perubahan yang hanya berupa penyempurnaan terhadap hasil yang pernah dipelajari, dengan kata lain hasil belajar merupakan tingkah laku akhir dari kegiatan belajar mengajar yang dapat diamati juga merupakan pencerminan proses belajar mengajar yang berlangsung.

Sekarang dan masa yang akan datang peserta didik dihadapkan pada tantangan yang berat karena kehidupan masyarakat global yang selalu mengalami perubahan setiap saat. Kehidupan masyarakat dan perkembangan zaman yang terjadi selama ini menuntut perlunya sumber daya manusia yang memiliki kecakapan hdup yang berkualitas dan mandiri.

Sardiman (2008:49) mengemukakan bahwa pembelajaran dikatakan berhasil baik itu didasari pada pengakuan belajar yang secara esensial merupakan proses yang bermakna, bukan sesuatu yang berlangsung secara mekanisme belaka dan tidak sekedar rutinitas.

Di SMP Negeri 17 Pekanbaru, untuk meningkatkan hasil belajar matematika guru telah melakukan berbagai upaya diantaranya menjelaskan kembali materi yang kurang dipahami siswa, memberikan soal-soal yang bervariasi dan menunjuk siswa secara acak mengerjakannya di depan kelas, memberikan pekerjaan rumah dan meminta siswa untuk mengumpulkannya serta memberikan ulangan perbaikan bagi siswa yang nilainya rendah. Dalam hal ini metode yang digunakan adalah metode bervariasi. Namun upaya tersebut belum

memberikan hasil yang diharapkan. Hal ini terlihat dari gejala-gejala sebagai berikut :

1. Jika diberikan soal untuk dikerjakan di papan tulis, hanya sebagian siswa yang bisa mengerjakan.

2. Jika diberikan pekerjaan rumah, banyak siswa yang menunggu dan mencontek jawaban temannya di sekolah.

3. Sebagian nilai siswa masih rendah

4. Persentase ketuntasan siswa dalam menjawab soal ujian formatif masih rendah, dari beberapa soal ujian formatif yang mampu dijawab hanya sekitar 40%.

Untuk menjawab tantangan atas permasalahan diperlukan cara yang tepat untuk meningkatkan hasil adalah dengan menerapkan suatu strategi dalam hal ini menggunakan strategi pembelajaran model pencapaian konsep dengan Lab-Mini. Strategi pembelajaran model pencapaian konsep dengan Lab-Mini ini

memberikan cara baru yang dilakukan dalam proses belajar dan mengajar, yaitu pikiran untuk menggambarkan pembahasan setiap materi yang diajarkan untuk meningkatkan kemampuan belajar anak didik dengan menggunakan keseluruhan otak.

Strategi ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Menurut Saragih (2000:21) kegiatan laboratorium mini dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran, karena siswa terlibat langsung dalam membangun pengetahuannya,

melalui kegiatan fisik/peragaan. Melalui kegiatan manipulasi/peragaan siswa akan memperoleh pengetahuan yang lebih baik dan tahan lama.

Lebih

lanjut

Saragih

(2000:5)

mengemukakan

dalam

kegiatan

laboratorium mini ini siswa dituntut harus mampu memperagakan alat dalam mengkonstruksikan konsep dan prinsip yang dipelajari. Mengingat kemampuan siswa yang heterogen, maka tidak tertutup kemungkinan ada siswa yang tidak mampu melaksanakan kegiatan laboratorium mini dipandang lebih tepat jika dipadukan dengan berbagai pendekatan.

Dalam pelaksanaannya laboratorium mini ini akan berhasil jika permasalahan yang dipecahkan siswa tidak terlampau sulit dan dapat dilaksanakn dengan menggunakan benda kongkrit, Anna ( 2007 : 4)

Berdasarkan uraian di atas dalam upaya peningkatan hasil belajar matematika siswa di SMP Negeri 17 Pekanbaru, penulis memandang perlu untuk menerapkan pencapaian konsep dengan laboratorium mini sebagai sebuah alternatif dalam pembelajaran matematika.

2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu apakah penerapan model pencapaian konsep dengan laboratorium mini dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII7 SMPN 17 Pekanbaru tahun pelajaran 2012/2013 pada materi bangun ruang.

3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar matematika dengan menggunakan model pencapaian konsep dengan laboratorium mini kelas VIII5 SMPN 17 Pekanbaru.

4. Manfaat Penelitian Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat pada berbagai pihak, diantaranya : a. Bagi Sekolah Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan bagi pihak sekolah dalam menerapkan sistem pengajaran khususnya untuk pelajaran matematika. b. Bagi Guru Diharapkan dengan penilitian ini, pembelajaran dengan model pencapaian konsep dengan lab mini dapat menjadi salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika di SMPN 17 Pekanbaru.

c.

Bagi Siswa Diharapkan dengan penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa SMPN 17 Pekanbaru

d. Bagi Peneliti Diharapkan dengan penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti khususnya dalam penggunaan metode pembelajaran pada pelajaran matematika, kemudian penelitian ini juga merupakan wadah bagi peneliti untuk menuangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Riau.

D. KAJIAN PUSTAKA 1. Belajar dan FaktorFaktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Dalam proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling utama. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan dan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya Slameto (2010:2). Menurut Oemar (2010:27), belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami. Menurut Nana (2009:39), hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Dari beberapa pendapat ahli di atas, disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses untuk seseorang mengetahui dan mengenal lebih jauh menegenai sesuatu hal dengan tujuan untuk mendapatkan suatu perubahan, misalnya tingkah laku. Belajar yang dialami siswa sesuai dengan pertumbuhan jasmani dan perkembangan mental akan menghasilkan hasil belajar sebagai dampak pengiringnya. Menurut Muhibbin (2010: 129), ada faktorfaktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu: 1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa.

2.

Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa. Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi

strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materimateri pelajaran. Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut diharapkan dapat

meningkatkan hasil belajar seseorang dan dapat mencegah siswa dari penyebabpenyebab terhambatnya pembelajaran.

2. Pengertian Hasil Belajar Menurut Dimyati (2002:3), hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari siswa, hasil belajar merupakan proses belajar. Sedangkan Menurut Agus (2010:5), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Menurut Bloom (dalam Agus, 2010:5), hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh),

application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evolution (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi).

10

Dari penjelasan di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan atau kompetensi yang diperoleh siswa setelah kegiatan belajar. Sedangkan hasil belajar matematika adalah suatu hasil yang dicapai seseorang yang dinyatakan dalam bentuk angka.

3. Pengertian pencapaian konsep Soedjadi (2000 : 13) mengemukakan bahwa konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan kita dapat menggolongkan atau mengklasifikasikan objek ke dalam contoh atau bukan contoh. Agar siswa dapat memahami konsep dalam matematika dengan baik, terampil menyelesaikan soal yang berkaitan dengan konsep yang dipelajarinya, maka konsep harus dibentuk dan didefenisikan oleh siswa sendiri. Dengan kata lain dalam proses pembelajaran diusahakan seoptimal mungkin melibatkan siswa dalam menemukan konsep. Model pencapaian konsep pada prinsipnya adalah suatu strategi pembelajaran yang menggunakan data untuk mengajarkan konsep kepada siswa, yang diawali dengan menyajikan data ( berupa contoh dan bukan contoh ), kemudian guru meminta siswa untuk mengamati data tersebut. Atas dasar pengamatan ini dibentuklah sebuah abstraksi. Model ini akan membantu semua usaha untuk menguatkan pemahaman tentang konsep dan latihan pengujian hipotesis.

11

Menurut Joice dan Weil dalam Asvahera (2003:10), model pencapaian konsep memiliki tiga fase kegiatan, yaitu : 1. Fase Pertama: Menyajikan data dan identifikasi masalah a. Guru menyajikan contoh yang sudah diberi label b. Siswa membandingkan ciri ciri dalam bentuk contoh dan non contoh c. Siswa membuat dan mengetes hipotesis d. Siswa membuat defenisi tentang konsep atas ciri ciri esensial. 2. Fase Kedua : Mengetes Pencapaian Konsep a. Siswa mengidentifikasi tambahan contoh yang tidak diberi label dengan menyatakan ya atau tidak b. Guru menegaskan hipotesa, nama konsep dan menyatakan kembali defenisi sesuai dengan ciri ciri esensial. 3. Fase ketiga : Menganalisis strategi berfikir a. Siswa mengungkapkan pemikirannya b. Siswa mendiskusikan hipotesis dan ciri ciri konsep c. Siswa mendiskusikan tipe dan jumlah hipotesis Dalam model ini, pengajar melakukan pengendalian terhadap aktifitas, tetapi dapat dikembangkan menjadi kegiatan dialog bebas dalam fase itu. Interaksi antar peserta didik digalakkan oleh poengajar dengan mengorganisasikan kegiatan itu diharapkan peserta didik akan lebih memperlihatkan inisiatifnya untuk melakukan proses induktif bersamaan dengan bertambahnya pengalaman dalam melibatkan diri dalam kegiatan belajar mengajar.

12

Dari uraian tersebut, model pencapaian konsep menurut Gimin (2008 :27), penerapan strategi pembelajaran dirancang sebagai berikut : 1. Pendahuluan Pada langkah pertama ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan memotivasi siswa dan mengaitkan pembelajaran dengan pengetahuan awal siswa, sedangkan siswa diharapkan dapat mendengarkan dan memahami penjelasan guru. 2. Penyajian data dan identifikasi konsep Pada langkah kedua ini guru menyajikan contoh, meminta dugaan dan defenisi dari siswa, sedangkan siswa membandingkan contoh dengan bukan contoh, mengajukan dugaan dan memberikan defenisi. 3. Pengetesan pencapaian konsep Pada langkah ketiga ini, aktivitas guru adalah menyajikan contoh yang tidak berlabel dn meminta contoh lain dari siswa, sedangkan siswa dapat membuat identifikasi dengan memberikan label serta dapat memberikan contoh lain yang meminta oleh guru. 4. Analisis strategi berfikir Pada langkah keempat, guru dapat mengajukan pertanyaan mengapa dan bagaimana membimbing siswa dalam menyempurnakan deenisi yang dibuat siswa pada penyajian data dan identifikasi konsep, sedangkan siswa dapat mengungkapkan contoh dengan label dan mendiskusikan aneka pikiran.

13

5. Penutup Langkah terakhir ini, siswa mereangkum materi yang dipelajari dengan bimbingan guru. 4. Pembelajaran dengan Laboratorium Mini Laboratorium adalah tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat untuk memungkinkan dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali. Laboratorium ilmiah biasanya dibedakan menurut disiplin ilmunya, misalnya laboratorium matematika, laboratorium biologi, laboratorium bahasa dan lain-lainnya. Penggunaan istilah laboratorium mini (lab-mini) dalam penelitian ini didasarkan kepada alat peraga yang digunakan ( dapat dibuat oleh guru dan siswa dengan mudah ) dan pelaksanaan praktikumnya berlangsung di dalam kelas. Menurut Lucy dkk, dalam Saragih (2001:23), kegiatan lab-mini melibatkan siswa dalam belajar dengan metode ilmiah, sehingga dapat digunakan untuk berfikir kritis. Dalam melakukan kegiatan lab-mini diperlukan peralatan dan sumber sumber yang minimum yang dapat disediakan oleh guru atau siswa itu sendiri. Collins dkk. Dalam Saragih (2001:25) mengemukakan bahwa

laboratorium matematika dan laboratorium mini memberikan siswa kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan sesuatu dengan bekerja dalam kelompok atau bekerja sendiri. Sebelum dilakukan kegiatan, siswa diberikan lembar kerja sebagai penuntun terhadap aktifitas yang harus dilakukan. Lembar kerja siswa dapat disusun berisikan: (1) pertanyaan masalah yang akan dibahas, (2) daftar materi yang diperlukan, (3) langkah- langkah melakukan demonstrasi, (4) menganalisa

14

data dan membuat kesimpulan, (5) pertanyaan-pertanyaan untuk membantu siswa memeriksa observasi. Kegiatan laboratorium mini dalam penelitian ini berbeda dengan penggunaan alat peraga yang telah dikenal. Lab mini dan alat peraga fungsi utama keduanya adalah menanamkan dan memantapkan konsep yang dipelajari, namun berbeda dalam teknik pelaksanaannya. Kegiatan lab mini lebih berfokus pada murid, disini murid secara langsung bekerja/memperagakan alat untuk memanipulasi konsep dan prinsip yang telah dipelajari dan membuat kesimpulan secara tegas dari hasil kegiatannya. Guru berfungsi untuk mengawasi dan mengarahkan siswa dalam melakukan kegiatan dan membimbing siswa membuat kesimpulkan. Sedangkan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga terfokus pada guru dan alat (benda kongkrit) yang digunakan oleh guru. Daniel lucy yang dikutip Saragih (2000:24) mengemukakan bahwa kegiatan laboratorium melibatkan siswa dalam belajar dengan metode ilmiah, sehingga dapat digunakan untuk melatih kemampuan berfikir kritis. Selanjutnya ia menyimpulkan bahwa keunggulan laboratorium mini tersebut adalah sebagai berikut : 1. Dengan peralatan yang minimum, para siswa dapat melakukan kegiatan praktikum. 2. Untuk mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran karena siswa dihadapkan pada objek langsung. 3. Dapat membimbing siswa untuk menemukan sendiri 4. Melatih siswa untuk berfikir kritis

15

5. Melatih siswa untuk bertanya sehingga siswa lebih aktif 6. Mendorong siswa untuk menemukan konsep-konsep baru 7. Memberikan kesempatan untuk belajar dengan mempelajari menggunakan alatalat tersedia. Disamping keunggulan tersebut laboratorium mini memiliki kelemahan, yaitu :membutuhkan waktu yang banyak sehingga materi tidak terselesaikan, membutuhkan sarana yang banyak sehingga biaya cukup besar, dan tidak dapat diterapkan pada semua materi. Kegiatan laboratorium mini mempunyai arti penting dalam penerapan Matematika disekolah. Hali ini terlihat dari tujuan kegiatan lab mini itu sendiri. Bell dalam Saragih (2001:27), menyatakan bahwa tujuan laboratorium mini dalam penerapannya adalah: (1) Tujuan kognitif untuk objek matematika langsung, seperti membantu murid belajar dan mengikuti fakta, memahami konsep dan menganalisa, (2) tujuan kognitif untuk objek matematika yang tidak langsung, seperti membantu murid memecahkan masalah serta menstransfer pengetahuan, (3) tujuan afektif, seperti kepuasan dalam melakukan aktivitas dan konseptualisasi nilai personal yang berkaitan dengan matematika.

5. Penerapan Model Pencapaian Konsep dengan Lab-Mini Model pencapaian konsep dengan lab-mini merupakan model induktif, yang dirancang untuk mengajarkan konsep dengan menggunakan contoh-contoh yang kongkrit. Contoh-contoh yang dikemukakan menyajikan data yang memungkinkan terjadinya proses pada siswa untuk menguasai konsep.

16

Pembelajaran model pencapaian konsep dengan lab-mini adalah model kegiatan praktikum dengan alat-alat sederhana, yang dilakukan dalam kelas dimana objek objek matematika yang bersifat abstrak dapat diperagakan dalam suatu laboratorium. Disini siswa dapat belajar tentang cara menemukan konsep dan ide matematika secara kongkrit, sehingga dapat digunakan untuk melatih kemampuan kritis bagi siswa. Ada tiga fase penerapan model pencapaian konsep dengan laboratorium mini, yaitu : 1. Fase pertama : Penyajian Data dan Identifikasi Masalah Pada fase pertama ini guru memulai pertemuan dengan menyajikan data berupa contoh dan non contoh. Untuk contoh diberikan bentuk benda benda kongkrit yang sesuai dengan konsep dan non contoh diberikan bentuk benda kongkrit yang bukan konsep. Dari contoh dan non contoh yang diberikan siswa diminta

mengidentifikasi ciri ciri yang dimiliki setiap contoh dan non contoh berdasarkan peragaan benda-benda kongkrit yang dihadapan mereka, kemudian siswa menentukan dan membandingkan ciri ciri yang ada pada contoh dan non contoh. Akhirnya siswa diminta untuk memberikan nama konsep dan mengemukakan defenisi konsep sesuai dengan ciri-ciri yang telah disepakati. 2. Fase kedua : Mengetes Pencapaian konsep Pada fase ini kemampuan siswa akan diuji didalam pencapaian konsep. Mula-mula guru menyajikan benda benda kongkrit dan meminta siswa memberikan contoh dan non contoh yang lain dengan memberikan pernyataan

17

ya dan benda-benda mana yang tidak termasuk konsep dengan memberikan pernyataan tidak. Pengidentifikasian ini didasarkan pada karakteristik yang ada pada fase pertama. Contoh tambahan yang dimaksud dapat berupa bendabenda sederhana yang lain yang dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari. 3. Fase ketiga : Menganalisis Strategi Berfikir Apabila proses penyajian telah selesai, langkah akhir dari pembelajaran ini adalah menganalisis strategi belajar siswa dalam memperoleh konsep. Siswa diminta untuk menjelaskan apakah mereka memusatkan pada karakteristik umum atau khusus. Maksudnya adalah mereka memperhatikan contoh secara global kemudian berangsur-angsur menentukan ciri-ciri yang mungkin dimiliki oleh contoh atau setelah mereka memperhatikan contoh langsung menyebutkan konsepnya. Guru juga menanyakan bagaimana tindakan mereka bila hipotesisnya tidak benar. Apakah mereka merubah strategi berfikirnya.

6. Hubungan

Model

Pembelajaran

Pencapaian

Konsep

dengan

Laboratorium Mini Terhadap Hasil Belajar Matematika Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa untuk memudahkan siswa mempelajari suatu konsep, prinsip dan operasi dalam matematika, guru dapat menurunkan derajat keabstrakan objek- objek matematika tersebut dengan cara memanipulasinya pada benda kongkrit, yang dapat dilakukan dalam suatu laboratorium. Dengan disajikannya konsep-konsep abstrak

matematika dalam benda-benda kongkrit di sebuah Lab-Mini maka siswa dalam jenjang pendidikan dasar akan lebih mudah memahami dan mengerti konsep yang

18

dipelajari karena siswa tidak lagi membayangkan keabstrakan matematika saja, seperti pada pembelajaran konvensional selama ini melainkan mereka melihat sendiri konsep-konsep yang dipelajari dan dapat menghubungkan pengetahuan yang mereka dapat dengan kehidupan sehari hari. Pembelajaran pencapaian konsep dengan Lab-Mini dirancang untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar melalui aktivitas fisik yang kongkrit sehingga belajar itu lebih bermakna. Melalui pembelajaran model pencapaian konsep dengan Lab-Mini siswa juga diharapkan dapat menemukan pola, aturan dimana konsep-konsep matematika itu bisa mengarah kepada generalisasi. Khususnya untuk siswa pendidikan dasar dimana perkembangan mentalnya secara umum masih berada pada tingkat kongkrit atau peralihan. Melihat faktor-faktor yang mendukung pembelajaran model pencapaian konsep dengn Lab-Mini diatas maka pembelajaran ini dipandang tepat sebagai sebuah solusi untuk diterapkan kepada siswa khususnya di jenjang pendidikan dasar agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa kearah yang lebih baik.

7. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah jika model pembelajaran pencapaian konsep dengan Lab-Mini diterapkan pada proses pembelajaran matematika maka dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII5 SMP Negeri 17 Pekanbaru.

19

E. Metode Penelitian 1. Bentuk Penelitian Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Arikunto (2009:3), penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Menurut Wardani (2002:4), penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yanng dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa meningkat. Oleh sebab itu, melalui PTK diharapkan mutu proses pembelajaran menjadi lebih baik. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas serta penilaian yang melibatkan beberapa pihak , antara lain yaitu siswa dan guru. Pada penelitian tindakan kelas (PTK) ini akan dilakukan oleh peneliti sendiri, sedangkan guru bertindak sebagai pengamat selama proses pembelajaran. Penelitian dilakukan dalam bentuk tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian praktis yang bertujuan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan pembelajaran dikelas, dengan cara melakukan tindakantindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan parktek-praktek pembelajaran dikelas.

20

Adapun

siklus

penelitian

tindakan

kelas

terlihat

pada

tabel

berikutArikunto,dkk (2001:91): Tabel 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas Siklus I Perencanaan Melihat hasil belajar matematika di kelas, Awal merumuskan masalah, mengidentifikasi permasalahan pokok dan menyusun hipotesis pemecahan Perencanaan - Menentukan pokok bahasan, yaitu unsur-unsur, Tindakan Menggambar serta jaring- jaring kubus dan balok - Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) - Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) - Menyiapkan sumber dan media pembelajaran - Menyusun tes Tindakan - Menerapkan Model Pencapaian Konsep dengan Laboratorium Mini yang sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) - Guru melakukan pengamatan dengan melakukan tes kepada siswa sesudah penerapan model pencapaian konsep dengan laboratorium mini yang sesuai dengan pencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) - Guru mengumpulkan hasil pengamatan Menganalisis hasil pengamatan untuk memperoleh gambaran bagaimana dampak dari tindakan yang dilakukan jika ternyata hasil tes yang diberikan telah sesuai dengan KKM, maka penelitian dilanjutkan masuk kelas kedua, jika hasil tes tidak sesuai KKM, maka akan dilakukan pengulangan siklus pertama dengan sedikit perbaikan dalam pelaksanaan tindakan.

Pengamatan

Refleksi

Siklus II

Perencanaan - Menentukan pokok bahasan, yaitu luas permukaan, Tindakan Volume dan perubahan Volume - Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) - Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) - Menyiapkan sumber dan media pembelajaran - Menyusun tes

21

Tindakan

- Menerapkan Model Pencapaian Konsep dengan Laboratorium Mini yang sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Pengamatan - Guru melakukan Pengamatan dengan melakukan tes kepada siswa sesudah penerapan model pencapain konsep dengan laboratorium mini yang sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) - Guru mengumpulkan hasil pengamatan Refleksi Menganalisis hasil pengamatan untuk memperoleh gambaran bagaimana dampak dari tindakan yang dilakukan. Jika ternyata hasil tes yang diberikan telah sesuai dengan KKM, maka penelitian telah selesai, jika tes tidak sesuai dengan KKM, maka akan dilakukan pengulangan siklus kedua dengan sedikit perbaikan dalam pelaksanaan tindakan

22

Adapun prosedur atau langkah-langkah penelitian tindakan kelas (PTK) yang digunakan menurut Arikunto (2009:16), adalah seperti pada gambar 1 berikut:

Refleksi Awal Refleksi

Perencanaan 11122 1 11 SIKLUS I Pengamatan Perencanaan

Pelaksanaan 1

Refleksi

SIKLUS II Pengamatan

Pelaksanaan

Apabila permasalahan belum terselesaikan Gambar 1. Bagan Siklus dilanjutkan ke siklus berikutnya PTK. Kegiatan yang dilakukan pada setiap tahap adalah sebagai berikut : a. Perencanaan Tahap ini, peneliti merencanakan tindakan yang akan dilakukan berdasarkan masalah yang ada yaitu penerapan model pembelajaran pencapain konsep dengan lab-mini pada siswa kelas VIII5 SMPN 17 Pekanbaru tahun ajaran 2012/2013. Untuk pelaksanaan tindakan ini, pada tahap perencanaan ini peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar materi ajar, lembar kerja siswa (LKS), merencanakan tes hasil belajar dan mempersiapkan lembar pengamatan.

23

b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi dari perencanaan. Kegiatan yang dilakukan guru dan peneliti adalah dalam upaya memperbaiki atau meningkatkan mutu pembelajaran kearah yang diinginkan. Pelaksanaan tindakan dilakukan pada proses pembelajaran secara terstruktur sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), memberikan lembar materi ajar dan LKS. Selama proses pembelajaran siswa dikelompokkan sesuai pembelajaran yang diterapkan, yaitu pembelajaran dengan model pembelajaran pencapaian konsep dengan lab-mini c. Pengamatan Dalam hal ini yang bertindak sebgai pengamat utama adalah guru, dan tidak tertutup kemungkinan peneliti juga sekaligus mengamati jalannya tindakan. Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas, interaksi dan kemajuan belajar siswa selama pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pengamatan bertujuan untuk mengamati apakah ada hal-hal yang harus segera diperbaiki agar tindakan yag dilakukan mencapai tujuan yang diinginkan. d. Refleksi Refleksi dilakukan setelah tindakan tiap siklus berakhir. Refleksi ini merupakan renungan bagi guru dan peneliti terhadap proses pembelajaran yang dilakukan. Hasil dari refleksi dapat dijadikan langkah untuk merencanakan tindakan baru pada pelaksanaan pembelajaran selanjutnya, karena penelitian ini terdiri dari dua siklus, maka tahap ini bertujuan untuk mengkaji,

24

mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan yang terjadi pada siklus I yang akan diperbaiki pada siklus II.

2. Subjek Penelitian Karena hasil belajar siswa kelas VIII7 SMPN 17 Pekanbaru tahun ajaran 2011/2012 masih tergolong rendah, maka subjek penelitian ini difokuskan pada kelas VIII5 . Dimana siswa kelas VIII5 SMPN 17 Pekanbaru berjumlah 32 orang, 15 orang laki-laki dan 17 orang perempuan.

3. Instrumen Penelitian a. Perangkat Pembelajaran Perangkat pembelajaran yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Silabus dan Sistem Penilaian Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilian hasil belajar. Format dan sistematika silabus disusun berdasarkan prinsip berorientasi pada pencapian standar kompetensi. Sesuai dengan prinsip tersebut maka silabus dan sistem penilaian mata pelajaran matematika dimulai identitas sekolah, standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, pengalaman belajar, indikator, penilaian yang meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen dan contoh instrumen serta alokasi waktu, sumber bahan atau alat. Pembuatan silabus ini berguna sebagai pedoman perencanaan yang akan dilaksanakan.

25

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) Rencana pelaksanaan pembelajaran disusun secara sistematis berisi: standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, model dan metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran yang dimulai dengan pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. RPP ini berfungsi sebagai acuan peneliti dalam melaksanakan satu kali proses pembelajaran. Tujuannya agar proses pembelajaran berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan silabus yang telah disusun. 3. Lembar Kegiatan Siswa Lembar kegiatan siswa yang berorientasi pada model pencapaian konsep dengan lab-mini 4. Peralatan Lab-Mini Peralatan yang berhubungan dengan materi yang dipelajari. b. Instrumen Pengumpulan Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data tentang aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran dan data tentang hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran. Data tentang aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran yang dikumpulkan dengan menggunakan lembar pengamatan, sedangkan data tentang hasil belajar siswa dikumpulkan dengan menggunakan tes. Tes diberikan pada ulangan harian I dan ulangan harian II.

26

4. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah: a. Teknik Tes Teknik tes ini digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar matematika siswa diperoleh melalui tes yang berbentuk essai (ulangan harian) pada materi bangun ruang. b. Teknik Pengamatan Teknik pengamatani ini digunakan untuk memperoleh data tentang aktifitas siswa dan guru selama proses pembelajaran dikumpulkan dengan cara melakukan pengamatan kelas oleh pengamat. Dalam mengumpulkan data ini, pengamat mengamati aktifitas siswa mengamati aktifitas guru sesuai dengan tuntutan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang tersedia dalam lembar pengamatan. 5. Teknik Analisis Data Untuk menilai keberhasilan tindakan kelas melalui penerapan pencapaian konsep dengan bantuan laboratorium mini yang telah dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu : peningkatan hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa untuk setiap indikator dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal. Data yang sudah diperoleh melalui lembar pengamatan maupun tes hasil belajar matematika kemudian dianalisis. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif. Analisis statistik deskriptif ini yang bertujuan untuk menggambarkan data aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran dan data tentang ketuntasan hasil belajar siswa pada materi bangun ruang.

27

Analisis deskriptif meliputi : 1. Tingkat Penguasaan Siswa Untuk tingkat penguasaan siswa terhadap materi bangun ruang bantuan lab-mini dengan menggunakan rumus:
TP
R x 100% SM

dengan

Dimana: TP R SM = Tingkat Penguasaan Siswa = Skor yang diperoleh siswa = Skor maksimum dari Tes Seorang siswa di SMP Negeri 17 Pekanbaru disebut telah tuntas belajar bila siswa tersebut telah mencapai tingkat penguasaan 71 % 2. Data Analisis Guru dan Siswa Hasil pengamatan yang diperoleh pengamat dari lembar pengamatan dianalisis dengan analisis deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan data tentang aktivitas guru dan siswa. Hasil pengamatan berguna untuk melihat kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan tindakan. Apabila hasil pengamatan terdapat kekeliruan atau ketidaksesuaian dalam pelaksanaan tindakan maka dilakukan perencanaan ulang untuk diperbaiki pada siklus selanjutnya. 3. Data Hasil Belajar Siswa Keberhasilan tindakan pada penelitian ini dilihat dari skor dasar, ulangan harian I, dan ulangan harian II yang dianalisis untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa melalui ketercapaiaan KKM yang diperoleh dari hasil belajar matematika pada materi bangun ruang. ( Sarosdiyetta, 2009:19)

28

1. Analisis Ketercapaian KKM Analisis data tentang ketercapaian kriteria ketuntasan minimum pada materi Bangun ruang dilakukan dengan menghitung ketuntasan individu dan presentase ketuntasan klasikal. Rumus yang digunakan: KI = dan KK = x 100% = = = = = = Ketuntasan individu Skor hasil belajar siswa Skor maksimal ideal Presentase ketuntasan klasikal Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa keseluruhan x 100 (Sri Rezeki,2009:5)

Keterangan : KI SS SMI KK JST JS 2. Distribusi Frekuensi

Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dengan membandingkan skor hasil belajar siswa sebelum tindakan dengan skor hasil belajar siswa setelah tindakan yaitu ulangan harian I dan ulangan harian II. Jika jumlah siswa yang bernilai rendah (di bawah KKM) menurun dari skor dasar ulangan harian I begitu juga dari ulangan ulangan harian I ke ulangan harian II serta presentase siswa yang tuntas meningkat dari skor dasar ke ulangan harian I begitu juga dari ulangan harian I ke ulangan harian II.

3. Analisis Rata-Rata (Mean)

Dengan menggunakan analisis mean ( x ) atau rata-rata nilai siswa. Untuk analisis mean dilakukan dengan membandingkan nilai rata-rata setelah

29

tindakan dengan nilai rata-rata sebelum tindakan (skor dasar). Dalam penggunaan pembelajaran kooperatif teknik berkirim salam dah soal dilakukan dua kali ulangan harian. Ulangan harian pertama dilakukan setelah dua pertemuan (siklus I) yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam siklus I. Ulangan harian kedua dilakukan setelah tiga pertemuan berikutnya (siklus II) yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam siklus II. Jika ulangan harian pada siklus I lebih tinggi dari skor dasar dan jika ulangan harian II lebih tinggi dari nilai ulangan pada siklus I, maka dikatakan tindakan berhasil.

Analisis mean (rata-rata)

x=

x
n

(Akdon, 2008:38)

Keterangan :

= Mean (nilai rata-rata) = Jumlah Nilai = Jumlah siswa

x
n

Anda mungkin juga menyukai