Proses awal pembentukan logam dilakukan melalui proses penuangan (pengecoran) bijih logam, sehingga logam-logam itu berbentuk benda tuangan yang disebut ingot, dimana ingotingot ini akan diolah menjadi besi kasar (pig iron) dan akan dibentuk sedemikian rupa kedalam bentuk lain yang kita kehendaki baik melalui proses pengecoran (penuangan) maupun proses lainnya seperti pengerjaan panas (hot working processes) dan pengerjaan dingin (cold working processes). Proses pengolahan logam menjadi bahan baku ini dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai aspek kebutuhan kualitas produk akhir yang dikehendaki dimana setiap proses yang dilakukan akan berpengaruh besar terhadap sifat dan karakteristik logam tersebut. Untuk membahas lebih jauh tentang pengolahan logam ini akan kita lihat terlebih dahulu, bagaimana proses terbentuknya bijih logam tersebut sebagaimana terlihat pada gambar 6 berikut.
logam yang bermuatan negative bercampur dengan berbagai unsur batuan inilah yang disebut sebagai bijih atau ores, dan melalui proses ini pula akan diperoleh berbagai material yang sangat berguna disamping unsur besi seperti gas. Perbedaan tekanan panas bumi terhadap kandungan bijih logam akan berbeda komposisinya untuk satu daerah dengan daerah lainnya sesuai dengan ketebalan kulit bumi. Bijih besi dapat diperoleh melalui proses eksplorasi bahkan pada kondisi tertentu bijih besi dapat muncul kepermukaan secara vulkanis dan proses hydrothermal akan mengakibatkan terjadinya proses pemisahan unsur-unsur yang terkandung pada bijih tersebut. unsurunsur tersebut antara lain pegmatite, magnetik, haematite, limotite. siderite, metamorphosis serta unsur-unsur lainnya seperti gas berupa phosphor, belerang dan karbon. Oleh karena itu secara umum bijih besi dikelompokkan dalam 3 type bijih besi yaitu : 1. Oxide : a) Magnetic Ores, komposisinya terdiri atas mineral Magnetic (Fe3O4) dimana Magnetic berwarna coklat dengan kadar bijih besi yang tinggi yakni diatas 56% b) Haematite Ores, komposisinya terdiri atas mineral Haematite (Fe2O3) dimana Magnetic berwarna kuning kemerahan dengan kadar bijih besi 40 hingga 65 % 2. Hydrate Ores berisi limotite (2Fe2O3.3H2O) dan Geothite(Fe2O3.3H2O) dengan kadar besi 20 hinga 55 % 3. Karbonates, berisi mineral Siderite (FeCO3 dengan kadar besi 30 %. Bijih besi diproses didalam dapur tinggi (blast furnace) menjadi besi kasar (pig iron) yang keluar berbentuk besi tuang untuk diperhalus menjadi besi kasar (wrought iron) selanjutnya menjadi baja yang kemudian menjadi besi tuang (cast irons) dengan karakteristik yang lebih spesifik. Unsur-unsur yang diperoleh dari hasil eksplorasi masih membentuk bijih, oleh karena itu untuk memperoleh suatu jenis bahan dengan kualitas tertentu diperlukan proses pemurnian yang kemudian dilakukan proses deformulasi unsur secara terukur atau pencampuran dan persenyawaan dari berbagai unsur dengan komposisi dan kadar tertentu. Proses persenyawaan ini akan menghasilkan suatu bahan teknik dengan sifat dan karakteristik yang berbeda dari sifat dasarnya baik sifat kimia, sifat phisik maupun sifat mekaniknya. Keragaman sifat-sifat logam ini menjadikan logam sebagai salah satu bahan teknik yang paling dominan karena sifatnya yang mudah dibentuk, tegangan yang dapat diperbaiki serta ketersediaan yang relatif cukup. Pada gambar berikut diperlihatkan berbagai unsur mineral yang terkandung di dalam perut bumi, unsur alumunium merupakan unsur logam yang paling besar yakni 8,13 % dan besi (Iron) berada pada urutan kedua yakni sebesar 5 %.
Kanada, Spanyol, Inggeris dan Rusia. Hydrate ores terdapat di Polandia, Amerika, Jerman dan Perancis. Karbonates ores terdapat di Jerman dan Austria. Apabila kita perhatikan istilah dan sebutan besi sebagai salah satu jenis bahan baku produk menjadi tidak tepat, karena sejak didalam perut bumi besi telah bersenyawa dengan unsur karbon serta unsur-unsur lainnya dan persenyawaan antara unsur besi dengan unsur karbon adalah besi karbon (FeC) atau yang kita sebut sebagai baja. Namun demikian bila kita lihat kembali ikhtisar bahan teknik yang merupakan bahan teknik (materials for engineering) dari jenis besi ialah besi tempa atau baja dengan komposisi karbon rendah, medium dan tinggi. Artinya hanya persenyawaan besi karbon dengan kadar karbon yang dikendalikan pada jumlah yang ditentukan, dan untuk mencapai hal tersebut diperlukan proses pemurnian dari masing-masing unsur-unsur agar dapat diformulasikan secara tepat, dengan demikian akan dihasilkan sebuah bahan baku produk dengan sifat dan karakteristik tertentu yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan kualitas produk.
C. Phosphorus
Hampir tidak pernah dapat dilakukan melepaskan unsur phosphor dalam proses pemurnian besi. Phosphor merupakan salah satu unsur yang terkandung didalam besi dan berpengaruh merugikan terhadap sifat mekanik besi atau baja. OLeh karena itu terdapat 2 jenis bijih besi yang berbeda menurut kadar Phoshpornya, yaitu : Low phosphorus Ores, yaitu bijih besi (ores) dengan kadar phosphor 0,04 % pada keadaan ini biasanya bijih besi mengandung unsur silikon yang relatif tinggi High phosphorus (basa) Ores, yakni bijih besi basa biasanya mengandung unsur phosphor di atas 2,5 %. Jenis ini terdapat pada British ores yang memiliki kadar Fe rendah demikian pula dalam menghilangkan unsur phosphor ini juga diperlukan biaya operasional yang cukup mahal, oleh karena itu proses pemurniannya biasanya dicampur dengan bijih-bijih dari jenis yang berbeda.
Kokas digunakan pada dapur tinggi sebagai bahan bakar, dimana kokas diperoleh dari batu bara yang ditempatkan pada oven,dari dapur tinggi ini juga akan mengeluarkan gas yang dapat dimanfaatkan sebagai gas kota yang dapat disalurkan melalui pipapipa, disamping itu diperoleh pula tar, crude-oil, ammonium sulphate yang berguna sebagai pupuk tanaman. Kapur (limestone) berfungsi sebagai fluksi pada dapur tinggi, pemanasan hingga 9000 C di dalam dapur tinggi, batu kapur akan menghasilkan senyawa kimia 2CaO.Si02 yang penting sebagai lapisan pada dinding dapur.