Anda di halaman 1dari 11

dr.

Virdaus

PENGERTIAN SKIZOFRENIA
Skozofrenia berasal dari dua kata, yaitu Skizo yang artinya retak atau pecah (split), dan frenia yang artinya jiwa. Dengan demikian seseorang yang menderita skizofrenia adalah seseorang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian ( Hawari, 2003). Skizofrenia adalah suatu gangguan psikosis fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala psikotik yang khas dan oleh kemunduran fungsi sosial, fungsi kerja, dan perawatan diri. Skizofrenia Tipe I ditandai dengan menonjolnya gejala-gejala positif seperti halusinasi, delusi, dan asosiasi longgar, sedangkan pada Skizofrenia Tipe II ditemukan gejala-gejala negative seperti penarikan diri, apati, dan perawatan diri yang buruk. Skizofrenia terjadi dengan frekuensi yang sangat mirip di seluruh dunia. Skizofrenia terjadi pada pria dan wanita dengan frekuensi yang sama. Gejala-gejala awal biasanya terjadi pada masa remaja atau awal dua puluhan.Pria biasanya mengalami perjalanan gangguan yang lebih berat dibanding wanita. Sepuluh persen penderita skizofrenia meninggal karena bunuh diri.
Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, dan sosial budaya (Rusdi Maslim, 2000 : 46). Skizofrenia merupakan suatu gangguan psikotik yangg kronik, sering mereda, namun hilang timbul dengan manifestasi klinis yang amat luas variasinya (Kaplan 2000 : 407) Menurut Eugen Bleuler (Maramis, 1998 : 217) Skizofrenia adalah suatu gambaran jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses pikir, perasaan dan perbuatan. Dari ketiga pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa skizofrenia merupakan suatu gambaran sindrom dengan berbagai macam penyebab dan perjalanan yang banyak dan beragam, dimana terjadi keretakan jiwa atau ketidak harmonisan dan ketidaksesuaian antara proses pikir, perasaan dan perbuatan serta hilang timbul dengan manisfestasi klinis yang beragam.

Faktor resiko penyakit ini termasuk : 1. Riwayat skizofrenia dalam keluarga 2. Perilaku premorbid yang ditandai dengan kecurigaan, eksentrik, penarikan diri, dan/atau impulsivitas. 3. Stress lingkungan 4. Kelahiran pada musim dingin. Faktor ini hanya memiliki nilai prediktif yang sangat kecil. 5. Status sosial ekonomi yang rendah sekurang-kurangnya sebagian adalah karena dideritanya gangguan ini.

2. Etiologi Dengan beragamnya presentasi gejala dan prognostik, maka tidak ada faktor etiologi yang dianggap kausatif. Oleh karena itu terdapat berbagai penyebab, antara lain : a. Model Diatesis Stress Merupakan model yang sering di gunakan. Model ini mengemukakan bahwa seseorang mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik (diatesis). Apabila hal tersebut dipengaruhi oleh stressor baik biologis, genetik, psikososial, dan lingkungan akan menimbulkan perkembangan gejala skizofrenia. b. Faktor Biologis Area otak utama yang terlibat dalam skizofrenia adalah sistem limbik, ganglia basalis, lobus frontalis. Sistem limbik berfungsi mengendalikan emosi. Pada skizofrenia terjadi penurunan daerah amigdala, hipokampus dan girus parahipokampus. Jika fungsi ini terganggu maka akan menimbulkan gejala skizofrenia yaitu terjadi gangguan emosi. Ganglia basalis berkaitan dengan pengendali pergerakan. Pada pasien dengan gejala skizofrenia memperlihatkan pergerakan yang aneh, seperti gaya berjalan yang kaku, menyeringaikan wajah dan stereotipik. Selain itu ganglia basalis berhubungan timbal balik dengan lobus frontalis sehingga jika terjadi kelainan pada area lobus frontalis maka akan mempengaruhi fungsi ganglia basalis. c. Genetik Telah banyak penelitian yang memastikan bahwa pengarus genetik sanat besar pada pasien skizofrenia. Kemabr monozigot memiliki angka kesesuaian yang tertinggi. Penelitian yang mutakhir telah menemukan bahwa pertanda kromosom yang berhubungan dengan skizofrenia adalah kromosom 5,11 dan 18 pada bagian lengan panjang dan kromosom 19 pada bagian lengan pendek, dan yang paling sering dilaporkan adalah terjadi pada kromosom X. Pada skizofrenia kromososm-kromosom ini mengalami kelainan yaitu saat mengkode dapat terjadi kekacauan seprti translokasi.

d. Faktor Psikososial 1) Teori Psikoanalitik Teori psikoanalitik mengemukakan bahwa gejala skizofrenia mempunyai arti simbolik bagi pasien individual. Misalnya, fantasi tentang dunia akan berakhir mungkin menyatakan suatu perasaan bahwa dunia internal seseorang telah mengalami kerusakan. Perasaan kebesaran dapat mencerminkan narsisme yang direaktivasi dimana orang percaya bahw amereka adalah maha kuasa. 2) Teori Psikodinamik Dasar dari teori dinamia adalah untuk mengerti dinamika pasien dan untuk mengerti makna simbolik dari gejala. Teori ini menganggap bahwa hipersensitivitas terhadap stimuli persepsi yang didasarkansecara kontitusional sebagai suatu defisit. Pendekatan psikodinamika berdasar bahwa gejala psikotik punya arti pada skizofrenia. 3. Klasifikasi Gejala klinis skizofrenia secara umum dan menyeluruh telah diuraikan di muka, dalam PPDGJ III skizofrenia dibagi lagi dalam 9 tipe atau kelompok yang mempunyai spesifikasi masingmasing, yang kriterianya di dominasi dengan hal-hal sebagai berikut : 1. Skizofrenia Paranoid Memenuhi kriteria diagnostik skizofrenia Sebagai tambahan : Halusinasi dan atau waham harus menonjol : (a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit, mendengung, atau bunyi tawa. (b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol. (c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau Passivity (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata / menonjol. Pasien skizofrenik paranoid biasanya berumur lebih tua daripada pasien skizofrenik terdisorganisasi atau katatonik jika mereka mengalami episode pertama penyakitnya. Pasien

yang sehat sampai akhir usia 20 atau 30 tahunan biasanya mencapai kehidupan social yang dapat membantu mereka melewati penyakitnya. Juga, kekuatan ego paranoid cenderung lebih besar dari pasien katatonik dan terdisorganisasi. Pasien skizofrenik paranoid menunjukkan regresi yang lambat dari kemampuanmentalnya, respon emosional, dan perilakunya dibandingkan tipe lain pasien skizofrenik. Pasien skizofrenik paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga, berhati-hati, dan tak ramah. Mereka juga dapat bersifat bermusuhan atau agresif. Pasien skizofrenik paranoid kadang-kadang dapat menempatkan diri mereka secara adekuat didalam situasi social. Kecerdasan mereka tidak terpengaruhi oleh kecenderungan psikosis mereka dan tetap intak. 2. Skizofrenia Hebefrenik Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun). Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas : pemalu dan senang menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis. Untuk diagnosis hebefrenia yang menyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan : - Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan; - Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendirir (selfabsorbed smiling), atau oleh sikap, tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai (grimaces), mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondrial, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases); - Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling) serta inkoheren. Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol (fleeting and fragmentary delusions and hallucinations). Dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan (determination) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of

purpose). Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien. Menurut DSM-IV skizofrenia disebut sebagai skizofrenia tipe terdisorganisasi. 3. Skizofrenia Katatonik Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia. Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya : (a) stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan dalam gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara): (b) Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal) (c) Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh); (d) Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap semua perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau pergerakkan kearah yang berlawanan); (e) Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya menggerakkan dirinya); (f) Fleksibilitas cerea / waxy flexibility (mempertahankan anggota gerak dan tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan (g) Gejala-gejala lain seperti command automatism (kepatuhan secara otomatis terhadap perintah), dan pengulangan kata-kata serta kalimat-kalimat. Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala-gejala lain. Penting untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala katatonik bukan petunjuk diagnostik untuk skizofrenia. Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan metabolik, atau alkohol dan obat-obatan, serta dapat juga terjadi pada gangguan afektif. Selama stupor atau kegembiraan katatonik, pasien skizofrenik memerlukan pengawasan yang ketat untuk menghindari pasien melukai dirinya sendiri atau orang lain. Perawatan medis

mungkin ddiperlukan karena adanya malnutrisi, kelelahan, hiperpireksia, atau cedera yang disebabkan oleh dirinya sendiri. 4. Skizofrenia tak terinci (Undifferentiated). Seringkali. Pasien yang jelas skizofrenik tidak dapat dengan mudah dimasukkan kedalam salah satu tipe. PPDGJ mengklasifikasikan pasien tersebut sebagai tipe tidak terinci. Kriteria diagnostic menurut PPDGJ III yaitu: Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik, atau katatonik. Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca skizofrenia. 5. Depresi Pasca-Skizofrenia Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau : (a) Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria diagnosis umum skizzofrenia) selama 12 bulan terakhir ini; (b) Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi mendominasi gambaran klinisnya); dan (c) Gejala-gejala depresif menonjol dan menganggu, memenuhi paling sedikit kriteria untuk episode depresif, dan telah ada dalam kurun waktu paling sedikit 2 minggu. Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia diagnosis menjadi episode depresif. Bila gejala skizofrenia diagnosis masih jelas dan menonjol, diagnosis harus tetap salah satu dari subtipe skizofrenia yang sesuai. 6. Skizofrenia Residual Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus dipenuhi semua : (a) Gejala negative dari skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk;

(b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofenia; (c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom negative dari skizofrenia; (d) Tidak terdapat dementia atau penyakit / gangguan otak organik lain, depresi kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negative tersebut. Menurut DSM IV, tipe residual ditandai oleh bukti-bukti yang terus menerus adanya gangguan skizofrenik, tanpa adanya kumpulan lengkap gejala aktif atau gejala yang cukup untuk memenuhi tipe lain skizofrenia. Penumpulan emosional, penarikan social, perilaku eksentrik, pikiran yang tidak logis, dan pengenduran asosiasi ringan adalah sering ditemukan pada tipe residual. Jika waham atau halusinasi ditemukan maka hal tersebut tidak menonjol dan tidak disertai afek yang kuat. 7. Skizofrenia Simpleks Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung pada pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dan progresif dari : - gejala negative yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik, dan - disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna, bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup, dan penarikan diri secara sosial. Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan subtipe skizofrenia lainnya. Skizofrenia simpleks sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama pada jenis simpleks adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali terdapat. Jenis ini timbulnya perlahan-lahan sekali. Pada permulaan mungkin penderita mulai kurang memperhatikan keluarganya atau mulai menarik diri dari pergaulan. Makin lama ia makin mundur dalam pekerjaan atau pelajaran dan akhirnya menjadi pengangguran, dan bila tidak ada orang yang menolongnya ia mungkin akan menjadi pengemis, pelacur, atau penjahat. 4. Gejala-gejala Skizofrenia Pada dasarnya gejala-gejala skizofrenia sangat bervariasi dan seiring pertumbuhan penyakit dalam diri ODS, jadi tak tertutup kemungkinan seseorang yang awalnya didiagnosa menderita skizofrenia tipe X

kemudian berkembang jadi tipe Y atau malah gabungan keduanya. Secara umum ada lima tipe skizofrenia meliputi paranoid, disorganisasi,katatonik, indiferensiasi, dan residual. Paranoid Tipe ini ditandai dengan munculnya pikiran-pikiran tentang adanya persekongkolan atau sentimen negatif orang lain yang merupakan ancaman bagi dirinya, terlihat begitu nyata dan mencolok meski sebenarnya itu hanya skenario yang berlangsung di dalam pikirannya sendiri. Ditambah pula halusinasi pendengaran dimana ODS mendengar suara-suara yang tak didengar oleh orang lain. Secara umum tipe ini terlihat paling normal dibanding tipe-tipe lainnya, terutama kalau yang bersangkutan mampu mengendalikan diri. ODS paranoid mampu bekerja dan bersosialisasi secara wajar. Perilaku yang muncul ke permukaan sangat tergantung pada muatan delusi/halusinasi dalam pikirannya, ODS yang meyakini adanya persekongkolan jahat akan cenderung gampang tersinggung atau marah. Kondisi tak nyaman kerapkali merupakan pemicu rangkaian gejala lainnya. ODS tipe ini diliputi keraguan untuk membicarakan penyakitnya namun sebaiknya keluarga dan teman dekat mengusahakan hubungan yang nyaman agar dia mau terbuka bercerita tentang hal-hal yang membebani kepalanya selama ini. Bimbing dia untuk menerima kenyataan bahwa dirinya sakit dan membutuhkan pengobatan yang tepat sedini mungkin. Lebih cepat ditangani akan lebih baik karena akan ada kemungkinan kondisi memburuk dan dia masuk ke jenis paranoid disorganisasi. Disorganisasi Ketidak-teraturan (disorganisasi) pola-pola berpikir dengan hanya sedikit gangguan delusi/halusinasi adalah ciri tipe ini. Kemampuan untuk menjalani kehidupan normal sangat rendah dan ODS tipe ini bahkan mengalami kesulitan untuk melakukan rutinitas pribadi seperti mandi atau menggosok gigi. Gangguan emosional yang parah terlihat nyata pada tipe ini. Perubahan emosi yang sangat menyolok dari semula tertawa gembira lalu sedetik kemudian dia bisa saja menangis meraung-raung. Atau malah tak bereaksi sama sekali saat ada kejadian (yang mestinya) menggemparkan dan merespon suatu bentuk perhatian dengan caci maki kasar. Menurun drastisnya kemampuan berkomunikasi juga dialami ODS tipe ini akibat disorganisasi pola berpikirnya. Katatonik Ciri menyolok tipe ini terletak pada ketidak-seimbangan gerak, berupa hiperaktif (catatonic excitement) atau hiperpasif (catatonic stupor). Di samping itu masih ada gejala yang disebut perilaku stereotipik dimana ODS melakukan gerakan yang sama secara berulang-ulang hingga membuatnya kehilangan kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang bersifat produktif. Ketidak-mampuan atau penolakan terhadap perubahan gerak biasanya terlihat sangat jelas karena ODS tahan selama berjam-jam dalam posisi yang sama tanpa bergerak sama sekali. Bahkan saat berada

dalam posisi yang sangat tidak nyaman sekalipun,dia akan dengan sangat keras menolak bantuan orang lain untuk menolongnya memperbaiki kondisi itu. Gerakan, posisi tubuh, atau ekspresi wajah yang ganjil juga kerap terlihat pada tipe ini. Indiferensiasi Tipe ini memiliki sejumlah gejala yang berfluktusiasi atau malah stabil pada kondisi tertentu hingga menyulitkan dokter untuk menyimpulkan tipe skizofrenia yang dideritanya. Setelah ODS memperlihatkan sejumlah gejala yang sama sekali berbeda dari tipe-tipe lainnya barulah bisa diketahui bahwa dia termasuk tipe indiferensiasi. Residual Tak ada gejala parah yang menonjol, meski masih ada perilaku gamang atau delusi/halusinasi namun sudah sangat jauh berkurang dibanding masa-masa kritis terdahulu. Perbedaan kondisi antar setiap individu ODS juga terlihat sangat nyata. Gangguan fisik/psikis antar penderita berrbeda-beda pengaruh maupun tingkatannya. Ada ODS yang memerlukan perawatan ekstra ketat,namun sebaliknya ada pula yang mampu berkarir bahkan membina keluarga secara wajar. Umumnya mereka harus memilih antara menjalani atau mengurangi frekuensi perawatan rumah sakit dan sangat membutuhkan dukungan dari orang-orang di sekelilingnya. Pencapaian yang terbaik, khususnya pada ODS wanita, ditandai dengan kemampuannya menjalankan fungsi kehidupan normal seperti saat sebelum dia sakit. 5. Diagnosis Paling sedikit terdapat 1 dari 6 kriteria di bawah ini selama satu fase penyakit: 1.Delusi atau waham yang aneh (isinya jelas tak masuk akal), dan tidak berdasarkankenyataan. Sebagai contoh misalnya: - Waham dikendalikan oleh kekuatan dari luar (delusions of beingcontrolled). - Waham penyiaran pikiran (thought broadcasting) - Waham penyisipan pikiran (thought insertion) - Waham penyedotan pikiran (thought withdrawl). 2.Delusi atau waham somatik (fisik), kebesaran, keagamaan, nihilistik atau wahamlainnya yang bukan waham kejar atau cemburu. 3.Delusi atau waham kejar atau cemburu (delusions of persecution or jealousy) danwaham tuduhan (delusions of suspicion) yang disertai halusinasi dalam bentuk apapun (halusinasi pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecapan, dan perabaan). 4.Halusinasi pendengaran yang dapat berupa suara yang selalu memberi komentar tentang tingkah laku atau pikirannya, atau dua atau lebih suara yang saling bercakap-cakapan (dialog). 5.Halusinasi pendengaran yang terjadi beberapa kali yang berisi lebih dari satu atau duakata dan tidak ada hubungannya dengan kesedihan (depresi) atau

kegembiraan(euforia).6.Inkoherensi, yaitu kelonggaran asosiasi (hubungan) pikiran yang jelas, jalan pikiranyang tidak masuk akal, isi pikiran atau pembicaraan yang kacau, atau kemiskinan pembicaraan yang disertai oleh paling sedikit satu dari yang disebut di bawah ini Afek (alam perasaan) yang tumpul, mendatar atau tidak serasi (inappropriate). Berbagai waham atau halusinasi.Katatonia (kelakuan) atau tingkah laku lain yang sangat kacau (disorganized)Deteriorasi (kemunduran/kemerosotan) dari taraf fungsi penyesuaian (adaptasi)dalam bidang pekerjaan, hubungan sosial dan perawatan dirinya.Jangka waktu: gejala penyakit itu berlangsung secara terus menerus selama paling sedikit 6 bulan dalam satu periode di dalam kehidupan seseorang, disertaidengan terdapatnya beberapa gejala penyakit pada saat diperiksa sekarang. Masa 6 bulan itu harus mencakup fase aktif dimana terdapat gejala pada kriteria (A), denganatau tanpa fase prodromal (gejala awal) atau residual (gejala sisa) seperti yangdinyatakan di bawah ini. Catatan:Fase Prodromal: deteriorasi yang jelas dalam fungsi sebelum fase aktif penyakititu, dan yang tidak disebabkan oleh Gangguan Afek atau akibat Gangguan penggunaan zat (NAZA : Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif lainnya), sertamencakup paling sedikit 2 dari 8 gejala yang tersebut di bawah ini yang menetap(gejala sisa), dan yang tidak disebabkan oleh gangguan Afek atau gangguan penggunaan zat (NAZA)

DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. http://yulia-putri.blogspot.com/2010/02/pengertian-skizofrenia.html http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/05/konsep-dasar-skizofrenia-dan.html http://yumizone.wordpress.com/2009/01/10/skizofrenia/ Kaplan & Sadock: Skizofrenia dalam Sinopsis Psikiatri Jilid 1, edisi 7, Penerbit Bina Rupa Aksara, Jakarta, 1997, halaman 685-729. 5. Maslim. R: Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia, edisi 3,Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 2002, hal 46-51. 6. Maslim. R: Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik, edisi 3, Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa, FK Unika Atma Jaya, Jakarta, 2001, hal 14-23. 7. Hawari, Dadang:Skizofrenia dalam Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa, Penerbit FKUI, Jakarta, 2003

Anda mungkin juga menyukai