Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN ANATOMI FISIOLOGI HEWAN SENSORIK DAN MOTORIK

NAMA NIM

: Ferlany Hardiyanti : 115090101111009

Asisten PJ

: Dinia Rizqi D

LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012

KATA PENGANTAR Penulis mengucapkan Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan praktikum Anatomi dan Fisiologi Hewan yang berjudul SENSORIK DAN MOTORIK. Penulis mengucapkan terima kasih kepada segenap asisten praktikum anatomi dan fisiologi hewan yang telah memberikan banyak bimbingan , dan kepada probandus ( Yessi, Putri, Fendi , Rulik, Ririn, dan Pute) yang telah memperlancar jalannya praktikum ini. Penulis menyadari bahwa laporan praktikum ini masih belum sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan pembuatan laporan selanjutnya.

Malang, 31 Oktober 2012

Penulis

BAB I HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Data Hasil Pengamatan 1.1.1 Uji Persepsi Dua Titik Sentuh Probandus Laki-laki Gemuk Tabel 1 . Uji Persepsi Dua Titik Sentuh Jarak/cm Telapak Lengan Betis tangan 0,5 1 5 10 0,5 1 5 10 0,5 1 5 10 1 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 Punggung 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2

Perempuan Gemuk

Perempuan Kurus

1.1.2

Uji Reaksi Probandus/ Ulangan 1 2 3 Rata-rata Tabel 2 . Uji Reaksi Laki2 Prmpuan Prmpuan mata mata mata Minus Normal Minus 0,38 0,32 0,31 0,34 0,37 0,43 0,34 0,38 1,81 0,46 0,40 0,89 Prmpuan mata Silinder 0,34 0,38 0,44 0,39

1.1.3

Uji Knee Jerk Tabel 3 . Uji Knee Jerk Probandus Laki laki Gemuk Reaksi Kaki terangkat/ merespon dengan cepat Kaki terangkat/ merespon setelah beberapa kali dipukul (respon lama) Kaki terangkat/ merespon dengan cepat

Gemuk Perempuan Kurus 1.2 Analisa Prosedur 1.2.1

Uji Persepsi Dua Titik Sentuh Uji persepsi dua titik sentuh merupakan suatu uji indra peraba mengenai persepsinya tentang 2 rangsangan yang berbeda jarak dalam waktu bersamaan. Probandus yang dipilih adalah pria gemuk, pria kurus, wanita gemuk, dan wanita kurus. Selain dibedakan atas gender, probandus juga dibedakan berdasarkan berat tubuh karena ada perbedaan jaringan adiposa antara probandus gemuk dan kurus sehingga dapat diasumsikan dapat mempengaruhi jalannya rangsang dari kulit menuju ke sistem saraf pusat (Franklin, 2008). Permukaan kulit pada telapak tangan, lengan, betis, dan punggung probandus ditusuk dengan dua ujung pensil secara bersamaan dengan jarak yang berbeda-beda yaitu 0,5 cm, 1 cm, 5 cm, dan 10 cm. Perbedaan jarak ini dilakukan untuk dapat mengetahui hasil dari dua titik sentuh dimana ketika ujung runcing pensil berada pada jarak tertentu probandus tidak dapat merasakan rangsangan atau tekanan serta mengetahui jumlah persepsi probandus terhadap rangsangan. Bila probandus tidak lagi merasakan tekanan atau rangsangan maka jarak kedua ujung runcing pada pensil tersebut dicatat pada lembar pengamatan . Selain itu digunakan beberapa titik sentuh seperti telapak tangan , lengan, betis, dan punggung untuk mengetahui jarak penyebaran sel saraf dengan merasakan 2 titik sentuh secara bersamaan di daerah mana yang lebih

sensitif terhadap sentuhan (Franklin, 2008). Probandus harus menutup mata dan merasakan rangsang bisa 1 atau 2 titik sentuh sehingga akan didapatkan hasil berbeda pada tiap probandus sesuai dengan persepsi saraf sensorik pada tiap-tiap probandus. 1.2.2 Uji Reaksi Uji respon penghilangan terhadap warna merupakan uji yang dipakai untuk mengetahui kecepatan pengiriman informasi dari mata sebagai organ reseptor dan tangan sebagai organ efektor. Alat ini berupa mesin dengan bentuk balok dengan kabel penyambung yang menghubungkan kotak tombol 3 warna yang berbeda (merah, hijau dan kuning). Mesin ini memiliki 3 macam lampu kecil, merah, hijau, dan kuning, serta sebuah penghitung lampu digital. Alat ini merupakan syarat melakukan percobaan, untuk melihat ketetapan probandus menekan tombol dan kecepatannya menekan tombol. Alat ini berfungsi untuk mengetahui kecepatan mata dalam melihat dan mengenal warna juga untuk mengetahui kecepatan syaraf dalam menghantarkan rangsan ke otak dan diteruskan dengan kecepatan gerakan tangan dalam menekan tombol (Franklin, 2008).Probandus yang dipilih adalah pria mata minus serta wanita mata normal, mata minus., dan mata silinder. Keadaan mata dijadikan kriteria pembeda sehingga didapatkan variasi data tentang pengaruh keadaan mata terhadap kecepatan pengiriman rangsang atau respon. Probandus berkacamata melepaskan kacamatanya saat uji reaction test berlangsung. Hal ini bertujuan untuk kevalidan data yang akan diperoleh. Probandus hanya menekan tombol (merah, kuning dan hijau) saat alat tersebut mengeluarkan salah satu warna. Pada saat probandus selesai menekan akan terlihat lama waktu saat alat reaction test mengeluarkan warna dengan waktu yang digunakan probandus untuk menekan salah satu tombol warna. Dilakukan pengulangan sebanyak 3X, untuk mendapatkan rata rata kecepatan reaksi dari masing masing probandus dan mendapatkan data yang lebih akurat. Dicatat waktu yang tertera pada alat dan lama waktu tersebut merupakan hasil dari uji di atas dan dicatat pada lembar pengamatan sehingga didapatkan bahwa pada tiap probandus merespon dengan waktu berbeda.

1.2.3

Uji Knee Jerk Knee jerk merupakan salah satu metode uji reaksi terhadap kecepatan rangsang pada gerak refleks. Menurut Tortora (2006), uji knee jerk termasuk monosynaptic karena reaksi gerak refleks hanya membutuhkan satu sinapsis di lingkaran. Reaksi dari uji ini membutuhkan waktu 50 milisekon setelah dilakukan aksi atau uji. Probandus yang dipilih adalah probandus pria gemuk , wanita gemuk dan wanita kurus. Uji ini sangat sederhana yaitu dengan cara memukul lutut pada bagian otot dan tendon yang terdapat di tempurung lututnya dengan botol jam dikarenakan tidak tersedianya palu . Reaksi yang timbul yerdapat perbedaan pada tiap probandus yakni berupa gerak refleks yang terjadi dengan cepat dan tiba-tiba serta gerakan lambat . Posisi kaki probandus harus menggantung dengan santai agar kaki dapat bergerak secara leluasa akibat gerak refleks yang timbul karena lutut probandus dipukul botol jam. 1.3 Analisa Hasil

1.3.1 Uji Persepsi Dua Titik Sentuh Data pengamatan menunjukkan bahwa telapak tangan semua probandus mampu mempersepsikan dua titik sentuh dengan baik mulai dari jarak 5 cm. Dibandingkan dengan lengan, betis dan punggung hanya probandus laki laki gemuk yang mampu mempersepsikan dua titik sentuh dengan baik mulai dari jarak 5 cm sedangkan probandus baik wanita gemuk tidak dapat mempersepsikan dengan baik dan probandus wanita kurus hanya mempersepsikan dengan baik pada bagian punggung saja itupun pada jarak 5 cm. Telapak tangan terdapat kulit jari yang lebih peka terhadap rabaan dibandingkan kulit lengan,betis,dan punggung karena pada kulit jari ditemukan lebih banyak ujung saraf peraba per milimeter persegi. Lagipula jarak antara ujung-ujung saraf saling berdekatan sehingga jari dapat menilai bentuk dan ukuran dari benda yang dipegang. Bagian lengan probandus memiliki sensitivitas rangsang yang rendah sehingga mayoritas probandus hanya dapat mempersepsikan dua titik sentuh sebagai satu titik sentuh saja walaupun laki-laki gemuk dapat mempersepsikan dua titik sentuh sebagai dua titik sentuh mulai jarak 5 cm. Probandus wanita gemuk hanya mempersepsikan rangsang pada semua jarak sebagai satu titik sentuh pada bagian betis dan punggung. Dari data dapat disimpulkan bahwa probandus laki-laki lebih peka dibanding probandus wanita dan probandus kurus lebih peka dibanding probandus

gemuk walaupun pada data, laki-laki gemuk lebih peka mungkin hal ini terjadi sebab menurut saya probandus laki-laki tidak gemuk sehingga hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan literatur begitu pula dengan kepekaan menurut literatur seharusnya probandus wanita lebih peka dibandingkan probandus laki-laki. Faktor berat badan yang mengindikasikan ketebalan jaringan adiposa, ternyata memengaruhi kepadatan dari reseptor perasa. Secara logika, kepadatan sel reseptor ini tentu akan memengaruhi kepekaan dari suatu daerah. Hal lain yang mempengaruhi kepekaan suatu daerah adalah sempitnya daerah penerimaan rangsang (Langley,1967). Selain itu menurut Gunstream (2000) hal ini disebabkan karena faktor dari timbunan lemak yang terdapat pada permukaan kulit sehingga letak syaraf-syaraf paccini (syaraf yang peka terhadap rangsang tekanan) tertutup oleh lemak tersebut yang menghambat respon dari syaraf-syaraf pacini. Semakin jauh jarak probandus merasakan hanya satu titik tekanan, maka semakin lambat respon yang ditangkap oleh syaraf, yang berarti posisi syaraf pacini masih dalam keadaan renggang. Jika jarak semakin dekat, maka respon akan lebih cepat diterima oleh syaraf kulit. Hal ini berarti syaraf pacini dalam posisi yang rapat. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi jalannya rangsang pada kulit adalah ketebalan lapisan kulit dan ketebalan jaringan lemak. Kulit pria lebih tebal dibandingkan kulit wanita sehingga akan menyebabkan perbedaan kepekaan terhadap suatu sentuhan. Ketebalan kulit ini akan menurunkan kepekaan dari penerimaan rangsang. Di sisi lain, ketebalan kulit akan mempengaruhi daya ketahanan tubuh pada seseorang sehingga umumnya pria memiliki daya tahan tubuh yang lebih tinggi terhadap cuaca. Ketebalan lapisan kulit juga dipengaruhi akibat efek dari kerja. Kulit akan mengalami penebalan dan pengerasan apabila digunakan secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama yang biasa disebut dengan keratinisasi. Setelah keratinisasi, sel-sel hanya terdiri atas protein amorf dan fibrilar dan membran plasma yang menebal, sel tersebut disebut sel tanduk. Enzim hidrolitik lisosom berperan dalam menghilangnya organel sitoplasma. Sel-sel secara terus menerus dilepaskan pada permukaan stratum korneum. Efek kerja juga mengakibatkan kulit kasar dan terjadi pengelupasan kulit ari atau lapisan kulit paling luar. Selain ketebalan lapisan kulit, ketebalan jaringan lemak atau adiposa juga memengaruhi daya hantar rangsang pada saraf-saraf di kulit. Pria cenderung menyimpan lemak pada bagian perut, sedangkan wanita cenderung menyimpan lemak pada bagian pinggang dan pantat (Satrio, 2009). Menurut Ganong (1981), tingkat

kesensitifan kulit dipengaruhi oleh jenis kelamin. Perempuan lebih sensitif pada sentuhan karena memiliki respon sistem sensori yang lebih baik dari pada laki-laki. Selain itu, letak organ, berat badan, usia, dan adanya gangguan pada jaringan kulit juga mempengaruhi adanya perbedaan sensitifitas kulit. Persepsi titik sentuh terjadi karena adanya suatu indra peraba yang disebut kulit. Kulit menanggapi rangsang berupa panas, dingin, tekanan, sentuhan, dan rasa nyeri. Reseptor pada kulit yang menerima rangsang disebut turgo reseptor . Kepekaan kulit pun berbeda-beda pada setiap bagian. Seperti yang bisa kita rasakan bahwa bagian kulit yang paling peka terhadap rangsangan yaitu pada bibir dan ujung jari (Pearce, 1991). Kulit dapat mengidentifikasi beberapa sensasi yang berbeda, yakni suhu, tekanan, sakit, dan sentuhan. Reseptor sensorik kulit merespon impuls mekanik, suhu, dan kimia, selanjutnya impuls tersebut akan dikirimkan ke otak dan spinal cord (CNS). Saraf sensorik tersebut akan mengubah energi mekanik, kimia dan suhu menjadi sinyal elekrik. Sinyal tersebut akan melewati akson dari CNS, dan selanjutnya akan diketahui sensasi dari stimuli tersebut, tidak hanya dengan kerja reseptor dan neuron namun juga memori yang terdapat dalam otak (Bullock,2001). Mekanisme kerja saraf kulit untuk merespon suatu sentuhan atau rangsangan dari benda adalah dengan meneruskan rangsangan dari ujung-ujung saraf pada kulit (reseptor Markel untuk sentuhan ringan, saraf peraba (Meissner) untuk sentuhan biasa, dan saraf paccinian untuk rangsangan tekanan, Krause untuk rasa dingin, dan Ruffini untuk rasa panas ) dan selanjutnya rangsangan tersebut diteruskan ke otak. Otak akan mengolah rangsang tersebut sehingga kulit dapat menentukan tekstur maupun suhu dari benda tersebut. Mekanisme rangsangan dua titik sentuh ini terjadi karena adanya perbedaan persepsi pada kulit yang menyebabkan sensor saraf sensorik yang dikirim ke otak menjadi satu titik yang diakibatkan terjadinya perbedaan tekanan pada kulit dan struktur kulit(Guyton ,1991). Mekanisme respon saraf pada kulit diawali dari turgo reseptor yang terdapat pada lapisan dermis. Rangsang yang diterima oleh reseptor tersebut kemudian diteruskan menuju neuron sensorik dan menuju ke otak. Otak menerima informasi mengenai jenis rangsang (tekanan, sentuhan, panas, dan dingin). Setelah menerima informasi tersebut impuls kemudian diteruskan oleh saraf motorik hingga akhirnya probandus dapat mengatakan mengenai rasa sentuhan yang dialami (Campbell, 2005).

Gambar 1. Mekanisme respon saraf pada kulit (Neuroscience, 2012) Kulit merupakan salah satu sistem integumen yang penting untuk melindungi struktur luar tubuh, kulit juga memiliki pigmen melanin yang digunakan untuk melindungi terhadap sinar ultraviolet matahari. Kelenjar-kelenjar kulit pembuluh darah, dan jaringan lemak berpartisipasi dalam pengaturan suhu, metabolisme tubuh dan ekskresi berbagai substansi. Vitamin D3 dibentuk oleh pengaruh sinar ultraviolet matahari, dari prekursor yang dibuat oleh kulit pada lapisan epidermis. Kulit terdiri dari dua lapisan, yaitu epidermis dan dermis ( Junquera, 1995 ). Epidermis terutama terdiri dari epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk, tetapi juga mengandung tiga jenis sel yang tidak begitu banyak : Melanosit, sel langerhans, dan sel merkel. Sel epidermis yang mempunyai lapisan tanduk itu disebut keratinosit. Epidermis terdiri atas lima lapis sel penghasil keratin (keratonitosit) ( Junquera, 1995 ). Stratum basale (stratum germinativum) Stratum basale terdiri atas selapis sel kuboid atau silindris basifilik yang terletak diatas lamina basalis pada batas epidermis dan memisahkan dermis dari epidermis. Stratum basale ditandai banyak aktivitas mitosis dan bertanggung jawab, bersama-sama bagian awal lapis berikut, atas pembaruan selsel epidermis secara bersinambungan( Marieb, 2004 ). Stratum spinosum Stratum spinosum terdiri atas sel kuboid, poligonal, atau agak gepeng dengan inti di tengah dan sitoplasma dengan inti di tengah dan sitoplasma dengan cabang-cabang yang terisi berkas filamen. Berkas ini berkonvergensi ke dalam banyak jaluran saluran halus ini. Berkas tonofilamen ini yang tampak dengan mikroskop cahaya disebut tenofibril. Filamen ini berperan penting mempertahankan kohesi antar sel dan dalam melawan akibat abrasi. Epidermis dari daerah-daerah yang yang terkena gesekan dan tekanan secara terus menerus (telapak kaki) mempunyai stratum spinosum yang lebih tebal dengan lebih

banyak tonofilamen dan desnosom. Semua mitosis hanya terbatas pada yang disebut stratum malpighi, yang terdiri atas stratum basale dan stratum spinosum ( Marieb, 2004 ). Stratum granulosum Lapisan ini ditandai oleh tiga sampai lima lapis sel poligonal gepeng dengan sitoplasma yang berisi granula basofilik kasar yang disebut granula keratohialin. Granula ini mengandung sebuah protein kaya histidin yang difosforilasi demikian juga dengan protein yang mengandung sistin.Struktur khas lainnya yang terlihat dengan mikroskop elektron dalam sel-sel stratum granulosum epidermis ialah granula berlamel, yaitu sebuah struktur lonjong atau mirip batang kecil (0,1-0,3 m) yang mengandung cakram-cakram berlamel yang dibentuk oleh lapis ganda lipid ( Marieb, 2004 ). Stratum lusidum Stratum lusidum tampak lebih jelas pada kulit tebal, bersifat translusen dan terdiri atas selapis tipis sel eosinofilik sangat gepeng. Organel dan inti tidak tampak lagi, dan sitoplasma terutama terdiri atas filamen padat yang berhimpitan dalam matriks kedap-elektron. Desmosom masih tampak diantara sel-sel bersebelahan (Marieb, 2004 ). Stratum korneum Lapisan ini terdiri atas 15-20 lapis sel berkeratin tanpa inti gepeng yang sitoplasmanya dipengaruhi skleroprotein filamen tanpa bilefrigen, yaitu keratin. Keratin sekurang-kurangnya mengandung enam polipeptida yang berbeda dengan berat molekul antara 40.000 sampai 70.000. Tiga rantai polipeptida saling melingkar satu sama lainmembentuk subunit (~47 nm panjang) tonofilamen ( Junquera, 1995). Dermis terdiri atas jaringan ikat yang menunjang epidermis dan mengikatnya pada lapisan dibawahnya, yaitu jaringan subkutan (hypodermis). Ketebalan dermis bervariasi, bergantung pada daerah tubuh, dan mencapai maksimum 4mm di daerah punggung. Permukaan dermis sangat tidak teratur dan memiliki banyak tonjolan (papila dermis) yang saling mengunci dengan juluran-juluran epidermis (rabung epidermis). Papilla dermis ini lebih banyak pada kulit yang sering menahan tekatan, struktur tersebut diyakini meningkat dan menguatkan batas dermis dan epidermis ( Junquera, 1995 ). Kulit peka terhadap rangsang yang berupa panas, dingin, tekanan, sentuhan dan sakit/nyeri. Kulit adalah alat indera kita yang mampu menerima rangsangan temperatur suhu, sentuhan, rasa sakit, tekanan, tekstur, dan lain sebagainya. Faltor-faktor kecepatan kulit dalam menanggapi rangsang

adalah adanya stimulus yang mampu menimbulkan respon sehingga dapat mempengaruhi kulit yang dalam menanggapi rangsang yakni berupa panas, dingin , atau suhu tertentu , adanya syaraf sensoris yang baik dalam menghantarkan impuls dari alat indera ke otak (sistem saraf pusat), ada bagian dari otak yang mampu mengolah atau menterjemahkan impuls menjadi persepsi rangsangan sentuhan, jenis kelamin , nutrisi, dan ketebalan adiposa/lemak (Ganong,1981). 1.3.2 Uji Reaksi

Grafik 1 . Rata-Rata Uji Reaksi Tiap Probandus Data pengamatan menunjukkan bahwa probandus laki-laki minus memiliki kecepatan respon tertinggi dibanding dengan probandus yang lain. Urutan probandus dari yang memiliki kecepatan respon tertinggi sampai terendah adalah probandus pria mata minus, probandus wanita mata normal, probandus wanita mata silinder dan probandus wanita mata minus. Dari data belum dapat dipastikan bahwa keadaan mata mempengaruhi kecepatan merespon sesuatu. Uji ini bersifat relatif karena kecepatan merespon sebenarnya tergantung pada masing-masing individunya. Jarak mata dengan alat reaction test yang begitu dekat (tidak sampai dalam jarak meter) membuat probandus mata minus masih

dapat dengan jelas melihat warna pada alat dan dapat meresponnya dengan baik. Berdasarkan logika, teori yang sudah ada memang benar, akan tetapi pada uji reaction test ini tidak hanya ditentukan oleh kesehatan mata akan tetapi juga dipengaruhi faktor lainnya seperti kecepatan gerakkan dari probandus setelah melihat perubahan warna, konsentrasi yang tinggi, dan kecepatan respon dari tiap probandus. Mungkin karena beberapa faktor inilah yang menyebabkan hasil uji yang seharusnya terbalik antara probandus yang bermata normal dan yang berkacamata. Jenis kelamin akan mempengaruhi kecepatan respon pada percobaan ini. Berdasarkan hasil yang diperoleh, wanita memilki respon lebih cepat daripada pria. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan kemampuan penjalaran sinyal warna oleh sel-sel ganglion pada retina antara probandus laki-laki dan probandus wanita (Ganong,1981). Kelainan penglihatan yang mempengaruhi kerja mata adalah myopia dan hyperopia. Myopia adalah kelainan mata, di mana mata tidak dapat melihat benda-benda yang berjarak dekat dari mata. Hal ini disebabkan karena cahaya yang diteruskan tidak jatuh tepat di retina, namun di depan retina. Seseorang menderita myopia dapat terjadi karena memiliki bola mata yang terlalu panjang. Hyperopia adalah kelainan mata, di mana mata tidak dapat melihat benda-benda yang berjarak jauh dari mata. Hal ini disebabkan karena cahaya yang diteruskan tidak jatuh tepat di retina, namun di belakang retina. Seseorang menderita hyperopia dapat terjadi karena memiliki bola mata yang terlalu pendek (Fox, 2004). Kemampuan dalam menerima rangsang dipengaruhi oleh kemampuan dalam membedakan warna-warna. Mekanisme jalannya rangsangan adalah sebagai berikut : sinar masuk ke mata melalui pupil dan difokuskan ke lensa, diteruskan melalui badan kaca (viterus humor) menuju sel sensitive terhadap cahaya (sel cones) di dalam retina, yang terletak di belakang mata. Kimia dalam cones membedakan warna-warna ini dan mengirimkan informasi melalui saraf optic ke otak dan fisik manusia merespon dengan gerakan. Proses dari saat melihat cahaya hingga dihasilkan gerakan memencet tombol adalah melalui serangkaian mekanisme penglihatan hingga mekanisme gerakan yang melibatkan sistem syaraf. Cahaya akan masuk ke kornea mata, melewati pupil, lalu lensa mata dimana selanjutnya diproyeksikan ke retina pada bagian belakang mata (Junqueira, 1995).

Gambar 2.Jalannya Cahaya pada Mata(Doctorology, 2011) Mekanisme melihat pada manusia adalah Cahaya masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Pupil merupakan lubang bundar anterior di bagian tengah iris yang mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata. Pupil membesar bila intensitas cahaya kecil (bila berada di tempat gelap), dan apabila berada di tempat terang atau intensitas cahayanya besar, maka pupil akan mengecil. Yang mengatur perubahan pupil tersebut adalah iris. Iris merupakan cincin otot yang berpigmen dan tampak di dalam aqueous humor, karena iris merupakan cincin otot yang berpigmen, maka iris juga berperan dalam menentukan warna mata. Setelah melalui pupil dan iris, maka cahaya sampai ke lensa. Lensa ini berada diantara aqueous humor dan vitreous humor, melekat ke otototot siliaris melalui ligamentum suspensorium. Fungsi lensa selain menghasilkan kemampuan refraktif yang bervariasi selama berakomodasi, juga berfungsi untuk memfokuskan cahaya ke retina. Apabila mata memfokuskan pada objek yang dekat, maka otototot siliaris akan berkontraksi, sehingga lensa menjadi lebih tebal dan lebih kuat. Dan apabila mata memfokuskan objek yang jauh, maka otototot siliaris akan mengendur dan lensa menjadi lebih tipis dan lebih lemah. Bila cahaya sampai ke retina, maka selsel batang dan selsel kerucut yang merupakan selsel yang sensitif terhadap cahaya akan meneruskan sinyalsinyal cahaya tersebut ke otak melalui saraf optik. Bayangan atau cahaya yang tertangkap oleh retina adalah terbalik, nyata, lebih kecil, tetapi persepsi pada otak terhadap benda tetap tegak, karena otak sudah

dilatih menangkap bayangan yang terbalik itu sebagai keadaan normal(Franklin, 2008).

Gambar 3. Mekanisme Penglihatan (Doctorology, 2011) Persepsi warna merupakan suatu aspek dari penglihatan visual yang dapat membuat seseorang untuk membedakan dua struktur bidang bebas dan pandangannya terhadap suatu bentuk dan ukuran yang disebabkan oleh perbedaan dalam komposisi spektal dan pancaran energi yang diamati (Pearce,1991). Warna merupakan sebuah persepsi visual yang memiliki kategori warna, seperti merah, hijau, biru dan lain-lain. Warna berasal dari spektrum cahaya yang berinteraksi di mata dengan sensitivitas spektral dari reseptor cahaya, kategori warna dan spesifikasi fisika warna juga berkaitan dengan benda, bahan, sumber cahaya, dll. Karena persepsi warna berasal dari berbagai sensitivitas dari berbagai jenis sel kerucut dalam retina ke bagian-bagian yang berbeda spektrum, warna dapat didefinisikan dan diukur oleh derajat yang dapat merangsang sel-sel ini. Setelah melihat warna-warna yang terang, dan kemudian melihat pada kertas putih maka otak akan menerima rangsangan tersebut, dan akan menyimpan memori warna tersebut, sehingga ketika melihat objek lain yang memiliki warna putih maka bentuk yang dilihat sebelumnya akan membentuk bayangan pada objek putih tersebut (Masud, 2000) Faktor-faktor yang mempengaruhi respon saraf mata sehingga terdapat respon cepar maupun lambat adalah kesehatan organ-organ penyusun mata dan cara kerjanya. Sedangkan, faktor yang dari luar adalah faktor-faktor lingkungan seperti udara yang tidak sehat,

seringnya mata terkena radiasi sinar matahari dan radikal bebas yang dapat membuat daya kerja dari organ mata menurun (Marieb, 2004). 1.3.3 Uji Knee Jerk Data pengamatan menunjukkan bahwa semua probandus merespon pukulan palu ke lutut secara reflex yakni kaki terangkat . Namun terdapat perbedaan reaksi yang ditimbulkan antara probandus gemuk dengan probandus kurus. Respon pada probandus kurus lebih terlihat dibanding probandus gemuk. Probandus gemuk hanya merasakan adanya suatu kontraksi otot yang dengan respon yang lambat. Hal ini mungkin dikarenakan adanya ketebalan jaringan adiposa pada daerah lutut sehingga kaki akan mengalami kendala dalam merespon pukulan botol jam. Tes ini sebenarnya juga bersifat relatif walaupun tes ini memang mampu menyebabkan gerak refleks karena hanya probandus saja yang mengetahui atau merasakan ada tidaknya respon akibat tes knee jerk ini. Refleks knee jerk secara medis disebut juga dengan refleks patellar. Selain itu knee jerk menghasilkan adanya knee phenomenon, knee reflex, patellar tendon reflex, atau quadriceps reflex. Rangsang yang diterima oleh manusia perlu diproses terlebih dahulu untuk menghasilkan respon. Rangsangan dibawa oleh saraf untuk diproses di otak sehingga dapat menghasilkan respon. Respon yang terjadi ada dua macam, yakni respon biasa dan respon refleks (Medicine, 2010). Menurut Ganong (1981), refleks merupakan respon diluar kesadaran dari sebuah stimulus. Bentuk sederhana reflek terdiri dari stimulasi sebuah saraf afferen melalui indra atau reseptor, diikuti transmisi dari stimulasi tersebut, melewati saraf pusat yaitu sumsum tulang belakang, kemudian sampai ke saraf efferent, dan dihasilkan aksi dari otot atau kelenjar yang disebut efektor . Uji knee jerk termasuk monosynaptic karena reaksi gerak refleks hanya membutuhkan satu sinapsis di lingkaran. Reaksi dari uji ini membutuhkan waktu 50 milisekon setelah dilakukan aksi atau uji. Uji ini akan menyebabkan otot paha mengalami kontraksi. Rangsang berupa ketukan tersebuta akan dihantarkan menuju spinal. Rangsang akan melalui satu sinapsis pada ventral horn spinal korda dan reaksi akan dikirimkan kembali ke otot efektor dan menimbulkan gerak refleks. Apabila seseorang tidak mengalami reaksi dari uji knee jerk ini, maka terdapat kemungkinan bahwa orang tersebut mengalami stroke (Tortora,2006).

Gambar 4 . Lengkung refleks yang menggambarkan mekanisme jalannya impuls pada lutut yang dipukul (Farklin, 2008) Gerak reflek merupakan hasil dari respon yang terjadi di bawah kontrol kesadaran. Refleks terjadi akibat adanya suatu stimulasi yang terdapat pada saraf afferent melalui reseptor. Setelah itu, stimulasi diikuti oleh transmisi dan melewati saraf pusat sumsum tulang belakang. Kemudian rangsang diteruskan ke saraf efferent dan menyebabkan suatu reaksi pada efektor( Brown,1992). Gerak Biasa merupakan gerak yang dihasilkan dalam bentuk sadar. Gerak biasa dikontrol oleh otak. Jalannya impuls pada gerak biasa yaitu rangsang pada organ reseptor akan diterima oleh sel saraf sensorik, selanjutnya impuls akan dihantar dan diproses di otak. Setelah diproses, akan dibawa sel saraf motorik menuju respon pada organ efektor(Fox, 2004). Rangsang yang diterima organ reseptor akan diteruskan dari sel saraf reseptor dan akan berjalan melalui sel interneuron yang terdapat pada sumsum tulang belakang. Sumsum tulang belakang merupakan sisitem saraf pusat yang mengendalikan gerak refleks pada manusia. Rangsang tersebut akan dihantarkan kembali pada organ efektor untuk melakukan reaksi. Penghantaran rangsang ini dapat melalui jalan pintas yang dapat menimbulkan suatu gerakan reaksi yang cepat yaitu pada lengkung refleks. Gerak refleks akan terjadi secara otomatis tanpa adanya perinntah dari otak sehingga reaksi dapat berlangsung dengan cepat. Selain refleks otak, terdapat refleks otak yang juga mengatur

gerak refleks yang terjadi pada daerah kepala seperti reaksi mengedipkan mata (Brown,1992). BAB II PENUTUP 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan Praktikum tentang Sensorik dan Motorik dapat diketahui jalannya rangsangan menjadi sebuah reaksi dan perbedaan kecepatan reaksi antar probandus. Pada uji persepsi dua titik sentuh dengan adanya perbedaan selang waktu antara kedua probandus membuktikan bahwa dimana pada jarak yang lebih jauh mempunyai saraf yang lebih banyak dibandingkan dengan jarak yang dekat dan telapak tangan memiliki kepekaan rangsangan lebih besar daripada lengan, betis dan punggung. Dari percobaan yang telah dilakukan diketahui bahwa probandus laki-laki lebih peka dibanding probandus wanita dan probandus kurus lebih peka dibanding probandus gemuk. Faktor berat badan yang mengindikasikan ketebalan jaringan adiposa, ternyata memengaruhi kepadatan dari reseptor perasa. Urutan probandus dari yang memiliki kecepatan respon tertinggi sampai terendah adalah probandus pria mata minus, probandus wanita mata normal, probandus mata silinder dan probandus wanita mata minus. Jenis kelamin dan penggunaan kacamata juga tidak berpengaruh terhadap hasil uji ini. Uji knee jerk menunjukkan bahwa semua probandus merespon pukulan botol jam ke lutut secara reflek dan dapat diketahui bahwa gerak reflek respon yang diberikan tidak melalui otak melainkan melalui sumsum tulang belakang. 5.2 Saran Diharapkan pada praktikum selanjutnya probandus melakukan percobaan pada praktikum dengan benar agar mendapatkan hasil percobaan yang sesuai dengan apa yang diharapkan atau sesuai dengan literatur .

DAFTAR PUSTAKA Brown,D.1992.Buku Text Histology Veteriner. Universitas Indonesia.Jakarta Bullock, J. 2001. Physiology 4th Edition. Lippincott Williams and Wilkins. USA Cameron,Jhon R et.al. ,2006. Fisika Tubuh Manusia. ed.2. Penerbit Buku Kedokteran EGC .Jakarta. Campbell N.A., Jane E., dan Lawrence G. 2005. Biologi, Edisi kelima Jilid III. Penerbit Erlangga. Jakarta Doctorology.2011.Mekanisme Penglihatan Normal. Available at http://doctorology.net/?p=109&cpage=1. Tanggal akses 30 Oktober 2012 Farklin.2008.LengkungReflek.http://www.farklin.com/images/multirow 3f1e1d0fb4b43.pdf. Tanggal akses 30 Oktober 2012. Fox,S. 2004.Human Physiology.Mc.Graw Hill.New York Guyton and Hall. 2006. Text Books of Medical Physiology. Elsevisier Saunders. New York. Ganong, W. F. 1981. Fisiologi Kedokteran Edisi Sepuluh. Penerbit Buku Kedoteran Egc. Jakarta Gunstream, S. E., 2000. Anatomy and Physiology. Mc Graw Hill Company, Inc. USA Guyton,A.C.1991.Text Book of Medical Physiology 7thEdition.W.B.Saunders Company.Mississipi. Junquiera, L. C., Jose C., Robert O.K., 1998, Histologi Dasar Edisi ke8, Penerbit Buku Kedokteran EGC, JakartaMarieb, E. H., 2004, Human Anatomy and Physiology, Pearson Education Inc, San Francisco. Langley,L.L.1967.Physiology of Man.Reinhold Publishing.New York Masud I. 2000. Sinopsis Faal Sistem. UM press. Malang Marrieb, E.N.2004.Human Anatomy and Physiology 6th Edition. Pearson Education Inc.San Fransisco MedicineNet.2010.KneeJerkDefinition.http://www.medterms.com/script /main/art.asp?articlekey=4116. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2012

Neuroscience . 2012 . Our Sense of Touch. http://www.neuroscience.edu/sense/asmith/touch.html . Diakses pada tanggal 30 Oktober 2012 Pearce E. 1991. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia. Jakarta Satrio,H.2009.http://ragingred.files.com. Tanggal akses 30 Oktober 2012 Tortora,G.J.and Bryan,D.2006.Principles of Anatomy and Physiology.John Willey and Sons,Inc.USA.

Anda mungkin juga menyukai