Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA SMA (AKKC 351)

PERCOBAAN III UJI BUFFER FOSFAT DALAM MINUMAN BERSODA Dosen Pembimbing: Dra. Hj. ST. H.Nurdiniah, M.Pd Drs. Rusmansyah, M.Pd Asisten Dosen : Laila Farida Meilinda Disusun Oleh : Kelompok III Pitriana Rahmi Hayati M. Russadi Mika Ariani Khairunesya A1C310002 A1C310020 A1C310032 A1C310043 A1C310044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN OKTOBER 2012

PERCOBAAN I

JUDUL TUJUAN

: Uji Buffer Fosfat dalam Minuman Bersoda : Membuktikan fungsi ion fosfat dalam berbagai minuman bersoda sebagai buffer.

HARI / TANGGAL : Jumat / 2 November 2012 TEMPAT : Laboratorium Kimia FKIP UNLAM Banjarmasin

I. DASAR TEORI Banyak reaksi kimia dalam tubuh kita yang berlangsung dalam lingkungan pH yang terkontrol. Misalnya reaksi pengikatan oksigen oleh darah dapat berlangsung dengan baik jika pH darah berada pada rentang pH 7,35 7,45. Inilah yang disebut larutan penyangga . larutan penyangga adalah larutan yang dapat mempertahankan pH tertentu dengan penambahan sedikit asam, basa atau air. Larutan penyangga merupakan campuran asam lemah dengan basa konjugasinya atau campuran basa lemah dengan asam konjugasinya.

1. A.

Sifat Larutan Penyangga Larutan Penyangga Asam Larutan penyangga asam adalah larutan yang mengandung campuran asam lemah (HA) dan basa konjugasinya (A-) atau garamnya. Contohnya larutan-larutan yang mengandung H2PO4- dan HPO42-. Pada larutan

penyangga asam akan terjadi kesetimbangan : HA H+ + A1. Penambahan sedikit asam kuat (H+) akan menaikkan konsentrasi H+ dalam larutan, sehingga akan menggeser keseimbangan kekiri. Akibatnya jumlah A- menjadi berkurang. Berkurangnya jumlah A- akan digantikan oleh A- yang berasal dari garam. Atau dengan kata lain,

basa konjugasi (A-) akan menetralkan H+ dan membentuk HA. Pergeseran ini akan menyebabkan kesetimbangan baru, dimana jumlah H+ tidak berubah dengan drastic (signifikan). Dengan demikian, jumlah H+ dalam larutan tetap, akibat pH juga tetap. 2. 3. Penambahan sedikit basa kuat (OH-) Akan bereaksi dengan H+, sehingga H+berkurang dan keseimbangan pada reaksi di atas terganggu. Oleh karena itu, HA dalam larutan akan terionisasi membentuk H+ yang berakibat pada pergeseran kesetimbangan kekanan, sehingga jumlah H+ dalam larutan tetap. 4. Pengenceran dengan H2O tidak memberikan efek yang berarti. Maksudnya H2O akan terurai sangat sedikit menjadi H+ dan OH-. Dengan demikian, konsentrasi H+ dan OH- tidak mampu menggeser kesetimbangan, sehingga dapat diabaikan. Larutan penyangga asam dapat dibuat dengan dua cara, yaitu : 1. 2. Mencampurkan asam lemah dengan basa konjugasi (garam) nya. Mencampurkan asam lemah dengan lemahnya. Dalam larutan terdapat system kesetimbangan : [ [ ][ ] ] [ ] basa kuat dengan sisa asam

B.

Larutan Penyangga Basa Larutan penyangga basa adalah larutan yang mengandung campuran basa

lemah dan basa konjugasinya (garamnya). Contohnya basa lemah NH4OH dan garam NH4Cl. Pada larutan penyangga basa terjadi kesetimbangan :

B BH+ + OH1. Penambahan sedikit asam kuat (H+) akan bereaksi dengan OH-, sehingga jumlah OH-berkurang dan kesetimbangan terganggu dan mengakibatkan reaksi bergeser kekanan. Untuk mengatasi hal itu, maka basa (B) akan mengalami perubahan ion OH-, sehingga pH tetap. 2. Penambahan sedikit basa kuat (OH-) akan menggeser kesetimbangan kekiri, karena jumlah ion OH- akan bertambah. Hal ini diatasi oleh asam konjugasi (BH+) yang bereaksi dengan air dan membentuk basa B dan H2O. Akibatnya OH- dapat dikatakan tetap, sehingga pH juga tetap. 3. Untuk pengenceran dengan H2O, sama halnya dengan larutan penyangga asam dimana H2O tidak memberikan efek yang berarti. Larutan penyangga basa dapat dibuat dengan dua cara, yaitu : 1. 2. Mencampurkan basa lemah dengan asam konjugasi (garam) nya. Mencampurkan basa lemah dengan asam kuat dengan sisa basa lemahnya.

[OH-]

suatu larutan penyangga basa dapat ditentukan dengan

menurunkan persamaan kesetimbangan asam-basa konjugasi dari basa lemah dan garamnya, sehingga berlaku rumus pada larutan penyangga basa sebagai berikut : [O ]

O O

2.

Larutan Penyangga dalam Tubuh Makhluk Hidup dan Kehidupan Sehari-hari Reaksi biokimia dalam tubuh kita terutama reaksi yang melibatkan enzim berlangsung pada lingkungan pH yang terkontrol agar dicapai hasil yang optimal. Enzim sangat sensitive terhadap perubahan harga pH. Adanya perubahan pH sedikit saja akan menurunkan aktivitas katalitik suatu enzim. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu larutan penyangga untuk mempertahankan harga pH dalam proses biokimia. Kebanyakan cairan tubuh memiliki rentang pH tertentu. Sebagai contoh, darah memiliki harga pH sekitar 1-2, dan harga pH kelenjar pancreas sekitar 78. Untuk menjaga agar pH cairan tetap berada pada kisaran harga tersebut, maka dibutuhkan larutan penyangga. Cairan tubuh baik cairan intrasel (dalam sel) maupun cairan ekstrasel (luar sel) mengandung pasangan asam basa konjugasi yang berfungsi sebagai penyangga pada pH cairan tersebut. Jadi, setiap cairan sel dalam tubuh memiliki larutan penyangga sendiri-sendiri untuk melindungi terhadap perubahan pH yang besar.

II. ALAT DAN BAHAN A. Alat-alat yang digunakan : 1. Beaker glass100 mL : 2buah 2. Beaker glass 200 mL : 3buah 3. Gelas ukur 10 mL 4. Gelas ukur 50 mL 5. Pipet tetes 6. Labu ukur 7. pH meter 8. Batang Pengaduk : 1 buah : 1 buah : 1 buah : 1 buah : 1 buah : 1 buah

B. Bahan-bahan yang digunakan : 1. Minuman bersoda, yaitu fanta, sprite, tebs dan coca-cola 2. Larutan CH3COOH 0,1 M

3. LarutanNaOH 0,1 M 4. Larutan HCl 0,1 M 5. Larutan NH4OH 0,1 M 6. Aquadest

III. PROSEDUR KERJA 1. Menuangkan minuman bersoda ke dalam beaker glass sebanyak 25 mL. 2. Mengukur pH minuman bersoda setelah tidak berbusa lagi. 3. Menambahkan 1 mL CH3COOH 0,1 M ke dalam minuman bersoda tersebut. 4. Mengamati perubahan pH yang terjadi dengan pH meter. 5. Mengulangi langkah 1 4 tetapi larutan CH3COOH diganti dengan 1 mL NaOH 0,1 M, 1 mL HCl 0,1 M dan 1 mL NH4OH 0,1 M. 6. Mengencerkan minuman bersoda 10 kali kemudian membandingkan pH setelah dan sebelum pengenceran.

IV. HASIL PENGAMATAN No. Perlakuan A 1 Mula-mula (sebelum penambahan) Penambahan 1 mL CH3COOH 0,1 M Penambahan 1 mL NaOH 0,1 M Penambahan 1 mL HCl 0,1 M Penambahan 1 mL NH4OH 0,1 M Pengenceran 10 kali 3,6 pH Minuman B 4,5 C 3,6 D 3,0

4,0

4,3

3,5

3,0

5,6

4,9

5,6

5,8

4,1

3,5

3,1

2,8

5 6

5,0 4,1

4,1 4,0

4,0 5,9

3,4 3,1

Keterangan : A = Minuman Tebs B = Minuman Sprite C = Minuman Fanta D = Minuman Coca-cola

V. ANALISIS DATA Percobaan ini menggunakan 4 sampel minuman bersoda dengan nama yang berbeda. Sampel ini nantinya akan direaksikan dengan beberapa larutan asam dan basa untuk membuktikan bahwa minuman tersebut mengandung larutan buffer ion fosfat yang berfungsi mempertahankan pH minuman tersebut, agar dapat tahan lama dalam penyimpanannya. Pertama-tama larutan sampel A di masukkan ke dalam gelas kimia sebanyak 25 mL , kemudian untuk mengukur pH larutan tersebut sebagai pH mula-mula harus menunggu busa minuman bersoda itu hilang, sebab adanya busa menunjukkan bahwa asam karbonat (H2CO3) yang ada dalam minuman berubah menjadi H2O dan CO2. Hal ini dikarenakan asam karbonat merupakan jenis asam tak stabil (mudah terurai), sehingga gas CO2 terlepas ke udara dan H2O tetap tinggal di minuman. Jadi, habisnya busa menunjukkan bahwa dalam minuman bersoda tersebut tinggal ada buffer fosfatnya saja. Nilai pH mula-mula larutan sampel A adalah sebesar 3,6. Kemudian larutan sampel A tersebut ditambahkan larutan asam lemah yakni larutan CH3COOH 0,1 M sebanyak 1 ml, mengaduk sampai larutan itu homogen. Lalu mengkaliberasi ulang pH-meter untuk mengukur pH campuran larutan tersebut agar tidak terjadi kekeliruan dalam pengukuran pH. Nilai pH campuran larutan tersebut sebesar pH = 4,0. Selanjutnya melakukan hal yang sama seperti sebelumnya dengan mencampur larutan sampel A sebanyak 25 mL dengan larutan NaOH 0,1 M sebanyak 1 mL, mengaduk dan mengukur nilai pH campuran larutan tersebut hasilnya sebesar pH = 5,6. Selanjutnya mencampur larutan sampel A sebanyak 25 mL dengan larutan HCl 0,1 M sebanyak 1 mL, mengaduk dan mengukur nilai pH

campuran larutan tersebut hasilnya sebesar pH = 4,1. Kemudian mencampur larutan sampel A sebanyak 25 mL dengan larutan NH4OH 0,1 M sebanyak 1 mL, mengaduk dan mengukur nilai pH campuran larutan tersebut hasilnya sebesar pH = 5,0. Kemudian mengambil sampel larutan A sebanyak 25 mL dan melakukan pengenceran sebanyak 10 kali dan mengukur pH larutan tersebut hasilnya adalah pH = 4,1. Dari percobaan tersebut dapat terlihat bahwa rentang yang kami standarkan apabila suatu minuman bersoda ketika ditambahkan asam, basa, dan pengenceran sampai 10 kali hasilnya tidak terlalu besar bergeser sebanyak 0,5 pHnya, maka larutan tersebut mengandung buffer. Dan hasilnya ternyata dari larutan sampel A tersebut ketika dicampurkan larutan asam lemah dan basa kuat , pHnya masih bisa ditolerir bahwa sampel tersebut mengandung larutan buffer ion fosfat, sehingga pH larutan sampel A tersebut masih dipertahankan. Besar perubahan pH yang ditambahkan pada larutan sampel A tersebut bergantung pada besarnya kekuatan asam (H+) ataupun basa (OH-) larutan yang ditambahkan, semakin kuat asam/basa nya semakin besar pula nilai pHnya, dan sebaliknya semakin lemah asam/basanya semakin kecil nilai pHnya. Atau dengan kata lain, Penambahan sedikit asam menyebabkan pH menurun, karena asam yang digunakan lemah maka perubahan yang terjadi tidak terlihat. pH mengalami penurunan karena H+ nya bertambah. Penambahan basa menyebabkan pH naik karena H+nya berkurang. Namun, pada saat pengenceran larutan sampel A itu perubahan pHnya terlalu besar, ini dikarenakan kesalahan persepsi praktikan pada saat pengenceran dilakukan. Yakni larutan sampel A tersebut diencerkan 10 kali sebanyak 1 mL dalam sekali pengenceran, sedangkan praktikan melakukan pengenceran dalam setiap

pengenceranya sebanyak 100 mL. Tentu saja larutan sampel A yang tersisa dalam pengenceran sebanyak itu hanya berkisar sangat kecil, sehingga pH larutan yang ada lebih mendekati pH larutan air atau aquadest yaitu sebesar pH normal atau netral, pH = 7. Apabila dilakukan pengenceran sebanyak 10 kali dengan setiap pengencerannya sebesar 1 mL saja penambahan aquadestnya, maka akan diperoleh hasil, bahwa minuman bersoda tersebut mengandung larutan buffer ion fosfat.

Lalu melakukan hal yang sama pada larutan sampel B, sampel C dan sampel D, hingga di peroleh nilah pH dari sampel B, yaitu pH mula-mula = 4,5 ; pH campuran larutan sampel B dan asam lemah = 4,3 ; pH campuran larutan sampel B dan basa kuat = 4,9 ; pH campuran larutan sampel B dan asam kuat = 3,5 ; pH campuran larutan sampel B dan basa lemah = 4,1 ; dan pH pengenceran 10 kali larutan sampel B = 4,0. Untuk larutan sampel C, yaitu pH mula-mula = 3,6 ; pH campuran larutan sampel C dan asam lemah = 3,5 ; pH campuran larutan sampel C dan basa kuat = 5,6 ; pH campuran larutan sampel C dan asam kuat = 3,1 ; pH campuran larutan sampel C dan basa lemah = 4,0 ; dan pH pengenceran 10 kali larutan sampel C = 3,6. Sedangkan untuk larutan sampel D juga menunjukkan hasil yang kurang lebih sama dengan sampel A, sampel B maupun sampel C, yaitu pH mula-mula = 3,0 ; pH campuran larutan sampel D dan asam lemah = 3,0 ; pH campuran larutan sampel D dan basa kuat = 5,8 ; pH campuran larutan sampel D dan asam kuat = 2,8 ; pH campuran larutan sampel D dan basa lemah = 3,4 ; dan pH pengenceran 10 kali larutan sampel D = 3,1.

VI. KESIMPULAN 1. Minuman bersoda dengan sampel A, B, C dan D mengandung larutan buffer ion Fosfat, yang berfungsi untuk mempertahankan pH larutan, sehingga larutannya dapat tahan lama dalam penyimpanan. 2. Penambahan sedikit asam menyebabkan pH menurun, karena asam yang digunakan lemah maka perubahan yang terjadi tidak terlihat. pH mengalami penurunan karena H+ nya bertambah. Penambahan basa menyebabkan pH naik karena H+ nya berkurang. 3. Suatu minuman bersoda ketika ditambahkan asam, basa, dan pengenceran sampai 10 kali hasilnya tidak terlalu besar bergeser sebanyak 0,5 pH-nya, maka larutan tersebut mengandung buffer. 4. Sampel A, pH mula-mula = 3,1 ; pH campuran dengan asam lemah = 3,1; pH campuran dengan basa kuat = 3,8 ; dan pH pengenceran sebanyak 10 kali = 5,9.

5. Sampel B, pH mula-mula = 3,2 ; pH campuran dengan asam lemah = 3,2; pH campuran dengan basa kuat = 3,8 ; dan pH pengenceran sebanyak 10 kali = 6,5. 6. Sampel C, pH mula-mula = 3,1 ; pH campuran dengan asam lemah = 3,1; pH campuran dengan basa kuat = 3,8 ; dan pH pengenceran sebanyak 10 kali = 5,9.

VII. DAFTAR PUSTAKA Hartanto, Anidan Ruminten. 2009. Kimia untuk SMA / MA Kelas XI. Jakarta : PT. Macanan Jaya Cemerlang. Purba, Michael. 2006. Kimia untuk SMA / MA Kelas XI. Jakarta :Erlangga. Salirawati, das dkk. 2007. Belajar Kimia SecaraMenarik. Jakarta : PT. Grasindo. Sunardi.2008. Kimia Bilingual untuk SMA / MA Kelas XI.Bandung :YramaWidya. Suwardi, Soebiyanto, dan Eka Widiasih. 2009. Panduan Pembelajaran Kimia Kelas XI Untuk SMA & MA. Jakarta: Karya Mandiri Nusantara. .

LAMPIRAN PERTANYAAN

1. Mengapa pengukuran pH buffer fosfat harus dilakukan saat busa minuman bersoda tersebut hilang ? 2. Suatu larutan 0,5 M asam asetat (Ka = 10-5) sebanyak 100 mL ditambahkan 100 mL natrium hidroksida 0,25 M. Kemudian larutan tersebut ditambahkan sedikit asam yaitu HCl 0,5 M sebanyak 5 mL. a. b. c. Tentukan pH larutan sebelum ditambahkan HCl Tentukan pH larutan setelah ditambah HCl Tentukan pH larutan jika yang ditambahkan sedikit basa kuat NaOH 0,5 M sebanyak 5 mL JAWAB : 1. Pengukuran pH harus menunggu busa minuman bersoda itu hilang, sebab adanya busa menunjukkan bahwa asam karbonat (H2CO3) yang ada dalam minuman berubah menjadi H2O dan CO2. Hal ini dikarenakan asam karbonat merupakan jenis asam tak stabil (mudah terurai), sehingga gas CO2 terlepas ke udara dan H2O tetap tinggal di minuman. Jadi, habisnya busa menunjukkan bahwa dalam minuman bersoda tersebut tinggal ada buffer fosfatnya saja, sehingga pengukuran pH menjadi lebih akurat.

2. Diketahui: M CH3COOH = 0,5 M Ka CH3COOH = 10-5 V CH3COOH = 100 mL V NaOH(1) M NaOH(1) M HCl V HCl V NaOH M NaOH = 100 mL = 0,25 M = 0,5 M = 5 mL = 5 mL = 0,5 M

Ditanya :

a. pH larutan sebelum ditambah HCl b. pH larutan setelah ditambah HCl c. pH r t t t

? ? y 5 L ?

N O 05M

Penyelesaian: a. Sebelum ditambah HCl: Persamaan reaksi yang terjadi: CH3COOH (aq) + NaOH(aq) Mula-mula:(0,5 x 100) Terurai : 25 mmol (0,25 x 100) 25 mmol CH3COONa(aq) + H2O(l) 25 mmol 25 mmol 25 mmol 25 mmol +

Seimbang : 25 mmol [ ]

b. Setelah ditambah 5 mL HCl 0,5 M HCl yang ditambahkan akan bereaksi dengan CH3COONa membentuk CH3COOH dan NaCl, menurut persamaan reaksi: HCl(aq) + CH3COONa(aq) M T: S : (0,5 x 5) : 2,5 mmol : 25 mmol 2,5 mmol 22,5 mmol CH3COOH(aq) + NaCl(aq) 2,5 mmol 2,5 mmol 2,5 mmol 2,5 mmol +

Reaksi di atas menghasilkan CH3COOH sebanyak 2,5 mmol, sehingga jumlah CH3COOH-nya bertambah menjadi (25 + 2,5) = 27,5 mmol [ ]

Berdasarkan perhitungan terlihat pH-nya turun 1,041 dari semula. c. Setelah ditambahkanbasa kuat NaOH 0,5 M sebanyak 5 mL NaOH akan bereaksi dengan CH3COOH menghasilkan CH3COONa dan H2O

berdasarkan persamaan reaksi:

NaOH(aq) + CH3COOH Mula-mula : (0,5 x 5) Terurai Seimbang : 2,5 mmol : 25 mmol 2,5 mmol

CH3COONa(aq) + H2O(l) 2,5 mmol 2,5 mmol 2,5 mmol 2,5 mmol +

22,5 mmol

Reaksi di atas menghasilkan CH3COONa sebanyak 2,5 mmol, sehingga jumlah CH3COONa-nya bertambah menjadi (25 + 2,5) = 27,5 mmol. [ ]

Anda mungkin juga menyukai