Anda di halaman 1dari 20

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Hernia merupakan penyakit yang mulai berkembang dan semakin dikenal di masyarakat, baik pada Negara maju maupun berkembang. Hernia merupakan salah satu kasus dibagian bedah yang pada umumnya sering menimbulkan masalah kesehatan dan pada umumnya memerlukan tindakan operasi. Dari hasil penelitian pada populasi hernia ditemukan sekitar 10% yang menimbulkan masalah kesehatan dan pada umumnya pada pria. Hernia adalah pembukaan atau kelemahan dalam struktur otot dinding perut. Penyakit ini menyebabkan penonjolan dari dinding perut. Hal ini lebih terlihat ketika otot-otot perut dikencangkan, sehingga meningkatkan tekanan dalam perut. Setiap kegiatan yang meningkatkan tekanan intra-abdomen dapat memperburuk penyakit hernia; contoh kegiatan tersebut mengangkat, batuk, atau bahkan berusaha untuk buang air besar. Hernia dapat terjadi akibat kelainnan kongenital maupun didapat. Pada anak-anak atau bayi, lebih sering disebabkan oleh kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis atau buah zakar. Pada orang dewasa adanya faktor pencetus terjadinya hernia antara lain kegemukan, beban berat, batuk- batuk kronik, asites, riwayat keluarga, dan lain-lain.Lokasi yang paling umum untuk penyakit hernia adalah lipat paha (inguinal) sehingga ada jenis penyakit hernia yang disebut dengan hernia inguinal. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu tindakan konservatif dan operatif. Peengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyanggah atau penunjang untuk memepertahankan isi hernia yang telah direposisi. Sedangkan prinsip dasar operasi hernia pada anak adalah herniotomi. I.2 RUMUSAN MASALAH

I.2.1 Bagaimana etiologi, patogenesis, diagnosis dan penatalaksanaan hernia? I.3 TUJUAN

I.3.1 Mengetahui etiologi, patogenesis, diagnosis dan penatalaksanaan hernia. I.4 I.4.1 MANFAAT Menambah wawasan mengenai penyakit bedah khususnya hernia.

I.4.2 Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit bedah. BAB II

STATUS PENDERITA

1. A. Nama Umur

IDENTITAS PENDERITA : Tn. S : 66 tahun : Laki-laki : Petani : Islam : Wajak

Jenis kelamin Pekerjaan Agama Alamat

Status perkawinan : Menikah Suku Tanggal periksa No. Reg : Jawa : Jumat, 19 Agustus 2011 : 263183

1. B. ANAMNESA 2. Keluhan utama

: benjolan di kantung buah zakar bagian kanan

2. Riwayat penyakit sekarang Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan benjolan di kantung buah zakar bagian kanan sejak 1 tahun yang lalu. Benjolan tersebut sebesar buah kelapa namun tidak sakit. Benjolan tersebut muncul jika pasien batuk-batuk, mengejan serta mengangkat beban yang berat. Awalnya benjolan yang timbul tersebut bisa masuk kembali jika didorong dengan tangan pasien. Namun, sejak 6 bulan yang lalu benjolan tersebut sudah tidak dapat masuk kembali. Benjolan tidak terasa sakit, tidak merah, dan tidak terasa tegang. Pasien tidak mengeluhkan adanya perubahan dalam BAB, BAB tidak berdarah dan tidak pernah keluar benjolan dari dubur. Pasien tidak mengeluhkan adanya gangguan BAK, pada saat BAK pasien selalu merasa tuntas dan tidak merasa nyeri. Pasien juga tidak mengeluhkan adanya mual dan muntah. Selain itu pasien mengeluh batuk yang telah dirasakan sejak 1 tahun ini serta sesak napas dan pusing. 1. Riwayat penyakit dahulu Sakit dirasakan sejak 1 tahun yang lalu

Riwayat bronchitis kronis (+),hipertensi (-), DM (-), alergi (-), bronchitis kronis (+) 1. Riwayat penyakit keluarga riwayat keluarga dengan penyakit serupa (-) hipertensi (-), DM (-, alergi (-) 1. Riwayat kebiasaan Pasien suka merokok

C. PEMERIKSAAN FISIK 1. keadaan umum : cukup, kompos mentis 2. 2. vital sign tensi nadi RR suhu Kepala Bentuk : normocephali Rambut : warna putih, distribusi tidak merata. Mata Sklera Ikterik Conjuctiva Anemis Telinga Bentuk Secret Hidung : -/: normotia : -/: -/: 120/80 mmHg : 80x/mnt : 18x/mnt : 370

Tidak ada deviasi septum Sekret : -/-

Mulut dan tenggorokan Bibir Tonsil Pharing Leher Trakea lurus di tengah, tidak teraba pembesaran KGB Paru Suara nafas vesikuler, ronchi +/+, wheezing +/+ Jantung Auskultasi: Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-) Abdomen Inspeksi : abdomen datar, tidak tampak adanya massa Palpasi : teraba lemas, tidak ada defence muskular Perkusi : timpani. Auskultasi : bising usus (+) normal 1. 3. status lokalis : tidak kering dan tidak cyanosis : T1/T1 : tidak hiperemi

Regio Scrotalis Inspeksi : Tampak adanya ketidakseimbangan antara testis kanan dan kiri, testis kana terlihat lebih besar dari pada testis kiri. Ukuranya sebesar biji kelapa, warna serupa dengan kulit, tidak ada tanda radang. Palpasi : teraba massa di scrotum ukuran 56 cm, konsistensi lunak, permukaan rata, mobile, tidak nyeri tekan, terpisah dari testis

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG Darah Lengkap Laboratorium darah Hemoglobin Lekosit Trombosit Hematokrit 14,8 g/dl 9300 sel/cmm 325.000 sel/cmm 46 % 71 mg/dl

Gula darah sewaktu SGOT SGPT Ureum Kreatinin 1. E. 35 7 43 0,52

RESUME

Tn.S, 66 tahun, datang dengan benjolan di kantung buah zakar bagian kanan sejak 1 tahun yang lalu, Benjolan tersebut sebesar buah kelapa namun tidak sakit. Benjolan tersebut muncul jika pasien batuk-batuk, mengejan serta mengangkat beban yang berat. Awalnya benjolan yang timbul tersebut bisa masuk kembali jika didorong dengan tangan pasien. Namun, sejak 6 bulan yang lalu benjolan tersebut sudah tidak dapat masuk kembali. Benjolan tidak terasa sakit, tidak merah, dan tidak terasa tegang. Pasien juga tidak mengeluhkan adanya mual dan muntah. Selain itu pasien mengeluh batuk yang telah dirasakan sejak 1 tahun ini serta sesak napas dan pusing. Dari pemeriksaan generalis: rhonki : +/+, wheezing +/+. Inspeksi. Pada pemeriksaan lokalis Tampak adanya ketidakseimbangan antara testis kanan dan kiri, testis kana terlihat lebih besar dari pada testis kiri. Ukuranya sebesar biji kelapa, warna serupa dengan kulit, tidak ada tanda radang. Pada Palpasi teraba massa di scrotum ukuran 56 cm, konsistensi lunak, permukaan rata, mobile, tidak nyeri tekan, terpisah dari testis 1. F. DIAGNOSA

Hernia Scrotalis Dextra

1. G. -

PENATALAKSANAAN

Herniotomi

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia. 3.2 Anatomi Dinding Perut Anatomi dari dinding perut dari luar ke dalam terdiri dari : 1. Kutis 2. lemak subkutis 3. fasia skarpa 4. muskulus obligus eksterna 5. muskulus obligus abdominis interna 6. muskulus abdominis tranversal 7. fasia transversalis 8. lemak peritoneal 9. peritoneum.

Gambar. Anatomi abdomen

b. Regio inguinalis b.1. Kanalis inguinalis Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus yang merupakan bagian yang terbuka dari fasia tranversus abdominis. Di medial bawah, diatas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis m. Obligus eksternus. Atapnya ialah aponeurosis m.oblikus eksternus dan di dasarnya terdapat ligamentum inguinale. Kanal berisi tali sperma pada lelaki, ligamentum rotundum pada perempuan.

Gambar. Kanalis inguinalis

b.2. Kanalis femoralis Kanalis femoralis terletak medial dari v.femoralis di dalam lakuna vasorum, dorsal dari ligamentum inguinalis, tempat vena safena magna bermuara di dalam v.femoralis. Foramen ini sempit dan dibatasi oleh tepi yang keras dan tajam. Batas kranioventral dibentuk oleh ligamentum inguinalis, kaudodorsal oleh pinggir os pubis dari ligamentum iliopektineal (ligamentum cooper), sebelah lateral oleh sarung vena femoralis, dan sebelah medial oleh ligamentum lakunare Gimbernati. Hernia femoalis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari ligamentum inguinale. Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan inkaserasi hernia femoralis. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia dapatan atau akuisita. Hernia diberi nama menurut letaknya, misalnya diafragma, inguinal, umbilikal, femoral. Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk ke perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut, hernia disebut hernia ireponibel. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus. Hernia disebut hernia inkarserata atau hernia strangulata bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya, terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis, hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai hernia strangulata. Pada keadaan sebenarnya, gangguan vaskularisasi telah terjadi pada saat jepitan dimulai, dengan berbagai tingkat gangguan mulai dari bendungan sampai nekrosis. Gambar 1. Bagian-bagian Hernia2

1. Kantong hernia: pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis; 2. Isi hernia: berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia. Pada hernia abdominalis berupa usus; 3. Locus Minoris Resistence (LMR); 4. Cincin hernia: Merupakan bagian locus minoris resistence yang dilalui kantong hernia; 5. Leher hernia: Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia.

3.2 Klasifikasi Hernia Berdasarkan Arah Herniasi Klasifikasi Hernia Secara umum hernia diklasifikasikan menjadi: 1. Hernia eksterna, yaitu jenis hernia dimana kantong hernia menonjol secara keseluruhan (komplit) melewati dinding abdomen seperti hernia inguinal (direk dan indirek), hernia umbilicus, hernia femoral dan hernia epigastrika. 2. Hernia intraparietal, yaitu kantong hernia berada didalam dinding abdomen. 3. Hernia interna adalah hernia yang kantongnya berada didalam rongga abdomen seperti hernia diafragma baik yang kongenital maupun yang didapat. 4. Hernia reponibel (reducible hernia), yaitu apabila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. 5. Hernia ireponibel (inkarserata), yaitu apabila kantong hernia tidak dapat kembali ke abdomen. Ini biasanya disebabkan oleh perlengkatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta, merupakan jenis hernia ireponibel yang sudah mengalami obstruksi tetapi belum ada gangguan vaskularisasi. 6. Hernia strangulasi adalah hernia yang sudah mengalami gangguan vaskularisasi.

Hernia Eksterna Penonjolannya dapat dilihat dari luar : a. Hernia Inguinalis Medialis dan Lateralis b. Hernia Femoralis c. Hernia Umbilicus d. Hernia Epigastrica e. Hernia Lumbalis

f. Hernia Obturatoria g. Hernia Semilunaris h. Hernia Perinealis i. Hernia Ischiadica Hernia Interna Bila isi hernia masuk ke dalam rongga lain, misalnya cavum thorax, cavum abdomen : a. Hernia Epiploici Winslowi : Herniasi viscera abdomen melalui foramen omentale b. Hernia Bursa Omentalis c. Hernia Mesenterica d. Hernia Retroperitonealis e. Hernia Diafragmatica Gambar 2. Beberapa Contoh Hernia Eksterna Hernia Inguinalis Hernia yang paling sering terjadi (sekitar 75% dari hernia abdominalis) adalah hernia inguinalis. Hernia inguinalis dibagi menjadi: hernia inguinalis indirek (lateralis), di mana isi hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis melalui locus minoris resistence (annulus inguinalis internus); dan hernia inguinalis direk (medialis), di mana isi hernia masuk melalui titik yang lemah pada dinding belakang kanalis inguinalis. Hernia inguinalis lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita, sementara hernia femoralis lebih sering terjadi pada wanita.

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang didapat. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia. Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi dan asites sering disertai hernia inguinalis. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis antara lain: 1. Kelemahan aponeurosis dan fasia tranversalis, 2. Prosesus vaginalis yang terbuka, baik kongenital maupun didapat, 3. Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik, hipertrofi prostat, konstipasi, dan asites,

4. Kelemahan otot dinding perut karena usia, 5. Defisiensi otot, 6. Hancurnya jaringan penyambung oleh karena merokok, penuaan atau penyakit sistemik. Pada neonatus kurang lebih 90 % prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangka pada bayi umur satu tahun sekitar 30 % prosesus vaginalis belum tertutup. Akan tetapi, kejadian hernia pada umur ini hanya beberapa persen. tidak sampai 10 % anak dengan prosesus vaginalis paten menderita hernia. Pada lebih dari separuh populasi anak, dapat dijumpai prosesus vaginalis paten kontralateral, tetapi insiden hernia tidak melebihi 20 %. Umumnya disimpulkan adanya prosesus vaginalis yang paten bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia, tetapi diperlukan faktor lain, seperti anulus inguinalis yang cukup besar. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intraabdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaliknya bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan n.ilioinguinalis dan iliofemoralis setelah apendektomi. Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum, hernia disebut hernia skrotalis. Gambar 3. Hernia Inguinalis Hernia juga mudah terjadi pada individu yang kelebihan berat badan, sering mengangkat benda berat, atau mengedan. Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai scrotum maka disebut hernia skrotalis. Hernia ini harus dibedakan dari hidrokel atau elefantiasis skrotum. Testis yang teraba dapat dipakai sebagai pegangan untuk membedakannya. Gambaran Klinis dan Diagnosis Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau periumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual muntah baru timbul kalau terjadi inkaserata karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren. Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada saat inspeksi saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateral muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas medial bawah. Kantong hernia yang kosong dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi pada umumnya tanda ini susah ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ, tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum maupun ovarium. Dengan jari telunjuk atau dengan jari kelingking, pada

anak dapat dicoba mendorong isi hernia dengan cara mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui anulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah hernia ini dapat direposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat direposisi, pada waktu jari masuk berada dalam anulus eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau ujung jari menyentu hernia berarti hernia inguinalis lateralis, dan bagian sisi jari yang menyentuhnya adalah hernia inguinalis medial. Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi, atau jika tidak dapat direposisi, atas dasar tidak adanya pembatasan jelas di sebelah kranial dan adanya hubungan ke kranial melalui anulus eksternus. Gambar 4. Hernia scrotalis yang berasal dari hernia inguinalis indirek Jenis hernia yang lain-lain 1. Hernia umbilikalis Umbilikus adalah tempat umum terjadinya herniasi. Hernia umblikalis lebih sering terjadi pada wanita, kegemukan dengan kehamilan berulang-ulang merupakan prekusor umum. Asites sering mengekserbasi masalah ini. Strangulasi kolon dan omentum umum terjadi. Ruptura sering terjadi pada sirosis asitik kronik, suatu kasus dimana diperlukan segera dekompresi portal atau pintas nevus peritoneal secara darurat. Hernia umbilikalis umum pada bayi dan menutup secara spontan tanpa terapi khusus jika defek aponeurosis berukuran 1,5 cm atau kurang. Perbaikan diindikasikan pada bayi dengan defek hernia yang diameternya lebih besar dari 2,0 cm dan dalam semua anak dengan hernia umbilikalis yang masih ada pada usia 3-4 tahun. Perbaikan klasik untuk hernia umbilikalis adalah hernioplasti Mayo. Operasi terdiri dari imbrikasi vest-over-pants dari segmen aponeurosis superior dan inferior. Hernia umbilikalis lebih besar, lebih suka ditangani dengan protesis. 2. Hernia paraumbilikalis. Hernia para umbilikalis merupakan hernia melalui suatu celah di garis tengah di tepi kranial umblikus, jarang terjadi di tepi kaudalnya. Penutupan secara spontan jarang terjadi sehingga dibutuhkan operasi koreksi.

3. Hernia ventralis Kebanyakan hernia ventralis disebabkan oleh insisi pada tubuh yang sebelumnya tidak sembuh secara tepat atau terpisah karena tegangan abnormal. Cacat ini memungkinkan penonjolan suatu hernia dan operasi umumnya direkomendasikan.. Jika cacat ini berukuran kecil atau sedang ,

maka tindakan ini relatf jelas dan memuaskan tetapi apabila hernia ventralsinya besar dan fasianya jelek, merupakan prognosa yang jelek pada hernia ventralis. Pada umumnya tindakan yang dilakukan adalah operasi dengan memobilisasi jaringan denga cermat dan untuk mencapai penutupan langsung primer jika mungkin. Kadang-kadang penggunaan kasa protesis seperti kasa marlex atau fasia lata diindikasikan. 4. Hernia epigastrika Hernia yang keluar melalui defek di linea alba di antara umbilikus dan prosesus xipoideus. Isi hernia berupa penonjolan jaringan lemak preperitoneal dengan atau tanpa kantong peritoneum. 5. Hernia lumbalis Di daerah lumbal antara iga XII dan krista iliaka, ada dua buah trigonum masing-masing trigonum kostolumbal superiorn (Grinfelt) berbentuk segitiga terbalik dan trigonum kostolumbalis inferior atau trigonum iliolumbalis (Petit) berbentuk segitiga. Trigonum Grijfelt di batasi di kranial oleh iga XII, di anterior oleh tepi bebas m. Obligus internus abdominis, sedangkan tutupnya m. Latisimussdorsi. Trigonum petit dibatasi di kaudal oleh krista iliaka, di anterior oleh tepi bebas m.obligus eksternus abdominis, dan posterior oleh tepi bebas m. Latisimuss dorsi. Dasar segitiga ini adalah m. Oblikus internus abdominis dan tutupnya adalah fasia superfisialis. Hernia pada kedua trigonum ini jarang dijumpai. Pada pemeriksaan fisik tampak dan teraba benjolan di pinggang di tepi bawah tulang rusuk XII atau di tepi kranial panggul dorsal. Diagnosis di tegakkan dengan memeriksa pintu hernia. Diagnosis banding adalah hematoma, abses dingin atau tumor jaringan lunak. Pengelolaan terdiri dari atas herniotomi dan hernioplasti. Pada hernioplasti dilakukan juga penutupan defek. 6. Hernia Littre Hernia yang sangat jarang dijumpai ini merupakan hernia yang mengandung divertikulum meckel. Hernia Littre dianggap sebagai hernia sebagian dinding usus. 7. Hernia Speighel Hernia Spieghel adalah hernia interstial dengan atau tanpa isinya melalui fasia Spieghel. Hernia ini sangat jarang dijumpai. Biasanya dijumpai pada usia 40-70 tahun, tanpa ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Biasanya terjadi dikanan dan jarang bilateral. Diagnosis ditegakkan dengan ditemukan benjolan di sebelah Mc burney bagian kanan maupun sebelah kiri pada tepi lateral m. Rektus Abdominis. Isi hernia dapat terdiri dari usus, omentum atau ovarium. Sebagai pemeriksaan penunjang dapat dilakukan ultrasonografi. Pengelolaan terdiri atas herniotomi dan hernioplastik dengan menutup defek pada m.tranversus abdominis dan m.abdominis internus. Hernia yang besar sangat membutuhkan suatu protesis. 8. Hernia obturatoria Hernia obturatoria ialah hernia melalui foramen obturatoria. Dapat berlangsung dalam empat tahap. Mula-mula tonjolan lemak retroperitoneum masuk ke dalam kanalis obturatorius, disusul

oleh tonjolan peritoneum parietal. Kantong hernia ini mungkin diisi oleh lekuk usus yang dapat mengalami inkaserasi parsial, sering secara Richter atau total. Diagnosis dapat ditegakkan atas dasar adanya keluhan nyeri seperti ditusuk-tusuk dan parestesia di daerah panggul, lutut, dan bagian medial paha akibat penekanan pada n. Obturatorius (tanda howship Romberg) yang patognomonik. Pada colok dubur atau pemeriksaan vaginal dapat ditemukan tonjolan hernia yang nyeri yang merupakan tanda (Hoeship Romberg). Pengelolaan bedah dengan pendekatan transperitoneal atau preperitoneal. 9. Hernia perinealis Hernia perineal merupakan penonjolan hernia pada perineum melalui defek dasar panggul dapat terjadi secara primer pada perempuan multipara, atau sekunder setelah operasi melalui perineum seperti prostaktomi atau reseksi rektum secara abdominoperineal. Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Tanpak dan teraba benjolan diperieneum yang mudah keluar masuk dan jarang mengalami inkaserasi. Pintu hernia dapat diraba secara bimanual dengan pemeriksaan rektovaginal. Dalam keadaan ragu-ragu dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi. Biasanya pendekatan operatif dengan transperitoneal, perineal atau kombinasi abdomino dan perineal. 10. Hernia pantalon Hernia pantalon merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dengan hernia inguinalis medial pada satu sisi. Kedua kantong hernia dipisahkan oleh vasa epigastrika inferior sehingga berbentuk seperti celana. Keadaan ini ditemukan kira-kira 15% dari hernia inguinalis. Diagnosis umum sukar ditegakkan dengan pemeriksaan klinis dan biasanya sering ditemukan setelah dilakukan operasi. Pengelolaan seperti biasanya pada hernia inginalis, herniotomi dan hernioplasti.

3.3 Pemeriksaan Hernia Inspeksi Daerah Inguinal dan Femoral Meskipun hernia dapat didefinisikan sebagai setiap penonjolan viskus, atau sebagian daripadanya, melalui lubang normal atau abnormal, 90% dari semua hernia ditemukan di daerah inguinal. Biasanya impuls hernia lebih jelas dilihat daripada diraba. Pasien disuruh memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Lakukan inspeksi daerah inguinal dan femoral untuk melihat timbulnya benjolan mendadak selama batuk, yang dapat menunjukkan hernia. Jika terlihat benjolan mendadak, mintalah pasien untuk batuk lagi dan bandingkan impuls ini dengan impuls pada sisi lainnya. Jika pasien mengeluh nyeri selama batuk, tentukanlah lokasi nyeri dan periksalah kembali daerah itu.

Pemeriksaan Hernia Inguinalis Palpasi hernia inguinal dilakukan dengan meletakan jari pemeriksa di dalam skrotum di atas testis kiri dan menekan kulit skrotum ke dalam. Harus ada kulit skrotum yang cukup banyak untuk mencapai cincin inguinal eksterna. Jari harus diletakkan dengan kuku menghadap ke luar dan bantal jari ke dalam. Tangan kiri pemeriksa dapat diletakkan pada pinggul kanan pasien untuk sokongan yang lebih baik. Telunjuk kanan pemeriksa harus mengikuti korda spermatika di lateral masuk ke dalam kanalis inguinalis sejajar dengan ligamentum inguinalis dan digerakkan ke atas ke arah cincin inguinal eksterna, yang terletak superior dan lateral dari tuberkulum pubikum. Cincin eksterna dapat diperlebar dan dimasuki oleh jari tangan. Dengan jari telunjuk ditempatkan pada cincin eksterna atau di dalam kanalis inguinalis, mintalah pasien untuk memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Seandainya ada hernia, akan terasa impuls tiba-tiba yang menyentuh ujung atau bantal jari penderita. Jika ada hernia, suruh pasien berbaring terlentang dan perhatikanlah apakah hernia itu dapat direduksi dengan tekanan yang lembut dan terus-menerus pada massa itu. Jika pemeriksaan hernia dilakukan dengan perlahan-lahan, tindakan ini tidak akan menimbulkan nyeri. Setelah memeriksa sisi kiri, prosedur ini diulangi dengan memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan. Sebagian pemeriksa lebih suka memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan pasien, dan jari telunjuk kiri untuk memeriksa sisi kiri pasien. Cobalah kedua teknik ini dan lihatlah cara mana yang anda rasakan lebih nyaman. Jika ada massa skrotum berukuran besar yang tidak tembus cahaya, suatu hernia inguinal indirek mungkin ada di dalam skrotum. Auskultasi massa itu dapat dipakai untuk menentukan apakah ada bunyi usus di dalam skrotum, suatu tanda yang berguna untuk menegakkan diagnosis hernia inguinal indirek. Transluminasi Massa Skrotum Jika anda menemukan massa skrotum, lakukanlah transluminasi. Di dalam suatu ruang yang gelap, sumber cahaya diletakkan pada sisi pembesaran skrotum. Struktur vaskuler, tumor, darah, hernia dan testis normal tidak dapat ditembus sinar. Transmisi cahaya sebagai bayangan merah menunjukkan rongga yang mengandung cairan serosa, seperti hidrokel atau spermatokel. 3.4 Komplikasi Komplikasi hernia tergatung kepada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isihernia dapat bertahan dalam kantong hernia pada hernia ireponibel, ini dapat terjadi kalau isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri dari omentum, organ ekstraperitoneal, disini tidak ada keluhan kecuali ada benjolan. Dapat pula isi hernia terjepit oleh cincin hernia yang akan menimbulkan hernia strangulata. Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada

permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur didalam hernia dan terjadi transudasi kedalam kantong hernia. Timbulnya udem akan menambah jepitan pada cincin hernia sehingga perfusi jaringan makin terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan terisi transudat yang bersifat serosanguinis. Kalau isi hernia terdiri dari usus maka akan terjadi perforasi yang akhirnya akan menimbulkan abses lokal, fistel dan peritonitis jika ada hubungan dengan rongga perut. Gambaran klinis pada hernia inkaserata yang mengandung usus yang dimulai dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basah. Bila terjadi strangulasi akan menyebabkan gangguan vaskularisasi dan akan terjadilah ganggern. Hernia strangulata adalah keadaan emergensi yang perlu tindakan operatif secepatnya.

3.5 Penatalaksanaan 1. Konservatif Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. 2. Operatif Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia adalah hernioraphy, yang terdiri dari herniotomi dan hernioplasti. a. Herniotomi Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong. b. Hernioplasti Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai metode hernioplasti seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan m. tranversus internus abdominis dan m. oblikus internus abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum inguinale poupart menurut metode Bassini, atau menjahitkan fasia tranversa m. transversus abdominis, m.oblikus internus abdominis ke ligamentum cooper pada metode Mc Vay. Bila defek cukup besar atau terjadi

residif berulang diperlukan pemakaian bahan sintesis seperti mersilene, prolene mesh atau marleks untuk menutup defek. 3.5 Pencegahan Kelainan kongenital yang menyebabkan hernia memang tidak dapat dicegah, namun langkahlangkah berikut ini dapat mengurangi tekanan pada otot-otot dan jaringan abdomen: Menjaga berat badan ideal. Jika anda merasa kelebihan berat badan, konsultasikan dengan dokter mengenai program latihan dan diet yang sesuai. Konsumsi makanan berserat tinggi. Buah-buahan segar, sayur-sayuran dan gandum baik untuk kesehatan. Makanan-makanan tersebut kaya akan serat yang dapat mencegah konstipasi. Mengangkat benda berat dengan hati-hati atau menghindari dari mengangkat benda berat. Jika harus mengangkat benda berat, biasakan untuk selalu menekuk lutut dan jangan membungkuk dengan bertumpu pada pinggang. Berhenti merokok. Selain meningkatkan resiko terhadap penyakit-penyakit serius seperti kanker dan penyakit jantung, merokok seringkali menyebabkan batuk kronik yang dapat menyebabkan hernia inguinalis.

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Tn.S, 66 tahun, datang dengan benjolan di kantung buah zakar bagian kanan sejak 1 tahun yang lalu, Benjolan tersebut sebesar buah kelapa namun tidak sakit. Benjolan tersebut muncul jika pasien batuk-batuk, mengejan serta mengangkat beban yang berat. Awalnya benjolan yang timbul tersebut bisa masuk kembali jika didorong dengan tangan pasien. Namun, sejak 6 bulan yang lalu benjolan tersebut sudah tidak dapat masuk kembali. Benjolan tidak terasa sakit, tidak merah, dan tidak terasa tegang. Pasien juga tidak mengeluhkan adanya mual dan muntah. Selain itu pasien mengeluh batuk yang telah dirasakan sejak 1 tahun ini serta sesak napas dan pusing. Dari pemeriksaan generalis: rhonki : +/+, wheezing +/+. Inspeksi. Pada pemeriksaan lokalis Tampak adanya ketidakseimbangan antara testis kanan dan kiri, testis kana terlihat lebih besar dari pada testis kiri. Ukuranya sebesar biji kelapa, warna serupa dengan kulit, tidak ada tanda radang. Pada Palpasi teraba massa di scrotum ukuran 56 cm, konsistensi lunak, permukaan rata, mobile, tidak nyeri tekan, terpisah dari testis.

Pasien dilakukan tindakam herniotomi serta dilakukan pengobatan pada penyakit yang menyertai pada pasien tersebut. Pasien disarankan untuk beristirahat, berhati-hati jika mengangkat beban yang berat serta berhenti mengkonsumsi rokok.

DAFTAR PUSTAKA 1. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 2. Jakarta : EGC, 2004. pp. 519-37 2. Anonim. Hernia. www.burrill.demon.co.uk . Diakses tanggal 23 September 2007 3. Mulyana S. Hernia inguinalis. http://medlinux.blogspot.com . Diakses tanggal 21 September 2007 4. Anonim. Hernia. http://hernia.tripod.com . Diakses tanggal 23 September 2007 5. Anonim. Inguinal hernia. http://en.wikipedia.org . Diakses tanggal 23 September 2007 6. Anonim. Inguinal hernia. http://www.mayoclinic.com . Diakses tanggal 22 September 2007 7. Anonim. What is an inguinal hernia. http://health.yahoo.com . Diakses tanggal 23 September 2007 8. Swartz MH. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Alih Bahasa : Lukmanto P, Maulany R.F, Tambajong J. Jakarta : EGC, 1995. pp. 276-8

2-50Pq.ob +e

Penyulit : minimal (2 kasus di konversi). Waktu yang dibutuhkan : 56 menit. Laser

Yang digunakan adalah Holmium YAG. Hasilnya sangat baik pada kasus batu besar, tidak tergantung jenis batu. Kelebihan yang lain adalah masa rawat singkat dan tidak ada penyulit. Angka bebas batu : 100%. Penyulit : tidak ada.

Waktu yang dibutuhkan : 57 menit. Pneumatik

Litotripsi pneumatik hasilnya cukup baik digunakan sebagai terapi batu kandung kemih. Lebih efisien dibandingkan litotripsi ultrasound dan EHL pada kasus batu besar dan keras. Angka bebas batu : 85%. Penyulit : tidak ada. Waktu yang dibutuhkan : 57 menit. 1. 3. Vesikolitotomi perkutan

Merupakan alternatif terapi pada kasus batu pada anak-anak atau pada penderita dengan kesulitan akses melalui uretra, batu besar atau batu mltipel. Tindakan ini kontra indikasi pada adanya riwayat keganasan kandung kemih, riwayat operasi daerah pelvis, radioterapi, infeksi aktif pada saluran kemih atau dinding abdomen. Angka bebas batu : 85-100%. Penyulit : tidak ada. Waktu yang dibutuhkan : 40-100 menit.

1. 4.

Vesikolitotomi terbuka

Diindikasikan pada batu dengan stone burden besar, batu keras, kesulitan akses melalui uretra, tindakan bersamaan dengan prostatektomi atau divertikelektomi. Angka bebas batu : 100%. 1. 5. ESWL

Merupakan salah satu pilihan pada penderita yang tidak memungkinkan untuk operasi. Masalah yang dihadapi adalah migrasi batu saat tindakan. Adanya obstruksi infravesikal serta residu urin pasca miksi akan menurunkan angka keberhasilan dan membutuhkan tindakan tambahan per endoskopi sekitar 10% kasus untuk mengeluarkan pecahan batu.

Dari kepustakaan, tindakan ESWL umumnya dikerjakan lebih dari satu kali untuk terapi batu kandung kemih. Angka bebas batu : elektromagnetik; 66% pada kasus dengan obstruksi dan 96% pada kasus non obstruksi. Bila menggunakan piezoelektrik didapatkan hanya 50% yang berhasil.

Dari sekian banyak pilihan untuk terapi batu kandung kemih yang dikerjakan oleh para ahli di luar negeri maka di Indonesia hanya beberapa tindakan saja yang bisa dikerjakan, dengan alasan masalah ketersediaan alat dan sumber daya manusia. Penggunaan istilah standar, rekomendasi dan opsional digunakan berdasarkan fleksibilitas yang akan digunakan sebagai kebijakan dalam penanganan penderita. BAB VI KESIMPULAN 4.1 KESIMPULAN Pasien Tn.D umur 53 tahun datang ke poli bedah RSUD Kanjuruhan Kepanjen dengan keluhan nyeri saat BAK sejak 7 tahun yang lalu, dan selama ini sudah 4x keluar batu saat BAK. pasien juga mengalami BAK tidak lancar, saat BAK terasa panas dan nyeri hingga kadang-kadang saat BAK keluar darah yang bercampur dengan air seni. Nyeri dapat hilang saat pasien merubah posisi. Pasien juga mengeluh pinggang bagian belakang terasa nyeri terutama di sebelah kanan. Pasien mengeluh anyang-anyangan Dari pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan di regio suprapubik, nyeri ketok (+) pada regio lumbalis kanan. Dari hasil USG abdomen didapatkan kesimpulan: Vesicolithiasis. Terapi yang dilakukan untuk pasien ini adalah vesicolithotomi.

DAFTAR PUSTAKA. 1. R. Sjamsuhidajat., Wim de Jong. : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman. 758. 2. Hassan, Rusepno. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2. Jakarta enerbit UI, 1985. 840-843 3. Alia. Profil Analisis Batu Saluran Kemih Departemen Bedah Urologi RSU Dr Saiful Anwar: 2011 4. Lina, N. Faktor-Faktor Risko Kejadian Batu Saluran Kemih pada Laki-Laki (Studi Kasus di RS Dr. Kariadi, RS Roemani dan RSI Sultan Agung Semarang). 2008

5. www.respiratory.usu.com 6. www.medicastore.com

Wahyu R.Haryadie is Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang | Topic: MAKALAH KEDOKTERAN | Tags: adalah, diagnosa, diagnosis, faktor, gejala, ginjal, hernia, kelainan, keluhan, klinis, komplikasi, obat, patofisiologi, penanganan, penatalaksanaan, pengertian, penyakit, penyebab, riwayat, tanda, terapi

VESICOLITIASIS KANKER PAYUDARA


This entry was posted on Saturday, December 24th, 2011 at 10:19 am and is filed under MAKALAH KEDOKTERAN. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

No Comments, Comment or Ping Reply to HERNIA


You must be logged in to post a comment.

Anda mungkin juga menyukai