Anda di halaman 1dari 22

BAB I PENDAHULUAN Rambut merupakan salah satu bagian tubuh kita yang penting.

Selain mempunyai fungsi sebagai pelindung (proteksi), rambut juga mempunyai fungsi estetika (keindahan) bagi pemiliknya. Oleh karena itu rambut sering disebut-sebut sebagai mahkota kepala. Tetapi seperti bagian tubuh lainnya, rambut juga mempunyai masalah kesehatan seperti kebotakan atau dalam bidang kedokteran sering dinamakan dengan istilah alopecia. Salah satu jenis kebotakan yang paling sering dijumpai adalah androgenetic alopecia yang menyerang baik pada laki-laki maupun wanita, tetapi insidennya lebih besar terjadi pada laki-laki. Dalam kasus kebotakan pada laki-laki, 95% dari kasus tersebut merupakan kasus androgenetic alopecia (American Hair Loss Association, 2005). Lebih dari 30% laki-laki yang berumur 30 tahun dan lebih dari 50% laki-laki yang berumur diatas 50 tahun terserang androgenetic alopecia (Bienova, 2005). Selain angka insidennya besar, androgenetic alopecia mempunyai dampak yang besar bagi pasien, terutama bagi sisi psikologisnya karena kebotakan menganggu penampilan apalagi bagi seorang laki-laki, sehingga mempengaruhi interaksi pasien dengan orang lain dimana pasien menjadi malu dan takut untuk bersosialisasi (social phobia), meningkatkan kemungkinan menjadi cemas terusmenerus dan paranoid (Hunt, 2005). Bahkan androgenetic alopecia dapat mempengaruhi pengeluaran kesehatan rumah tangga karena kesalahan informasi tentang terapi androgenetic alopecia kepada masyarakat yang disebarluaskan oleh sumber-sumber non-medis (Dermatological Society of Malaysia, 2003) Oleh karena angka insiden dan dampaknya yang besar bagi pasien, kebotakan khususnya androgenetic alopecia menjadi suatu masalah yang perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang serius. Dengan demikian, diperlukan terapi atau pengobatan yang dapat mengatasi masalah kebotakan tersebut. Dilatarbelakangi oleh masalah-masalah tersebut, penulis tertarik untuk menulis makalah ini dengan judul Androgenetic Alopecia Pada Laki-Laki dan

Terapinya agar dapat mengetahui lebih jauh tentang androgenetic alopecia khususnya pada laki-laki dan terapi apa sajakah yang dapat mengobatinya. Pada makalah ini, penulis akan membahas tentang rambut (struktur dan tipe rambut, siklus pertumbuhan rambut dan faktor-faktor yang mempengaruhi kebotakan), androgenetic alopecia pada laki-laki (pathogenesis, manifestasi klinis, diagnosis) dan juga tentang terapi androgenetic alopecia pada laki-laki (terapi pada masa kini dan terapi pada masa depan).

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Rambut Untuk dapat memahami androgenetic alopecia dan pengobatannya, pertamatama harus dipahami terlebih dahului tentang struktur rambut, tipe rambut berdasarkan pertumbuhannya dan siklus pertumbuhan rambut. Selain itu, harus diketahui juga faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kebotakan. 2.1.1 Stuktur dan Tipe Rambut

Rambut tersusun oleh protein yang disebut keratin. Rambut terdiri dari batang dan akar rambut. Setiap batang rambut terdiri dari dari 3 lapisan, yaitu: 1. 2. 3. Medulla (lapisan terdalam dimana hanya terdapat di rambut yang Kortex (lapisan tengah dimana lapisan ini memberikan kekuatan Kutikula (lapisan terluar yang tipis, tidak berpigmen dan

tebal atau terminal). dan warna pada rambut). berfungsi sebagai pelindung lapisan kortex). Akar rambut terdapat di bawah permukaan kulit dan dibungkus oleh folikel rambut dan sebatang rambut tumbuh dari sebuah folikel. Folikel rambut terdiri dari 2 komponen, yaitu komponen dalam (epidermal root sheath) dan komponen luar (dermal root sheath). Epidermal root sheath terdiri dari outer root sheath dan inner root sheath. Dinding-dinding folikel membentuk outer root sheath yang tersambung dengan epidermis. Inner root sheath mempunyai 3 lapisan, yaitu lapisan Henle, lapisan Huxley dan lapisan kutikula yang tersambung dengan lapisan kutikula batang rambut. Komponen luar (dermal root sheath) merupakan selaput jaringan ikat. Selaput ini menjorok ke dasar folikel membentuk dermal papilla yang mempunyai pembuluh darah kapiler untuk menyediakan oksigen, energi, dan asam amino yang dibutuhkan untuk pertumbuhan rambut. Bagian bawah folikel melebar membentuk bulbus rambut yang mengandung germinal matrix, sumber dari

pertumbuhan rambut. Matrix ini juga mengandung pigmen-pigmen rambut, yaitu melanin (memberi warna hitam atau coklat) atau pheomelanin (memberi warna merah atau kuning. Untuk lebih jelasnya, struktur rambut dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 2.1 Struktur Rambut Manusia memiliki 4 tipe rambut berdasarkan pertumbuhannya, yaitu : 1. Lanugo (rambut pada fetus) 2. Vellus (rambut halus, tidak berpigmen, tidak mempunyai medulla, panjangnya kurang dari 2 cm, pertumbuhannya tidak dipengaruhi oleh hormon, ditemukan di kulit kepala anak-anak dan nantinya akan menjadi rambut terminal) 3. Terminal (rambut tebal, berpigmen, mempunayi medulla, panjangnya lebih dari 2 cm, sudah tumbuh sempurna di tempat-tempat tertentu seperti di kulit kepala, jenggot, ketiak dan di daerah pubis serta pertumbuhannya dipengaruhi hormon) 4. Intermediate (rambut tipis antara vellus dan terminal) 2.1.2 Siklus Pertumbuhan Rambut

Pada saat fetus, rambut lanugo mulai tumbuh pada bulan ke 3 kehamilan. Kemudian lanugo kedua tumbuh dan akan menjadi rambut vellus dan terminal. Setelah lahir, tidak terbentuk lagi folikel-folikel rambut yang baru, setiap folikel rambut mengalami siklus pertumbuhan rambut yang bertujuan

untuk menghasilkan rambut baru dan kecepatan siklus pertumbuhan rambut tersebut berbeda-beda setiap folikel satu dengan folikel lainnya sehingga rambut ada yang panjang dan pendek pada waktu yang sama. Normalnya, rambut tumbuh sampai panjang maksimal kemudian berhenti dan mulai rontok dan digantikan oleh rambut baru. Fase-fase dalam siklus pertumbuhan rambut terdiri dari 3 tahap, yaitu sebagai berikut : 1. Fase Anagen Fase ini merupakan fase pertumbuhan rambut yang terjadi selama 2-6 tahun. Sel-sel epidermis yang mengelilingi dermal papilla membentuk germinal matrix dan sel-sel ini mengalami mitosis untuk menggantikan jaringan di atasnya. Setiap rambut tumbuh kira-kira 10 cm setiap tahunnya dan kira-kira 85% rambut di kulit kepala kita tumbuh di fase ini dalam satu sekali waktu. Durasi fase ini menentukan panjang dari rambut dan volume dari bulbus rambut menentukan diameter rambut kita. Fase ini terjadi dari akhir fase Telogen sampai permulaan fase Catagen (StopHairLossNow, 2004). 2. Fase Catagen Setelah fase Anagen, rambut masuk ke fase Catagen yang merupakan fase transisi dan terjadi selama 2-4 minggu. Fungsi fase Catagen adalah untuk menggantikan folikel rambut yang lama dengan folikel baru. Selama fase ini, folikel rambut menyusut sampai 1/6 dari panjang normal karena bagian bawah folikel (bulbus) rambut hancur (breakdown). Ini dikarenakan mitosis berhenti dan terjadi apoptosis di sebagian besar folikel rambut. Pada akhir fase ini, dermal papilla memadat dan bergerak ke atas untuk istirahat di bawah bulge folikel rambut (StopHairLossNow, 2004). 3. Fase Telogen Merupakan fase istirahat (pasif) setelah fase Catagen dan terjadi selama 2-4 bulan. Selama fase ini, rambut tidak tumbuh tetapi tetap menempel di folikel. Nantinya rambut ini akan digantikan dengan rambut yang baru. Kira-kira 10-15% rambut kita ada di fase ini dalam satu sekali waktu (StopHairLossNow, 2004).

Setelah fase Telogen, rambut akan masuk ke fase Anagen lagi. Sebelum masuk ke fase Anagen yang selanjutnya, rambut kita akan rontok kira-kira 50100 helai per hari dan ini kerontokan yang normal. Setelah itu, rambut kita akan kembali tumbuh pada fase Anagen (regenerasi matrix, papilla dan batang rambut).

Gambar 2.2 Siklus Pertumbuhan Rambut 2.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebotakan

Banyak faktor yang dipercaya mempengaruhi pertumbuhan rambut dan kemungkinan dapat mengakibatkan kebotakan atau kerontokan yang berlebihan, baik yang sifatnya sementara (reversible) atau yang permanen (irreversible). Faktor-faktor tersebut antara lain : 1. Psikologis seperti stress 2. Penyakit (demam tinggi, infeksi jamur di kulit kepala, kelainan kelenjar gondok, lupus, diabetes, luka bakar, trauma) 3. Pengobatan (kemoterapi untuk pasien kanker, operasi besar untuk penyakit kronis, antikoagulants, antidepressants, pil KB, vitamin A yang berlebihan serta obat-obatan untuk encok, arthritis dan penyakit jantung) 4. Malnutrisi seperti kekurangan protein dan zat besi 5. Senyawa kimia seperti saat mewarnai dan merubah gaya rambut serta pada saat memakai shampo dan kosmetik.

6. Umur (kebotakan khususnya androgenetic alopecia biasanya terjadi setelah pubertas atau pada saat umur 30-an) 7. Hormon Banyak hormon yang mempengaruhi pertumbuhan rambut seperti hormon estrogen (memperpanjang fase anagen), growth hormone (menyebabkan virilization pada remaja), thyroxine (menyebabkan telogen effluvium) dan insulin (mempercepat pertumbuhan rambut) dan androgens. Androgens (testosterone, dihydrotestosterone) merupakan faktor yang memegang peranan yang paling penting terhadap pertumbuhan rambut pada laki-laki. Androgen menyebabkan pembesaran folikel rambut terminal di muka, axilla (ketiak), pubis dan di anggota gerak pada laki-laki (androgen dependant area). Sebaliknya, androgen pada kulit kepala frontal dan parietal (sensitive area) dapat menyebabkan kebotakan seperti androgenetic alopecia pada laki-laki. Penjelasan tentang pengaruh hormon ini akan dibahas pada pembahasan selanjutnya. 2.2 Androgenetic Alopecia Pada Laki-Laki Androgenetic alopecia yang disebut juga androgenic alopecia, kebotakan yang turun-menurun atau yang lebih dikenal dengan nama male pattern baldness (kebotakan berpola pada laki-laki) adalah kebotakan yang paling umum terjadi khususnya pada laki-laki. Androgenetic alopecia pada laki-laki dicirikan dengan kebotakan atau penipisan rambut berpola yang biasanya terjadi setelah pubertas. 2.2.1 Pathogenesis Kata Andro pada androgenetic alopecia berasal dari androgen (testosterone, dihydrotestosterone). Sedangkan kata Genetic berarti gen turunan juga merupakan faktor penyebab androgenetic alopecia dimana polygenic heredity dipercaya sebagai penyebabnya (Bienova, 2005). Multifaktor genetik tersebut memodifikasi bagaimana respon folikel rambut terhadap androgen terutama dihydrotestosterone (DHT), kepadatan receptor androgen pada folikel rambut

menurut lokasinya dan juga menentukan konversi rambut terminal yang berangsur-angsur menjadi rambut vellus. Ada beberapa poin penting yang terjadi pada pasien androgenetic alopecia, yaitu sebagai berikut : Perubahan Siklus Pertumbuhan Rambut Androgenetic alopecia pada laki-laki menyebabkan fase anagen berlangsung lebih pendek sehingga fase telogen berlangsung lebih panjang dan terjadi pengurangan rasio anagen dan telogen dari 12:1 menjadi 5:1 (Sinclair, 1998). Hal tersebut akan mengakibatkan kebotakan yang berlebihan sedangkan rambut yang tumbuh tidak sebanding dengan jumlah yang rontok. Sehingga rasio rambut terminal dan vellus juga mengalami pengurangan menjadi sekurang-kurangnya 2:1 (Feinstein, 2006). Miniaturisasi Folikel Rambut Miniaturisasi folikel rambut terjadi karena pengaruh faktor genetik dimana folikel rambut akan lebih sensitif untuk mensirkulasi androgen khususnya dihydrotestosterone. Miniaturisasi ini mempengaruhi papilla terutama dermal papilla, matrix dan batang rambut. Dermal papilla akan rusak dan folikel rambut akan semakin kecil dan pendek sehingga rambut akan semakin halus (diameter rambut berkurang dari 0,08 mm menjadi kurang dari 0,06 mm). Tubuh akan merespon kerusakan folikel rambut dengan respon peradangan (inflammatory response) yang dimediasi oleh sistem imun. Respon tersebut ternyata merusak folikel rambut dan dapat mengakibatkan kematian folikel rambut (Razack, 2006). Secara berangsur-angsur rambut terminal akan digantikan oleh rambut vellus di kulit kepala. Dan pada akhirnya rambut vellus juga menghilang dan menjadi kebotakan yang permanen (irreversible). Produksi pigmen juga akan berkurang sehingga akan menyebabkan rambut berwarna putih.

Gambar 2.3 Miniaturisasi Pada Folikel Rambut Oleh Dihydrotestosterone Peran Androgen Pada Androgenetic Alopecia Androgenetic alopecia disebabkan oleh pengaktifan receptor androgen folikel rambut di kulit kepala oleh dihydrotestosterone (Sinclair, 1998). Receptor androgen tersebut berfungsi untuk menentukan sensitifitas sel-sel terhadap androgen. Karena receptor androgen aktif maka terjadi perubahan siklus pertumbuhan rambut dimana fase anagen menjadi lebih pendek sedangkan fase telogen lebih panjang dan terjadi miniaturisasi folikel rambut di kulit kepala. Meningkatnya aktifitas receptor androgen di kulit kepala mungkin disebabkan karena berbagai faktor seperti faktor lokal yaitu meningkatnya jumlah receptor androgen pada kulit kepala atau meningkatnya produksi lokal dihydrotestosterone. Kedua, karena faktor sistematik, yaitu meningkatnya sirkulasi hormon androgen khususnya testosterone (major percursor dari dihydrotestosterone) dan karena meningkatnya produksi dihydrotestosterone di tempat yang jauh seperti di kelenjar prostat. Dihydrotestosterone dibentuk dari konversi enzimatik testosterone yang dikatalisasi oleh enzim 5-reductase. Ada 2 isoform dari 5-reductase, yaitu 5-reductase tipe 1 dan 5-reductase tipe 2. Kedua tipe isoform ini ditemukan pada kulit kepala laki-laki dewasa dan dapat memproduksi dihydrotestosterone dari testosterone, tetapi pada pasien yang kekurangan enzim 5-reductase tipe 2, tidak banyak memproduksi dihydrotestosterone dan tidak menjadi botak (Whiting, 2001).

TESTOSTERONE

DIHYDROTESTOSTERONE(DHT)

Gambar 2.4 Konversi Testosterone Menjadi Dihydrotestosterone Oleh Enzim 5-reductase 2.2.2 Manifestasi Klinis Transisi dari rambut terminal menjadi rambut vellus di area yang terjadi miniaturisasi berlangsung secara bertahap, jadi kebotakan dapat mudah dikenali. Pada laki-laki, androgenetic alopecia biasanya dimulai dengan resesi (penjarangan) rambut di kedua pelipis yang berlangsung secara bertahap dan sementara. Setelah itu diikuti dengan kebotakan di bagian frontal dan vertex kepala. Kebotakan pada bagian tengah vertex menyebabkan titik kebotakan (bald spot). Titik kebotakan ini akan meluas dan menyatu dengan kebotakan di bagian frontal kepala sehingga pada bagian fronto-vertical kepala hanya terdapat sedikit rambut vellus yang pada akhirnya akan menghilang (Sinclair, 1998) Untuk mengetahui tingkat keparahan androgenetic alopecia pada laki-laki dapat dilihat dari beberapa petunjuk yaitu waktu mulai terjadi kebotakan, riwayat keluarga (ada tidaknya keluarga yang mengalami androgenetic alopecia) dan terutama dari pola kebotakan rambut yang diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi Norwood. Klasifikasi Norwood tersebut merupakan perkembangan dari klasifikasi Hamilton.

10

Gambar 2.5

Klasifikasi Pola Androgenetic Alopecia Pada Laki-laki Oleh Norwood

Tipe I. Mengindikasikan kebotakan rambut yang paling ringan Tipe II. Biasanya terdapat daerah resesi rambut yang terbatas di pelipis Tipe III. Tipe pertama yang membutuhkan pengobatan dan mempunyai resesi simetris yang semakin dalam di pelipis. Tipe III Vertex. Bagian vertex mulai mengalami kebotakan Tipe IV. Tidak ada rambut yang tumbuh lagi pada bagian vertex dan antara bagian vertex dan frontal dibatasi dengan kumpulan rambut yang lumayan tebal di daerah garis rambut (hairline). Tipe V. Kumpulan rambut yang membatasi kebotakan pada bagian frontal dan vertex semakin sempit karena kebotakan di kedua area tersebut semakin meluas. Tipe VI. Kebotakan pada bagian vertex dan frontal sudah hampir menyatu dan hany dibatasi oleh sedikit rambut yang tersebar di hairline. Tipe VII. Tipe kebotakan yang paling parah. Hanya terdapat sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali rambut di bagian atas kepala. Kumpulan rambut yang sempit hanya terdapat di bagian belakang kepala dan juga di kedua sisi samping kepala. Berdasarkan klasifikasi Norwood tersebut, tingkat androgenetic alopecia dapat dikelompokkan menjadi 3 golongan, yaitu :

11

1. Ringan : tipe I dan II 2. Sedang : tipe II sampai IV 3. Berat 2.2.3 : tipe IV sampai VII

Diagnosis

Diagnosis androgenetic alopecia pada laki-laki biasanya berdasarkan pola kebotakan Norwood, riwayat medis terutama tentang kulit dan rambut serta riwayat keluarga pasien. Pemeriksaan menggunakan densitometer untuk mengukur tingkat miniaturisasi folikel juga diperlukan dalam mendiagnosis androgenetic alopecia (American Hair Loss Association, 2007). Scalp biopsy atau biopsi pada kulit kepala dapat dilakukan jika diagnosis androgenetic alopecia masih membingungkan. Biopsi melihat apakah folikel yang terdapat pada kulit kepala mengalami miniaturisasi. Hal inilah dapat membedakan membedakan androgenetic alopecia dengan telogen effluvium dan alopecia areata. Scalp biopsy juga dapat menilai kemungkinan adanya racun yang menyebabkan kerontokan rambut. 2.3 Terapi Androgenetic Alopecia Pada Laki-Laki 2.3.1 Terapi Pada Masa Kini Pada masa kini, pasien androgenetic alopecia mempunyai beberapa pilihan untuk mengatasi masalahnya yaitu konseling, memakai wig, pengobatan medis atau melakukan transplatasi rambut. 1. Konseling Kebotakan rambut khususnya androgenetic alopecia pada laki-laki menyebabkan timbulnya rasa stress dan cemas yang berlebihan. Dengan konseling pada dokter terutama ahli penyakit kulit, pasien dapat mengetahui tentang androgenetic alopecia lebih dalam. Mereka juga dapat mengetahui tentang keamanan dan efektifitas terapi yang tersedia. Konseling baik juga dapat mengurangi rasa stress dan cemas pada pasien sehingga banyak pasien yang pada awalnya mencari pengobatan, memilih tidak melakukan sesuatu untuk mengobati kebotakan rambutnya (Sinclair, 1998).

12

2. Wig Banyak laki-laki yang mengalami kebotakan rambut lebih menyukai memakai wig daripada menggunakan pengobatan medis atau melakukan transplatasi rambut. 3. Pengobatan Medis Sampai saat ini, hanya ada dua obat yang diakui oleh Food and Drug Administration (FDA) di Amerika yang dapat mengobati androgenetic alopecia pada laki-laki, yaitu topical minoxidil dan oral finasteride. Penggunaan kedua obat ini hanya untuk pasien androgenetic alopecia dengan tingkat ringan dan sedang. Minoxidil Topikal (Topical Minoxidil) Sebenarnya minoxidil yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 1970-an adalah obat yang digunakan untuk mengobati hipertensi, tetapi pada perkembangannya diketahui bahwa minoxidil mempunyai efek samping yaitu menyebabkan hypertrichosis atau pertumbuhan rambut yang sangat cepat karena perpanjangan fase anagen. Perpanjangan fase anagen ini terjadi karena minoxidil menyebabkan proliferasi dan diferensiasi pada folikel keratinosit. Selain itu topical minoxidil dapat meningkatkan pengiriman darah ke folikel rambut sehingga folikel rambut dapat melawan efek perusak yang ditimbulkan oleh androgen dan dapat mempertahankan ukuran dan produktifitasnya. Mekanisme dari efek minoxidil terhadap folikel rambut belum diketahui, tetapi tidak ditemukan efek minoxidil terhadap metabolisme androgen yang penting bagi karateristik seks laki-laki. Sekarang minoxidil tersedia dalam 2 bentuk sediaan, topical minoxidil untuk mengobati kebotakan rambut dan oral minoxidil untuk mengobati hipertensi.

13

Topical minoxidil tersedia dalam dua konsentrasi larutan, yaitu minoxidil dengan konsentrasi 2% dan minoxidil dengan konsentrasi 5%, dimana minoxidil dengan konsentrasi 5% lebih efektif. Pada penelitian selama 48 minggu, ditemukan pertumbuhan rambut lebih besar dari 45% pada pasien yang memakai larutan 5% dibandingkan dengan yang memakai larutan 2% (Feinstein, 2006). Topical minoxidil digunakan dengan cara mengoleskannya di daerah kepala yang mengalami kebotakan dan topical minoxidil ini efektif di bagian frontal kepala, tidak hanya pada bagian vertex kepala (Wikipedia, 2007). Pada pasien androgenetic alopecia, topical minoxidil digunakan dua kali sehari dalam jangka waktu yang lama, tetapi efek terapeutik obat ini biasanya hanya sementara. Kalau pemakaiannya dihentikan maka rambut akan rontok kembali dalam waktu 3-6 bulan, bahkan dapat terjadi iritasi dan alergi pada kulit. Minoxidil dapat dikombinasikan dengan topical tretinoin dengan konsentrasi 0,025%-0,05% yang menghasilkan rangsangan yang lebih baik terhadap pertumbuhan rambut, tetapi resiko terkena iritasi tetap tinggi dan penggunaannya dilakukan secara terpisah, contoh minoxidil pada pagi hari dan tretinoin pada siang hari (Bienova, 2005) Efektifitas topical minoxidil bervariasi dalam bebagai penelitian. Pada satu penelitian, topical minoxidil dengan konsentrasi 2% menghambat kebotakan dan menumbuhkan kembali rambut pada kira-kira 90% lakilaki dan 60% laki-laki mempunyai sebuah medium untuk pertumbuhan rambut yang tebal. Pada penelitian lain, hasil penelitian tersebut dikatakan overestimated atau berlebihan. Menurut hasil penelitiannya, ditemukan hanya sekitar 15% laki-laki yang rambutnya tumbuh kembali sementara hanya 50% yang mengalami penundaan kerontakan rambut dan 35% tetap mengalami kebotakan (Sinclair, 1998). Efek minoxidil yang terlihat pada rambut seringkali tidak begitu menonjol dan minoxidil lebih bagus dalam mencegah kebotakan daripada menumbuhkan rambut dimana sebagian besar rambut yang tumbuh merupakan rambut intermediate daripada rambut terminal (Sinclair, 1998).

14

Finasteride Per Oral (Oral Finasteride) Finasteride adalah nama generik untuk merek dagang obat Proscar dan Propecia yang diperkenalkan oleh Merck sebagai obat untuk pembesaran kelenjar prostat. Selama masa percobaan, diketahui bahwa terdapat efek samping pada pasien pembesaran kelenjar prostat yaitu meningkatkan pertumbuhan rambut. Oleh karena efeknya yang positif dan aman itu, pada tanggal 22 Desember 1997 FDA (Food and Drug Administrations) mengakui Finasteride dengan dosis 1 mg per hari sebagai obat yang dapat dikonsumsi untuk pengobatan kebotakan rambut khususnya androgenetic alopecia pada laki-laki. Finasteride merupakan obat penghambat kerja enzim 5-reductase tipe II sehingga finasteride akan mengurangi konversi testosterone menjadi dihydrotestosterone. Finasteride juga menghambat kelenjar prostat untuk memproduksi dihydrotestosterone (Sinclair, 1998). Finasteride bukan sebuah antiandrogen dan penggunaannya hanya terbatas pada laki-laki. Finasteride tidak dikonsumsi pada wanita khususnya wanita hamil karena dapat menyebabkan ketidakjelasan (ambigous) alat kelamin pada perkembangan fetus (Feinstein, 2006). Finasteride diberikan dengan cara diminum dan digunakan dalam jangka waktu yang lama (paling sedikit setahun). Sama seperti minoxidil, jika penggunaannya dihentikan maka kebotakan akan terjadi lagi. Finasteride lebih efektif pada bagian vertex kepala dibandingkan dengan di daerah frontal pada pasien androgenetic alopecia (Bienova, 2005). Pada bagian vertex kepala, finasteride meningkatkan jumlah rambut anagen dan mengurangi rambut telogen sedangkan pada bagian frontal kepala, finasteride meningkatkan ketebalan rambut dan kecepatan pertumbuhan rambut. Beberapa clinical trials dari finasteride menemukan efek yang menguntungkan untuk pasien androgenetic alopecia pada laki-laki, baik untuk menumbuhkan rambut dan mencegah kebotakan. Finasteride dapat menyebabkan pertumbuhan rambut pada lebih dari 66% laki-laki pasien androgenetic alopecia dan dapat menghentikan kebotakan pada 91%

15

pasien. Untuk membuktikan finasteride bagus dalam mencegah kebotakan, sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi finasteride pada awal androgenetic alopecia, sebelum banyak rambut yang mengalami kerontokan (Whiting, 2001). Finasteride dengan dosis 1 mg per hari secara efektif dapat mengurangi 60% jumlah dihydrotestosterone (DHT), dimana pengurangan 60% DHT tersebut terbukti dapat menghentikan kebotakan rambut pada 86% laki-laki dan dapat menumbuhkan rambut pada 65% dari pasien (American Hair Loss Association, 2007). Efek buruk yang ditimbulkan oleh finasteride seperti turunnya libido, disfungsi erectile, kelainan ejakulasi pada pasien dapat ditoleransi dan jarang terjadi. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian pada pasien androgenetic alopecia tipe III yang menyebutkan bahwa efek buruk tersebut hanya terjadi pada 0,5% laki-laki yang mengkonsumsi finasteride dibandingkan dengan kelompok placebo. Efek buruk ini menghilang pada laki-laki yang berhenti menggunakan finasteride dan pada laki-laki yang meneruskan mengkonsumsi finasteride (Whiting, 2001). Berdasarkan hasil-hasil penelitian terhadap topical minoxidil dan oral finasteride diatas, American Hair Loss Association merekomendasikan oral finasteride sebagai obat pertama yang digunakan untuk mengobati androgenetic alopecia pada laki-laki, tetapi tidak melarang pemakaian minoxidil untuk pasien. Pada terapi untuk orang yang sudah lanjut usia, disarankan agar tidak memakai kedua obat tersebut dalam jangka waktu yang lama karena akan menyebabkan telogen effluvium, yaitu transisi folikel rambut pada fase anagen menjadi premature catagen. Ini malah akan memperparah androgenetic alopecia. (Bienova, 2005) 4. Transplatasi Rambut Sebelum melakukan tranplatasi rambut, dokter harus memberikan informasi yang sejelas-jelasnya kepada pasien tentang prosedur operasi.

16

Berapa banyaknya sesi operasi yang akan dijalani, dipertimbangkan dari seberapa luas kebotakan rambut yang dialami, jumlah graft yang dapat pasien terima dan pertimbangan-pertimbangan medis lainnya (American Hair Loss Association, 2007). Transplatasi rambut hanya dilakukan pada pasien androgenetic alopecia yang mengalami kebotakan rambut yang permanen atau kebotakan tingkat III menurut Norwood dan juga pada pasien yang mengalami kebotakan karena kebakaran, luka berat atau karena kosmetik. Pasien dengan jumlah yang kurang 40 follicular units/cm2 pada daerah donornya tidak dapat melakukan transplatasi rambut (Feinstein, 2006).

Gambar 2.6 Prosedur Transplatasi Rambut Tranplatasi rambut pada laki-laki hanya bisa dilakukan dengan cara mengambil rambut yang tidak terpengaruh oleh efek dihydrotestosterone yaitu di daerah belakang kepala pasien itu sendiri. Plester digunakan untuk mengangkat dan menahan rambut dan pada saat itu graft diambil.

17

Graft terdiri dari folikel rambut, jaringan dan kulit. Setelah itu graft akan dibagi-bagi menjadi unit-unit folikular dan area yang akan dicangkok juga dibagi-bagi menjadi beberapa zona. Kemudian dalam satu zona, satu unit folikular rambut akan dicangkok ke arah depan dan 2-4 folikel rambut akan dicangkok ke arah belakang untuk memberikan penampilan yang alami. Setelah 3 bulan, rambut akan mulai tumbuh kembali. Karena graft tersebut berasal dari pasien itu sendiri, maka tubuh tidak akan melakukan rejection atau penolakan. Transplatasi rambut ini juga mempunyai komplikasi. Pada saat fibre buatan digunakan dalam transplatasi rambut ketika fibre donor tidak tersedia, maka dapat terjadi penolakan dari sistem imun tubuh dan terjadi infeksi (Sinclair, 1998). 2.3.2 Terapi Pada Masa Depan Pada zaman yang semakin maju ini, semakin banyak bermunculan terapi yang dipercaya dapat mengobati androgenetic alopecia pada laki-laki selain terapi-terapi yang telah disebutkan di atas, yaitu sebagai berikut : 1. Kombinasi Finasteride dengan Minoxidil Meskipun kombinasi finasteride dengan minoxidil belum diteliti pada manusia, hasil pada binatang percobaan menunjukkan bahwa terapi kombinasi ini memberikan hasil yang lebih baik daripada satu terapi obat saja (Dematological Society of Malaysia, 2003). 2. Terapi Gen Terapi gen untuk menghilangkan pengaruh genetik merupakan terapi yang mungkun dilakukan pada masa depan (Bienova, 2005). 3. Generasi Kedua Penghambat 5-reductase Sekarang ini sedang dilakukan penelitian terhadap penghambat enzim 5-reductase selain finasteride, yaitu dutasteride, turosterid, episterid, zinc, FK143, GI 198745, MK-963, MK-434, dan MK-386.

18

beberapa dari obat-obat tersebut dapat menghambat 5-reductase tipe I dan 5-reductase tipe II (Bienova, 2005).

4. Sisir Laser (Lasercomb) Sisir laser ini dikatakan dapat menyinari kepala pasien dengan laser berdaya rendah untuk menstimulasi pertumbuhan rambut. Sisir laser ini diakui oleh Food and Drug Administration jika keamanannya terjamin, tetapi sayangnya sampai saat ini belum ada penelitian atau clinical trials tentang sisir laser ini (Wikipedia, 2007) 5. Ketoconazole Ketoconazole adalah obat untuk mencegah mengobati infeksi jamur dan juga penghambat enzim 5-reductase. Oleh karena itu, ketoconazole dapat membantu untuk memperlambat proses kebotakan (Wikipedia, 2007). Walapun begitu, belum ada penelitian tentang ketoconazole ini. 6. Saw palmetto Saw palmetto (Serenoa repens) adalah penghambat DHT alami yang mempunyai efek samping yang lebih sedikit dari finasteride. Ekstrak saw palmetto dikatakan dapat mengahambat enzim kedua tipe isoform dari 5-reductase. Penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa ekstrak saw palmetto menghasilkan kemajuan dalam mengobati kebotakan pada 6 orang dari 10 orang selama 6 bulan (Wikipedia, 2007). Tetapi penelitian tersebut masih harus dibuktikkan lagi pada penelitian lainnya yang lebih valid. Sebagian besar dari terapi-terapi tersebut masih perlu dibuktikkan kebenarannya karena belum teruji dalam penelitian. Oleh karena itu terapi-terapi tersebut harus terus dilakukan penelitian untuk menilai efektifitas dan keamanannya.

19

Terapi-terapi pada masa kini juga perlu diadakan penelitian terusmenerus agar terapi-terapi tersebut dapat dikembangkan jauh lebih baik dari sekarang.

20

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Setiap batang rambut terdiri dari 3 lapisan, yaitu lapisan medulla (dalam), kortex (tengah) dan kutikula (luar). Rambut tumbuh dari sebuah folikel yang membungkus akar rambut. Berdasarkan pertumbuhannya ada 4 jenis rambut, yaitu rambut lanugo, vellus, terminal dan intermediate. Setiap folikel rambut mengalami siklus pertumbuhan rambut yang terdiri dari fase anagen (pertumbuhan rambut), fase catagen (fase transisi) dan fase telogen (fase istirahat). Normalnya, rambut manusia rontok 50-100 helai per hari dan jika berlebihan bisa menyebabkan kebotakan yang dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya karena pengaruh hormon androgen. Kebotakan yang paling umum terjadi khususnya pada laki-laki adalah androgenetic alopecia yang ditandakan dengan dengan kebotakan atau penipisan rambut berpola. Diagnosisnya berdasarkan pola kebotakan atau manifestasi klinis menurut Norwood, riwayat medis serta riwayat keluarga pasien. Androgenetic alopecia disebabkan oleh multifaktor genetik (polygenic) dan juga karena pengaktifan receptor androgen folikel rambut di kulit kepala oleh dihydrotestosterone sehingga terjadi miniaturisasi folikel rambut dan fase anagen menjadi lebih pendek. Meningkatnya kerja enzim 5-reductase pada folikel rambut juga merupakan penyebab dari androgenetic alopecia pada lakilaki. Pasien androgenetic alopecia memiliki empat pilihan untuk terapinya, yaitu konseling, memakai wig, pengobatan medis atau melakukan transplatasi rambut. Sampai saat ini untuk pengobatan medisnya, hanya topical minoxidil dan oral finasteride yang diakui oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika. Pada masa depan, makin banyak terapi yang bermunculan tetapi belum data tentang efektifitas dan keamanannya. Oleh karena itu, pada masa depan harus diadakan penelitian atau clinical trial yang meneliti tentang dari terapi-terapi tersebut.

21

3.2 Saran Dari pembahasan tersebut, penulis mempunyai beberapa saran, yaitu sebagai berikut : 1. Pada pembahasan makalah ini, penulis tidak dapat membahas lebih jauh tentang mekanisme kerja dari minoxidil dan juga tentang biopsi yang dipakai untuk mendiagnosis androgenetic alopecia karena penulis tidak menemukannya dalam journal maupun artikel. Oleh karena itu, penulis selanjutnya diharapkan dapat membahas kedua hal tersebut lebih mendalam. 2. Khusus untuk para peneliti agar meneruskan dan mengembangkan penelitiannya tentang terapi androgenetic alopecia terutama terapi yang belum diuji dalam clinical trials untuk mengetahui efektifitas dan keamanannya. Penelitian untuk terapi-terapi yang ada saat ini juga harus dilakukan agar terapi-terapi tersebut lebih baik lagi di masa depan.

22

Anda mungkin juga menyukai