Tinjauan Pustaka
mengganggu aktivitas sehari-hari. Obat batuk dan pilek dapat digunakan bila dirasakan gejala sudah mengganggu. Adapun komposisi yang terdapat di dalam obat batuk biasanya Tiap 5 ml sirop mengandung : Difenhidramin HCl, Dekstrometorfan HBr, Fenilefrin HCl dan Ammonium Chloride. Pada intinya batuk non-fisiologis terbagi menjadi dua; batuk kering
dan batuk berlendir/berdahak. Membedakan keduanya penting mengingat masing-masing memerlukan penanganan yang berbeda pula. Banyak orang mengira batuk berlendir dan batuk kering sama saja. Untuk batuk kering, obat yang diperlukan adalah yang disebut antitusif. Obat ini berfungsi untuk menekan rangsangan batuk. Sementara
untuk batuk berlendir, harus diberikan obat yang bisa merangsang pengeluaran lendir (ekspektoran). Tapi sering masyarakat menggunakan ini keliru. Batuk berlendir dikasih untuk menekan, misalnya Kodein. Memang batuknya hilang atau jauh berkurang, tapi napas jadi sesak. Napas sesak tersebut, disebabkan lendir yang tidak bisa keluar akibat ditekannya rangsangan batuk. Lendir yang tertahan mengganggu aliran udara pada saluran pernapasan. Batuk kering biasanya dipicu rangsangan atau iritasi yang diakibatkan debu (kendati batuk berdahak juga bisa karena iritasi, ini terjadi pada penderita alergi). Rangsangan/iritasi debu ini bisa menimbulkan efek batuk yang berlainan pada setiap orang. Pada orang biasa, rangsangan tersebut hanya menimbulkan batuk satu-dua kali. Tapi pada penderita alergi, rangsangan ini bisa menimbulkan refleks batuk yang berkepanjangan. Dan sekilas kita mengetahui bagaimana batuk itu terjadi. mekanisme batuk dibagi menjadi 3 fase: I. Fase 1 (Inspirasi), paru2 memasukan kurang lebih 2,5 liter udara, oesofagus dan pita suara menutup, sehingga udara terjerat dalam paru-paru. II. Fase 2 (Kompresi), otot perut berkontraksi, diafragma naik dan menekan paru-paru, diikuti pula dengan kontraksiintercosta internus. yang pada akhirnya akan menyebabkan tekanan pada paru2 meningkat hingga 100mm/hg. III. Fase 3 (Ekspirasi), Spontan oesofagus dan pita suara terbuka dan udara meledak keluar dari paru-paru. Batuk juga dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu batuk akut dan batuk kronis, keduanya dikelompokkan berdasarkan waktu.
Batuk akut adalah batuk yang berlangsung kurang dari 14 hari, serta dalam 1 episode. Bila batuk sudah lebih dari 14 hari atau terjadi dalam 3 episode selama 3 bulan berturut-turut, disebut batuk kronis atau batuk kronis berulang. Batuk kronis berulang yang sering menyerang anak-anak adalah
karena asma, tuberkolosis (TB), dan pertusis (batuk rejan/batuk 100 hari). Pertusis adalah batuk kronis yang disebabkan oleh kuman Bordetella pertussis. Pertussis dapat dicegah dengan imunisasi DPT. Pada batuk fisiologis, tidak kalah pentingnya saat udara keluar dari paru-paru dengan kecepatan yang relatif tinggi, trachea dan bronkus yang tidak bercartilago akan terinvaginasi, sehingga udara dapat melalui celah-celah bronkus and trachea. hal ini membantu untuk membersihkan saluran napas dari kotoran, kuman, virus, bakteri, dan bahan-bahan berbahaya lainnya. Disini dapat disimpulkan bahwa batuk bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu reaksi fisiologis tubuh untuk membersihkan saluran napas, sama halnya dengan bersin dan demam. Batuk yang terjadi cukup lama, lebih dari 3 minggu biasanya dicurigai sebagai gejala dari penyakit yang cukup berbahaya. Untuk itu dibutuhkan beberapa pemeriksaan penunjang seperti : a. Radiografi dada Massa intratoraks Infiltrat paru, penyakit interstitial difus atau alveolar Honeycom appearance atau bentuk kistik bronkiektasis symmetric bilateral hilar adenopathy sarcoidosis
b. Test faal paru, untuk mengetahui fungsi paru abnormal yang mungkin menyertai c. Laboratorium : sputum segar dan mikroskopik Purulent bronkitis kronik, bronkiektasis, pneumonia, atau abses paru. Darah pada sputum. Gram and BTA dan kultur infeksi pathogen
Penanganan Batuk
Daftar Pustaka
Alsagaff, Hood. 2009. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University Press. Mansyur, Arif. 2008. Panduan Pelayanan Medik. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Mulyono, Djoko. 2009. Ilmu Penyakit Paru dan Tenggorokan Manusia. Surabaya : Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Sutomo. Hadianto. 2005. Masalah batuk menahun dan pendekatan diagnosisnya. Jakarta : FKUI.