Anda di halaman 1dari 35

TUMBUH KEMBANG MAKALAH

D I S U S U N OLEH: MISRIANI RAHMAT GURUHSINGA SRI JUANI MARPAUNG SULINEM SURTI MAYA SARI SURYANI VINI ASLINAR YASIR ARIFIN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) DELI HUSADA DELITUA 2008 TUMBUH KEMBANG Pertumbuhan dan perkembangan termasuk suatu proses yang paling berkaitan dan sulit di pisahkan. pertumbuhan adalah : suatu proses perubahan fisik yang ditandai dengan bertambahnya ukuran berbagai organ tubuh yang disebabkan adanya penambahan perbesaran sel-sel tubuh perkembangan adalah: suatu proses menuju terciptanya kedewasaan yang ditandai bertambahnya kemampuan atau ketrampilan yang menyangkut struktur tubuh yang berkaitan dengan aspek non fisik PASE-PASE TUMBUH KEMBANG 1. tumbuh kembang neonatus

2. tumbuh kembang bayi 3. tumbuh kembang toddler 4. tumbuh kembang anak pra sekolah 5. tumbuh kembang anak sekoah 6. tumbuh kembang remaja TUMBUH KEMBANG NEONATUS Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim. Dengan terpisahnya bayi dari ibu, maka terjadilah awal proses fisiologik sebagai berikut : 1. Peredaran darah melalui plasenta digantikan oleh aktifnya fungsi paru. 2. Saluran cerna berfungsi untuk menyerap makanan 3. Ginjal berfungsi untuk mengeluarkan bahan yang tidak terpakai lagi. 4. Hati berfungsi untuk menetralisasi dan mengekresi bahan racun. 5. Sistem imunologik berfungsi untuk mencegah infeksi 6. Sistem kardiovaskular 2. TUMBUH KEMBANG BAYI - BAYI BULAN PERTAMA 1 bulan Berat badan: 3,0 14,3 kg Panjang badan: 49,8 - 54,6 cm Lingkar kepala: 33 39 cm Gerakan kasar: tangan dan kaki bergerak aktif Gerakan halus: kepala menoleh ke samping kanan-kiri Komunikasi/Berbicara: bereaksi terhadap bunyi lonceng Sosial/Kemandirian: menatap wajah ibu/pengasuh BAYI BULAN KEDUA Inilah masa yang datar, waktu keluarga mulai menyesuaikan kehidupan dengan seorang bayi yangbaru. 2 bulan Berat badan: 3,6-5,2 kg Panjang badan: 52,8-58,1 cm

Lingkar kepala: 35-41 cm Gerakan kasar: mengangkat kepala ketika tengkurap Gerakan halus: kepala menoleh ke samping kanan-kiri. Komunikasi/Berbicara: bersuara. Sosial/Kemandirian: tersenyum spontan 3. MASA TODDLER Menginjak usia satu tahun, anak mulai belajar beragam hal dari lingkungannya. Sebagai orangtua, Anda dapat belajar bagaimana menyokong perkembangan anak baik kognitif, fisik dan mental anak. Berat badan: 8,9 11,5 kg Panjang badan: 75,9 82,4 cm Lingkar kepala: 44,5 50,5 cm Gerakan kasar: lari naik tangga Gerakan halus: menumpuk 2 mainan Komunikasi/Berbicara: berbicara beberapa kata (mimik, pipis, maem) Sosial/Kemandirian: Memakai sendok 4. TUMBUH KEMBANG PRA SEKOLAH Anak yang terkategori para sekolah adalah anak dengan usia 3-5 tahun, seorang ahli psikologi Elizabeth B. Hurlock mengatakan bahwa kurun usia pra sekolah disebut sebagai masa keemasan (the golden age). Di usia ini anak mengalami banyak perubahan baik fisik dan mental, dengan karakteristik sebagai berikut: 1. Berkembangnya konsep diri 2. Munculnya egosentris 3. Rasa ingin tahu 4. Imanjinasi 5. Belajar menimbang rasa 6. Munculnya control internal 7. Belajar dari lingkungannyaAnak 8. berkembangnya cara berpikir 9. berkembangnya kemampuan berbahasa 10. munculnya perilaku 5. TUMBUH KEMBANG SEKOLAH Tahap perkembangan ini banyak ditentukan oleh rangsangan awalnya, sehingga bagaimana menumbuhkan kreatifitas dan sosialisasinya terhadap lingkungan menjadi tantangan bagi ortu Minat dan kegiatan bermain pada masa sekolah Karna anak sudah sekolah dan mempunyai pekerjaan rumah, waktu untuk bermain sedikit dibandingkan dengan ketika ia berada dalam tahun-tahun pra sekolah. kegiatan bermain anak yang lebih besar dan banyaknya waktu yang diluangkan untuk kegiatan ini bergantung pada popularitas dan apakah ia menjadi anggota klompok atau tidak. TUMBUH KEMBANG REMAJA

Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan; biasanya mulai dari usia 14 pada pria dan usia 12 pada wanita. 1. Perkembangan fisik Perubahan dramatis dalam bentuk dan ciri-ciri fisik berhubungan erat dengan mulainya pubertas. 2. Perkembangan intelektual Tidak ada perubahan dramatis dalam fungsi intelektual selama masa remaja. Kemampuan untuk mengerti masalah-masalah kompleks berkembang secara bertahap. 3. Perkembangan intelektual Tidak ada perubahan dramatis dalam fungsi intelektual selama masa remaja. Kemampuan untuk mengerti masalah masalah kompleks berkembang secara bertahap. 4. Perkembangan seksual Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas bertanggung-jawab atas munculnya dorongan seks. 5. Perkembangan emosional Psikolog Amerika G. Stanley Hall mengatakan bahwa masa remaja adalah masa stres emosional, yang timbul dari perubahan fisik yang cepat dan luas yang terjadi sewaktu pubertas. Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun ( Wong, 2000), anak usia prasekolah memiliki karakteristik tersendiri dalam segi pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam hal pertumbuhan, Secara fisik anak pada tahun ketiga terjadi penambahan BB 1,8 s/d 2,7 kg dan rata-rata BB 14,6 kg.penambahan TB berkisar antara 7,5 cm dan TB rata-rata 95 cm. Kecepatan pertumbuhan pada tahun keempat hampir sama dengan tahun sebelumnya.BB mencapai 16,7 kg dan TB 103 cm sehingga TB sudah mencapai dua kali lipat dari TB saat lahir.Frekuensi nadi dan pernafasan turun sedikit demi sedikit. Pertumbuhan pada tahun kelima sampai akhir masa pra sekolah BB rata-rata mencapai 18,7 kg dan TB 110 cm,yang mulai ada perubahan adalah pada gigi yaitu kemungkinan munculnya gigi permanent ssudah dapat terjadi. Sementara tidak jauh beda dalam segi perkembangan, kemampuan beberapa aspek vital anak mengalami peningkatan-peningkatan signifikan dari tahun ketahun, diantaranya adalah Aspek motorik : Tahun ketiga Anak mampu berdiri diatas satu kaki untuk beberapa detik,menaiki tangga dengan kaki bergantian,dan turun dengan dua kaki untuk melangkah,melompat panjang.Anak mampu menyusu balok menara 9-10 kotak.membangun jembatan dengan 3 kotak,mampu memasukkan biji-bijian kedalam kotak berleher sempit dengan benar dan dalam menggambar anak dapat meniru lingkaran dana silangan serta menyebutkannya. Tahun keempat

Anak sudah dapat melompat dan meloncat dengan satu kaki,menangkap bola dengan tepat,berjalan mnuruni tangga dengan kaki bergantian.anak sudah mampu menggunakan gunting dengan baik untuk memotong gambar mrngikutio garis,dapat memasang sepatu tetapi belum dapat mengikat talinya . Tahun kelima Pada tahun kelima sampai ke enam anak sudah mampu melompat dan meloncat pada kaki bergantian serta melempar dan menangkap bola dengan baik .Anak sudah mampu menggunakan gunting dan alat sederhana sepreti pensil dengan sangat baik,mampu mengikat tali sepatu,anak juga sidah mampu mencetak beberapa huruf,angka atau kata seperti nama panggilan. Aspek Bahasa Pada awal masa prasekolah perbendaharaan kata yang dicapai jurang dari 900 kata,mengunjak tahun keempat sudah mencapai 1500 kata atau lebih dan pada tahun kelima sampai keenam mencapai 2100 kata,mengunakan 6 sampai 8 kata,menyebut 4 warna atau lebih,dapat menggambar dengan banyak komentar serta menyebutkan bagiannya,mengetahui waktu seperti hari,minggu dan bulan,anak juga sudah mampu mengikuti 3 perintah sekaligus. Aspek Sosial Pada tahun ketiga anak sudah hamper mampu berpakaian dan makan sendiri,rentang perhatian meningkat ,mengetahui jenis kelaminnya sendiri,dalam permainan sering mengikuti aturannya sendiri tetapi anak sudah mulai berbagi.tahun keempat anak sudah cenderung mandiri dank eras kepala atau tidak sabar,agresif secara fisik dan vweerbal,mendapat kebanggan dalam pencapaian,masih mempunyai banyak rasa takut.pada akhir usia prasekolah anak sudah jarang memberontak,lebih tenang,mandiri,dapat dipercaya,lebih bertanggungjawab,mencoba untuk hidup berdasarkan outran,bersikap lebih baik,dalam permainan sudah mencoba mengikuti aturan tetapi kadang curang. Aspek Kognitif Tahun ketiga berada pada fase pereptual,anak cenderung egosentrik dalam berfikir dan berperilaku,mulai memahami waktu,mengalami perbaikankonsep tentang ruang,dan mulai dapat memandang konsep dari perspektif yang berbeda. Tahun keempat anak berada pada fase inisiatif,memahami waktu lebih baik,menilai sesuatu menurut dimensinya,penilaian muncul berdasarkan persepsi,egosentris mulai berkurang,kesadaran social lebih tinggi,mereka patuh kepada orang tua karena mempunyai batasan bukan karena memahami hal benar atau salah. Pada akhir masa prasekolah anaka sudah mampu memandang perspektif orang lain dan mentoleransinya tetapi belum memahaminya,anak sangat ingin tahu tentang factual dunia. http://zaebetterhealth.blogspot.com/2009/01/tumbuh-kembang-anak-usia-prasekolah.html

Pencegahan dan penanganan sedini mungkin untuk beberapa gangguan belajar akan semakin efektif. Berbagai jenis gangguan perkem-bangan dengan berbagai derajatnya seringkali mulai dapat terlihat pada usia-usia prasekolah, namun seringkali jika orangtua dan guru tidak memahaminya cenderung untuk mengabaikannya. Beberapa gejala dapat terlihat dengan sangat jelas, namun dalam beberapa kasus dapat terjadi tidak terlihat jelas dan seringkali tidak terdiagnosa. Masa prasekolah merupakan perode kritis untuk efektivitas upaya-upaya pencegahan dan penanganan berbagai gangguan belajar. Oleh karena itu orangtua, dan guru prasekolah perlu memahami deteksi dini gangguan belajar untuk dapat dengan segera memberikan rujukan kepada tenaga profesional seperti dokter tumbuh kembang anak, psikolog ataupun psikiater jika ditengarai siswa tertentu menunjukkan masalah-masalah belajar. MASALAH YANG SERING TERJADI PADA USIA PRASEKOLAH? a. Masalah umum yang sering terjadi Masalah perilaku pada usia prasekolah banyak terjadi karena tugas-tugas perkembangan pada suatu periode tertentu tidak terpenuhi sehingga menimbulkan masalah. Schaefer Et Mittman (1981) mengemukakan beberapa masalah umum peritaku anak yang sering muncul : 1. Tidak patuh Ada 3 bentuk ketidakpatuhan: melakukan instruksi tapi terpaksa, tidak mau metakukan instruksi, atau sengaja melakukan yang bertolak belakang dengan instruksi. Penyebab perilaku tidak patuh antara lain : pola pengasuhan yang serba membolehkan atau terlalu disiplin, pola pengasuhan yang tidak konsisten, orangtua yang mengalami stres, ataupun anak terlalu pandai. 2. Temper tantrum Temper tantrum merupakan kemarahan yang meledak-ledak yang berupa hilangnya kontrol diri berbentuk menjerit-jerit, memaki, merusak barang, dan berguling-guling di lantai. Anak yang lebih kecil biasanya muntah atau mengompol, kadangkala ada juga yang menyerang orang lain dengan menyepak dan memukul. Temper tantrum sering terjadi pada anak usia prasekolah terutama 2 sampai 4 tahun ketika anak pertama kali berusaha menunjukkan negativisme dan kemandiriannya. Setelah lebih besar (5 - 12 tahun) anak sudah bisa mengutarakan pikirannya secara verbal sehingga temper tantrum akan berkurang.

Penyebabnya biasanya karena reaksi instingtif saat frustrasi, diserang atau keinginan tidak terpenuhi, meniru, ketidakmampuan mengutarakan isi hati secara komunikatif. 3. Agresif: verbal atau fisik Perilaku Agresif adalah perilaku yang dapat menimbulkan luka pada diri sendiri atau orang lain. Agresi bisa berupa agresi fisik seperti memukul, menyepak, melempar, mendorong, meludahi, dll. dan bisa berupa agresi psikis seperti memanggil nama dengan tidak hormat, mengejek, memerintah, memberi label, bertengkar, dan mengancam. Anak yang agresif cenderung impulsif, mudah marah, tidak matang, sukar menerima kritik dan mudah frustrasi. Penyebabnya antara lain karena frustrasi datam kehidupan sehari-hari atau karena pengaruh daya khayal anak. Anak yang sering menonton filem-filem agresi cenderung lebih agresif daripada anak lain pada umumnya. 4. Menarik diri Anak yang menarik diri tidak mau terlihat datam kontak sosial dengan teman-temannya. hat ini dapat dipengaruhi oleh masalah lain seperti kesulitan bersekotah, gangguan kepribadian, dan masalah-masalah emosionat. Namun bisa juga terjadi anak-anak yang terlalu pandai atau terlalu kreatif seringkali mengalami masalah ini. Cara berpikir yang berbeda membuat teman-teman seusianya tidak dapat menerima mereka sehingga ia terkucilkan. Anak-anak menarik diri disebabkan oleh rasa takut terhadap orang lain, kurangnya keterampitan sosial seperti antri, berbagi, menyumbangkan ide,dll., atau orangtua yang tidak suka pada teman sebayanya. 5. Impulsif Anak yang imputsif bertindak secara spontan secara mendadak, memaksa, dan tidak sengaja. la tidak memikirkan akibat dari tindakannya. Anak usia prasekolah masih wajar jika menunjukkan beberapa peritaku impulsif mengingat kematangan kognitif dan emosinya masih belum berkembang sepenuhnya. Namun untuk kasus-kasus yang ekstrim, impulsivitas dapat disebabkan oleh penyebab organik, kecemasan (karena cemas tidak dapat berpikir rasionat), dan pengaruh budaya atau pengasuhan. 6. Terlalu aktif Pertu dibedakan anak yang terlalu aktif dari anak yang hiperaktif. Hiperaktivitas ditandai dengan

kegiatan yang tidak terarah dan tidak tepat. Anak yang hiperaktif tidak mampu memusatkan perhatian, impulsif dan tidak bisa diam. Anak yang terlalu aktif biasanya masih bisa mengikuti kegiatan belajar, namun pada saat tertentu ia menjadi sangat aktif dan jika ditelusuri penyebabnya bisa dari faktor internal maupun eksternal. Faktor internal seperti kondisi emosi, kejenuhan betajar, kebutuhan akan perhatian, dtl. Sedangkan faktor eksternal bisa karena manajemen kelas yang kurang baik, pelajaran kurang menantang, ataupun karena karakteristik guru. 7. Kurang mampu berkonsentrasi Beberapa anak kurang mampu berkonsentrasi. Anak yang kurang mampu berkonsentrasi bisa jadi memang mengatami Gangguan Pemusatan Perhatian atau attention deficit disorder), tapi juga ada kemungkinan disebabkan oleh faktor emosional ataupun terlalu banyak minat. Rentang konsentrasi anak usia 2 tahun rata-rata 7 menit, usia 3 tahun rata-rata 9 menit, usia 4 tahun rata-rata 12 menit, usia 5 tahun rata-rata 14 menit (Schaefer Et Mittman, 1981) Anak yang mengatami gangguan pemusatan perhatian menunjukkan semua atau hampir sernua ciri-ciri: sering tidak bisa memberi perhatian untuk hal-hal yang bersifat rinci dan membuat kesalahan karena peritakunya yang kurang perhitungan, sering mengatami kesutitan untuk tetap memperhatikan apa yang sedang dilakukannya, sering seolah-olah tidak mendengar walaupun diajak berbicara secara langsung, sering tidak mampu mengikuti petunjuk dan gagal menyelesaikan tugas, sering mendapat kesutitan dalam mengatur tugas & aktivitasnva sendiri. sering menghindar atau mencoba untuk tidak melaksanakan tugas-tugas yang memerlukan konsentrasi atau pemusatan perhatian dalarn waktu yang lama, sering kehilangan barang, mudah terganggu, mudah lupa melaksanakan aktivitas sehari-hari, sering menggoyang-goyangkan jari-jari tangan dan kaki atau bergerak-gerak di kursinya, sering berlari-lari atau memanjati benda-benda di tempat yang tidak semestinya, cenderung sulit bermain dengan diam, sering bergerak atau berbuat seolah-olah dipacu mesin, sering berbicara tanpa berhenti, sering menjawab dengan cepat sebeturn pertanyaan selesai, cenderung sulit untuk menunggu gilirannya, dan sering memotong pembicaraan atau menyela permainan yang sedang berlangsung (Pentecost, 2004). Penyebab kurangnya perhatian antara lain karena gangguan perkembangan syaraf, temperamen, gangguan perceptual (penglihatan atau pendengaran), tidak dapat membedakan antara figure dan latar belakang (misatnya tidak dapat membedakan mana suara yang bising atau mana suara guru), tidak dapat memahami keurutan seringkali bingung dan menjadi tampak seperti tidak memperhatikan. Kecemasan dan rasa tidak aman, kurangnya kernatangan emosi juga dapat menjadi penyebab kurangnya kernampuan untuk memusatkan perhatian.

8. Suka melamun Melamun merupakan kegiatan yang wajar pada anak-anak. Melamun menjadi masalah ketika dilakukan pada saat yang tidak tepat. Jika anak melamun sampai tidak dapat memperhatikan instruksi guru dan metaksanakan tugasnya maka melamun menjadi masatah (Schaefer Et Mittman, 1981). Kegiatan melamun berlebihan dapat terjadi ketika realita kehidupan anak tidak mernuaskan sehingga lebih memilih berkhayal daripada memikirkan kenyataannya. Apalagi jika kehidupan sehari-harinya membosankan. Selain itu perilaku melamun bisa jadi sebenarnya bukan melamun. Anak yang mengidap epilepsy ringan juga sering tampak seperti melamun, padahal sebenarnya pada saat itu ia sedang mengatami serangan ringan sehingga sempat kehilangan kesadaran setama beberapa detik (Woolfotk, 1995). 9. Egois Anak yang egois hanya peduli dengan dirinya sendiri, hanya berfokus pada kesejahteraan dirinya sendiri tanpa peduti orang lain. Anak usia prasekolah umumnya masih egosentris karena dunianya masih terpusat pada dirinya sendiri (Papatia Et Olds, 1995), karena merasa dirinya dan dunia sekitarnya adalah satu. Mulai usia 4 atau 5 tahun keterampitan berkomunikasi mulai berkembang. Anak mulai sadar bahwa ada dirinya dan orang lain di luar dirinya, pada usia 5 atau 6 tahun anak menyadari bahwa peritakunya dapat berakibat pada orang lain (Papatia Et Olds, 1995). Beberapa indikator peritaku egois yang bermasalah: interaksi dengan anak lain tidak produktif, konsep diri negatif, memandang orang lain secara negatif, tidak merasa memiliki datarn kelompok, sulit menjalin relasi dengan anak lain, tidak melihat partisipasinya dalarn ketompok sebagai "kita" metakukan sesuatu bersama-sama tapi lebih sebagai apa yang "saya" inginkan. Penyebab perilaku egois dapat dikarenakan berbagai ketakutan, seperti takut dekat dengan orang lain, takut ditotak, dan takut perubahan. Anak yang banyak merasakan ketakutan seringkali memandang berbagai perubahan datam hidupnya sebagai sesuatu yang mengancam dirinya. la memandang segala sesuatu dari sudut pandangnya dan memahami sudut pandang orang lain dianggap sebagai suatu perubahan yang menakutkan. Anak yang egois seringkali khawatir dengan dampak-dampak negatif dari perilakunya sehingga ia tidak mau berbagi perasaan dan ide sehingga ia terjebak dalarn suatu pola berpaku pada dirinya sendiri. Orangtua yang terlalu protektif dan memanjakan anak juga dapat membuat anak menjadi egois karena ia terbiasa menjadi pusat perhatian dalam ketuarganya. Selain itu, kematangan emosi juga berpengaruh terhadap peritaku egois. Anak yang belum dapat mengendalikan dirinya, masih impulsif akan menjadi anak yang egois. 10. Terlalu tergantung

Peritaku ketergantungan meliputi mencari perhatian, kasih sayang ataun bantuan dari orang lain secara berlebihan. Beberapa ciri-ciri: sering merengek, menangis, dan peritaku tergantung tainnya, sering menyela pembicaraan orangtuanya, menuntut orang lain membantunya melakukan sesuatu padahal sebenarnya ia bisa melakukannya, tidak punya inisiatif, lebih menunggu bantuan orang dewasa, butuh kedekatan fisik, suka mencari perhatian atau mengharapkan orangtuanya sering mengawasinya, berbicara dengannya, melihat apa yang telah dibuatnya. Setelah usia 4 tahun jika anak masih menangis ketika ditinggal ibunya berarti bahwa ia menunjukkan perilaku ketergantungan. Penyebab: adanya penguatan dari orangtua, rasa bersalah orangtua, pola pengasuhan yang permisif, mencari perhatian orangtua, perasaan egois, dan perasaan ditolak. Sebagai panduan untuk melihat perkembangan anak usia prasekolah lihat lampiran: catatan kemajuan perkembangan CRI dan acuan menu pembelajaran anak usia dini. Setain karena belum tuntasnya tugas-tugas perkembangan pada suatu periode, masalah pada anak usia prasekolah dapat timbul karena adanya kelambatan perkembangan yang dapat berdampak pada kesulitan dalam belajar sehingga anak terhambat untuk mencapai kemajuan perkembangan. Kelambatan perkembangan dapat terjadi karena adanya kebutuhan-kebutuhan khusus, tapi dapat juga terjadi karena buruknya stimulasi atau kurangnya kesempatan untuk mengeksplorasi dunia sekitarnya (Drifte, 2003). b. Masalah karena adanya kebutuhan khusus (Drifte, 2003) 1. Gangguan fisik, motorik atau sensori Pertu perhatian khusus jika dalam keterampilan fisik dan motorik anak mengalami: Kesulitan dalam koordinasi tangan dan kaki Masatah datam keseimbangan Keterampilan motorik hatus dan motorik kasar yang jelek Bergerak dengan canggung (clumsy) Kemungkinan adanya gangguan penglihatan dapat dilihat dari: Memegang buku atau objek sangat dekat dengan wajahnya pada saat mengamati objek tersebut. Selalu duduk dekat di depan untuk mendengarkan cerita atau menonton TV. sering menabrak benda-benda kurang percaya diri pada saat bergerak di datam ruangan dan/atau menunjukkan kecemasan akan menabrak sesuatu. kesulitan untuk memfokuskan penglihatan pada suatu benda atau kesubtan dalam eye-tracking

kesulitan datam mengerjakan tugas yang membutuhkan keterampilan visual dan/atau keterampilan koordinasi mata & tangan. Gerakan mata tidak lazim, seperti bola mata selalu bergerak menunjukkan interaksi sosial yang tidak normal atau perilaku autistik posisi kepala tidak lazim terlihat juling, mata berputar-putar, dll. Kernungkinan adanya gangguan pendengaran dapat dilihat dari: Berkonsentrasi pada bahasa tubuh dan wajah orang dewasa di sekitarnya. Tidak mengikuti instruksi, hanya sesekati mengikuti instruksi dan/atau keliru dalam mengikuti instruksi. Tidak berespon ketika dipanggil namanya, terutarna jika yang memanggil berada di betakangnya. Memandang anak lain sebelurn bertindak, dan meniru. Dibandingkan anak lain terlihat lebih membutuhkan informasi visual dan alat bantu visual selarna beraktivitas. Berperitaku aneh atau seringkati frustrasi tanpa penyebab yang jelas Tidak bereaksi terhadap suara yang keras atau suara ramai yang tiba tiba muncul. Berteriak atau berbicara terlalu keras tanpa menyadarinya Terlambat bicara atau pernbicaraannya sulit dipahami mengubah warna suaranya saat berbicara Sulit mengerjakan aktivitas yang menuntut keterampilan mendengarkan. Menengokkan kepala ke arah pembicara saat diajak berbicara atau mendengarkan sesuatu Tampak asyik dengan dunianya sendiri atau menunjukkan perilaku autistik. 2. Gangguan emosi dan perilaku Perhatikan anak-anak yang menunjukkan perlaku: Agresif secara verbal dan/atau fisik terhadap anak lain atau orang dewasa Menarik diri Pencemas Terlalu cerewet dan terlalu ramah tidak sesuai dengan usianya aneh atau kurang diterima secara sosial Menyakiti diri sendiri Sulit menyelesaikan tugas, pertu dorongan dari orang dewasa mengacaukan rutinitas gagal membuat kemajuan yang diharapkan darinya sering membolos atau punya pola absen tertentu tidak dapat bekerjasama peritaku tak dapat diramalkan dan/atau sikap terhadap belajar berubah-ubah

tampak tidak tertarik terhadap kegiatan atau permainan terlalu tergantung pada orang dewasa hiperaktif Gangguan perilaku kadangkala muncul karena adanya suatu peristiwa di rumah, misalnya: orang yang dicintai meninggal atau binatang kesayangannya hilang, kelahiran adik, dll. 3. Gangguan sosial Pertu diperhatikan apakah anak menunjukkan: Tidak dapat bermain bersama anak lain Tidak dapat berbagi atau bergantian Keterampilan bercakap-cakap yang buruk 4. Gangguan komunikasi Pertu diperhatikan apakah anak: Gagap atau berbicara sangat lambat, tapi paham instruksi dan apa yang dikatakannya cukup masuk akat. Lambat bicara atau bicaranya tidak mudah dipahami Berbicara normal tapi apa yang dikatakannya tidak sesuai dengan situasi yang ada. Berbicara normal tapi susah memahami apa yang dikatakan padanya dan/atau tidak berespon sama sekati pada orang tain Berbicara pada saat yang tidak tepat atau membuat komentar yang tidak sesuai Tertawa terlalu keras atau terlalu lama Sulit bergantian datarn bercakap-cakap Menunjukkan kebiasaan ritual atau peritaku obsesi Sutit berkomunikasi melalui berbicara dan/atau bentuk bahasa tainnya. Tidak dapat berinteraksi dengan orang lain dengan bahasa verbal dan/atau nonverbal yang tepat Sulit bereaksi secara normal terhadap situasi sosial atau menghindari situasi sosial Pasif dan kurang atau bahkan tidak punya inisiatif atau rasa ingin tahu Tidak peduli terhadap orang lain Suaranya aneh, menggunakan bahasa 'planet' dan/atau kalimat kalimat ritual seperti dalam slogan periklanan. 5. Kesulitan belaiar spesifik Kesulitan belajar spesifik meliputi: kesulitan membaca (dyslexia), kesulitan menulis (dysgraphia), dan kesulitan motor persepsual(dyspraxia). Pertu diperhatikan apakah anak menunjukkan kesutitan datam hal:

Keterampilan motorik halus dan kasar Daya tangkap auditorial atau visual jika anak tidak mengatami masalah sensori. Mis: tidak dapat mengenali bentuk dengan tepat, susah menangkap bunyi atau fonem. Belajar dengan menghafat (nursery rhymes) Bergerak mengikuti irama atau kegiatan berpola Ingatan jangka pendek Keterampilan mengurutkan dan/atau keterampitan mengorganisir Interaksi verbal dan/atau mengikuti instruksi Koordinasi mata dan tangan. Dyslexia merupakan kesulitan dengan kata-kata atau bahasa dan membaca yang ditandai oleh (Strydom, 2004a, 2004b, 2004c): Sulit membedakan huruf b dan d, atau p dan q pada saat membaca atau menulis, jadi penggunaannya terbalik-balik. Mengganti huruf, membaca dan menulis n sebagai u, m sebagai w, d sebagai b, p sebagai q, f sebagai t. Membaca atau kata terbolak-balik, mis: pos untuk sop. Membaca atau menulis angka 17 untuk angka 71 Mengalami kesulitan mengurutkan sehingga urutan huruf seringkali terbalik-balik (misal sekolah menjadi sekolah, pos menjadi sop), urutan kata terbalik (misal saya pergi menjadi pergi saya ), menambahkan huruf (misal: kota kotah, Kesulitan dengan kata-kata sederhana, misalnya di rumah ke rumah, menambahkan kata yang tidak ada datam teks. Kesulitan membaca atau mengeja. Dysgraphia merupakan kesulitan dalam menulis yang ditandai oleh (Strydom, 2004d): Tulisan yang tidak dapat dibaca Huruf yang tidak konsisten Dalam menulis mencampur penggunaan huruf besar dan huruf kecil, huruf cetak dan huruf latin secara tidak tepat Ukuran dan bentuk huruf tidak beraturan Huruf yang tidak selesai Harus berusaha keras untuk menggunakan tulisan sebagai sarana komunikasi Dyspraxia merupakan gangguan dalam pengorganisasian gerakan yang ditandai oleh (Strydom, 2004e): Kecanggungan dalam bergerak, gerakan tidak terkoordinasi Sering kecelakaan, sering jatuh, menabrak. Koordinasi tangan - mata atau kaki - mata yang buruk Kemampuan yang buruk dalam: berpakaian, menalikan tali sepatu,mengancingkan baju, dll. Makan dan minum secara berantakan

Mengalami kesulitan berbicara Orientasi arah yang buruk Orientasi ruang yang buruk Kemampuan mengurutkan yang buruk Ingatan jangka pendek buruk Kesulitan dalam merencanakan dan mengorganisir pikiran Kesulitan memegang pensil Kesulitan menyalin dari papan tulis Kemampuan menulis dan membaca buruk Kesulitan membaca dan menutis APA YANG PERLU DILAKUKAN UNTUK DETEKSI DINI OBSERVASI Proses memperhatikan seorang anak metakukan kegiatan tanpa mencampuri kegiatan anak tersebut. PEDOMAN OBSERVASI (Children's Resources International, 1997) 1. Tentukan waktu untuk mengamati perilaku anak. Misal: 15 menit pada saat anak bermain. 2. Yang diamati adalah peritaku anak yang dapat dilihat 3. Deskripsikan peritaku secara akurat dan rinci sesuai fakta yang teramati Misal: Abet masuk ke kelas dan langsung bercerita kepada temannya bahwa ia memiliki dinosaurus yang kecil dan lucu di rumahnya. Ketika temannya mengatakan bahwa ia berbohong Adam terus menyampaikan bahwa dinosaurusnya adatah binatang peliharaannya yang baru dan mengatakan:'kalau tidak percaya kamu tanya papa saya'. 4. Tidak metakukan penafsiran atau interpretasi subjektif dalam deskripsi perilaku (yang dipikir atau dirasa terjadi), misalnya: 'Eni malas' 4 'Eni tidak metakukan instruksi guru setiap kati guru meminta siswa untuk mengerjakan sesuatu dan Eni lebih memilih untuk tidur-tiduran di bangku nya'. 5. Buat catatan untuk mendokumentasikan hasil observasi. PERILAKU YANG DIAMATI (Children's Resources International, 1997): Bagaimana anak bereaksi terhadap hal-hal rutin. Bagaimana anak berperilaku pada saat perpindahan dari satu kegiatan ke kegiatan lain, periode

tenang dan periode aktif, periode kegiatan kelompok dan periode kegiatan perorangan. Amati anak saat berpisah dengan orangtua, makan, menggunakan toilet, berpakaian, mencuci tangan, dan beristirahat. Bahan apa yang digunakan dan bagaimana menggunakannya. Amati kualitas penggunaannya (apakah crayon dijepit dengan mantap), banyaknya macam bahan, penggunaan yang penuh daya khayal, tingkat keahlian, dan pengertian konsep. Bagaimana interaksi anak dengan anak lain. Bagaimana interaksi anak dengan orang dewasa. Di mana anak bermain di ruangan kelas dan bagaimana ia berpindah. Bagaimana anak menggunakan bahasa. Bagaimana anak bergerak. Suasana hati dan watak. Peran anak dalam kelompok. (Ditulis Oleh Heribertus Gunawan, untuk Orangtua)

Mengenal Anak Prasekolah (Usia 3 -- 6 Tahun)


Anak/Parenting Artikel

Emosi anak-anak prasekolah diungkapkan secara bebas. Dalam usia 3 tahun, anak-anak mengalami banyak rasa takut -- terhadap binatang, monster dan mungkin juga terhadap "serigala besar yang jahat". Karena mereka memunyai kesulitan untuk membedakan antara fakta dengan khayalan, mereka perlu diyakinkan berulang-ulang oleh orang tua mereka. Anak usia prasekolah juga sering merasa khawatir, iri hati, ingin tahu, senang, dan sayang. Orang tua seharusnya memperkenalkan anak-anak prasekolah dengan anak-anak seusianya. Dalam usia 3 tahun, anak-anak jarang berinteraksi dengan anak-anak lain yang bermain di ruangan yang sama. Namun, permainan paralel semacam itu akan segera berakhir ketika anakanak mulai berinteraksi. Akhirnya, anak-anak prasekolah tidak terlalu berpusat pada diri sendiri lagi dan belajar untuk merasa empati pada orang lain. Pada tahap ini, sebuah taman kanak-kanak dengan staf pengajar yang bagus bisa memberi fasilitas untuk perkembangan sosial. Selama 2 atau 3 hari seminggu jauh dari ibunya akan berakibat positif bagi anak-anak dan memberi kesempatan kepada ibu untuk beristirahat. Collins (1971, 50) menyatakan bahwa permainan pada masa anak-anak memberi kesempatan untuk menyalurkan energi; memberikan stimulasi yang diperlukan; membantu anak-anak mengembangkan keterampilan motorik; dan memampukan anak-anak untuk memerankan dan belajar memahami peranan orang dewasa. Antara usia 3 sampai 6 tahun, anak-anak menambah ribuan kata dalam kosakata mereka dan mulai bernalar dengan konkret. Namun, mereka tetap hidup dalam dunia yang kecil. Mereka masih berpikir

bahwa sebagian besar peristiwa pada satu segi berpusat pada mereka, dan bahwa hampir semua orang melihat sesuatu seperti cara mereka. Selama masa-masa yang penting ini, anak-anak mengambil langkah besar untuk bersikap mandiri. Mereka belajar makan sendiri dan memotong-motong makanan mereka sendiri di piringnya. Mereka mulai berpakaian sendiri, biasanya dengan petunjuk orang tua tentang apa yang harus dipakai dan bukan tentang bagaimana memakainya. Mereka sudah terlatih menjaga kebersihan, menggunakan kamar mandi jika mereka membutuhkan, dan setelah itu membersihkan diri sendiri. Mereka tidak lagi terlalu bergantung pada ibu mereka secara sosial karena mereka mulai memunyai banyak teman. Tahun-tahun prasekolah merupakan masa-masa ketika identitas seksual diteguhkan. Anak-anak membutuhkan orang tua yang sejenis untuk mengidentifikasikan diri dan menolong sebagai figur teladan. Waktu yang dihabiskan dengan anak-anak prasekolah harus kuantitatif dan kualitatif. Meskipun orang tua harus menghindari tugas-tugas peniruan, meminta anak laki-laki membantu ayah mereka mengerjakan tugas yang biasa dikerjakan kaum pria, dan anak perempuan membantu ibu mereka akan membantu proses identifikasi seksual. Selama tahun-tahun ini, pada umumnya anak-anak melalui tahap pemikiran bahwa mereka akhirnya akan menggantikan orang tua dan menikah seperti orang tuanya. Orang tua harus memberikan kehangatan dan kasih sayang kepada anak laki-laki dan perempuan, tetapi mereka harus menghindari stimulasi yang berlebihan terhadap anak-anak prasekolah. Anak-anak yang lebih muda bisa saja akan terus mengikuti orang tua mereka ketika berpakaian, menggunakan toilet, atau mandi, dan bahkan tidur di tempat tidur yang sama. Orang tua harus dengan lembut tetapi tegas meminta mereka menghentikan kegiatan itu. Anak-anak prasekolah biasanya tidak akan terlalu keberatan, dan akan menuntut privasi mereka sendiri. Masalah Umum Anak Masa Prasekolah Kemarahan Banyak anak prasekolah yang mengungkapkan kemarahan secara tiba-tiba. Dalam hal ini orang tua jangan memberikan apa yang diminta anak sebagai tanggapan terhadap kemarahannya itu, sebab hal itu akan dipandang anak sebagai pahala. orang tua harus mengabaikan kemarahan pertama anak. Jika usaha ini tidak berhasil untuk meredakan kemarahannya, orang tua perlu berbicara dengan tegas. Dalam beberapa kasus anak perlu dipukul. Cacat Sikap orang tua dan perkembangan anak secara umum bisa sangat dipengaruhi oleh kondisi cacat (Bentovim, 1972). Anak cacat bisa menjadi terlalu bergantung dan menarik diri. orang tua dan anggota keluarga lainnya yang merasa kasihan terhadap anak itu mungkin akan membiarkan anak itu bersikap begitu, tetapi hal itu akan menimbulkan masalah perilaku. Anak yang cacat harus didorong untuk sebisa mungkin mandiri, tanpa menyangkal kondisi cacatnya. Kegemukan

Kegemukan menghancurkan citra diri anak dan membuatnya diejek teman-temannya, jadi orang tua harus mencegah masalah itu dengan risiko apa pun. Memberi anak terlalu banyak makanan, kemudian meminta mereka "untuk membersihkan piringnya" bisa menyebabkan kegemukan. Mengompol Masalah ini biasa untuk anak masa prasekolah, tetapi itu akan menjadi masalah besar jika masih berlanjut sampai masa sekolah. Kurang lebih 16 persen anak-anak kadang-kadang masih mengompol setelah berumur 5 tahun (Rae-Grant, Carr, dan Berman, 1983, 181). orang tua tidak boleh mengolok-olok anak yang masih mengompol; sebaliknya orang tua sebaiknya menyuruh anak itu untuk membersihkan tempat tidurnya setiap kali hal itu terjadi. Buang Air Besar di Celana -- Enkopresis Seperti halnya mengompol, hal ini juga merupakan hal yang normal untuk anak masa prasekolah. Jika hal ini terus berlanjut setelah umur 4 tahun, orang tua bisa melakukan konsultasi dengan ahli psikologi. Kadang-kadang, mengompol atau buang air besar di celana merupakan masalah medis yang bisa diobati dengan obat-obatan tertentu. Menggigit Jari Anak yang masih suka menggigit jari pada usia ini merupakan hal yang normal. Untuk menghilangkan kebiasaan ini, anak perlu ditawari hadiah; namun hukuman untuk hal ini tidak disarankan. "Gerenyet" Perilaku seperti gerakan tiba-tiba yang tidak pantas, seperti mengedipkan mata dan berdehem terus-menerus disebut gerenyet. Anak yang memiliki perilaku seperti ini mungkin memerlukan konseling karena perilaku ini biasanya disebabkan oleh konflik emosional yang mendasarinya. Gerenyet tersebut akan hilang dengan sendirinya jika konflik tersebut diselesaikan (Freedman, Kaplan, dan Saddrock, 1975, 1398-1399). Pengobatan mungkin juga dapat dipakai untuk mengatasi masalah itu sementara. Gagap Gagap pada anak prasekolah dipandang normal dan biasanya akan hilang saat anak itu berumur 6 tahun. Gagap biasanya disebabkan oleh ketidakmatangan neurologis. orang tua sebaiknya mengabaikan hal ini kecuali hal itu berlanjut sampai masa sekolah. Makin banyak diberi perhatian, masalah ini justru makin bertambah parah. Rasa Takut dan Masalah Tidur Rasa takut terhadap binatang sangat biasa selama usia ini dan tidak perlu terlalu dikhawatirkan. orang tua harus meyakinkan anak itu berulang-ulang. Mimpi buruk dan teror malam mungkin merupakan akibat konflik emosional. Dalam beberapa kasus, dibutuhkan pengobatan, terutama

dengan teror malam di mana anak-anak berteriak dan meronta-ronta tetapi tidak bangun. Lampu malam mungkin bisa membantu. Anak-anak harus didorong untuk kembali ke kamar mereka lagi, dan jangan tidur di kamar orang tua. Mengigau merupakan hal yang biasa terjadi pada anakanak kecil. Jika itu terjadi berulang kali, mungkin dibutuhkan pengobatan. Depresi Depresi merupakan hal yang biasa dialami setelah anak kehilangan orang tua atau benda yang dikasihi. Depresi sering kali muncul dalam bentuk penarikan diri, kesedihan yang berlarut-larut, dan peningkatan atau penurunan tingkat aktivitas yang mencolok. Mungkin dibutuhkan konseling; kadang-kadang obat antidepresan dengan dosis rendah bisa diberikan. Stres Sekolah minggu, pindah ke rumah yang baru, kunjungan ke dokter gigi atau ke dokter, atau kelahiran adik mungkin menyebabkan stres yang cukup berat bagi anak. Orang tua perlu mempersiapkan anak itu dengan membicarakan kejadian itu dengan jujur. Orang tua harus memberi tahu anak-anak jika akan mempekerjakan pengasuh untuk mengurangi stres anak. Diambil dan disunting seperlunya dari: Published in e-Konsel, 1 July 2010, Volume 2010, No. 211 Browse: Home / Articles, Parenting / Strategi Pemberian Makan Pada Anak Prasekolah Strategi Pemberian Makan Pada Anak Prasekolah By admin3 on September 9, 2010 Tweet this! Selama tahun-tahun prasekolah, anak berkembang dari balita yang sering mengalami temper tantrum (mengamuk) menjadi anak yang lebih bersedia bekerja sama dan ingin menyenangkan orangtua. Mereka juga ingin melakukan beberapa hal sendiri, tetapi bersedia untuk belajar dari ibu dan ayah. Kesempatan ini menciptakan peluang bagi orangtua untuk mengajari anak tentang pilihan makanan yang sehat dengan cara-cara baru dan menarik. Diet seimbang memberikan gizi yang diperlukan anak untuk pertumbuhan dan perkembangan optimal, serta energi untuk melakukan eksplorasi. Dengan makan yang benar dan banyak bermain, anak prasekolah dapat menjaga berat badan yang sehat dan tetap bersemangat untuk bersiap menuju langkah besar berikutnya dalam kehidupan muda mereka : Taman Kanak-kanak. Peran Orangtua

Membimbing kebiasaan makan pada anak adalah pekerjaan yang rumit. Anda ingin mendorong anak untuk membuat pilihan yang baik, tetapi tanpa paksaan. Sajikanlah makanan sehat, tetapi jangan ajarkan bahwa makanan tertentu adalah buruk. Anda ingin anak prasekolah Anda cukup makan makanan bergizi, tapi Anda tidak perlu menegosiasikan jumlah suapan yang harus dimakannya agar boleh menikmati hidangan pencuci mulut. Pendekatan ini biasanya tidak berhasil akhirnya anak Anda malah akan makan lebih sedikit makanan sehat dan hidangan pencuci mulut menambah jumlah kalori yang dikonsumsinya. Atas permintaan orang tua, anak prasekolah akan bersedia mencoba makanan baru terutama jika ibu dan ayah sedang makan makanan yang sama. Tidak ada salahnya menyajikan makanan yang disukai anak, tetapi makanan itu tidak harus selalu ada dalam menu. Sajikan berbagai makanan dan tidak hanya untuk memenuhi selera anak. Jangan menyajikan makanan khusus untuk anak yang berbeda dengan makanan Anda sebelum Anda menyadarinya, setiap malam Anda akan berkewajiban untuk menyajikan dua menu makan malam. Kelihatannya tidak logis, tetapi lebih baik menyajikan berbagai makanan bahkan jika anak kadang-kadang menolak untuk makan apa pun di piring. Adalah hal yang wajar jika Anda ingin anak makan saat makan malam, tetapi penting diketahui, melewatkan satu kali makan tidak berbahaya bagi anak yang sehat. Biarkan anak tahu bahwa makanan akan tersedia saat makan berikutnya atau ketika waktu kudapan / snack time. Mendorong Diet Sehat Untuk mendorong diet yang sehat :

Terus tawarkan berbagai makanan, bahkan yang telah ditolak anak sebelumnya. Sediakan makanan sehat di rumah, dan batasi makanan jenis kalori tinggi rendah nutrisi. Sertakan anak dalam kegiatan menyiapkan makanan misalnya, biarkan mereka menyobek selada untuk salad atau membantu menata meja. Atur jadwal waktu makan besar dan waktu kudapan, agar anak tidak makan sepanjang waktu. Buatlah waktu makan bersama keluarga yang menyenangkan. Berikan contoh yang baik dengan mengkonsumsi makanan bergizi.

Membiarkan Anak Memegang Kontrol Beberapa orang tua mungkin merasa tidak nyaman untuk membiarkan anak prasekolah mereka menentukan berapa banyak makanan yang mereka makan. Tetapi, itu hanyalah kontrol terbatas. Orangtua tetap bertanggung jawab untuk menetapkan jadwal makan besar dan kudapan, serta menentukan makanan apa yang akan disediakan. Anak usia 4 tahun tidak seharusnya menentukan kudapannya sendiri, tetapi dapat diberikan pilihan, dan diperbolehkan memutuskan apakah ia mau makan atau tidak. Anak prasekolah sudah cukup besar untuk memahami konsep kenyang. Anak yang berhenti makan ketika merasa kenyang lebih kecil kemungkinannya untuk obesitas. Sebagian besar anak

secara alamiah tahu apakah mereka lapar atau kenyang, dan dapat menggunakan petunjuk ini untuk mengontrol asupan makanan mereka. Anak yang didorong untuk mengabaikan petunjuk ini akan belajar untuk mengabaikan mekanisme kontrol internalnya. Jika anak memilih untuk tidak makan ketika waktu makan siang atau waktu kudapan tiba, cobalah untuk menghindari berdebat tentang hal itu atau bersikap kritis. Bersikap netral dan tenang akan mencegah masalah yang lebih besar yang dapat muncul ketika orang tua dan anak bertempur karena makanan (DWR). Direview oleh Mary L. Gavin, MD April 2008 Tumbuh Kembang Usia Prasekolah Sebagai anak yang baru berjalan, anak belajar untuk berjalan menjauhi dan mendekati ke orang dewasa yang dekat atau orangtuanya. Saat usia prasekolah, anak- anak menjelajahi pemisahan emosiaonal, bertukar-tukar antara perlawanan manja dan gembira, antara berani menjelajah dan sifat melekat. Dengan bertambahnya waktu yang didapat di kelas atau tempat bermain kemampuan anak untuk beradaptasi kepada aturan baru dan hubungan. Anak-anak prasekolah mengetahui bahwa mereka dapat berbuat lebih dari yang sebelumnya, tetapi mereka juga sangat sadar dengan keterbatasan yang diberikan kepada mereka oleh orang dewasa dan kemampuan terbatas mereka.1 2.4.1 Perkembangan Fisik Pertambahan berat badan dan tinggi badan biasanya berjalan konstan selama periode pra sekolah. Pada akhir tahun kedua, pertumbuhan tubuh dan otak lambat, dengan penurunan yang seimbang pada kebutuhan nutrisi dan nafsu makan, dan timbulnya kebiasaan makan yang memilih-milih. Rata-rata pertambahan berat badan anak kira-kira 2 kg dan tinggi badan 7-8 cm setiap tahun. Berat badan lahir bertambah 4 kali saat usia 2 tahun. Ketika berusia 4 tahun ratarata berat yaitu 40 lb dan tinggi 40 in. Kepala akan tumbuh hanya bertambah 5 cm antara usia 3 sampai 18 tahun. Anak- anak dengan timbunan adipositas awal (pertambahan pada massa index tubuh) mempunyai resiko untuk gemuk ketika dewasa.1,8 Pertumbuhan organ seksual sepadan dengan pertumbuhan somatis. Anak prasekolah mempunyai genu valgum atau pes planus ringan. Batang tubuh langsing seperti pemanjangan

tungkai. Energi fisik memuncak, dan kebutuhan tidur menurun sampai 11-13 jam/hari, biasanya termasuk sekali tidur siang. Ketajaman penglihatan mencapai 20/30 pada usia 3 tahun dan 20/20 pada usia 4 tahun. Semua 20 gigi primer telah muncul pada usia 3 tahun

15 bulan Motorik

Berjalan sendiri, menaiki tangga dengan merangkak Membuat menara 3 tingkat dari kubus,

Adaptasi Bahasa Sosial

membuat garis menggunakan crayon, memasukkan kismis ke dalam botol Berlogat, mengikuti perintah sederhana, menyebut nama objek yang sudah akrab Menandakan hasrat atau kebutuhan dengan menunjuk, memeluk orang tua

18 Bulan Motorik

Berlari kencang, duduk pada kursi kecil, berjalan menaiki tangga dengan berpegang pada 1 tangan, menjelajahi laci-laci

Adaptasi Bahasa Sosial

dan tempat sampah Membuat menara 4 tingkat dari kubus, meniru menulis, meniru gerakan

vertikal, mentumpahkan kismis dari botolnya 10 kata (rata-rata), menamai gambar, mengenal satu atau lebih bagian tubuh Makan sendiri, mencari pertolongan jika membutuhkan, komplen jika basah atau kotor, mencium orang tua dengan mengerutkan bibir

24 Bulan Motorik

Berlari dengan baik, naik turun tangga, membuka pintu, memanjat perabotan rumah tangga, melompat.

Adaptasi Membuat menara tujuh tingkat dari kubus, Bahasa Sosial membuat coretan dengan pola melingkar, meniru gerakan horizontal, meniru melipat kertas dalam sekali lihat. Menggunakan tiga kata dalam satu kalimat (subjek, predikat, objek). Menggunakan sendok dengan baik, dapat membantu membuka baju, mendengar cerita ketika ditampilkan

gambarnya.

30 Bulan Motorik

Menaki tangga dengan menggunakan kaki secara bergantian Membuat menara Sembilan tingkat dari kubus,

Adaptasi Bahasa Sosia

membuat gerakan vertical dan horizontal, tapi tidak membuat gerakan silang, meniru gerakan melingkar Menggunakan kata ganti untuk diri sendiri saya, mengetahui nama lengkap sendiri. Membantu menaruh benda, berpura pura dalam bermain

36 Bulan Motorik

Mengendarai sepeda roda tiga, berdiri menggunakan satu kaki Membuat menara sepuluh tingkat dari kubus,

Adaptasi Bahasa Sosial

membuat jembatan menggunakan tiga kubus, menyalin lingkaran, meniru gerakan silang. Mengetahui umur dan jenis kelamin, menghitung tiga objek dengan benar, mengulangi tiga nomor atau sebuah kalimat

dengan enam suku kata. Bermain permainan sederhana (bersama-sama dengan anak lain), membantu memakai baju (melepaskan kancing baju dan memakai sepatu), menyuci tangan.

48 Bulan Motorik Adaptasi Bahasa Sosial

Melompat dengan satu kaki, melempar bola dengan ayunan tangan yang tinggi, menggunakan gunting untuk memotong gambar, mendaki dengan baik. Menyalin jembatan dari contohnya, meniru konstruksi gerbang menggunakan lima kubus, menyalin tanda silang dan kotak, menggambar dua samapai empat bagian tubuh manusia selain kepala, dapat mengetahui perbedaan panjang dua garis. Menghitung empat koin uang, menceritakan cerita. Bermain dengan beberapa anak, dengan memulai interaksi social dan peran permainan, pergi ke toilat sendiri

60 Bulan

Lewat

Motorik Adaptasi Bahasa Sosial

Menggambar segitiga, menamai lebih banyak dari 2 nama Menyebut 4 warna, mengulang kalimat dari 10 suku kata, menghitung 10 buah koin receh dengan benar Memakai pakaian dan melepas pakaian, bertanya tentang arti kata-kata, mengikutsertakan seseorang dalam peran bermain

Kejadian penting atau milestone dari motorik kasar dan halus disajikan dalam tabel 2.1. Sebagian besar anak berjalan dengan gaya matur dan lari dengan mantap sebelum akhir tahun ketiganya. Melewati tingkat dasar ini, terdapat variasi yang luas dalam kemampuan seperti kisaran kegiatan motorik berkembang mencakup melempar, menangkap, dan menendang bola, mengendarai sepede, menaiki bangunan di lapanagan, menari, dan pola tingkah laku kompleks lainnya. Tanda-tanda gaya aktivitas kasar seperti tempo, intensitas, dan kewaspadaan juga sangat bervariasi juga karena bakat bawaan. Walaupun anak dapat berjalan dengan gaya yang berbeda, berjalan dengan ibu jari tidak seharusnya bertahan.1 Pengaruh-pengaruh seperti perbedaan individu pada perkembangan kognitif dan emosi sebagian bergantung pada tuntutan lingkungan sosial. Anak-anak yang semangat, terkoordinasi mungkin tumbuh secara emosional dengan orang tua atau guru yang menekankan aktivitas fisik, namun pada anak-anak dengan tenaga yang kurang, lebih berotak, mungkin tumbuh dengan orang tua yang menekankan nilai permainan dengan sungguh-sungguh.1 Kemandirian biasanya muncul pada tahun ketiga. Frustasi mungkin akibat dari upaya untuk mengubah pilihan tangan anak. Variasi dalam perkembangan motorik halus menggambarkan kecenderungan individu maupun berbagai kesempatan untuk belajar. Anak-anak yang jarang

diizinkan memakai crayon, misalnya, nantinya mengembangkan genggaman pensil orang dewasa.1 Kontrol buang air besar dan buang air kecil muncul saat periode ini, dengan kesiapan untuk ke toilet mempunyai variasi individu dan budaya yang luas. Anak perempuan cenderung lebih awal dan lebih cepat terlatih daripada anak laki-laki. Ngompol normal sampai usia 4 tahun pada anak perempuan dan 5 tahun pada anaklaki-laki. Banyak anak-anak mengusai proses ke toilet dengan mudah, terutama sekali sekali ketika mereka sudah mampu untuk mengatakan secara verbal kebutuhan badannya. Untuk anak lainnya, latihan toilet dapat juga memanjang dengan kekuatan berontak dari anak. Penolakkan untuk defekasi di toilet atau pot relatif umum dan dapat mengarah ke konstipasi dan frustasi orang tua. Penghentian latihan (kembali memakai diaper) seringkali memenuhi proses penguasaan proses bertoilet.1 Latihan bertoilet menunjukkan peristiwa penting bagi orang tua karena menandakan kebebasan mereka dari pakaian kotor karena popok. Pada beberapa orang tua juga mewakili salah satu segi dari perkembangan anak dan satu kebanggaan bahwa anak mereka telah mendapat kemampuan tertentu pada usia dini. Untuk alasan ini dan lainnya,mungkin tidak ada peristiwa penting perkembangan lainnya yang terdorong dan lebih penting dari latihan bertoilet.3 Kematangan usia menandakan kesiapan untuk latihan bertoilet, setelah 18 bulan, toddler mempunyai kapasitas sensorik untuk sadar akan penuhnya rectum atau kandung kemih dan secara fisik sudah mampu mengontrol shincter anus dan saluran urinarius. Bagian penting yang berhubungan dengan masalah latihan bertoilet ialah membimbing orang tua tentang tanda kesiapan anaknya untuk memulai bertoilet, seperti yang diperlihatkan pada tabel 2.2. Kurang dari 25% dari anak-anak berhasil pada usia 24 bulan, tetapi sebagian besar anak menguasai bertoilet pada usia 48 bulan. Ingatkan pada orang tua bahwa terjadi proses perkembangan anak yang normal pada usia ini. Tabel 2.2 Tanda kesiapan anak dalam latihan bertoilet3 Bahasa lisan anak, bahasa tubuh, atau aktivitas yang menandakan ia akan melakukan buang air kecil atau defekasi Pergerakan usus anak yang muncul pada jadwal prediksi Popok anak yang kering untuk waktu yang lama, menandakan kapasitas

kandung kemih yang siap berfungsi Anak dapat membuka bajunya Anak menunjukkan perhatian dalam meniru anggota keluarga Anak menunjukkan perhatian dalam menyenangkan anggota keluarga Anak dapat mengikuti perintah Tanda kesiapan meliputi bahasa yang cukup untuk menggambarkan kebutuhan defekasi, dan orangtuanya harus mampu mengkomunikasikan dengan anaknya mengenai kebutuhan ini. Anak menunjukkan sebuah kesadaran bahwa popok harus diganti sudah dapat dipelajari. Anak yang senang dengan reaksi orang tua dan mau menunjukkan kemampuan mengurus diri dapat termotivasi menggunakan toilet. Anak yang pada permulaan menunjukkan rasa malu atau sadar akan kedaruratan tubuh akan pergi ke sudut rumah untuk defekasi dapat diarahkan ke kamar mandi untuk melakukannya.3 Bagi orang tua memuji anaknya merupakan suatu langkah awal. Awalnya orang tua dapat memuji anaknya ketika pergi ke kamar mandi dengan duduk pada toilet walaupun tidak ada rangsangan untuk defekasi untuk beberapa menit. Pujian dapat ditingkatkan saat melakukan defekasi. Pada setiap waktu sangat penting bagi orang tua untuk menjaga sikap yang positif. Anak-anak tidak boleh dipermalukan saat gagal menggunakan kursi pot atau kecelakaan saat berproses bertoilet. Orang tua harus disiapkan pada saat anak latihan bertoilet karena memakan waktu beberapa bulan dan kecelakaan sering terjadi.3 Implikasi untuk orang tua dan dokter anak. Penurunan normal nafsu makan di usia ini sering menimbulkan kecemasan tentang nutrisi. Sebagian besar, orang tua dapat diyakinkan bahwa jika pertumbuhan normal, masukan anak adalah cukup. Anak-anak biasanya mengatur jumlah makanannya untuk menyesuaikan kebutuhan tubuhnya menurut rasa lapar atau kenyang. Asupan setiap hari bervariasi. Kadang-kadang luas, akan tetapi asupan selama periode 1 minggu relatif stabil. Upaya orang tua untuk mengatur asupan anak mengganggu mekanisme pengaturan diri ini karena anak harus menyetujui atau berontak melawan tekanan. Akibatnya anak menjadi kelebihan makan atau kekurangan makan. Perlu diketahui juga bahwa pada anak prasekolah dengan anemia defisiensi Fe anak menjadi kurang aktif terhadap lingkungan sosialnya dan lebih

cepat mendekati ibunya, dan lebih lambat dalam memperlihatkan pengaruh positif dan menyentuh mainan baru untuk pertama kalinya.1,11 Anak yang terlalu aktif meningkatkan resiko untuk terluka, dan orang tua harus mendapat bimbingan awal mengenai pengamanan. Orang tua kuatir mengenai kemungkinan hiperaktifitas yang menggambarkan harapan yang tidak benar, kekuatiran yang berlebihan atau overaktivitas yang sebenarnya. Anak yang terlibat dalam aktivitas yang gegabah, tidak dapat dikendalikan tanpa memperhatikan keamanan dirinya, harus dievaluasi lebih lanjut. Perkembangan Kognitif Bahasa, kognisi dan permainan semuanya melibatkan fungsi simbolis, suatu cara mengatasi dunia yang semakin menjadi penting selama periode prasekolah.1 Periode prasekolah dapat disamakan dengan stadium praoperasional Piaget (pralogika), ditandai oleh pemikiran ajaib, egosentris, dan pemikiran yang didominasi oleh kesadaran. Pemikiran ajaib meliputi kerancuan dari kejadian yang kebetulan untuk sebab dan akibat, animisme (menghubungkan motivasi kepada benda mati dan kejadian) dan kepercayaan yang tidak realistik terhadap kekuatan hasrat. Anak-anak mungkin percaya bahwa orang-orang membuat hujan dengan membawa payung, bahwa matahari turun karena lelah atau bahwa perasaan marah kepada saudara kandung sesungguhnya dapat membuat saudaranya sakit. Egosentris mengacu kepada ketidakmampuan anak untuk mengambil pandangan lain dan tidak berarti egois. Anak mungkin berusaha untuk menyenangkan orang dewasa yang marah dengan membawa boneka binatang kesayangan. Setelah usia 2 tahun, anak membuat konsep tentang dirinya dan rasa kebutuhan untuk merasakan semua.1 Piaget menunjukkan dominasi persepsi di atas logika dengan urutan yang terkenal dari uji coba pengawetan. Dalam salah satu uji coba, air dituangkan bolak- balik dalam pot yang tinggi dan kecil ke piring lebar yang lebih rendah, dan anak-anak ditanya mana yang berisi air lebih banyak. Mereka selalu memilih yang lebih besar (biasanya pot yang lebih tinggi), bahkan ketika penguji menunjuk bahwa tidak ada air yang telah diambil atau ditambah. Salah penbgertian demikian menggambarkan hipotesis tentang perkembangan anak tentang sifat ilmiah dunia, juga kesulitan mereka dalam menyelesaikan berbagai situasi secara serentak.1 Perkembangan Bahasa Perkembangan bahasa terjadi paling cepat terjadi antara usia 2-5 tahun. Perbendaharaan kata bertambah dari 50-100 kata sampai 2000 lebih. Susunan kalimat meningkat dari telegrafi kalimat dua- dan tiga-kata sampai penggabungan semua aturan tata bahasa pokok. Mudahnya, antara usia 2 sampai 5 tahun, jumlah kata-kata dalam kalimat yang khas sama dengan usia anak (2 pada 2 tahun, 3 pada 3 tahun, dan selanjutnya). Pada usia 21 bulan sampai 2 tahun, kebanyakan anak menggunakan kalimat posesif (ini bola saya), progresif (saya sedang

bermain), pertanyaan, dan kalimatb penolakan. Saat usia 4 tahun, kebanyakan anak dapat menghitung sampai 4 dan dapat menggunakan kalimat-kalimat lampau, pada usia 5 tahun, anak dapat menggunakan kalimat-kalimat rencana masa depan. Anak tidak bisa menggunakan bahasa kiasan, mereka hanya mengerti arti langsung dari sebuah kata.1,8 Sangat penting untuk membedakan cara bicara (produksi dari suara yang dapat dimengerti) dan bahasa, yang berkenaan dengan sikap mental yang mendasari. Bahasa terdiri dari fungsi ekspresif dan reseptif. Variasi bahasa reseptif (mengerti) kurang daripada tingkat kemahiran bahasa ekspresif.1 Kemahiran berbahasa secara prinsip tergantung dari input lingkungan. Faktor yang menentukan ialah jumlah dan variasi cara berbicara kepada anak secara langsung dan dari seberapa sering orang dewasa bertanya pertanyaan dan mendorong anak untuk berbicara. Anak yang dibesarkan dalam kemiskinan menunjukan nilai perkembangan bahasa yang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang dibesarkan pada keluarga yang mampu.1 Walaupun pentingnya pemajanan bahasa, banyak ahli bahasa yakin bahwa mekanisme dasar untuk kemahiran berbahsa ialah kabel keras ke dalam otak. Anak tidak hanya meniru ucapan orang dewasa. Lebih tepatnya mereka meringkas aturan tata bahasa yang rumit dari bahasa sekitarnya dengan membuat hipotesis lengkap dan memodifikasinya terus-menerus. Generalisasi yang berlebihan, seperti tambahan sembarangan pada bunyi s di akhir kata untuk membedakan benda tunggal atau bunyi ed untuk bentuk lampau, memberi bukti adanya aturan-aturan lengkap tersebut. Bahasa berhubungan dengan perkembangan kognitif dan emosi. Keterlambatan berbahasa dapat menjadi indikasi pertama bahwa terjadi retardasi mental pada anak, mempunyai gangguan spektrum autis, atau diperlakukan kurang baik. Bahasa memainkan peran penting dalam pengaturan perilaku yang mula-mula melalui pemahaman anak terhadap permintaan dan batasbatas orang dewasa dan kemudian melalu percakapan pribadi dimana anak mengulangi larangan-larangan orang dewasa yang pertama kali didengar dan kemudian dijiwai. Bahasa juga memungkinkan anak mengungkapkan perasaan, seperti marah atau frustasi tanpa melampiaskannya, oleh karena itu, penundaan berbicara anak-anak menunjukkan tingkat temperamen yang lebih tinggi dan tingkah laku luar yang lain.1 Perkembangan bahasa prasekolah meletakkan dasar untuk keberhasilan berikutnya di sekolah. Kira-kira 35% anak di Amerika Serikat boleh masuk sekolah yang kurang dalam kemahiran bahasa yang merupakan prasyarat penambahan kemampuan membaca dan menulis. Meskipun sebagian besar anak belajar membaca dan menulis di sekolah dasar, dasar-dasar kemampuan untuk membaca dan menulis

dibina selama tahun-tahun prasekolah. Melalui pengulangan pemajanan awal pada kata- kata tulisan, anak-anak belajar tentang penggunaan penulisan ( menceritakan cerita atau mengirimkan pesan-pesan), dan mengenai bentuknya (kiri ke kanan atas ke bawah). Kesalahan awal dalam menulis, seperti kesalahan dalam berbicara, menunjukkan bahwa kemahiran membaca dan menulis merupakan suatu proses aktif yang melibatkan hipotesis generasi dan revisi.1 Buku-buku bergambar berperan khusus bukan saja dalam mengenalkan anak- anak tentang katakata cetak, tetapi juga dalam perkembangan bahasa lisan. Perbendaharaan kata anak dan bahasa reseptif meningkat ketika orang tuanya membacakan secara konsisten untuk mereka. Membaca dengan keras bersama anak merupakan proses yang interaktif dimana orang tua secara berulangulang memfokuskan perhatian anak pada gambar-gambar khusus, bertanya pertanyaan, dan memberikan timbal balik kepada anak.1 2.4.4 Bermain Bermain melibatkan proses pembelajaran, aktifitas fisik, sosialisasi dengan teman sebayanya, dan berlatih peran orang dewasa. Bermain ditandai dengan penambahan kompleksitas dan khayalan, dari tulisan-tulisan sederhana yang meniru pengalaman umum seperti belanja dan meletakkan bayi di tempat tidur (usia 2 atau 3 tahun) ke skenario yang lebih luas mencakup kejadian tunggal seperti pergi ke kebun binatang atau pergi berwisata (usia 3-4 tahun untuk menciptakan skenario yang telah hanya dibayangkan, seperti terbang ke bulan (usia 4-5 tahun). Pada usia 3 tahun, permainan kerja sama tampak pada permainan membangun balok bersamasama, kemudian menjadi aktivitas permainan yang lebih teratur, seperti bermain rumahrumahan. Bermain juga makin menjadi lebih beraturan, dari aturan awal mengenai cara meminta (bukannya mengambil) dan membagi (usia 2 atau 3 tahun) sampai aturan- aturan yang berubah dari waktu ke waktu menurut keinginan para pemain (usia 4 dan 5 tahun) ke awal pengenalan aturan-aturan yang relatif tetap.1 Bermain juga membuat anak dapat memecahkan konflik dan kecemasan dan membuat jalan keluar yang kreatif. Anak-anak dapat melepaskan kemarahan dengan aman (menampar boneka), meniru kekuatan super (memainkan dinosaurus dan pahlawan super), dan mendapatkan hal-hal yang ditolak dalam dunia nyata (membuat percaya teman atau binatang kesayangan). Menggambar, mewarnai dan akitifitas artistik lain adalah bentuk permainan yang menunjukkan motivasi kreatif yang lebih jelas Suara dan emosi yang timbul pada anak ketika menggambar mencerminkan masalah anak yang penting pada anak-anak.1 Ketidakmampuan untuk membedakan khayalan dan kenyataan membuat persepsi anak dari apa yang anak lihat pada media, melalu program atau iklan. Seperempat dari anak mempunyai televisi di dalam kamarnya dan menonton berjam- jam setiap minggu, dan sebagian besar yang

anak-anak tonton ialah kekerasan. Sikap kekerasan dibentuk saat awal, dan pajanan kekerasan yang awal telah menunjukkan hubungan dengan gangguan perilaku kemudian.1 Arti bahasa sebagai suatu sasaran untuk penilaian dan intervensi tidak dapat ditaksir lebih karena peranan sentralnya sebagai indikator perkembangan kognitif dan emosi dan sebagai faktor kunci dalam pengaturan tingkah laku dan keberhasilan sekolah nantinya. Para orang tua dapat mendukung perkembangan emosi dengan menggunakan kata-kata yang menggambarkan pernyataan perasaan anak (kamu tampak marah sekarang) dan dengan mendesak anak untuk menggunakan kata-kata untuk mengekspresikan perasaan bukannya melampiaskannya dengan melakukan sesuatu.1 Para orang tua harus mempunyai waktu yang teratur setiap hari untuk membaca dan melihat buku bersama-sama anak-anaknya. Program-program yang diberikan dokter anak melalui bukubuku bergambar bersama dengan pembinaan yang tepat selama kunjungan-kunjungan perawatan primer adalah efektif dalam membaca dengan keras, terutama keluarga yang berpenghasilan rendah. Televisi dan media yang serupa harus dibatasi 2 jam per hari dengan program yang baik, dan orang tua harus menonton programnya bersama anak dan melakukan tanyajawab dengan anak setelahnya.1 Pemikiran praoperasional memberi pengertian pengalaman sakit dan pengobatan anak. Anak mulai mengerti bahwa tubuh mempunyai bagian luar dan dalam. Anak harus dijelaskan dengan sederhana, penjelasan konkrit untuk prosedur pengobatan dan diberikan beberapa prosedur bila memungkinkan. Anak harus dijelaskan secara berulang bahwa mereka itu tidak dimarahi ketika diberi vaksin atau jarum suntik.1 Intensitas imaginasinya yang mengisi permainan dan pesonanya, pemikiran khas animisme kognisi praoperasional juga menimbulkan kekuatiran yang kuat. Lebih dari 80% orang tua melaporkan sekurang-kurangnya 1 kekhawatiran pada anak prasekolahnya. Tidak mau mandi atau duduk pada toilet dapat timbul dari ketakutan dimasukkan ke dalam air atau disiram, menggambarkan apresiasi imatur anak relatif besar. Upaya untuk memperagakan secara rasional bahwa tidak ada monster dalam kloset sering gagal, karena ketakutan timbul dari pemikiran yang prarasional. Meyakinkan bahwa orang tua akan menggunakan kekuatan ajaib untuk membuang monster dengan menggunakan semprotan monster atau lampu malam. Orang tua sebaiknya menangani rasa takutnya dan memberikan anak rasa untuk mengontrol situasi. Gunakan alat gambar untuk menggambar orang, untuk menggambar orang yang dianggap baik bagi si anak, dapat membantu menjelaskan cara pandang anak.1 2.4.5 Perkembangan Emosi dan Moral Tantangan emosi dalam menghadapi anak prasekolah termasuk keterbatasan penerimaan sementara mempertahankan rasa pengawasan diri, menimbulkan keagresifan dan dorongan

seksual, dan interaksi dengan lingkungan orang dewasa dan teman-teman semakin luas. Pada usia 2 tahun pembatasan tingkah laku terutama eksternal, pada usia 5 tahun, pengontrolanpengontrolan ini perlu dikendalikan jika anak harus berfungsi dalam kelas yang khusus. Keberhasilan dalam mencapai tujuan ini berdasarkan pada perkembangan emosi sebelumnya, khususnya kemampuan menggunakan bayangan internalisasi dari orang dewasa yang dipercayai untuk memberikan rasa aman pada saat stress. Anak perlu mempercayai diri sendiri terhadap dukungan orang dewasa untuk mengatasi masalah emosinya. Anak-anak belajar apakah tingkah laku dapat diterima dan beberapa kekuatan yang mereka punyai dalam menghadapi orang dewasa yang penting dalam menguji keterbatasan-keterbatasan. Uji bertambah ketika ia memperoleh sejumlah besar perhatian, walaupun perhatian tersebut sering negatif, dan ketika batas-batas tidak konsisten. Uji sering menimbulkan kemarahan orang tua atau kekhawatiran yang tidak pada tempatnya karena usaha anaknya untuk memisahkan, tantangan diberikan orang tua: biarkanlah (letting go). Keterbatasan yang terlalu ketat dapat melemahkan rasa inisiatif anaknya, sedangkan keterbatasan yang sangat longgar dapat menimbulkan kecemasan pada anak yang merasa bahwa tidak ada orang yang mengontrol.1 Anak pada usia ini dapat mengerti bahwa ada halangan untuk mencegah dia di sekitarnya dan dapat mengekspresikan perasaan, marah, dan frustasi tanpa memperlihatkannya. Pengawasan merupakan persoalan utama. Ketidakmampuan dalam mengatur aspek dunia luar, seperti apa yang harus dibeli atau kapan harus pergi, sering mengakibatkan kontrol interna, yaitu, watak pemarah. Takut, terlalu lelah, atau ketidaknyamanan fisik dapat juga menimbulkan kemarahan. Kemarahan biasanya muncul ke arah akhir usia 1 tahun dan puncaknya lazim pada usia antara 2 dan 4 tahun Kemaraham yang lebih dari 15 menit atau muncul secara beraturan lebih dari 3 kali per hari mencerminkan adanya masalah mendasar kesehatan, emosi dan sosial.1,8 Anak-anak prasekolah biasanya mengalami perasaan sulit terhadap orang tuanya, cinta yang kuat dan kecemburuan serta kebencian dan ketakutan bahwa perasaan marah dapat menyebabkan pengabaian. Lingkaran emosi ini, kebanyakan di luar kemampuan anak untuk menganalisa atau mengekspresikan, sering menemukan ungkapan dalam suasana hati yang sangat labil. Penyelesaian krisis ini (proses berlangsung selama bertahun-tahun) melibatkan keputusan anak yang tidak terucapkan untuk menyamai orang tua bukannya bersaing dengan mereka. Permainan dan bahasa memelihara perkembangan pengendalian emosi dengan memperbolehkan anak-anak mengekspresikan emosi dan memainkan peran.1 Rasa ingin tahu tentang alat kelamin dan organ seksual orang dewasa adalah normal sebagaimana masturbasi. Masturbasi yang mempunyai kualitas mendorong (kompulsif) atau yang mengganggu aktivitas normal anak, berpura-pura berhubungan seksual pada permainan boneka atau dengan anak-anak lain, kesopanan yang ekstrim, atau meniru tingkah laku gairah orang dewasa, semuanya memberi kesan kemungkinan penyiksaan seksual. Kesopanan muncul

secara bertahap pada anatar usia 4-6 tahun, dengan banyak variasi tergantung budaya dan keluarga. Orang tua harus mengajarkan kepada anaknya tentang daerah pribadi sebelum masuk sekolah. Pemikiran moral dibatasi oleh tingkat kognitif anak dan kemampuan bahasa, namun membangun jati diri anak secara terus-menerus dengan orang tuanya. Pada awal sebelum ulang tahun kedua, perasaan anak terhadap benar atau salah berpegang pada hasrat untuk mendapatkan persetujuan dari orang tuanya dan menghindari konsekuensi yang negatif. Perasaan hati anak dipengaruhi oleh pengaruh eksternal, anak belum dapat mengerti dalam diri mereka aturan sosial dan rasa keadilan. Setiap waktu, ketika anak diberikan nasehat dengan orang tuanya, kata-kata menggantikan perilaku yang agresif. Pada akhirnya, anak dapat menerima tanggung jawabnya sendiri. Perbuatan dapat terjadi disebabkan oleh kerugian, bukan karena suatu maksud. Respon empati kepada orang lain yang distress muncul selama tahun kedua kehidupan, namun kemampuan untuk memikirkan cara pandang anak lainnya masih terbatas. Pada anak 4 tahun akan mengakui pentingnya untuk mengambil giliran, namun akan komplain jika ia tidak mendapat waktu yang cukup. Aturan cenderung absolut, dengan rasa bersalah sebagai akibat dari perbuatan yang salah, tanpa mengabaikan suatu maksud.1 2.4.6 Keterlibatan Orang Tua Dan Dokter Anak Pentingnya anak prasekolah mengontrol perasaan terhadap tubuh dirinya dan sekitarnya mempunyai maksud di dalam segi praktis. Mempersiapkan anak tentang bagaimana proses pemeriksaan akan menenangkan hati anak. Katakan pada anak apa yang akan dilakukan, namun jangan meminta izin kecuali pemeriksa siap dengan jawaban tidak.1 Pemeriksaan anak usia 4 atau 5 tahun harus menghibur, berdasarkan kemampuan anak untuk berkomunikasi, sebagaimana rasa ingin tahunya yang besar. Dokter harus menyadari bahwa setiap anak biasanya sulit untuk diperiksa. Bimbingan menegaskan harapan yang cukup untuk perkembangan perilaku dan emosi dan maksud normal orang tua merasa marah, bersalah, dan bingung merupakan bagian dari pemeriksaan pada usia ini. Memberikan anak berbagai pilihan (semua pilihan yang dapat diterima orang tua) dan mendorong kebebasan anak dalam aktivitas merawat tubuh (makan, memakai baju, mandi) dapat mengurangi konflik yang terjadi.1 Hukuman jasmani tidak tepat pada konteks keluarga zaman modern sekarang ini. Orang tua biasanya menyatakan bahwa mereka tidak suka menampar, dan banyak yang menyatakan hal ini tidak efektif. Saat anak mempunyai kebiasaan untuk ditampar, orang tua harus memukul lebih keras untuk mendapatkan respon yang cukup, ini dapat mengakibatkan cedera yang serius. Hukuman yang cukup keras mungkin dapat menghambat setiap tingkah laku tetapi dengan resiko psikologis yang besar. Anak-anak memperolok-olok hukuman badan yang mereka terima dan ini merupakan hal yang tidak jarang untuk anak-anak umur prasekolah memberontak kepada orang tuanya. Meskipun menampar merupakan hukuman yang keras, beberapa yang mempergunakan ini, untuk membuat perubahan perilaku, disiplin merupakan metode yang membuat anak

mengontrol dalam dirinya untuk berperilaku. Cara disiplin alternatif harus ditawarkan, seperti hitung mundur, dengan duduk di dalam ruangan, komunikasi aturan yang jelas, dan beberapa kali menyetujui anak.1 2.4.7 Nutrisi Pada Anak Pra Sekolah Anak-anak dan remaja dianjurkan untuk mengurangi lemak dan produk susu, namun tidak boleh dikurangi pada anak di bawah 2 tahun, karena susu merupakan sumber utama lemak, dan merupakan sumber energi utama pada anak usia di bawah 2 tahun. Banyak produk makanan mengandung lemak rendah yang tersedia, dan penggunaan makanan tersebut tergantung dari orang tua yang merawat anak usia toddler. Variasi makanan rendah lemak dianjurkan pada anak yang lebih tua, dan ini dianjurkan untuk asupan lemak jenuh dan total untuk usia 2 sampai 5 tahun.10 Pemberian nutrisi pada anak pra sekolah ialah dengan diet seimbang. Menyajikan makanan porsi sedikit supaya anak dapat meminta lagi, berikan anak makan saat makan keluarga sehingga anak mempunyai kesempatan untuk berbicara. Membatasi asupan produk gula dan garam, dan anak dapat diberikan makanan kudapan yang sehat diantara waktu makan (buah-buahan dan sayuran segar).14 Anak usia prasekolah harus memulai untuk mempunyai pola makan yang sehat, yang dapat mencegah perkembangan penyakit yang kronis ketika dewasa. Orang tua mempunyai peran utama dalam membentuk pola makan anaknya, dan pola makan anak biasanya meruapakan cerminan dari pola makan orang tuanya. Mengingatkan orang tua bahwa selera makan anaknya itu bersifat fluktuatif setiap harinya. Orang tua harus menyediakan makanan sehat yang bervariasi dan membiarkan anaknya untuk memutuskan makanannya. namun, anak tidak dapat memilih diet seimbang kecuali pilihan makanan bernutrisi yang ditawarkan pada mereka, makanan kudapan yang manis dan makanan kudapan tinggi kalori lainnya tanpa nilai nutrisi sebaiknya diberikan secara jarang.16 BAB III KESIMPULAN Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita. Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa balita akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung, dan terjadi pertumbuhan serabut serabut syaraf dan cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang kompleks yang akan sangat mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar berjalan, mengenal huruf, hingga bersosialisasi.

file:///E:/kuliah/kep.anak/Referat-Tumbuh-Kembang-Anak-Usia-1-5-Tahun-Scribd.htm

Anda mungkin juga menyukai