Anda di halaman 1dari 7

1.

Pendahuluan "If you give a man the correct information for seven years, he may believe the incorrect information on the first day of the eighth year when it is necessary, from your point of view, that he should do so. Your first job is to build the credibility and the authenticity of your propaganda, and persuade the enemy to trust you although you are his enemy." A Psychological Warfare Casebook, Operations Research Office, Johns Hopkins University, Baltimore (1958) Coba perhatikan sekali lagi kutipan dari A Psychological Warfare Casebook di atas. Katanya, kalau kita memberi seseorang informasi yang benar terus-terusan selama tujuh tahun, maka ia akan tetap percaya terhadap informasi yang kita berikan pada tahun ke delapan, meskipun informasi yang terakhir itu keliru. Katanya lagi, hal pertama yang harus kita perbuat adalah membangun kredibilitas dan autentisitas propaganda kita, lalu mengajak musuh agar percaya sama kita, meskipun nyatanya kita adalah musuhnya. Berkat propaganda, kita sulit membedakan mana lawan mana kawan. Itulah dahsyatnya propaganda. Mendengar kata propaganda, biasanya kita langsung teringat Hitler. Ya, sosok Hitler identik sekali dengan propaganda. Ialah yang membuat propaganda naik ke pentas politik internasional. Ia juga yang membikin propaganda identik dengan kebohongan dan manipulasi. Padahal, dulunya, konon propaganda bertujuan mulia. Menurut Nurudin (2001), secara etimologis propaganda berasal dari kata bahasa Latin propagare yang berarti cara tukang kebun menyemaikan tunas suatu tanaman ke sebuah lahan untuk memrpoduksi tanaman baru yang kelak akan tumbuh sendiri. Dengan kata lain juga berarti mengembangkan atau memekarkan (untuk tunas). Propaganda sebagai kata istilah tercatat digunakan pertama kali oleh Gereja Katolik Roma. Pada 1622, Paus Gregorius XV membentuk The Roman Catholic Sacred Congregation for the Propagation of the Faith (Sacra Congregatio Christiano Nomini Propagando atau singkatnya Propaganda Fide; diindonesiakan jadi Majelis Suci untuk Propaganda Agama). Propaganda Fide dibentuk untuk menyebarkan misi agama sekaligus

mengawasi kegiatan misionaris agama Katolik Roma di Italia maupun di negara-negara lain. Alasannya, masyarakat yang tidak mengenal ajaran Katolik tidak akan pernah memeluk agama tersebut. Padahal tak kenal maka tak sayang. Karena itu harus ada usaha yang terorganisasi dari luar untuk memperkenalkan agama itu kepada masyarakat. Dengan begitu masyarakat akan mengetahui kemudian memeluk agama tersebut. Saat itu, retorika adalah satu-satunya media propaganda. Propaganda dilakukan dengan hanya bermodalkan kemampuan olah wicara. Dengan diksi yang hebat, nada dan intonasi yang tepat, gestur dan gestikulasi yang memikat, seorang orator dapat mempengaruhi khalayak dengan cepat. Keadaan mulai berubah setelah terjadinya Revolusi Industri, terutama dengan keberadaan mesin cetak. Keberadaan mesin cetak membuat propagandis mampu menulis dan memperbanyak pesan-pesan propagandistik dalam bentuk pamflet dan poster. Selanjutnya, perkembangan teknologi informasi membuat propagandis memiliki semakin banyak alternatif media.

B. Pembahasan 1. Pengertian Propaganda Propaganda (dari bahasa Latin modern: propagare yang berarti mengembangkan atau memekarkan) adalah rangkaian pesan yang bertujuan untuk memengaruhi pendapat dan kelakuan masyarakat atau sekelompok orang. Propaganda tidak menyampaikan informasi secara obyektif, tetapi memberikan informasi yang dirancang untuk memengaruhi pihak yang mendengar atau melihatnya. Propaganda kadang menyampaikan pesan yang benar, namun seringkali menyesatkan dimana umumnya isi propaganda hanya menyampaikan faktafakta pilihan yang dapat menghasilkan pengaruh tertentu, atau lebih menghasilkan reaksi emosional daripada reaksi rasional. Tujuannya adalah untuk mengubah pikiran kognitif narasi subjek dalam kelompok sasaran untuk kepentingan tertentu. Propaganda adalah sebuah upaya disengaja dan sistematis untuk membentuk persepsi, memanipulasi alam pikiran atau kognisi, dan

memengaruhi langsung perilaku agar memberikan respon sesuai yang dikehendaki pelaku propaganda. Sebagai komunikasi satu ke banyak orang (one-to-many), propaganda memisahkan komunikator dari komunikannya. Namun menurut Ellul, komunikator dalam propaganda sebenarnya merupakan wakil dari organisasi yang berusaha melakukan pengontrolan terhadap masyarakat komunikannya. Sehingga dapat disimpulkan, komunikator dalam propaganda adalah seorang yang ahli dalam teknik penguasaan atau kontrol sosial. Dengan berbagai macam teknis, setiap penguasa negara atau yang bercita-cita menjadi penguasa negara harus mempergunakan propaganda sebagai suatu mekanisme alat kontrol sosial Definisi Propaganda banyak sekali dikemukakan oleh para ahli di bidang sosiologi,psikologi dan ada juga yang mempunyai latar belakang orator. Oleh karena itu maka uraian mengenai arti propaganda sangat bervariasi, karena ditinjau dari keahliannya masing-masing. Sehingga dengan lain perkataan bisa dikemukakan bahwa orang yang mendefinisikan propaganda sedang mempropagandakan definisinya masing-masing. Di dalam Communication Theories dikatakan bahwa propaganda adalah kegiatan komunikasi yang menggunakan teknik-teknik tertentu.

2. Propaganda Menurut Para Ahli Garth S. Jowett and Victoria O'Donnell : Propaganda adalah usaha dengan sengaja dan sistematis, untuk membentuk persepsi, memanipulasi pikiran, dan mengarahkan kelakuan untuk mendapatkan reaksi yang diinginkan penyebar propaganda. Jacques Ellul mendefinisikan propaganda sebagai komunikasi yang digunakan oleh suatu kelompok terorganisasi yang ingin menciptakan partisipasi aktif atau pasif dalam tindakan-tindakan suatu massa yang terdiri atas individu-individu, dipersatukan secara psikologis dan tergabungkan di dalam suatu kumpulan atau organisasi. Bagi Ellul, propaganda erat kaitannya dengan organisasi dan tindakan, yang tanpa propaganda praktis tidak ada.

Leonard W. Dobb, sebagai pakar opini publik, menyatakan bahwa propaganda merupakan usaha-usaha yang dilakukan oleh individu-individu yang berkepentingan untuk mengontrol sikap kelompok termasuk dengan cara menggunakan sugesti, sehingga berakibat menjadi kontrol terhadap kegiatan kelompok tersebut. Jozef Goebbels, mengatakan: "Sebarkan Menteri Propaganda Nazi di zaman kepada Hitler, publik.

kebohongan

berulang-ulang

Kebohongan yang diulang-ulang, akan membuat publik menjadi percaya." Tentang kebohongan ini, Goebbels juga mengajarkan bahwa kebohongan yang paling besar ialah kebenaran yang diubah sedikit saja Lasswell dalam bukunya Propaganda Technique in the World War(1927) mengatakan bahwa propaganda semata-mata merupakan control opini, yang dilakukan melalui simbol-simbol yang mengandung arti, atau menyampaikan pendapat yang konkrit dan teliti, melalui sebuah cerita, rumor, laporan gambar-gambar dan bentuk-bentuk lain yang bisa digunakan dalam komunikasi sosial.

3. Jenis-jenis Propaganda Selain dalam hal definisi, pusparagam pendapat juga terjadi dalam hal klasifikasi propaganda. Ada yang melihatnya dari sisi sumber propaganda, ada yang meninjaunya dari segi jelas-tidaknya tujuan propaganda itu. William E. Daugherty dan Morris Janowitz dalam A Psychological Warfare Casebook mengelasifikasi propaganda berdasarkan sumbernya sebagai berikut. 1. White propaganda, yaitu propaganda yang sumbernya dapat diidentifikasi secara jelas dan terbuka. White propaganda juga disebut overt propaganda alias propaganda terbuka. Dalam ajang pemilu, propaganda jenis ini mudah dijumpai. Juga dalam bidang periklanan yang sering disebut propaganda komersil (commercial propaganda). 2. Black propaganda, disebut juga covert propaganda atau propaganda terselubung, yaitu propaganda yang seolah-olah menunjukkan sumbernya, padahal bukan sumber yang sebenarnya. Dengan kata lain, ini jenis propaganda lempar batu sembunyi tangan. Karena sifatnya yang terselubung, sumber

aslinya tidak diketahui, sehingga jika kegiatan propaganda itu melanggar etika atau norma tertentu, sulit untuk mengetahui kepada siapa pelanggaran itu seharusnya dialamatkan. Propaganda jenis ini biasanya digunakan untuk melancarkan tuduhan, teror, dan stigma terhadap pihak yang dimusuhinya. Jenis ini galibnya digunakan dalam perang opini. 3. Grey propaganda, yaitu propaganda yang seolah-olah berasal dari sumber yang netral, padahal sebenarnya bersumber dari pihak lawan. Grey propaganda tidak lebih dari black propaganda yang kurang mantap. Pasalnya, pelaku grey propaganda ini berupaya menghindari identifikasi, baik dari sumber yang bersahabat maupun yang berlawanan. Sementara Mertz dan Lieber dalam Conflict in Context: Understanding Local to Global Security, juga Doob dalam Public Opinion and Propaganda, mengategorisasi propaganda menurut jelas-tidaknya tujuan di balik pesan yang disampaikan. 1. Revealed propaganda (propaganda terang-terangan/terbuka) adalah

propaganda yang tujuannya jelas. 2. Concealed propaganda (propaganda tersembunyi/tertutup) adalah

propaganda yang digunakan untuk mempengaruhi pihak lain dengan mengaburkan tujuan di balik pesan yang disampaikan. Selanjutnya, Jacques Ellul (Nimmo, 2000: 126-127) membagi propaganda dengan cara yang berbeda. Ellul membedakan propaganda politik dan propaganda sosiologi, propaganda agitasi dan propaganda integrasi, propaganda vertikal dan propaganda horizontal. 1. Propaganda politik melibatkan usaha-usaha pemerintah, partai, atau golongan yang berpengaruh untuk mencapai tujuan strategis atau taktis. Ini dilakukan melalui himbauan-himbauan khas berjangka pendek. 2. Propaganda sosiologi kurang kentara namun efek yang ditimbulkannya lebih berjangka panjang. Melalui propaganda ini orang didoktrin oleh suatu pandangan hidup tertentu; sebuah ideologi yang berangsur-angsur merembes atau tepatnya dirembeskan ke dalam pranata-pranata ekonomi, sosial, dan politik suatu masyarakat. Hasilnya adalah suatu konsepsi umum tentang

masyarakat yang dengan setia dipatuhi oleh setiap orang kecuali beberapa orang yang dihukum atau dikecam dengan keras sebagai penyimpang. 3. Propaganda agitasi berusaha agar orang-orang bersedia memberikan pengorbanan yang besar bagi tujuan yang langsung, mengorbankan jiwa mereka dalam usaha mewujudkan cita-cita dalam tahap-tahap yang merupakan suatu rangkaian, tujuan demi tujuan. Melalui agitasi, para pemimpin mempertahankan kegairahan para penganutnya dengan memperoleh suatu kemenangan yang khas, kemudian memberi peluang untuk bernapas, diikuti oleh usaha yang lain lagi dalam satu rangkaian tujuan. 4. Propaganda integrasi berusaha menggalang kesesuaian di dalam mengejar tujuan-tujuan jangka panjang. Melalui propaganda ini orang-orang

mengabdikan diri mereka kepada tujuan-tujuan yang mungkin tidak akan terwujud dalam waktu bertahun-tahun, bahkan selama mereka hidup. 5. Propaganda vertikal adalah propaganda satu-kepada-banyak dan terutama mengandalkan media massa bagi penyebaran himbauannya. 6. Propaganda horizontal bekerja lebih di antara keanggotaan kelompok ketimbang pemimpin kepada kelompok; lebih banyak melalui komunikasi interpersonal dan komunikasi organisasi ketimbang melalui komunikasi massa. Secara tradisional partai-partai politik mengandalkan propaganda horizontal, seperti kunjungan ke pengurus organisasi di daerah, pelatihan kader partai, persekongkolan di dalam sel, dan sebagainya.

C. Kesimpulan Propaganda yang pada mulanya digunakan untuk kepentingan penyebaran agama, lambat laun melebar fungsinya untuk kepentingan politik,ekonomi, dan lain-lain. Akan tetapi melebarnya fungsi propaganda ini juga menyebabkan konotasi positif dan negatif. Sehingga ketika konotasi negatif mendominasi propaganda, banyak orang menjadi tidak begitu menyadari dengan apa yang sebenarnya terjadi. Sebagai contoh kasus, ketika Adolf Hitler mempropagandakan semangat nasionalisme fasisme. Yang kemudian dikenallah Holocaust, yakni pembantaian besar-besar yahudi oleh Nazi Jerman.

Seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi, jenis-jenis propaganda pun bermunculan. Berikut klasifikasi jenis propaganda menurut para ahli. William E. Daugherty dan Morris Janowitz dalam A Psychological Warfare Casebook mengklasifikasikan propaganda berdasarkan sumbernya sebagai berikut: 1. White Propaganda 2. Grey Propaganda 3. Black Propaganda Mertz dan Lieber dalam Conflict in Context: Understanding Local to Global Security, juga Doob dalam Public Opinion and Propaganda, mengkategorisasi propaganda menurut jelas-tidaknya tujuan di balik pesan yang disampaikan. 1. Revealed propaganda (propaganda terang-terangan/terbuka) adalah propaganda yang tujuannya jelas. 2. Concealed propaganda (propaganda tersembunyi/tertutup) adalah propaganda yang digunakan untuk mempengaruhi pihak lain dengan mengaburkan tujuan di balik pesan yang disampaikan. Sedangkan pembagian propaganda menurut Jacques Ellul adalah sebagai berikut : 1. Propaganda agitasi bertujuan agar komunikan bersedia memberikan pengorbanan yang besar bagi tujuan yang langsung, mengorbankan jiwa mereka dalam usaha mewujudkan cita-cita. 2. Propaganda vertikal dengan melalui media massa. 3. Propaganda horisontal dengan melalui komunikasi interpersonal dan komunikasi organisasi dibanding komunikasi massa. 4. Propaganda integrasi dengan penanaman doktrin.

Daftar Rujukan Sunarjo.1982.Mengenal Propaganda.Liberty.Yogyakarta. http://politisi.blogspot.com/2007/05/mengenal-propaganda.html http://id.wikipedia.org/wiki/Propaganda

Anda mungkin juga menyukai