Anda di halaman 1dari 11

BAB I LAPORAN KASUS

I.

IDENTITAS Nama Umur Jenis Kelamin Alamat Pekerjaan Agama Tanggal masuk RS No.RM : Bp. Supriyadi : 33 tahun : laki-laki : gaum 5/2, tasikmadu : wiraswasta : Islam : 02 Juli 2011 jam 08.13 WIB : 2123xx

II.

ANAMNESIS (tanggal 27 Juni 2011) A. Keluhan Utama mual-muntah setelah minum racun tikus B. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke IGD dengan keluhan mual dan muntah, setelah sebelumnya pasien minum racun golongan organofosfat, dalam hal ini racun tikus, 4 jam SMRS. Muntah kurang lebih 10 kali, muntah cair, warna putih-kekuningan, lendir(-), darah (-). Pasien juga mengeluh pusing, senut-senut, beberapa saat setelah keluhan mual-muntah. Pasien mengeluh nyeri perut, senep, pusing. C. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat keluhan serupa : disangkal Riwayat hipertensi Riwayat mondok di RS Riwayat asma Riwayat penyakit gula Riwayat alergi : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal

D. Riwayat Pribadi Merokok : disangkal

Minum-minuman beralkohol : disangkal E. Riwayat Keluarga Riwayat atopi Riwayat hipertensi : disangkal : disangkal

Riwayat diabetes mellitus : disangkal

III.

PEMERIKSAAN FISIK 1) Vital Sign Tekanan darah Nadi Respirasi Suhu GCS Kepala Konjungtiva anemis (-) Sklera ikterik (-) Pupil miosis : 120/80 mmHg : 56 x/menit : 16x/menit : 37,5 0C : E3 V4 M5

2) Pemeriksaan Fisik

Leher Pembesaran kelenjar getah bening (-) Pembesaran thyroid (-) Peningkatan JVP (-)

Thorax Paru-paru Inspeksi Bentuk dada normal, gerak dada simetris, retraksi intercosta (-), ketinggalan gerak (-) Palpasi

Ketinggalan gerak Depan Belakang -

Fremitus Depan N N N N N N Belakang N N N N N N

Perkusi Depan Belakang

Sonor Sonor Sonor Sonor Sonor Sonor Sonor Sonor Sonor Sonor Sonor Sonor

Auskultasi Suara dasar vesikuler SDV Depan N N N N N N SDV Belakang N N N N N N

Suara Tambahan

Ronkhi (-/-) Wheezing (-/-)

Jantung Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat Palpasi Ictus cordis tidak kuat angkat, teraba di SIC V linea midclavicularis sinistra Perkusi Redup Auskultasi Bunyi jantung I-II reguler, bising jantung (-) Abdomen o Inspeksi Bentuk simetris, distensi (+), darm contour (-), darm steifung (), luka bekas operasi (-) o Auskultasi Peristaltik usus normal o Perkusi Tympani di seluruh lapang perut o Palpasi Abdomen teraba keras, nyeri tekan (-), hepar-lien tidak teraba Ekstremitas Edema (-), luka (-)

IV.

PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan darah :

Hemoglobin Eritrosit Hematokrit Leukosit Trombosit

: 15,4 gr/dL : 5,21 x 106 uL : 44,3 % : 16.200 uL : 263.000 Ul

MCV MCH MCHC Asam urat Urea Creatinin SGOT SGPT GDS

: 85,0 : 29,6 : 34,8 : 9,2 : 23,7 mg/dl : 0,9 mg/dl : 25,1 U/L : 28,0 U/L : 110 mg/dl

V.

RESUME / DAFTAR MASALAH Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien CM, lemah, vital sign didapatkan TD : 120/80 mmHg, Nadi : 56 x/mnt, RR : 16 x/mnt, Suhu : 37,5 C. Dari pemeriksaan fisik didapat jantung tidak mengalami pembesaran, batasnya normal, bising jantung tidak ditemukan. Paru dalam batas normal, suara dasar vesikuler, tidak didapatkan suara tambahan. Pemeriksaan abdomen didapatkan distended

VI.

ASSESMENT / DIAGNOSA KERJA Intoksikasi Organofosfat

VII.

PLANNING Planing diagnostik Lab darah rutin, EKG Planing medikasi KU, TTV, bilas lambung, Atropinisasi Planing edukasi Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien tentang penyakit, komplikasi, pemeriksaan dan tindakan yang akan dilakukan.

VIII.

PILIHAN TERAPI Sulfas atropin 2amp/15mnt (target pupil midriasis, nadi normal) Topazol 1x1 Ceftriaxon inj 2x1 gr

IX.

ATROPINISASI Dilakukan injeksi sulfas atropin 2 ampul tiap 15 menit, sambil dievaluasi keadaan umum & nadi pasien. Dalam kasus ini dilakukan atropinisasi +/- 4jam 30 menit, dengan total sulfas atropin 36 ampul. Sampai keadaan pasien bagus, pupil midriasis, kesadaran kompos mentis dan nadi normal.

X.

FOLLOW UP Hari I S perut senep, sesak, berkurang pusing, kesadaran sdh mulai membaik - TD: 120/80 mmhg, nadi : 84x/mnt, O respirasi : 22x/mnt, suhu : 36,0C, GCS : 14 abdomen : distended (+) berkurang

A P

Intoksikasi organofosfat monitor KU, TTV, terapi dari lanjut (ceftriaxon 1gr/12jam, sulfas atropin 2amp/8jam)

Hari II S perut senep, mual, kesadaran sdh mulai membaik TD: 120/70 mmhg, nadi : 88x/mnt, O respirasi : 20x/mnt, suhu : 36,0C, GCS : 15 abdomen : supel, peristaltik dbn, NT (-)

A P

Intoksikasi organofosfat monitor KU, TTV, terapi dari lanjut (ceftriaxon 1gr/12jam, sulfas atropin 2amp/8jam)

Hari III S perut mbesesek, mual, kesadaran baik - TD: 120/80 mmhg, nadi : 82x/mnt, O A P respirasi : 20x/mnt, suhu : 36,2C, GCS : 15 abdomen : supel, peristaltik dbn, NT (-)

Intoksikasi organofosfat BLPL, terapi ( lonprasid tab/24jam, inpepsa syr 3x1C)

BAB II ANALISA KASUS

A. Keracunan Organofosfat Organofosfat adalah nama umum ester dari asam fosfat. Organofosfat dapat digolongkan menjadi beberapa golongan antara lain, fosfat, fosforothioat, fosforamidat, fosfonat, dan sebagainya. Organofosfat mempunyai aksi sebagai inhibitor enzim kholinesterase. Kholinesterase adalah enzim yang berfungsi agar asetilkholin terhidrolisis menjadi asetat dan kholin. Organofosfat mampu berikatan dengan sisi aktif dari enzim ini sehingga kerja enzim ini terhambat. Akibatnya jumlah asetilkholin dalam sipnasis meningkat sehingga menimbulkan stimulasi reseptor possinap yang persisten. Asetilkholin juga merupakan neurotransmitter posganglionik pada saraf parasimpatik yang secara langsung mempengaruhi jantung, bermacam-macam kelenjar, otot polos bronchial. reseptor pada organ ini adalah reseptor muskarinink. penghambatan kholinesterase pada ganglia sistem saraf parasimpatik menimbulkan efek miosis, bradikardi, dan salivasi. Penghambatan kerja enzim terjadi karena organophosphate melakukan fosforilasi enzim tersebut dalam bentuk komponen yang stabil. B. Gejala keracunan Gejala keracunan organofosfat sangat bervariasi. Setiap gejala yang timbul sangat bergantung pada adanya stimilasi asetilkholin persisten atau depresi yang diikuti oleh stimulasi.saraf pusat maupun perifer. Gejala awal seperti SLUD terjadi pada keracunan organofosfat secara akut karena terjadinya stimulasi reseptor muskarinik sehingga kandungan asetil kholin dalam darah meningkat pada mata dan otot polos.

Efek 1. Muskarinik

Gejala Salivasi, lacrimasi, urinasi dan diaree (SLUD) Kejang perut Nausea dan vomitus Bradicardia Miosis Berkeringat

2. nikotinik

Pegal-pegal, lemah Tremor Paralysis Dyspnea Tachicardia

3. sistem saraf pusat

Bingung, gelisah, insomnia, neurosis Sakit kepala Emosi tidak stabil Bicara terbata-bata Kelemahan umum Convulsi Depresi respirasi dan gangguan jantung Koma

C. Penatalaksanaan 1. Stabilisasi pasienPemeriksaan saluran nafas, pernafasan, dan sirkulasi merupakan evaluasi primer yang harus dilakukan serta diikuti evaluasi terhadap tanda dan symptom toksisitas kolinergik 2. Dekontaminasi Dekontaminasi harus segera dilakukan pada pasien yang mengalami keracunan. Pelepasan pakaian dan dekontaminasi dermal mampu mengurangi toksikan yang terpapar secara inhalasi atau dermal, namun tidak bisa digunakan untuk dekontaminasi toksikan yang masuk dalam saluran pencernaan. Dekontaminasi saluran cerna dapat melalui pengosongan orogastrik atau nasogastrik, jika toksikan diharapkan masih berada di lambung. 3. Pemberian antidotum a. Agen Antimuskarinik atropine, ipratopium, glikopirolat, dan skopolamin. Atropin melawan tiga efek yang ditimbulkan karena keracunan organofosfat pada reseptor muskarinik, yaitu bradikardi, bronkospasme, dan bronkorea. Pada orang dewasa, dosis awalnya 1-2 mg yang digandakan setiap 2-3 menit sampai teratropinisasi. Untuk anak-anak dosis awalnya 0,02mg yang digandakan setiap 2-3 menit sampai teratropinisasi b. Oxime Oxime adalah salah satu agen farmakologi yang biasa digunakan untuk melawan efek neuromuskular pada keracunan organofosfat. Terapi ini diperlukan karena Atropine tidak berpengaruh pada efek nikotinik yang ditimbulkan oleh organofosfat Oxime dapat mereaktivasi enzim kholinesterase dengan membuang fosforil organofosfat dari sisi aktif enzim. Pralidoxime adalah satu-satunya oxime yang tersedia. Pada regimen dosis tinggi (2 g iv load diikuti 1g/jam selam 48 jam)

10

DAFTAR PUSTAKA

- T. A. Gossel dkk. Principle of Clinical Toxicology. Second Ed. Raven Press. NewYork. 1990 : 133 139.2. Carl Zenz dkk. Occupational Medicine. Third Ed. Mosby. USA. 1994 : 625 629.3.

- J.M. Harrington, F.S. Gill. Pocket Consultant Occupational Health.Third Ed.Blackwell Science. 1994 : 150 151.4. Joseph La Dou. Occupational Medicine. Prentice-Hall International Inc. USA.1990 : 408 417.5. - Sumamur P.K. Higine Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Gunung Agung. Jakarta.1986 : 251 255.6. - J. Jeyaratnam, David Koh. Textbook of Occupational Medicine Practice WorldScientific. Singapore. 1996 : 163, 176 168.7. - B.S. Levy, D.H. Wegman. Occupational Health Recognizing and Preventing Work-Related Disease. Third Ed. USA. 1995 : 530 531.8. - Frank C. Lu. Toksikologi Dasar. Edisi kedua. U.I. Press. Jakarta. 1995 : 266 268.

11

Anda mungkin juga menyukai