com
FREE
Dimulai dari Goenadi Harjanto, fotografer senior yang masih menyisakan idealisme dalam setiap fotonya. Budi Han, se-
orang fotografer komersil dengan jam terbang dan daftar klien yang tak terukur lagi panjangnya. Krisna Satmoko, seorang
fotografer wedding yang lahir bukan di jaman karbitan. dan Oscar Motuloh, seorang ikon dunia fotografi jurnalis. Semoga
kehadirannya menginspirasikan kita semua yang masih muda untuk tidak cepat “luntur” dan kadluwarsa termakan perkem-
bangan teknologi. Selalu up to date dengan perkembangan trend dan teknologi. Sehingga karya yang dihasilkan tidak teng-
gelam ditelan nama besar sendiri.
“Hak cipta foto dalam majalah ini milik fotografer yang bersangkutan, dan
dilindungi oleh Undang-undang. Dilarang menggunakan foto dalam ma-
jalah ini dalam bentuk / keperluan apapun tanpa seijin pemiliknya.”
PT Imajinasia Indonesia, Jl. Pelitur No. 33A, www.thelightmagz.com, Pemimpin Perusahaan/Redaksi: Ignatius Untung, Technical
Advisor: Gerard Adi, Redaksi: redaksi@thelightmagz.com, Contributor: C Production, Public relation: Prana Pramudya, Marketing: mar-
keting@thelightmagz.com - 0813 1100 5200, Sirkulasi: Maria Fransisca Pricilia, sirkulasi@thelightmagz.com, Graphic Design: ImagineAsia,
Webmaster: Gatot Suryanto
GOENADI
HARJANTO,
FEEL AT HOME
DI FOTOGRAFI
Fotografi bertumbuh pesat dalam beberapa tahun terakhir ini. Nama-nama baru
bermunculan di khasanah dunia perfotografian. Namun di tengah nama-nama
fotografer muda yang sukses terlihat menonjol di tengah semakin banyaknya
pehobi fotografi tanah air masih tersisa beberapa nama fotografer senior yang
ternyata masih eksis dan tidak tergerus oleh perkembangan dunia fotografi. Salah
satunya adalah Goenadi Harjanto.
“Dulu profesi
fotografi belum
rewarding
seperti seka-
rang. Saya
sering sekali
motret
nggak dibayar.
Dimension – Taman Fatahilah, Jakarta Kota.
Jadi saya lebih
memilih jadi
arsitek.”
6 EDISI VII / 2007 EDISI VII / 2007 7
OUTDOORPHOTOGRAPHY OUTDOORPHOTOGRAPHY
tek tergolong
Kenangnya bangga. “Setelah itu,
“justru
sejenis. Bahkan pada tahun 1992 foto
karena saya sudah mengerti betul
cukup sukses proses kamar gelap foto, saya mulai
pengalaman
hasil karyanya dipamerkan di Amerika
yang membuat
bahnya.
saya sebagai arsitek tergolong cu-
prestisius na- saya bertahan kup sukses dan berhasil menduduki
mun saya tidak Sepanjang tahun 1970 hingga 1972
dan makin cinta jabatan-jabatan prestisius namun
pernah merasa Goenadi selalu memenangi juara
pada fotografi.” saya tidak pernah merasa at home.”
at home.”
pertama lomba foto mahasiswa yang
Kenangnya. Maka dari itu sejak tahun
diadakan oleh Institut Teknologi band-
2002 ia memutuskan untuk kem-
ung tempatnya bersekolah. Namun
bali menekuni cinta sejatinya yaitu
rentetan prestasi yang digapainya
fotografi. “Saya mulai lebih serius
membuat foto-foto yang memiliki roh. Ada perubahan sedikit, kalau dulu saya
senang menangkap momen sekarang saya lebih senan pengalaman memotret-
nya.” Ungkap fotografer yang pernah berguru pada Anwar Sanusi dan Setiadi
Yoeda Atmaja ini. “Seperti beberapa waktu yang lalu ketika saya sedang berada
memotret sebuah klenteng di semarang, tiba-tiba ada seorang wanita berjilbab
di depannya, saya justru menyukai hal itu. Begitu juga ketika saya mendatangi
Masjid Agung Jawa Tengah, waktu itu saya kaget ketika di dalam kompleks Masjid
tersebut pada bulan puasa masih ada orang yang berjualan minuman. Saya
Tanya, mengapa bulan puasa masih berjualan. Sang penjual minuman pun hanya
berkata “yang datang ke sini kan bukan semuanya muslim dan bahkan tidak
semua muslim yang ke sini berpuasa.” Sambungnya. Ia pun melanjutkan, “jus-
tru pengalaman yang memperkaya batin itu yang membuat saya bertahan dan
makin cinta pada fotografi.”
yang berbeda sehingga orang tahu oh ini lagunya Samsons, kalau yang itu lagu-
nya Ungu.” Tambahnya. “Intinya adalah memberikan nilai tambah. Memunculkan
sesuatu yang tidak kelihatan tapi bisa dirasakan.” Sambungnya lagi.
Goenadi melihat akar dari kemampuan mencipta foto yang memiliki nyawa
adalah kepekaan. “Dengan kepekaan kita bisa terus berkembang, jangan setiap
ikut lomba fotonya itu-itu saja. Coba saja lihat lomba-lomba foto yang ada, kalau
tahun ini yang menang ada cipratan air, tahun depan pasti foto dengan cipra-
tan air banyak sekali yang masuk.” Tegasnya. “Orang hanya berpikir bagaimana
supaya menang, bukan uniknya apa foto saya. Akrhinya hanya bisa meniru, tapi
nggak punya keunikan.” Sambungnya. Untuk itu Goenadi sangat selektif jika
diminta menjadi juri dalam sebuah lomba foto. “Pertama karena secara fisik
melelahkan, selain itu saya rasa waktunya untuk memberi kesempatan bagi yang
muda. Karena dengan adanya wajah baru, jadi ada pemikiran baru, warna baru
sehingga secara tidak langsung saya memberi kesempatan lomba tersebut untuk
eksplorasi.” Sambungnya.
“Fotografi is light. Maka dari itu prosesnya adalah di Dayak, Festival lembah Baliyem pada
orang mulai bisa menggunakan otak kanan. Pada akhirnya hubungkan dengan budaya, pariwisata
fotografer harus bisa merasakan cahaya. Merasakan dan keelokan alam Indonesia. “Yang
dengan hati. Maka dari tu banyak fotografer senior sering paling menarik adalah karena fotografi
komersil harus
beredar tentag Budi Han, kami justru umumnya. “Karena saya pernah di cukup untuk keperluan komersil akibat
makin tertarik untuk lebih menggali agency, jadi cari klien nggak masalah penggunaan kamera apa adanya, be-
lebih dalam lagi mengenai Budi Han. bisa semuanya, buat saya. Saya sudah lebih dulu kenal lum lagi proses pemotretannya lama.
Karena bagaimana pun, hingga saat ini nggak ada kata mereka, dan mereka juga sudah tau Jadi memang susah untuk mendapat
Budi Han masih menjadi salah satu fo- nggak bisa.” kemampuan saya jadi nggak susah cari kepercayaan dari mereka.” Tambahnya.
tografer komersil dengan order terlaris klien.” Jelasnya. Budi Han pun menya- Sementara bagi mereka yang sudah
setiap bulannya. dari bahwa salah satu hambatan yang mendapat kesempatan untuk mem-
akan dihadapi oleh fotografer yang buktikan kemampuan dengan melaku-
Budi Han mengawali karirnya sebagai yang kebetulan memiliki alat fotografi ingin terjun ke dunia komersil adalah kan pemotretan untuk keperluan iklan,
fotografer dengan bergabung sebagai yang tergolong lengkap. Bergabung masalah kepercayaan klien. “Orang kesempatan itu harus dimanfaatkan
inhouse fotografer di beberapa perusa- bersama temannya itu, Budi Han tidak agency itu susah percaya, jadi portfolio sebaik mungkin. “Harus diingat orang
haan periklanan kenamaan Indonesia menyia-nyiakan kesempatan untuk kita bagus pun nggak menjamin kita agency networknya sangat kuat,
seperti Chuo Senko dan JWT. Ketika pe- bisa lebih banyak lagi mengeksplorasi akan dipakai sama mereka. Mereka sesama pekerja iklan saling mengenal
rusahaan tempatnya bekerja menggu- kemampuan fotografinya. “Dulu waktu dengan baik walaupun beda perusa-
nakan jasa fotografer luar negeri untuk masih kerja di agency (advertising haan, sehingga banyak info menyebar
melakukan pemotretan-pemotretan agency – red.) kan alatnya terbatas, jadi “Banyak hal dari mulut ke mulut. Jika kita bisa
dengan tingkat kesulitan tinggi, Budi ketika join bareng teman yang kebetu- tidak terduga membuktikan bahwa kita mampu,
Han pun memanfaatkan dengan lan punya alat lengkap ya harus diman-
ketika kita me- maka kabar itu juga akan menyebar
belajar dari fotografer-fotografer asing faatkan kesempatannya.” Ungkapnya.
motret outdoor. dengan cepat dan tentunya mengun-
itu. Hal itu ia lakukan selama beberapa
Jadi jangan tungkan kita, tapi kalau gagal ya cepat
sampai kita
tahun. Setelah beberapa saat menjalankan juga menyebarnya.” Ungkapnya.
usaha bisnis fotografi bersama teman-
Berbekal pengalaman membantu nya itu, Budi Han akhirnya memutus- mengejutkan Budi Han menyadari menjadi fo-
pekerja kreatif periklanan Budi Han kan untuk berdiri sendiri. Berbeda dari klien dengan tografer komersil menuntut kita untuk
akhirnya memutuskan untuk berpisah fotografer lain yang ingin terjun ke ketidaksiapan bisa menyediakan equipment yang
dari perusahaan periklanan tempat dunia komersil, Budi Han tidak per- kita menghada- memenuhi standar. “Sekarang ini kalau
ia menimba ilmu selama ini. Ia pun nah merasa kesulitan untuk mencari
pi kejutan mau aman, pakailah kamera yang bisa
bergabung dengan seorang teman klien, tidak seperti fotografer komersil
tersebut.” menghasilkan file yang cukup untuk
“Harus diingat orang agency net- Banyak yang keperluan cetak billboard. Karena
menyebar dari mulut ke mulut. bilang saya sama, terkadang ada saja klien datang
Jika kita bisa membuktikan bah- nggak dengan layout yang menuntut
wa kita mampu, maka kabar itu murah, tapi lighting equipment yang canggih,
juga akan menyebar dengan ce- flexible.” misalnya memotret splash air, orang
Begitu juga kalau kita salah perhitungan. Kita berhitung untuk menyewa equip- Jelasnya. “Banyak hal tidak terduga
“Yang penting
kita bisa kasih
ment hanya 1 hari ternyata pemotretannya molor hingga 2 hari, kan jadi tekor.” ketika kita memotret outdoor. Jadi
Jelasnya. “Untuk itu kalau bisa punya, ya jauh lebih bagus.” Tambahnya. jangan sampai kita mengejutkan klien
dengan ketidaksiapan kita menghada- rasa aman ke
Hal selanjutnya yang juga dianggap penting diperhatikan untuk menjadi fo- pi kejutan tersebut.” Tambahnya. mereka. Kalau
tografer komersil adalah studio. Budi Han melihat akan sangat baik jika fotografer semua usaha
komersil memiliki studio yang representatif. “Nyaman itu harus, kalau bisa mudah Mengenai kemampuan fotografi, Budi untuk mencapai
terjangkau, parkir leluasa dan aman, ada ruang tamunya, ada tempat untuk Han melihat ini sebagai hal yang tidak
hal itu dilaku-
makan, ada tempat untuk santai. Ada TV dan kalau bisa ada TV cable supaya klien bisa ditawar untuk menjadi fotografer
kan klien akan
juga betah, majalah juga sangat penting sehingga mereka nggak bosen menung- komersil. “Fotografer komersil harus
bilang, Sudahl-
ah, motret sama
gui pemotretan kita.” Jelasnya. “satu hal lagi yang saya perhatikan dan tidak bisa semuanya, nggak ada kata nggak
diperhatikan oleh banyak fotografer komersil adalah mobil outdoor dan keleng- bisa.” Tegasnya.
kapannya. Saya punya mobil L300 untuk pemotretan outdoor, dan di dalamnya Inti dari segala usaha yang dijalankan Budi Han, aman
sudah ada alat-alat seperti tali tambang, gergaji, sapu, gunting, terpal, golok, dan Budi Han dalam menjalankan bisnis deh.
lain sebagainya. Ini sangat berguna ketika kita harus memotret di luar ruangan.” fotografi komersil adalah memberi rasa Bahkan kadang
aman. “Yang penting kita bisa kasih mereka nggak
rasa aman ke mereka. Kalau semua
supervisi karena
usaha untuk mencapai hal itu dilaku-
sudah merasa
kan klien akan bilang, Sudahlah, motret
sama Budi Han, aman deh. Bahkan
tenang.”
kadang mereka nggak supervisi karena
sudah merasa tenang.”
“Kalau
pro bono.” Jelasnya. Namun Budi Han
cukup pilih-pilih dalam melakukan
pekerjaan pro bono. “Kita bisa be-
semua
standarnya
dakan lah mana klien yang memang
butuh bantuan ketika sedang tidak ada
budget untuk motret dan klien yang
sudah
dipenuhi,
hanya memanfaatkan kebaikan kita.”
Tambahnya.
bahkan
menghadapi
Flexibilitas lain yang dilakukan Budi
Han adalah soal waktu. “Kadang ada
klien telepon jam 7 malam bilang
persaingan
seperti
mereka harus motret jam 11 malam itu
juga. Masak iya saya tolak? Jadi waktu
bekerja juga harus flexible, kalau harus
apapun kita
nggak akan
motret malam ya lakukan, kalau harus
motret dadakan ya lakukan asal me-
mang kita nggak ada pekerjaan lain.”
Ungkapnya.
takut.”
Di tengah segala kebijakan bisnisnya
yang selalu masuk dalam perhitungan
bisnis, Budi Han terkadang melakukan
manuver-manuver bisnis yang secara
perhitungan bisnis tidak terlalu urgent.
“Misalnya saja genset. Genset itu ma-
hal, sementara mati lampu di Jakarta
tergolong jarang. Tapi saya nggak
mau ambil resiko ketika lagi motret di
depan klien tiba-tiba mati lampu. Jadi untuk yang satu ini biar nggak
ekonomis dari perhitungan bisnis tapi tetap saya lakukan. Karena cukup
fatal akibatnya.” Jelasnya.
“yang penting komunikasi. Kalau kita yakin yang mereka minta tidak lebih bagus dari yang
kita lakukan, ya dibuktikan saja jangan hanya dibilang bahwa itu akan lebih jelek. Coba saja
apa maunya mereka. Mereka juga tidak bodoh lah, mereka bisa bedain mana yang bagus
dan mana yang jelek, jadi kalau kita bisa tunjukin bahwa yang mereka minta kurang bagus
mereka juga akan menuruti kita selanjutnya. Masalahnya banyak fotografer yang tidak mau
mencoba.”
38 EDISI VII / 2007 EDISI VII / 2007 39
COMMERCIALPHOTOGRAPHY COMMERCIALPHOTOGRAPHY
PHOTOGRAPHER
ATAU
PHOTOSHOPER?
Kemajuan teknologi fotografi dan komputer grafis sejatinya memang diperun-
tukkan demi kemudahan serta optimalisasi hasil dari fotografi itu sendiri. Sejak
teknologi digital diaplikasikan pada perangkat kamera digital, penggunaan
software pengolah foto seperti: Adobe Photoshop, Macromedia Xres, Corel Pho-
toPaint, Metacreation Live Picture dan software pengolah foto lainnya meningkat
drastis. Memang software pengolah foto sudah dipergunakan bahkan ketika fo-
tografi masih menggunakan media analog seperti slide & film. Namun pada masa
itu software pengolah foto hanya dipergunakan sebatas menghilangkan cacat-ca-
cat kecil pada foto. Cacat tersebut bisa karena debu yang tertangkap pada proses
scanning, atau memang sumber fotonya yang cacat. Namun perkembangan
teknologi fotografi rupanya juga menuntut penggunaan software pengolah foto
untuk bisa ambil bagian lebih banyak dari sebelumnya. Kini software pengolah
foto sudah menjadi piranti wajib bagi para fotografer.
Beberapa edisi yang lalu salah seorang nara sumber kami yang berprofesi sebagai
fotografer iklan pernah berkata, “tuntutan terhadap output fotografi sudah se-
makin tinggi. Sekarang fotografi bukan hanya berhenti pada proses pemotretan
saja, tapi ada proses pra produksi dan pasca produksi yang juga tidak kalah pent-
ing.” Proses pasca produksi inilah yang dianggapya sebagai proses enchanching
bisa didapatkan oleh kamera. seorang kelompok ini. Kami melihat pat bahwa harus ada pemisahan antara koridor hobby dan koridor komersil. Jika
foto ketika masih mentah tanpa olahan foto yang dihasilkan sekedar hobby maka sah-sah saja untuk membuka batasan
12 orang kelompok yang menerima sama sekali dan ketika sudah diolah. penggunaan software olah digital. Namun jika foto yang dihasilkan untuk kep-
sebebas-bebasnya penggunaan olah Hasilnya jauh berbeda bagaikan bumi erluan komersil seperti wedding, jurnalistik, iklan, dll fotografer yang bersangku-
digital pada foto menganggap bahwa dan langit. Hasil mentahnya menunjuk- tan harus cerdik melihat kebutuhan dan tuntutan konsumen. “Di wedding ada
penggunaan olah digital adalah bagian kan foto yang relatif terang walaupun yang suka fotonya diolah habis-habisan tapi ada juga yang nggak suka. Berbeda
penting dalam penciptaan sebuah belum tergolong hi key. Namun foto dengan di jurnalistik. Pengolahan software olah digital sangat dibatasi karena
foto. “Kalau bisa lebih bagus kenapa yang sama setelah terkena sentuhan yang ingin ditampilkan adalah keaslian dari foto tersebut, jadi kalau sudah masuk
nggak dilakukan.” Ungkap Budi, salah olah digital berubah 180 derajat men- dapur digital mana bisa dijual.” Ungkapnya.
seorang dari kelompok ini. Budi adalah jadi low key dengan banyak kontras
pehobi fotografi yang sudah sekitar 3 yang dipaksa hingga kehilangan detail. Berbeda lagi dengan Nuki, seorang digital artis yang banyak melakukan proses
tahun menekuni fotografi. Budi senang Fotografer yang membuatnya pun olah digital pada foto-foto iklan. Nuki berpendapat bahwa penggunaan olah digi-
sekali berpartisipasi dalam gallery foto merasa bangga akan keahliannya me- tal harus proporsional. “Olah digital itu seperti make up, proporsional aja. Kalau
online dimana ia bisa mengupload nyulap foto tersebut. wanita nggak pakai make up kan terkesan begitu-begitu saja, tapi penggunaan
fotonya untuk dikomentari orang lain. make up berlebihan dan menor pun juga membuatnya jadi tidak menarik. Foto
“coba kalau kita lihat galeri foto online, Generasi yang lebih muda nampaknya juga begitu, kalau olah digitalnya nggak ada sama sekali kadang terasa hambar,
hampir semua orang pakai photoshop. memang lebih terbuka terhadap peng- walaupun tidak selalu. Tapi kalau olah digitalnya berlebihan juga nggak menarik.”
Yang penting kan hasil akhirnya.” gunaan olah digital. Lebih jauh lagi, Ungkapnya. Untuk itu Nuki memandang perlu kedewasaan fotografer dalam bisa
Tegasnya. tidak sedikit yang terjerumus terlalu melakukan porsi olah digital yang sesuai.
Hal senada juga diungkapkan Djoko, dalam sehingga porsi olah digitalnya
seorang fotografer wedding amatir. “di jauh lebih berperan dibanding fo-
wedding foto kalau tidak pakai olah tografinya. Untuk melihat hal ini secara
“Olah digital itu seperti make up, propor-
digital mana bisa dijual. Semua foto lebih seimbang, kami pun berbincang-
sional aja. Kalau wanita nggak pakai make up
wedding yang laku dijual selalu pakai bincang dengan beberapa nara sum-
kan terkesan begitu-begitu saja, tapi peng-
olah digital. Minimal untuk color cor- ber yang berkompeten di bidang ini.
gunaan make up berlebihan dan menor pun
rection dan push contrast.”
juga membuatnya jadi tidak menarik. Foto
Bayu, salah seorang pehobi foto yang
juga begitu, kalau olah digitalnya nggak ada
Hal menarik lain kami temui ketika juga bekerja sebagai art director di
sama sekali kadang terasa hambar, walaupun
kami melihat sebuah foto dari salah sebuah perusahaan grafis berpenda-
tidak selalu. Tapi kalau olah digitalnya ber-
lebihan juga nggak menarik.”
46 EDISI VII / 2007 EDISI VII / 2007 47
LIPUTANUTAMA LIPUTANUTAMA
“Kalau Pengamat fotografi Subakti juga Tapi dari sekian banyak pengamat dan
berani nyebut
berpendapat pernggunaan olah digital pelaku fotografi yang kami wawan-
sah-sah saja, terutama jika foto yang carai, sebagian besar menganggap
fotografer ya dihasilkan untuk koleksi pribadi. Hanya penggunaan olah digital harus bijak-
banyakin di saja idealnya porsinya sesuai. “Kalau sana. Artinya sesuai keperluan dan
fotografinya berani nyebut fotografer ya banyakin untuk itu dituntut kebesaran hati dari
dong, jangan di di fotografinya dong, jangan di pho- sang pencipta foto tersebut. Kebesaran
dapat dimengerti jika seorang pemula melakukan olah digital lebih banyak
dari fotografinya. Namun seiring dengan bertambahnya jam terbang idealnya
fotografer bersangkutan harus berani menantang diri sendiri untuk mulai men-
gurangi porsi olah digital hingga pada titik benar-benar diperlukan saja. Yuslino
mengaku ketika sebuah foto dihasilkan dengan banyak olah digital padahal hal
tersebut bisa dicapai di fotografi artinya fotografer yang bersangkutan harus
lebih memperdalam fotografinya.
Untuk itu Ajie Lubis, seorang fotografer komersil yang juga mengajar mata kuliah
fotografi di berbagai perguruan tinggi selalu menekankan siswanya untuk men-
ganggap tidak ada teknologi olah digital ketika memotret. Hal ini untuk membia-
sakan fotografer yang bersangkutan untuk tidak bergantung dan manja terhadap
software olah digital.
Pada akhirnya, memang tidak ada aturan dan sanksi yang baku terhadap peng-
gunaan software olah digital pada penciptaan sebuah foto. Segala sesuatunya
dikembalikan kepada kita semua sebagai pencipta foto. Ada yang sangat puas
bila bisa menyulap foto jelek jadi bagus, ada yang justru puas ketika bisa meng-
hasilkan foto bagus dengan sentuhan olah digital seminim mungkin.
Bagaimana dengan Anda?
TONAL, BIT
Di mana letak kesalahannya dalam pengertian di atas? Ya Highlight memang titik
paling terang dalam sebuah foto, tapi dengan syarat titik tersebut masih menyim-
pan detail atau jika dilihat dengan color picker nilai warnanya bukan C: 0%, M:0%,
DEPTH &
Y:0%, K:0%. Atau jika dalam skala RGB bukan R:255, G:255, B:255. Sementara
Shadow sebaliknya, adalah titik paling gelap dimana masih menyimpan detail
sehingga bukan 100% black atau pada skala RGB bukan R: 0, G: 0, B: 0.
DYNAMIC Sementara Midtone adalah daerah dimana terdapat tingkat ke-terang-an menen-
gah.
RANGE
Pertanyaannya selanjutnya yang muncul adalah apakah sebuah foto selalu
memiliki distribusi tonal yang lengkap atau merata? Jawabannya tidak selalu.
Ada foto dimana distribusi shadownya dominan, ada yang sebaliknya distribusi
highlightnya yang dominana. Foto dengan distribusi shadow dominan di area
Shadow sering disebut Low Key. Sementara foto dengan distribusi highlight yang
Setelah pada edisi lalu kita mempelajari tentang teori warna, kali ini kita akan
dominan disebut Hi Key.
membahas hal yang masih berhubungan erat dengan teori warna tersebut yaitu
tonal.
Terkadang sebuah foto tidak memiliki distribusi highlight atau shadow pada skala
optimal. Untuk menyiasati hal ini sebagian kalangan melakukan koreksi dengan
Tonal adalah skala ukur sebuah foto dinilai dari bagian gelap terangnya. Seperti
menggeser titik highlight atau shadow (tergantung mana yang tidak terdapat
kita ketahui ketika sebuah foto dihasilkan, ia akan menghasilkan gradasi gelap
distribusi) ke kurva di mana terdapat distribusi tonal. Hasilnya distribusi highlight
terang. Distribusi tonal bisa dilihat dari histogram dari suatu foto. Histogram da-
dan shadownya terpenuhi walaupun resikonya dengan meregangkan kurva
pat kita temui pada kamera digital keluaran terbaru dan juga software pengolah
distribusi tonal ada kemungkinan akan ada titik-titik kosong di tengah gambar.
foto seperti Adobe Photoshop.
Hasilnya kontras foto meningkat namun gradasinya kurang halus, atau dalam
bahasa komputer grafis disebut posterize. Fasilitas autolevel yang terdapa pada
Tiga titik poin yang biasanya menjadi tolak ukur koreksi tonal adalah Shadow,
software RAW development dan software pengolah foto melakukan hal tersebut.
Midtone, Highlight. Banyak sekali pehobi fotografi yang mengenal hal ini namun
Artinya ketika kita mengaplikasikan fasilitas autolevel software tersebut meng-
tidak banyak yang mengerti benar arti ketiga elemen tersebut terutama shadow
geser distribusi tonalnya sehingga titik shadow dan highlight terpenuhi.
dan highlight.
Highlight sering disalah artikan sebagai titik paling terang dalam sebuah foto.
Karena tonal identik dengan gradasi terang gelap sebuah foto yang digambarkan
Sementara Shadow disalah artikan sebagai titik paling gelap dalam sebuah foto.
pada setiap channel, semuanya ditampilkan dalam black & white. Hal ini menun-
jukkan bahwa kemampuan koreksi tonal juga diperlukan ketika kita ingin melaku-
kan koreksi warna. Karena tiap channel tersimpan dalam informasi black & white.
Histogram terdistribusi
dominan di midtone hingga Lebih jauh lagi, jika kita melihat proses pencetakan sebuah foto dengan teknologi
highlight. Menunjukkan foto offset, maka sebelum foto tersebut dicetak, dibuatlah plat cetak yang isinya persis
cenderung hi key seperti kita lihat pada channelnya. Persis seperti channel, plat cetak juga terbagi
dalam 4 lembar berisi informasi masing-masing Cyan, Magenta, Yellow dan Black.
Dan semuanya tersimpan dalam warna hitam dan putih.
KRISNA
SATMOKO,
MATANG DI
JALUR
OTODIDAK
Beberapa tahun belakangan ini fotografi wedding tumbuh pesat. Kemudahan
menghasilkan gambar sebagai hasil perkembangan teknologi digital pada kam-
era sedikit banyak mempengaruhi perkembangan ini. Sayangnya, masih sangat
banyak pihak yang menganggap kualitas output bisnis fotografi wedding rata-
rata masih belum begitu menggembirakan. Banyak alasan yang muncul, mulai
dari ketatnya persaingan sehingga terjadi perang harga yang bermuara pada
menurunnya kualitas output hingga alasan-alasan klise seperti begitu banyaknya
fotografer yang terjun ke bisnis ini secara prematur. Seakan-akan merasa tidak
cukup dengan alasan-alasan tersebut, pemerhati fotografi wedding pun tidak
jarang mengkambing-hitamkan klien fotografi weding yang notabene adalah
orang awam yang rata-rata tidak melek seni sebagai salah satu alasn lain. Untuk
itu, kali ini kami mendapat kehormatan untuk boleh menghadirkan seorang
fotografer yang selain melakukan pemotrean produk juga cukup banyak melaku-
kan pemotretan wedding. Ia adalah Krisna Satmoko atau yang biasa dipanggil
tapi jangan
belajar motret waktu masih jamannya
analog. Setiap motret saya selalu bikin
sampai diperbu- log yang berisi keterangan exposure,
dak oleh speed dari frame tersebut. Jadi ketika
pekerjaan. saya cetak contact print saya bisa
pekerjaan
maka yang Awal keseriusan Cheese mendalami
dipertaruhkan
fotografi sempat mendapat keraguan
dari keluarganya. Hal ini karena persep-
adalah kuali- si fotografer bagi keluarganya adalah
tas outputnya. orang yang berkelilng di tempat wisata
Motret terus- menawarkan jasa memotret. Namun
produktifitas
keluarganya mulai memperhitungkan
hobby Cheese. “Saya selalu menempatkan diri sebagai
tinggi tapi hasil- keluarga pengantin, walaupun
nya mirip-mirip Pada saat duduk di kelas 2 SMP, mereka klien saya. Dengan begitu saya
saja. Nggak ada Cheese ikut Alain Compost, seorang bisa ikut merasakan dan mengabadikan
yang baru dan fotografer nature & wild life ke dalam momen-momen menarik yang lebih da-
segar.” hutan. Selama beberapa bulan Cheese lam, bukan sekedar membuat foto doku-
mempelajari fotografi nature & wild life mentasi.”
dari Alain Compost. Setelah beberapa
bulan ikut Alain Compost, Cheese
Nggak suka banyak mengatur. Karena buat saya momen asli memiliki prinsip yang sedikit bertolak belakang
itu tidak bisa diulang. Jadi suatu saat mereka lihat foto-foto dengan fotografer pada umumnya. Jika banyak
yang saya buat, mereka bisa tertawa, atau menangis. Karena fotografer yang menginginkan pekerjaan banyak
semuanya asli dan memang itu yang ingin saya tangkap.” Cheese malah sebaliknya. “Kerja sih butuh, tapi
“Banyak penga-
nin yang orang
tuanya terlalu
banyak men-
gatur fotonya
harus bagaima-
na. Memang
sih orang tua
yang ikut bayar
pernikahan itu,
tapi harus
diingat bah-
wa yang akan
membawa foto
itu sampai mati
adalah pegan-
tinnya bukan
orang tuanya.
Maka dari itu
saya lebih
banyak menu-
ruti kemauan
pengantin
bukan orang
tuanya.”
66 EDISI VII / 2007 EDISI VII / 2007 67
WEDDINGPHOTOGRAPHY WEDDINGPHOTOGRAPHY
penuh bisa dipindahin dan dipakai lagi. Akhirnya banyak fotografer yang asal
hantam saja, jepret sebanyak-banyaknya kalau perlu pakai continuous shoot yang
bisa sampai 5 frame per second. Sayangnya mood dan ekspresinya nggak dper-
hatikan akhirnya foto yang dihasilkan banyak tapi nggak banyak yang kepakai.”
Ungkapnya. “Harus diingat juga mensortir dan mengolahnya juga repot dan
makan waktu. Untuk itu saya nggak pernah jepret banyak-banyak. Seperlunya
saja yang penting tepat.” Tambahnya.
Orientasi Cheese pada kualitas rupanya juga terlihat dari bagaimana ia mengolah
fotonya. “banyak fotografer yang sudah punya team design, team album dan lain
sebagainya sehingga proses pengerjaan olah foto, layouting sampai cetak bisa
dilaukan dengan cepat karena dikerjakan beramai-ramai. Tapi saya biasa menger-
jakan sendiri. Karena saya yang motret jadi saya pasti tau betul mood di sana dan
mau dijadikan seperti apa. Menyusun album pun nggak asal pakai template. Tapi
disesuaikan dengan gaun sang pengantin, warna, property, dan lain sebagainya.
Begitu juga dengan proses digital imagingnya. Kelemahannya memang proses
pengerjaannya lebih lama, tapi lebih personal hasilnya, jadi nggak mirip antar
satu dengan yang lain.” Jelasnya. Untuk itu Cheese hanya membatasi pekerjaan
memotret wedding paling banyak sampai 2 klien per bulannya, itupun harus
berjauhan jaraknya. “Kalau setiap hari motret wedding, kapan ide segarnya mau
keluar. Akhirnya hasilnya mirip-mirip deh.” Tegasnya.
diri kita. Tapi ka- yang terlalu tinggi juga nggak benar,
menjadi kreatif
mungkin kreatif akan menjadi mo-
nopoli orang yang memeng memper-
dengan men-
FORMULA TO
juangkannya. Nah bagaimana mem-
perjuangkannya? coba meng-
gabungkan
BE CRATIVE
Beberapa tahun yang lalu saya pernah banyak hal.
membaca sebuah buku yang berisi ten-
Menggabung-
tang interview beberapa orang tokoh
kan hal yang
periklanan dunia. Ya buku itu memang
baru dengan
yang lama, hal
buku yang memuat perbincangan dan
pemikiran tentang iklan, tapi lagi-lagi
Dari sekian banyak fotografer yang pernah hadir di majalah ini, beberapa orang
saya sangat yakin bahwa sama seperti yang baik den-
menekankan hal senada dalam hal menjadi fotografer yang baik. Hal tersebut
kreatifitas, buku itupun bukan gan yang jelek,
hal yang berla-
adalah “peka”. Ya fotografer memang dituntut untuk peka. Peka terhadap hal-hal
monopoli pekerja iklan.
menarik yang selalu terlewatkan dari radar kreatifitas kita. Peka terhadap pem-
baruan-pembaruan yang bisa membuat foto kita menjadi memiliki sesuatu yang
Satu hal yang menarik dan masih saya wanan, hal yang
menarik tanpa harus menjai super aneh.
ingat dalam buku itu adalah satu per-
sejalan, dan lain
tanyaan yang ditanyakan penulis buku
sebagainya.
Saya mengartikan “peka” yang sering disebut beberapa nara sumber kami
itu ke semua nara sumbernya. Pertan-
Dengan begitu
saya
yaannya kurang lebih sebagai berikut,
tersebut mirip seperti kreatifitas. Orang yang peka artinya orang yang memiliki
“bagaimana anda menghasilkan ide
kemampuan untuk menjadi kreatif. Dia bisa melihat hal-hal yang tidak terlihat
untuk iklan-iklan anda? Apa saja yang menemukan
menarik dengan kacamata sehari-hari yang kita lihat, namun ketika dengan satu
anda lakukan untuk menjadi kreatif?” banyak sekali
kombinasi hal-
angle tertentu, dengan satu pencahayaan tertentu, dengan satu tulisan essay
Nara sumber yang dihadirkan da-
yang menyertai foto tersebut, segalanya jadi indah dan memiliki nilai tambah.
lam buku itu bukanlah nara sumber hal baru dari
Yang akan saya bicarakan di sini bukanlah betapa pentingnya peka atau menjadi
kacangan, melainkan tokoh-tokoh
hal-hal yang
kreatif, namun bagaimana caranya menjadi peka atau menjadi kreatif? Banyak
yang bukan sekedar bekerja di indus-
sudah pernah
orang sangat ingin menjadi kreatif. Kreatif tidak pernah dan tidak akan pernah
menjadi monopoli pihak-pihak tertentu, semua orang bisa dan boleh menjadi
tri periklanan namun bisa dikatakan
yang ikut “mendirikan” dan membuat
ada.”
82 EDISI VII / 2007 EDISI VII / 2007 83
THEINSPIRATION THEINSPIRATION
brilian. Ya, ide bagus memang tidak dengan yang lama, hal yang baik den-
coba saja kita
lihat, manusia
pernah mengenal tempat dan waktu. gan yang jelek, hal yang berlawanan,
Terkadang datang ketika kita baru saja hal yang sejalan, dan lain sebagainya.
bersiap untuk tidur sehingga kita tidak Dengan begitu saya menemukan dilahirkan mela-
tertarik untuk menggalinya lebih da- banyak sekali kombinasi hal-hal baru lui proses kom-
lam lagi. Nara sumber yang pertama ini dari hal-hal yang sudah pernah ada.” binasi dari dua
berkata, untuk mengatasai hal tersebut Seorang teman saya yang kebetulan hal yang sudah
saya selalu membawa sebuah buku juga membaca buku itu juga mencoba
ada, dua hal
catatan kecil dan alat tulis sekedarnya. menegaskan “coba saja kita lihat,
yang bukan hal
Sehingga kapanpun dimanapun ide manusia dilahirkan melalui proses
baru. Tapi yang
penting pada
itu datang, saya akan mencatatnya dan kombinasi dari dua hal yang sudah ada,
mudah-mudahan suatu saat ketika dua hal yang bukan hal baru. Tapi yang
saya dihadapkan pada situasi dimana penting pada akhirnya dua hal yang akhirnya dua
saya harus mencari ide saya akan tidak baru lagi itu menghasilkan hal hal yang tidak
mencoba membuka-buka lembaran yang baru.” Bahkan proses penggabun- baru lagi itu
catatan kecil saya sambil berharap ada gan dua hal yang tidak baru pun bisa menghasilkan
hal yang baru.”
periklanan dikenal dunia. Di sana ada
ide yang cocok dan bisa dipakai. Yang dilakukan dengan berbagai macam
nama-nama seperti David Ogilvy &
menarik adalah, teknik ini diyakininya cara sehingga menghasilkan hal yang
Leo Burnett serta nama-nama lainnya
bukan sekedar membuat kita untuk berbeda tiap outputnya. Kita bisa me-
yang pasti dikenal oleh pelaku industri
membuat bank ide, tapi juga men- mainkan prosentase yang berbeda dari
periklanan dimanapun di dunia ini.
stimulus kita untuk menjadi lebih peka, masing-masing hal yang dikombinasi-
karena kita selalu siap akan ide-ide kan tersebut hingga akhirnya hal baru
Nara sumber yang pertama menjawab,
yang akan datang. yang didapat pun berbeda-beda.
dia bercerita bahwa ide adalah sesuatu
hal yang mahal. Ia sering datang tanpa
Nara sumber yang selanjutnya memi- Proses mengkombinasikan hal-hal
diundang. Seringkali ketika kita sedang
liki jawaban yang lain. Dia berkata lama tersebut secara tidak sadar akan
berada di halte bis, di toilet, sedang
“Saya berlatih menjadi kreatif dengan menciptakan ruang di otak kita untuk
mengantar saudara ke rumah sakit
mencoba menggabungkan banyak menjadi lebih terbuka pada hal yang
ide datang. Dan lebih kurang ajarnya
hal. Menggabungkan hal yang baru baru, atau dengan kata lain menjadi
lagi ide yang datang itu benar-benar
lebih peka. Bayangkan saja ketika rock digabungkan dengan keroncong, ketika
Proses mencoba Pada akhirnya, dari semua teknik unuk
seni lukis digabungkan dengan fotografi, ketika warna coklat tua yang berkesan
hal-hal yang baru menjadi kreatif yang diyakini orang,
klasik dikombinasikan dengan silver atau gold yang bernuansa modern,
ini akan menghad- justru ada satu jawaban dari satu nara
semuanya akan menghasilkan warna baru, rasa baru dan juga pengalaman baru
irkan pengalaman sumber pada buku yang saya ceritakan
yang membuka satu sekat lagi di otak kita untuk lebih terbuka sambil berkata “oh,
baru buat kita, dikanawal yang membuat saya menemu-
bisa jadi gini hasilnya.”
sudut pandang atif. betul formula untuk menjadi kre-
dirumuskan, bukankah semua orang pop, untuk itu cobalah dengarkan lagu dengan aliran lain. Tidak harus jazz, tidak
pada akhirnya bisa menjadi kreatif ke- harus dangdut, apa saja seolah-olah tidak ada aturan yang menghadirkan harga
tika mengetahui rumusnya? Dan ketika mati.
semua orang sama kreatifnya bukan
“to rule
berarti semua orang menjadi sama Ya dengan membatasi diri pada aturan-aturan tertentu mungkin kita telah mem-
tidak kreatifnya? batasi diri dari koridor kreatifitas dimana banyak hal dimungkinkan. Bagaimana
to be
Untuk itu saya benar-benar terse- dengan hobi dan profesi kita di bidang fotografi? Apakah selama ini kita terlalu
nyum dan menggeleng-gelengkan dikekang dengan rumus-rumus yang menyimpan variable harga mati atau kita
creative
kepala ketika membaca jawaban dari sudah memberikan pikiran kita untuk terjun ke dunia kreatifitas yang seolah-olah
nara sumber terakhir pada buku itu. tidak memiliki harga mati. Memungkinkan segala kemungkinan terjadi, segala
is no
Karena menurut saya orang ini telah pengalaman baru untuk hadir dan memperkaya diri sehingga pada akhirnya se-
berhasil merumuskan formula un- cara tidak sadar pun diri kita sudah selangkah lebih maju untuk lebih peka, lebih
tuk menjadi kreatif tanpa membuat kreatif.
rule.”
formula tersebut menjadi kadaluarsa.
Ia berkata “to rule to be creative is no
rule.” Yang kurang lebih artinya “aturan
untuk menjadi kreatif adalah tidak ada dengan mem-
aturan.” Artinya ketika kita mencoba batasi diri pada
membuat aturan untuk menjadi kreatif,
aturan-aturan
semua orang akan mengikuti aturan itu
tertentu mung-
dan semua orang menajdi kreatif juga.
kin kita telah
membatasi diri
Untuk itu untuk menjadi kreatif adalah
Sebagian orang berhak untuk men-
no rule.
gartikan perkataan ini sesuai dengan
dari koridor
teknik menjadi kreatif yang teman saya
utarakan, yaitu mencoba membuang kreatifitas dima-
rutinitas, mencoba hal yang baru, jika na banyak hal
biasanya mendengarkan lagu pop kini dimungkinkan.
tidak ada aturan yang mengharuskan
kita untuk untuk mendengarkan lagu
tugasnya
pensiun dalam waktu relatif bersa-
maan. Maka dari itu saya dijebloskan
mengolah per-
ICON
untuk belajar fotografi.” Tambahnya.
Pengalamannya sebagai reporter pustakaan yang
dalam meliput berita dirasa cukup ada di kepala
FOTOGRAFI
membantunya memperdalam fo- kita menjadi
tografi. “Fotografer tugasnya mengo-
gambar dalam
lah perpustakaan yang ada di kepala
bentuk riil yang
JURNALISTIK bisa kita lihat.
kita menjadi gambar dalam bentuk riil
Artinya waktu
yang bisa kita lihat. Artinya waktu saya
menulis suatu artikel, ada gambaran di
kepala saya tentang berita itu. Itulah saya menulis
AN INTERVIEW WITH OSCAR MOTULOH yang membantu saya dalam memper- suatu artikel,
dalam fotografi, karena saya mengerti ada gambaran
pemikiran dibalik penciptaan sebuah di kepala saya
Hampir semua pehobi fotografi di Indonesia pernah mendengar nama Oscar
foto.” Tegasnya. “Hal itu sangat mem-
tentang berita
Motuloh. Bagi mereka yang sudah cukup lama berkenalan dengan dunia fotografi
bantu ketika saya harus memotret,
itu. Itulah yang
pasti mengetahui benar kharisma yang ditimbulkan dari nama besar dan foto-
karena saya tahu kurang lebih tulisan-
membantu saya
dalam mem-
nya akan seperti apa, jadi gambarnya
foto bernyawa yang selalu ia hasilkan. Sementara bagi mereka yang belum lama
bagusnya seperti apa.” Tambahnya.
berkenalan dengan fotografi setidaknya pernah mendengar kedigjayaan naman-
perdalam fo-
ya. Pada edisi ini kami mendapat kehormatan untuk boleh diterima di ruangan
Berbicara mengenai profesi fotografer tografi, karena
kantornya di sebuah gedung tua di kawasan Pasar Baru, Jakarta Pusat untuk
terutama jurnalistik oscar melihat hal saya mengerti
pemikiran diba-
sedikit “mencuri” ilmu dari salah satu maestro fotografi Indonesia ini.
terpenting dalam fotografi jurnalistik
“Saya mungkin bukan contoh yang tepat untuk belajar fotografi karena saya
adalah ketika fotografer dituntut untuk
lik penciptaan
kenal fotografi agak terlambat.” Ungkapnya membuka pembicaraaan kami. “saya
menyingkirkan segala macam hal dan
menyisakan hanya esensi dari foto
sebuah foto.”
baru mempelajari fotografi secara teknis sekitar umur 30-an. Waktu itu saya ber-
tersebut. “Ketika itu dicapai, fotonya
gabung dengan (kantor berita) Antara sebagai reporter. Pada masa itu beberapa
“Kurator tidak sekedar mengedit foto, komposisinya lah, garisnya lah, apalagi
“ide bisa berbeda
tapi bersama pembuatnya menghadir- kalau kuratornya terkenal.” Ungkapnya.
karena pengala-
kan yang tidak ada menjadi ada. Tugas Hal ini menunjukkan masih minimnya
mannya berbeda.
kurator seperti menyusun puzzle, terka- apresiasi masyarakat Indonesia terh-
Yang penting
dang harus menjahit, terkadang harus adap fotografi. “Idealnya hasil lomba
jangan cuma bisa
mempermak, intinya membuat foto selalu dipamerkan untuk menda-
ikut-ikutan. Banyak
yang ketika disusun jadi bisa “bunyi”. pat feedback, jadi semua orang ikut
orang yang hanya
Ada pengalaman pribadi dari foto-foto belajar untuk menilai dan mengapre-
ikut-ikutan, kalau
tersebut, dan pada akhirnya diapresiasi siasi. Walaupun bisa beragam tapi itu
kuratornya bilang
oleh orang lain.” mencerdaskan.” Ungkapnya.
bagus, jadi ikutan
bilang bagus
hook untuk menarik pembaca membaca lebih jauh lagi. Selain itu Oscar juga Edukasi media massa juga berperan
dengan segala
berpesan agar pewarta foto tidak bermimpi menjadi artis atau selebriti. “Harus dalam melatih pembaca untuk men-
macam alasan
diingat tugasnya di balik layar. Bahkan hanya menciptakan hook” Terangnya. gapresiasi foto. Selain itu komunitas-
komposisinya lah,
komunitas fotografi juga seharusnya
garisnya lah,
Pembicaraan kami pun berkembang jauh dari sekedar berbicara mengenai bertanggung jawab untuk membuat
apalagi kalau kura-
fotografi jurnalistik. Mengingat reputasinya yang cukup baik sebagai kurator foto, orang menjadi kritis. “Jujur sama
diri sendiri nggak cuma ikut-ikutan.”
tornya terkenal.”
kami pun menggali lebih dalam tentang segala hal mengenai kurator foto.
Tegasnya. “Kejujuran kritik adalah hal
“Kurator tidak sekedar mengedit foto, tapi bersama pembuatnya menghadirkan yang paling diharapkan oleh semua
yang tidak ada menjadi ada. Tugas kurator seperti menyusun puzzle, terkadang pencipta foto tapi memang kritik
harus menjahit, terkadang harus mempermak, intinya membuat foto yang ketika dan sirik terkadang perbedaannya
disusun jadi bisa “bunyi”.” Jelasnya. “Ada pengalaman pribadi dari foto-foto terse- tipis.” Sambungnya sambil tertawa.
but, dan pada akhirnya diapresiasi oleh orang lain.” Tambahnya. Lanjutnya, “untuk itu kita harus selalu
bisa menerima kritik dengan lapang
Oscar melihat terkadang ide dari pencipta foto dan kuratornya bisa berbeda dan dada, apalagi jika datangnya dari hati.
itu sah-sah saja. “ide bisa berbeda karena pengalamannya berbeda. Yang pent- Masyarakat awam pun diajak untuk
ing jangan cuma bisa ikut-ikutan. Banyak orang yang hanya ikut-ikutan, kalau belajar mengapresiasi.”
kuratornya bilang bagus, jadi ikutan bilang bagus dengan segala macam alasan Banyak teknik untuk melihat dan men-
terkadang pakem yang sudah lama diyakini.” Dalam keputusasaan yang sangat, dan demi secuil harapan, mereka memutuskan
perbedaannya Sambungnya. “Foto yang menarik buat meninggalkan tanah tumpah darah mereka. Sejak itu lautan China Selatan diban-
tipis.”
saya adalah yang simple, kesederha- jiri jutaan manusia perahu. Mereka berlayar dalam kepasrahan, membawa sanak
naan yang kuat namun menyentuh.” keluarga, mencoba menjauhkan trauma perang saudara dari memori mereka.
Ungkapnya.
Hari itu, almanak menunjukkan 22 Mei 1975, sebentuk perahu kayu memasuki
Dalam mengkuratori foto Oscar selalu perairan Indonesia. Membawa 25 penumpang berbagai usia, dengan wajah kuyu
melihat nilai historisnya. “Siapa yang dan tatapan hampa, mereka berhasil menyentuh pantai Pulau Laut di wilayah
“Foto yang me- membuat, mencoba membaca jejak Kep. Riau. Rombongan mereka tercatat sebagai gelombang pertama manusia
narik buat saya yang ditinggalkan foto tersebut.” perahu pertama yang mendarat di Indonesia.
kesederhanaan
waktu singkat jumlah mereka telah mencapai 45.000 jiwa, mereka mendarat di
ia bisa menggali “bunyi” dari foto Tanjung Unggat, Air Raja dan Bintan Timur.
yang kuat tersebut.
namun Mereka berlayar dengan ”tiket” sekali jalan. Menyerahkan nasib pada takdir dan
menyentuh,” Pada akhirnya, Oscar juga menyempat- membiarkan kemanapun kemudi membawa mereka. Tak dapat ditaksir berapa
kan diri untuk menulis sebuah essay puluh ribu jiwa yang melayang dalam pelayaran maut itu. Jika lolospun mereka
tentang beberapa fotonya sebagai terkadang harus berhadapan dengan bajak laut China Selatan yang bengis.
berikut.
Seperti terbetik dalam sepenggal puisi pengungsi. khusus bagi para pengungsi. Dengan
Somebody could safely anchor cermat dia mengamati satu persatu
Though we don’t mention pirates penanda nisan, sebelum berhenti di
Oh! My boat was robbed at times dekat undakan ketiga areal kuburan
Oh! How cruel the pirate were yang menyerupai bukit itu.
Badai manusia perahu melanda dunia. Eksodus penderitaan terbesar dalam Dia melipat tangannya, membiarkan
sejarah bangsa-bangsa dunia. Diperkirakan 12 juta warga Vietnam dan Kamboja kacamata hitam menempel di wajah-
(yang juga mengalami krisis politik akut) membanjiri samudra Pasifik dalam rasa nya untuk menutupi airmata yang
ketakutan yang luar biasa. Lagi-lagi, politik peperangan hanya mencoreng wajah turun di antara ke dua pipinya. Perem-
bumi dan mencemari sejarah peradaban umat manusia dimanapun kekerasan itu puan Vietnam itu adalah salah seorang
meletup. mantan penghuni kamp pengungsi
Galang yang datang kembali ke pulau
Ketika pulau Galang ditetapkan sebagai pusat penampungan sementara oleh tersebut untuk melakukan ziarah di
pemerintah Indonesia bekerjasama dengan badan pengungsi PBB (UNHCR), jum- makam sang Ibu yang tak lagi sem-
lah pengungsi Vietnam dan Kamboja telah mencapai 250.000 ribu jiwa. Mereka pat menghirup udara bebas di tanah
bergotong royong membangun sarana ibadah, pelatihan bahasa, ketrampilan, harapan.
kuburan, serta lahan-lahan perkebunan dalam skala kecil. Kelompok mudanya
malah sempat menerbitkan koran berbahasa Vietnam bernama ”Tu Do” (ke-
merdekaan) bertiras 500 kopi. oscar motuloh
pewarta foto
Dalam duapuluh tahun sejak pendaratan pertama, UNHCR berhasil menyalurkan
170.000-249.000 pengungsi pulau Galang ke Negara ketiga. Hingga pendanaan
mereka habis pada 1996, maka pemeritah Indonesia yang mengambil inisiatif
mengembalikan 4,570 pengungsi yang masih bertahan di pulau itu kembali ke
tanah kelahirannya dengan menumpang KRI.
Siang terik itu, sebelas tahun kemudian, seorang perempuan berusia 27-an
berjalan perlahan di antara nisan-nisan dipemakaman Nghia Thrang. Pemakaman
jl. Patimura No. 2, Kebayoran Baru Lab Teknologi Proses Material ITB Lembaga pendidikan seni dan Pusat IT Plasa Marina Lt. 2 Blok MEDAN SAMARINDA
eK-gadgets centre Jl. Ganesha 10 Labtek VI Lt. dasar, design visimedia college A-5. Jl. Margorejo Indah 97-99 Medan Photo Club MANGGIS-55 STUDIO (Samarinda
Roxy Square Lt. 1 Blok B2 28-29, Jkt Bandung Jl. Bhayangkara 72 Solo Surabaya Jl. Dolok Sanggul Ujung No. 4 Photographers Community)
Style Photo Satyabodhi BW Camera-accessories Samping Kolam Paradiso Medan, Jl. Manggis No. 55 Voorfo, Sa-
Jl. Gaya Motor Raya No. 8, Gedung Kampus Universitas Pasundan YOGYAKARTA Royal Plaza 2nd Floor Jl. Ahmad Sumatra Utara 20213 marinda Kaltim
AMDI-B, Sunter JakUt, 14330 Jl. Setiabudi No 190, Bandung Atmajaya Photography club Yani Surabaya
Neep’s Art Institute Gedung PUSGIWA kampus 3 UAJY, jl. BATAM SOROWAKO
Jl. Cideng Barat 12BB, Jakarta TASIKMALAYA babarsari no. 007 yogyakarta TRAWAS Batam Photo Club Sorowako Photographers
V3 Technology Eco Adventure Community “UKM MATA” Akademi Seni Rupa VANDA Gardenia Hotel & Perumahan Muka kuning indah Society
Mall ambassador Lt.UG/47. Jl. Prof Jl. Margasari No. 34 Rt. 002/ 008, dan Desain MSD Villa Blok C-3, Batam 29435 General Facilities & Serv. Dept -
Dr. Satrio, Kuningan, Jakarta Rajapolah, Tasikmalaya 46155 Jalan Taman Siswa 164 Yogyakarta Jl. Raya Trawas, Jawa Timur DP. 27, (Town Maintenance) - Jl.
Cetakfoto.net 55151 PEKANBARU Sumantri Brojonegoro, SOROWAKO
Kemang raya 49D, Jakarta 12730 SEMARANG Unif Fotografi UGM (UFO) MALANG CCC (Caltex Camera Club) 91984 - LUWU TIMUR, SULAWESI
POIsongraphy PRISMA (UNDIP) Gelanggang mahasiswa UGM, Bulak- MPC (Malang Photo Club) PT. Chevron Pasific Indonesia, SCM- SELATAN
ConocoPhillips d/a Ratu Prabu 2 PKM (Pusat Kegiatan Mahasiswa) sumur, Yogya Jl. Pahlawan Trip No. 25 Malang Planning, Main Office 229, Rumbai,
jl.TB.Simatupang kav 18 Joglo Jl. Imam Bardjo SH No. 1 Fotografi Jurnalistik Club JUFOC (Jurnalistik Fotografi Pekanbaru 28271 GORONTALO
Jakarta 12560 Semarang 50243 Kampus 4 FISIP UAJY Jl Babarsari Club) Masyarakat Fotografi Gorontalo
MATA Semarang Photography Yogyakarta student Centre Lt. 2 Universitas LAMPUNG Graha Permai Blok B-18, Jl. Rambu-
BEKASI Club FOTKOM 401 Muhammadiyah Malang. Jl. Malahayati Photography Club tan, Huangobotu, Dungingi, Kota
Lubang Mata FISIP UNDIP gedung Ahmad Yani Lt.1 Kampus Raya Tlogomas No. 246 malang, Jl. Pramuka No. 27, Kemiling, Ban- Gorontalo
Jl. Pondok Cipta Raya B2/ 28, Bekasi Jl. Imam Bardjo SH. No.1, Semarang FISIPOL UPN “Veteran” yogyakarta. Jl 65144 dar Lampung, 35153. Lampung-
Barat, 17134 DIGIMAGE STUDIO Babasari No.1, Tambakbayan, Yogya- UKM KOMPENI (Komunitas Indonesia. Telp. (0721) 271114 AMBON
Jl. Setyabui 86A, Semarang karta, 55281 Mahasiswa Pecinta Seni) Performa (Perkumpulan Fo-
BANDUNG Jl. Pleburan VIII No.2, Semarang kampus STIKI (Sekolah Tinggi BALIKPAPAN tografer Maluku)
PAF Bandung 50243 SURABAYA Informatika Indonesia) Malang, FOBIA jl. A.M. Sangadji No. 57 Ambon.
Kompleks Banceuy Permai Kav A-17, Ady Photo Studio Himpunan Mahasiswa Pengge- Jl. Raya Tidar 100 Indah Foto Studio Komplek Ruko (Depan Kantor Gapensi kota Ambon/
Bandung 40111 d/a Kanwil Bank BRI Semarang, Jln. mar Fotografi (HIMMARFI) Bandar Klandasan Blok A1, Balikpa- Vivi Salon)
Jepret Teuku Umar 24 Semarang Jl. Rungkut Harapan K / 4, Surabaya JEMBER pan 76112
Sekretariat Jepret Lt. Basement Pandawa7 digital photo studio AR TU PIC UFO (United Fotografer Club) ONLINE PICK UP
Labtek IXB Arsitektur ITB, Jl Ganesha Jl. Wonodri sendang raya No. 1068C, UNIVERSITAS CIPUTRA Waterpark Perum Mastrip Y-8 Jember, Jawa KALTIM POINTS:
10, Bandung Semarang Boulevard, Citra Raya. Surabaya 60219 Timur Badak Photographer Club (BPC) www.estudio.co.id
Spektrum (Perkumpulan Unit Kloz-ap Photo Studio FISIP UNAIR Univeritas Jember (UKPKM ICS Department, System Support http://charly.silaban.net/
Fotografi Unpad) Jl. Kalicari Timur No. 22 Semarang JL. Airlangga 4-6, Surabaya Tegalboto) Section, PT BADAK NGL, Bontang,
jl. Raya Jatinangor Km 21 Sumed- Hot Shot Photo Studio Unit Kegiatan Pers Kampus Kaltim, 75324
ang, Jabar SOLO Ploso Baru 127 A, Surabaya, 60133 Mahasiswa Universitas Jember KPC Click Club/PT Kaltim Prima
Padupadankan Photography HSB (Himpunan Seni Ben- Toko Digital jl. Kalimantan 1 no 35 komlek Coal
Jl. Lombok No. 9S Bandung gawan) Ambengan Plasa B23. jl Ngemplak No. ged. PKM Universitas Jember Supply Department (M7 Buliding),
Studio intermodel Jl. Tejomoyo No. 33 Rt. 03/ 011, Solo 30 Surabaya 68121 PT Kaltim Prima Coal, Sangatta
Jl. Cihampelas 57 A, Bandung 40116 57156 Sentra Digital