Anda di halaman 1dari 28

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Perencanaan merupakan falsafah menuju kepada optimasi kondisi lingkungan binaan baru sedemikian rupa sehingga masalah masalah yang saling berkaitan dapat terlihat dan dapat dipecahkan, dan hasil akhir dapat mencerminkan keinginan yang digambarkan. Praktikum geoteknik dan mekanika tanah merupakan salah satu unsur penunjang dalam kegiatan pembuatan suatu bangunan dimulai kegiatan

perencanaan sampai kegiatan pelaksanaan. Berdasarkan penyelidikan geoteknik yang dilakukan secara mendetil dan teliti pada saat pelaksanaan di lapangan diharapkan diperoleh data-data yang akurat dan dapat dipercaya sehingga akan didapatkan gambaran yang jelas mengenai keadaan, sifat dan susunan perlapisan tanah/batuan, dalam survey pencarian data dilapangan harus selengkaplengkapnya agar diperoleh analisa yang tepat demi kemantapan perencanaan kedudukan, type dan metode pelaksanaan teknis suatu bangunan sipil yang akan didirikan di daerah rencana proyek tersebut. Praktikum ini dilakukan guna mengetahui kondisi bawah permukaan tanah ( Sub Soil Condition ) dan sifat sifat keteknikan dari tanah di lapangan yang akan dilaksanakan serta menentukan jenis pondasi yang dibutuhkan dalam suatu perencanaan.

1.2 Tujuan Pratikum Maksud dari praktikum geologi teknik ini adalah untuk mengetahui karakteristik fisik tanah dan air tipe dan kedalaman yang sesuai untuk pelaksanaan teknis perencanaan Pondasi bangunan sipil yang akan didirikan di daerah rencana proyek tersebut. Dengan adanya praktikum ini, maka dapat diharapkan bahwa suatu Perencanaan Pembangunan Sipil tersebut dapat direncanakan secara lebih efektif dan ekonomis serta aman sesuai dengan sifat sifat dan klasifikasi dari lapisan tanah/batuan. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai susunan tanah, sifat fisik, besarnya Daya Dukung tanah dan ketebalan tiap lapisan tanah di lokasi rencana praktikum telah dilakukan Pekerjaan Penyelidikan Tanah dengan Penyondiran ( Dutch Cone Penetration Test/DCPT), serta pengamatan sifat fisik tanah dan kedalaman muka air tanah di lapangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Istilah dan Definisi Sondir disebut juga Dutch Deep Sounding Apparatus, yaitu suatu alat statis yang berasal dari Belanda. Ujung alat ini langsung ditekan ke dalam tanah. Pada ujung rangkaian pipa sondir ditempatkan alat conus yang berujung lancip dengan kemiringan kurang lebih 60. Pipa sondir dimasukkan ke dalam tanah dengan bantuan mesin sondir. Ada 2 macam metode sondir : 1. Standard Type (Mantel conus) Yang diukur hanya perlawanan ujung (nilai conus) yang dilakukan dengan menekan conus ke bawah. Seluruh tabung luar diam. Gaya yang bekerja dapat dilihat pada manometer. 2. Friction Sleeve (Addition Jacket Type/Biconus) Nilai conus dan hambatan lekat keduanya diukur. Hal ini dilakukan dengan memakai stang dalam. Mula-mula hanya conus yang ditekan ke bawah, nilai conus diukur. Bila conus telah digerakkan sejauh 4 cm, maka dengan sendirinya ia mengait friction sleeve. Conus beserta friction sleeve ditekan bersama-sama sedalam 4 cm. Jadi nilai conus sama dan hambatan lekat didapat dengan mengurangkan besarnya conus dan nilai jumlah keseluruhan. Perlawanan penetrasi conus adalah perlawanan terhadap ujung conus yang dinyatakan dalam gaya persatuan luas. Hambatan lekat adalah perlawanan terhadap mantel biconus yang dinyatakan dalam gaya persatuan panjang.

Gambar 1. Rincian alat Sondir.

Gambar 2. Rincian penekan hidraulik alat Sondir. Keterangan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Piston hidraulik, terletak didalam silinder hidraulik. Batang dalam, yang menonjol diujung kepala pipa dorong. Kepala pipa dorong. Pipa dorong teratas. Kunci piston, untuk memeriksa oli. Kunci pengatur dengan penampang berada didalam. Potongan kepala pipa dorong. Tampak atas kunci pengatur. Penekan hidraulik, kedudukan menekan pipa dorong.

10. Penekan hidraulik, kedudukan mencabut pipa dorong. Keuntungan alat sondir : Cukup ekonomis. Apabila contoh tanah pada boring tidak bisa diambil (tanah lunak / pasir). Dapat digunakan manentukan daya dukung tanah dengan baik. Adanya korelasi empirik semakin handal. Dapat membantu menentukan posisi atau kedalaman pada pemboran. Dalam prakteknya uji sondir sangat dianjurkan didampingi dengan uji lainnya baik uji lapangan maupun uji laboratorium, sehingga hasil uji sondir bisa diverifikasi atau dibandingkan dengan uji lainnya.

BAB III METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Waktu pelaksanaan praktikum Mekanika Tanah II yaitu pada hari Senin tanggal 4 November 2012 sampai berakhirnya pratikum yang di mulai pukul 7.30 WIB dan bertempat di Laboratorium Struktur dan Laboratorium Geoteknik Fakultas Tehnik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Palangka Raya. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Alat-alat yang digunakan adalah : 1. Alat sondir kekuatan sedang dengan berat 2,5 ton (kerangka lengkap) 2. Conus dan biconus 3. Pipa sondir lengkap sepanjang 1 m 4. Angkur dan baut 5. Besi kanal dan balok kayu 6. Manometer 7. Linggis 8. Kunci-kunci perlengkapan 3.2.1 Bahan Bahan-bahan yang digunakan adalah : 1. Oli Rem 2. Solar

3. Selotip 3.3 Cara Pengujian 3.3.1 Persiapan Pengujian Lakukan persiapan pengujian sondir di lapangan dengan tahapan sebagai berikut : a) Tentukan titik lokasi yang akan disondir.

b) Siapkan lubang untuk penusukan konus pertama kalinya, biasanya digali dengan linggis sedalam sekitar 5 cm; c) Masukkan 4 buah angker ke dalam tanah pada kedudukan yang tepat sesuai dengan letak rangka pembeban dengan jalan memutar angker searah jarum jam dengan menggunakan batang pemutar sambil menekan angker masuk ke dalam tanah; d) Pasang dan aturlah mesin sondir di atas titik lokasi dalam posisi vertikal; e) Besi-besi kanal dipasang untuk menjepit kaki sondir dan amati apakah mesin benar-benar dalam keadaan vertikal terhadap permukaan tanah. f) Pasang manometer 0 MPa s.d 2 MPa dan manometer 0 MPa s.d 5 MPa untuk penyondiran tanah lembek, atau pasang manometer 0 MPa s.d 5 MPa dan manometer 0 MPa s.d 25 MPa untuk penyondiran tanah keras; g) Periksa sistem hidraulik dengan menekan piston hidraulik menggunakan kunci piston, dan jika kurang tambahkan oli serta cegah terjadinya gelembung udara dalam sistem; h) Tempatkan rangka pembeban, sehingga penekan hidraulik berada tepat di atasnya; i) Pasang balok-balok penjepit pada jangkar dan kencangkan dengan memutar baut pengecang, sehingga rangka pembeban berdiri kokoh dan

terikat kuat pada permukaan tanah. Apabila tetap bergerak pada waktu pengujian, tambahkan beban mati di atas balok-balok penjepit; j) Sambung konus ganda dengan batang dalam dan pipa dorong serta kepala pipa dorong; dalam kedudukan ini batang dalam selalu menonjol keluar sekitar 8 cm di atas kepala pipa dorong. Jika ternyata kurang panjang, bisa ditambah dengan potongan besi berdiameter sama dengan batang dalam.

a.

Keadaan tertekan

b. Dalam keadaan terbentang

Gambar 3. Detail keadaan konus.

3.4 Prosedur pengujian 3.4.1 Pengujian Penetrasi Konus Lakukan pengujian penetrasi konus ganda dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a)

Tegakkan batang dalam dan pipa dorong di bawah penekan hidraulik pada kedudukan yang tepat;

b) Dorong/tarik kunci pengatur pada kedudukan siap tekan, sehingga penekan hidraulik hanya akan menekan pipa dorong; c) Putar engkol searah jarum jam, sehingga gigi penekan dan penekan hidraulik bergerak turun dan menekan pipa luar sampai mencapai kedalaman 20 cm sesuai interval pengujian; d) Pada tiap interval 20 cm lakukan penekanan batang dalam dengan menarik kunci pengatur, sehingga penekan hidraulik hanya menekan batang dalam saja (kedudukan 1, lihat Gambar 3); e) Putar engkol searah jarum jam dan jaga agar kecepatan penetrasi konus berkisar antara 10 mm/s sampai 20 mm/s 5. Selama penekanan batang pipa dorong tidak boleh ikut turun, karena akan mengacaukan pembacaan data. 3.5 Pembacaan Hasil Pengujian a) Lakukan pembacaan hasil pengujian penetrasi konus sebagai berikut : 1) Baca nilai perlawanan konus pada penekan batang dalam sedalam kira-kira 4 cm pertama (kedudukan 2, lihat Gambar 3) dan catat pada formulir (Lampiran) pada kolom C w; 2) Baca jumlah nilai perlawanan geser dan nilai perlawanan konus pada penekan batang sedalam kira-kira 4 cm yang ke-dua (kedudukan 3, lihat Gambar 3) dan catat pada formulir (Lampiran) pada kolom Tw.

10

Gambar 4. Kedudukan pergerakan konus pada waktu pengujian sondir. 3.6 Pengulangan Langkah-Langkah Pengujian Ulangi langkah-langkah pengujian tersebut di atas hingga nilai perlawanan konus mencapai batas maksimumnya (sesuai kapasitas alat) atau hingga kedalaman maksimum 20 m s.d 40 m tercapai atau sesuai dengan kebutuhan. Hal ini berlaku baik untuk sondir ringan ataupun sondir berat. 3.7 Penyelesaian Pengujian a) Cabut pipa dorong, batang dalam dan konus ganda dengan mendorong/menarik kunci pengatur pada posisi cabut dan putar engkol berlawanan arah jarum jam. b) Catat setiap penyimpangan pada waktu pengujian. 3.8 Perhitungan 3.8.1 Rumus-rumus perhitungan Prinsip dasar dari uji penetrasi statik di lapangan adalah dengan anggapan berlaku hukum Aksi Reaksi (persamaan 10), seperti yang digunakan untuk perhitungan nilai perlawanan konus dan nilai perlawanan geser di bawah ini.

11

3.8.2 Perlawanan konus (q c ) Nilai perlawanan konus (q c ) dengan ujung konus saja yang terdorong, dihitung dengan menggunakan persamaan : P konus = P piston .................................................................. (1)

q c x A c = C w x A pi q c = C w x A pi / A c .................................................................. (2) A pi = (D pi ) 2 / 4 Ac ............................................................................ (3) (4)

= (D c ) 2 / 4 .............................................................................

3.8.3 Perlawanan geser (f s ) Nilai perlawanan geser lokal diperoleh bila ujung konus dan bidang geser terdorong bersamaan, dan dihitung dengan menggunakan persamaan : P konus + P geser (5) 3.8.4 Angka banding geser (R f ) Angka banding geser diperoleh dari hasil perbandingan antara nilai perlawanan geser lokal (fs ) dengan perlawanan konus (q s ), dan dihitung dengan menggunakan persamaan: R f (9) 3.8.5 Geseran total (T f ) Nilai geseran total (T f ) diperoleh dengan menjumlahkan nilai perlawanan geser lokal (f s) yang dikalikan dengan interval pembacaan, dan dihitung dengan menggunakan persamaan : = (f s / q s ) x 100 ......................................................................... = P piston ................................................................. ..

12

Tf

= (f s x interval pembacaan) .....................................................

(10)

Keterangan : Cw Tw (kPa); Kw P konus P piston qc fs Rf Tf A pi D pi Ac : selisih dengan (kPa); : gaya pada ujung konus (kN); : gaya pada piston (kN); : perlawanan konus (kPa); : perlawanan geser lokal (kPa); : angka banding geser (%); : geseran total (kPa); : luas penampang piston (cm 2 ); : diameter piston (cm); : luas penampang konus (cm 2 ); : pembacaan manometer untuk nilai perlawanan konus (kPa); : pembacaan manometer untuk nilai perlawanan konus dan geser

D c = D s : diameter konus sama dengan diameter selimut geser (cm); As Ds Ls : luas selimut geser (cm 2 ); : diameter selimut geser (cm); : panjang selimut geser (cm)

3.9 Prosedur Perhitungan Lakukan perhitungan perlawanan konus (q c ), perlawanan geser (f s ), angka banding geser (R f ), dan geseran total (T f ) tanah dan penggambaran hasil pengujian dengan tahapan berikut. 3.9.1 Cara perhitungan

13

a)

Hitung

perlawanan

konus

(q c )

bila

ujung

konus

saja

yang

terdorong dengan menggunakan persamaan (1) s.d (4). b) Hitung perlawanan geser (f s ) lokal bila ujung konus dan bidang geser terdorong bersamaan dengan menggunakan persamaan (5) s.d (8). c) Hitung angka banding geser (R f ) dengan menggunakan persamaan (9). d) Hitung geseran total (T f ) tanah dengan menggunakan persamaan (10). 3.9.2 Cara penggambaran hasil uji penetrasi konus a) Gambarkan grafik hubungan antara variasi perlawanan konus (q c ) dengan kedalaman (meter). b) Untuk uji sondir dengan konus ganda gambarkan hubungan antara perlawanan geser (f s ) dengan kedalaman dan geseran total (T f ) dengan kedalaman. c) Apabila diperlukan rincian tanah yang diperkirakan dari data perlawanan konus dan perlawanan geser, gambarkan grafik hubungan antara angka banding geser dengan kedalaman. d) Tempatkan grafik-grafik dari sub butir a), b) dan c) di atas pada satu lembar gambar dengan skala kedalaman yang sama. 3.10 Laporan Uji Hasil uji sondir dilaporkan dalam bentuk formulir seperti

diperlihatkan dalam Lampiran C, yang memuat hal-hal sebagai berikut: a) Nama pekerjaan dan lokasi pekerjaan, dan tanggal pengujian; b) Nama penguji, nama pengawas, dan nama penanggung jawab hasil uji dengan disertai tanda tangan (paraf) yang jelas;

14

c) Jumlah pengujian, koordinat lokasi atau sketsa situasi letak, elevasi tanah dan muka air tanah (bila memungkinkan); d) Tipe ujung alat penetrasi yang digunakan, tipe mesin bercabang, informasi alibrasi ujung alat dan cabang atau kedua-duanya; e) Catat setiap penyimpangan pada waktu pengujian.

15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Penyondiran Pada Titik Pertama Tabel 4.1. Hasil Sondir Pada Titik Pertama Pembacaan Kedalama n Cw (kg/cm2 ) (2) 0 20 20 15 30 45 45 65 55 50 160 Tw Manometer Hambata n Gesek (Kw)
2

Tahanan Geser Total (LF) (kg/cm )


2

Hambatan JPH Pelekat (kg/cm2 ) (7) = (6) 0.00 20.00 40.00 70.00 100.00 110.00 230.00 290.00 310.00 670.00 850.00

(m)

(kg/cm ) (4) = (3)(2) 0.00 10.00 10.00 15.00 15.00 5.00 60.00 30.00 10.00 180.00 90.00

(kg/cm ) (6) =

(1) 0.00 -0.20 -0.40 -0.60 -0.80 -1.00 -1.20 -1.40 -1.60 -1.80 -2.00

(3) 0 30 30 30 45 50 105 95 65 230 250

(5) =

9/100*Kw (5)x20 cm 0.00 0.90 0.90 1.35 1.35 0.45 5.40 2.70 0.90 16.20 8.10 0.00 20.00 20.00 30.00 30.00 10.00 120.00 60.00 20.00 360.00 180.00

16

Grafik 4.1. Hasil Sondir Pada Titik Pertama

UJI PENETRASI KONUS ASTM D 3441 - 86


0 0.00 25 50 75 100 125 150

JHP
1.00

qc

2.00

Depth [m]

3.00

4.00

5.00 0 250 500 750 1000 1250 1500 1750 2000

JHP [kg/cm]

qc [kg/cm2 ]

17

Penyondiran Pada Titik Kedua Tabel 4.2. Hasil Sondir Pada Titik Kedua Pembacaan Manometer Kedalaman Cw (m) (1) 0,00 -0,20 -0,40 -0,60 -0,80 -1,00 -1,20 -1,40 -1,60 Tw Hambatan Tahanan Gesek (Kw) Geser Total (LF) (kg/cm2) (4) = (3)(2) 0,00 0,00 2.00 2.00 2.00 2.00 40.00 15.00 35.00 (5) = 9/100*Kw 0,00 0,00 0.18 0.18 0.18 0.18 3.60 1.35 3.15 Hambatan JPH Pelekat (kg/cm2) (kg/cm2)

(kg/cm2) (kg/cm2) (2) 0 0 3 3 3 3 20 70 85 (3) 0 0 5 5 5 5 60 85 120

(6) = (5)x20 (7) = cm 0,00 0,00 4.00 4.00 4.00 4.00 80.00 30.00 70.00 (6) 0,00 0,00 40.00 70.00 100.00 104.00 184.00 214.00 284.00

18

Grafik 4.2. Hasil Sondir Pada Titik Kedua UJI PENETRASI KONUS ASTM D 3441 - 86
0 0.00 25 50 75 100 125 150

JHP
1.00

qc

Depth [m]

2.00

3.00

4.00

5.00 0 250 500 750 1000 1250 1500 1750 2000

JHP [kg/cm]

qc [kg/cm2 ]

19

Pembahasan 4.1.2 Perhitungan Data Penyondiran Pada Titik Pertama Rumus rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : HK(qc) = Pembacaan manometer untuk nilai perlawanan konus JK = Pembacaan manometer untuk nilai perlawanan konus dan geser Kw = HK(qc) JK LF = ( Luas mata bor / 100 ) x Kw Hambatan Pelekat = LF x 20 cm JPH = Hasil JPH sebelumnya + Hasil Hambatan Pelekat selanjutnya Dari hasil data penyondiran yang didapat pada titik pertama dari kedalaman 0 0,20 m, dengan nilai qc = 20 Kg/cm2, dan nilai JHP = 20 Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir (qc) didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah tersebut termasuk klasifikasi tanah humus, lempung sangat lunak. Kemudian pada kedalaman 0,40 m, dengan nilai qc = 20 Kg/cm2, dan nilai JHP =40 Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir (qc) didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah tersebut termasuk klasifikasi tanah humus, lempung sangat lunak Kemudian pada kedalaman 0.60 m, dengan nilai qc = 15 Kg/cm2, dan nilai JHP = 70 Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir (qc) didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah tersebut termasuk klasifikasi tanah humus, lempung sangat lunak. Kemudian pada kedalaman 0.80 m, dengan nilai qc = 30 Kg/cm2, dan nilai JHP = 100 Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir

20

(qc) didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah tersebut termasuk klasifikasi tanah lempung atau lempung kelanauan kenyal. Kemudian pada kedalaman 1,00 m, dengan nilai qc = 45 Kg/cm2, dan nilai JHP = 110 Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir (qc) didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah tersebut termasuk klasifikasi tanah lempung atau lempung kelanauan kenyal. Kemudian pada kedalaman 1,20 m, dengan nilai qc = 45 Kg/cm2, dan nilai JHP = 230Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir (qc) didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah tersebut termasuk klasifikasi tanah lempung kerikil kenyal. Kemudian pada kedalaman 1,40 m, dengan nilai qc = 65Kg/cm2, dan nilai JHP = 290Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir (qc) didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah tersebut termasuk klasifikasi tanah lempung kerikil kenyal. Kemudian pada kedalaman 1,60 m, dengan nilai qc = 55 Kg/cm2, dan nilai JHP = 310 Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir (qc) didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah tersebut termasuk klasifikasi tanah lempung kerikil kenyal. Kemudian pada kedalaman 1,80 m, dengan nilai qc = 50 Kg/cm2, dan nilai JHP = 670 Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir (qc) didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah tersebut termasuk klasifikasi tanah lempung kerikil kenyal.

21

Kemudian pada kedalaman 2.00 m, dengan nilai qc = 160 Kg/cm2, dan nilai JHP = 850 Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir (qc) didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah tersebut termasuk klasifikasi tanah lempung kerikil kenyal

4.1.3

Perhitungan Data Penyondiran Pada Titik Kedua Dari hasil data penyondiran yang didapat pada titik pertama dari kedalaman 0 0,20 m, dengan nilai qc = 0 Kg/cm2, dan nilai JHP = 0 Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir (qc) didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah tersebut termasuk klasifikasi tanah humus, lempung sangat lunak. Kemudian pada kedalaman 0,40 m, dengan nilai qc = 3 Kg/cm2, dan nilai JHP = 40 Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir (qc) didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah tersebut termasuk klasifikasi tanah lempung agak kenyal. Kemudian pada kedalaman 0,60 m, dengan nilai qc = 3 Kg/cm2, dan nilai JHP = 70 Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir (qc) didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah tersebut termasuk klasifikasi tanah lempung agak kenyal. Kemudian pada kedalaman 0,80 m, dengan niali qc = 3 Kg/cm2, dan nilai JHP = 100 Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir (qc) didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah tersebut termasuk klasifikasi tanah lempung agak kenyal. Kemudian pada kedalaman 1,00 m, dengan nilai qc = 3 Kg/cm2, dan nilai JHP = 104 Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir

22

(qc) didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah tersebut termasuk klasifikasi tanah lempung agak kenyal Kemudian pada kedalaman 1,20 m, dengan nilai qc = 20 Kg/cm2, dan nilai JHP = 184 Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir (qc) didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah tersebut termasuk klasifikasi tanah lempung agak kenyal. Kemudian pada kedalaman 1,40 m, dengan nilai qc = 70 Kg/cm2, dan nilai JHP = 214 Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir (qc) didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah tersebut termasuk klasifikasi tanah lempung agak kenyal. Kemudian pada kedalaman 1,60 m, dengan nilai qc = 85 Kg/cm2, dan nilai JHP = 284 Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir (qc) didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah tersebut termasuk klasifikasi tanah lempung agak kenyal.

Konsistensi tanah menurut qc qc ( kg/cm ) <6 6 12 12 24 24 45 45 75 > 75 Konsistensi Very soft Soft Medium Stiff Very stiff Hard

Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan Lf Hasil sondir ( kg/cm ) qc Lf 0 - 6 0.15 0.40 0.20 6 - 10 0.20 0.60 10 - 30 0.10 Klasifikasi Humus, lempung sangat lunak Pasir kelanauan lepas, pasir sangat lepas Lempung lembek, lempung kelanauan lembek Kerikil lepas

23

30 - 60

0.10 0.40 0.40 0.80 0.80 2.00 1.50 1.00 3.00 1.00 1.00 3.00 3.00 1.00 2.00

60 - 150

150 - 300

Pasir lepas Lempung atau lempung kelanauan Lempung agak kenyal Pasir kelanauan, pasir agak padat Lempung atau lempung kelanauan kenyal Kerikil kepasiran lepas Pasir padat, pasir kelanauan atau lempung padat dan kerikil kelempungan Lempung kerikil kenyal Pasir padat, pasir kekerikilan padat, pasir kasar padat, pasir kelanauan sangat padat

24

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan praktikum pengujian sondir, maka dapat disimpulkan: 1. Untuk pengujian sondir pada titik pertama pada kedalaman tanah 200 cm, Cw = 160 Kg/cm2, Tw = 250 Kg/cm2, Kw = 90 Kg/cm2, LF = 8,10 Kg/cm2, Hambatan pelekat = 180 Kg/cm2, JPH = 850 Kg/cm2, di daerah titik pertama penyondiran dapat dibuat bangunan gedung bertingkat dengan kedalaman pondasi 200 cm. Karena dari ketentuan dan syarat syarat yang berlaku dengan nilai Tw = 100Kg/cm2 sampai dengan 160 Kg/cm2 dengan kedalaman tertentu daerah titik penyondiran tersebut dapat dibuat bangunan bertingkat. 2. Untuk pengujian sondir pada titik kedua pada kedalaman tanah 160 cm, Cw = 85 Kg/cm2, Tw = 120 Kg/cm2, Kw = 35 Kg/cm2, LF = 3,15 Kg/cm2, Hambatan pelekat = 70 Kg/cm2, JPH = 284 Kg/cm2, di daerah titik kedua penyondiran dapat dibuat bangunan jembatan dengan kedalaman pondasi 160 cm. Karena dari ketentuan dan syarat syarat yang berlaku dengan nilai Tw = 120 Kg/cm2 sampai dengan 85 Kg/cm2 dengan kedalaman tertentu daerah titik penyondiran tersebut dapat dibuat bangunan jembatan. 5.2 Saran Sebaiknya pada waktu praktikum perlu disiapkan sarana dan prasarana agar mempermudah pelaksanaan praktikum dan tiap tiap anggota kelompok bekerja sesuai tugasnya yang telah ditunjukkan.

25

Pipa, angker alat sondir

Pemasangan angker untuk kedudukan alat


sondir

26

Pemasangan angker untuk kedudukan alat sondir Pemasangan alat sondir

Pemasangan angker untuk kedudukan alat


sondir

Pemasangan alat sondir


27

Pemasangan Stik Pada Alat Sondir

Monometer (pembacaan tekanan tanah)


28

Anda mungkin juga menyukai