Nama NIM
: Nasrullah : 21110008
Hari/ Tanggal Praktikum : kamis ,11 oktober 2012 Hari/ Tanggal Dikumpul Hari/ Tanggal Acc Kelompok Asisten : Kamis 18 oktober 2012 :kamis ,11 oktober 2012 : 1 (satu) :euis
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SERANG RAYA SERANG
2012
I.
TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan berat molekul senyawa volatil berdasarkan pengukuran massa jenis gas dengan menggunakan persamaan gas ideal. II. TINJAUAN PUSTAKA Gas mempunyai sifat bahwa molekul-molekulnya sangat berjauhan satu sama lain sehingga hampir tidak ada gaya tarik menarik atau tolak menolak diantara molekulmolekulnya sehingga gas akan mengembang dan mengisi seluruh ruang yang ditempatinya, bagaimana pun besar dan bentuknya. Untuk memudahkan mempelajari sifat-sifat gas ini baiklah dibayangkan adanya suatu gas ideal yang mempunyai sifatsifat : a. Tidak ada gaya tarik menarik di antara molekul-molekulnya.
b. Volume dari molekul-molekul gas sendiri diabaikan. c. Tidak ada perubahan enersi dalam (internal energy = E) pada pengembangan. Sifat-sifat ini didekati oleh gas inert (He, Ne, Ar dan lain-lain) dan uap Hg dalam keadaan yang sangat encer. Gas yang umumnya terdapat di alam (gas sejati) misalnya: N2, O2, CO2, NH3 dan lain-lain sifat-sifatnya agak menyimpang dari gas ideal. Densiti dari gas dipergunakan untuk menghitung berat molekul suatu gas, ialah dengan cara membendungkan suatu volume gas yang akan dihitung berat molekulnya dengan berat gas yang telah diketahui berat molekulnya (sebagai standar) pada temperatur atau suhu dan tekanan yang sama. Densiti gas diidenfinisikan sebagai berat gas dalam gram per liter. Untuk menentukan berat molekul ini maka ditimbang sejumlah gas tertentu kemudian diukur PV dan T-nya. Menurut hukum gas ideal : PV = nRT dimana n =
M =
Bila gas ideal sifat-sifatnya dapat dinyatakan dengan persamaan yang sederhana ialah PV = n R T, maka sifat-sifat gas sejati hanya dapat dinyatakan dengan
persamaan, yang lebih kompleks lebih-lebih pada tekanan yang tinggi dan temperatur yang rendah. Bila diinginkan penentuan berat molekul suatu gas secara teliti maka hukum-hukum gas ideal dipergunakan pada tekanan yang rendah. Tetapi akan terjadi kesukaran ialah bila tekanan rendah maka suatu berat tertentu dari gas akan mempunyai volume yang sangat besar.. Untuk suatu berat tertentu bila tekanan berkurang volume bertambah dan berat per liter berkurang. Densiti yang didefinisikan dengan W/V berkurang tetapi perbandingan densiti dan tekanan d/p atau W/pV akan tetap, sebab berat total W tetap dan bila gas dianggap gas ideal pV juga tetap sesuai dengan persamaan berikut : PV = RT M = R T = (d/p)o R T
Suatu aliran dari udara kering yang bersih dilewatkan cairan yang diukur tekanan uapnya. Ketelitian dari pengukuran ini tergantung pada kejenuhan udara tersebut. Untuk menjamin kejenuhan ini maka udara dilewatkan cairan tersebut secara seri. Bila V adalah volume dari w gram cairan tersebut dalam keadaan uap, M berat mol cairan dan tekanan uap dari cairan tersebut pada temperatur T maka tekanan uap dapat dihitung dengan hukum gas ideal : P = () RT Hukum gabungan gas untuk suatu sampel gas menyetakan bahwa perbandingan PV/T adalah konstan
Sebetulnya untuk gas-gas real (nyata) seperti metana (CH3) dan oksigen dilakukan pengukuran secara cermat, ternyata hal ini tidak benar betul. Gas hipotesis yang dianggap akan mengikuti hukum gabungan gas pada berbagai suhu dan tekanan hukum gabungan gas pada berbagai suhu dan tekanan disebut gas ideal. Gas nyata akan menyimpang dari sifat gas ideal.. Pada tekanan yang relatif rendah termasuk pada tekanan atmosfer serta suhu yang tinggi, semua gas akan menempati keadaan ideal sehingga hukum gas gabungan dapat dipakai untuk segala macam gas yang digunakan (Brady, 1999). Persamaan gas ideal bersama-sama dengan massa jenis gas dapat digunakan untuk menentukan berat molekul senyawa volatil. Dalam hal ini menyarankan konsep gas ideal, yakni gas yang akan mempunyai sifat sederhana yang sama dibawah kondisi yang sama (Haliday, 1978). Persamaan yang menghubungkan langsung massa molekul gas dengan rapatannya dapat diturunkan dari hukum gas ideal. Jika jumlah mol suatu gas dapat diketahui dengan membagi massanya dalam gram dengan massa molekulnya. Jumlah mol (n) = Bila dimasukan dalam hukum gas ideal menghasilkan : PV = R T M = Rapatan (d) adalah perbandingan antara massa (berat) terhadap volume, (g/V). Maka persamaan dapat ditulis : M = d (Brady, 1999).
III. METODELOGI PERCOBAAN 3.1 Alat dan bahan a. Alat Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah erlenmeyer (150 ml), gelas piala (600 ml), aluminium foil, karet gelang, jarum, neraca analitik dan desikator. b. Bahan Bahan-bahan Bahan-bahan yang diperlukan pada percobaan ini adalah akuades, cairan volatil seperti Etanol (C2H5OH). Alat : Bahan
Erlenmeyer Neraca Massa Pipet Ukur Termometer Gelas Piala Karet Gelang Jarum Desikator Heater
3.2 Prosedur Percobaan 1. Mengambil sebuah labu erlenmeyer yang berleher kecil, yang bersih dan kering, kemudian menutup dengan aluminium foil dan kencangkan dengan karet gelang. 2. Menimbang labu erlenmeyer beserta aluminium foil dan karet gelang dengan menggunakan neraca analitik. 3. Memasukkan sebanyak 5 ml cairan volatil ke dalam labu erlenmeyer, kemudian menutup kembali dengan aluminium foil dan mengencangkan dengan karet gelang. Kemudian dengan menggunakan jarum dibuat lubang kecil pada aluminium foil. 4. Merendam labu erlenmeyer di dalam penangas air dengan temperatur kurang dari 100 C 5. Membiarkan sampai seluruh cairan volatil menguap, mencatat temperatur penangasnya, kemudian diangkat. Lalu mengeringkan bagian luar labu erlenmeyer, kemudian diletakkan di dalam desikator untuk didinginkan. 6. Menimbang labu erlenmeyer yang telah dingin tanpa melepas aluminium foil dan karet gelang. 7. Menentukan volume dari labu erlenmeyer dengan cara mengisi labu dengan air sampai penuh. 8. Mengukur tekanan atmosfer dengan menggunakan barometer.
o
119,11 g
4.2 Perhitungan Perhitungan untuk etanol (C2H5OH) Dik : massa air air = 306,996 g = 1 gr/ cm3
T air dalam labu = 830 C Massa (C2H5OH) = ( massa labu erlenmeyer + alumunium foil + karet geleng + cairan terkondensasi ) ( massa labu erlenmeyer + alumunium foil + karet gelang )
T air dalam penangas = 830 C = 83 + 273 = 356 0K P = 1 atm Dit : BM(C2H5OH) Jawab :
Menghitung volume gas : V(erlenmeyer)= Vgas =
= =0,306996 Liter
Menghitung massa jenis gas:
=3,2 %
Suhu dalam penangas = 830C = 356 0K Dit : BM C2H5OH Jawab : Faktor koreksi Log P = 6,90328-
= 6,90328Log P = 2,2954 P = 197,424 mmHg = 0,2598 atm massa udara= 28,8 gr/mol PV =n RT PV=
M=
= 9,4 x 10 -2 gram
Menghitung Massa Total Udara
BM = V. PEMBAHASAN Persamaan gas ideal bersama-sama dengan massa jenis gas dapat digunakan untuk menentukan berat molekul senyawa volatil. Dalam hal ini menyarankan konsep gas ideal, yakni gas yang akan mempunyai sifat sederhana yang sama dibawah kondisi yang sama. Berdasarkan persamaan gas ideal dapat diketahui bahwa banyaknya mol gas biasanya dinyatakan sebagai n, juga sama dengan massa, m dibagi massa molar, M (yang mempunyai satuan) g/mol ) jadi n = mol/M. Berat molekul (bila tak bedimensi) sama dengan bilangan massa molar : PV = nRT Praktikum kali ini bertujuan untuk dapat menentukan berat molekul senyawa volatil berdasarkan pengukuran massa jenis gas dengan menggunakan
persamaan gas ideal. Pada percobaan kali ini dipergunakan sampel berupa larutan etanol Pada praktikum kali ini, dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan massa erlenmeyer kosong agar dapat menentukan massa cairan. Berat labu erlenmeyer ditambahkan alumium foil dan karet gelang untuk etanol yakni 114,79 gr. Labu erlenmeyer kemudian dimasukan etanol lalu dipanaskan sampai suhu 100 C. Setelah semua cairan volatil menguap, labu erlenmeyer diangkat, kemudian diletakkan dalam desikator. Desikator berfungsi sebagai pengering dan pendingin dari alat laboratorium untuk percobaan. Berat labu erlenmeyer ditambahkan alumium foil dan karet gelang untuk etanol yang didinginkan yakni 115,29 gr. Oleh karena itu didapatkan berat cairan etanol yakni 0,5 gr . Dengan menggunakan persamaan gas ideal maka diperoleh BM dari larutan volatil tersebut. Dalam perhitungan didapatkan nilai BM etanol ialah 47,5 gr/mol, sedangkan BM etanol yang sebenarnya adalah 46g/mol. Hasil yang didapatkan ini jauh berbeda dengan nilai BM secara teoritis. Kesalahan ini dapat terjadi karena kekurang telitian praktikun pada saat praktikum. Kesalahan dapat juga terjadi karena kesalahan pada saat melakukan pemanasan; alat yang digunakan kurang bersih dan steril; masih terdapatnya udara dalam labu erlenmeyer hingga mempengaruhi nilai BM yang diperoleh. Dalam perhitungan berat molekul (BM) dan etanol dapat menggunakan persamaan gas ideal yaitu dengan adanya volume air dan massa jenisnya, maka dapat dihitung massa jenis zatnya. Dengan mengetahui nilai massa jenis zat maka berat molekul juga dapat dihitung. Pada data hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa nilai massa cairan volatil berpengaruh terhadap berat molekul (BM). Dengan demikian, semakin besar nilai dari massa cairan volatil nya maka semakin besar pula nilai berat molekulnya.
Pertanyaan 1. Kendala dalam mengalami praktikum persamaan gas ideal adalah: 1. Ketidak tepatan pengamatan pada saat cairan telah menguap semua atau belum dapat mengakibatkan kesalahan dalam perhitungan. Jika masih ada cairan yang belum menguap atau masih ada cairan yang tersisi dalam labu erlenmeyer, maka dapat mengakibatkan kesalahan dalam perhitungan massa jenis gas dan pada akhirnya mengakibatkan kesalahan pada perhitungan berat molekul.
2. tidak mengetahui dengan pasti titik didih dari suatu sampel senyawa. Sehingga timbul pertanyaan apakah suhu penangas air yang tercatat sangat berpengaruh pada nilai berat molekul yang dihasilkan atau tidak. Pertanyaan ini timbul karena bila labu erlenmeyer dimasukkan dalam penangas air pada suhu misal 80 0C, maka cairan volatil tersebut akan menguap total pada suhu sedikit di atas 80 0C. Jika labu erlenmeyer dimasukkan berisi sampel volatil dimasukkan ke dalam penangas air pada suhu (misal) 90 0C, maka dalam perhitungan nilai berat molekul yang diperoleh akan pasti berbeda.
Rumus:
P.V = n.R.T
3. Metode penentuan berat molekul berdasarkan massa jenis gas ini tidak cocok untuk senyawa dengan titik didih di atas 100 0C.
Ar O= 1 x 16 = 16 Total = 24+6+16 = 46
Kadar : C= H= O= = 52,2 %
Jawab : C:H:O =
=4,35 : 13 : 2,168 =2:6:1 Jadi rumus empiris etanol C2H6O / rumus molekul C2H5-OH (C2H5OH) n = Mr ArC n+Ar H n + ArO n = 120 (12 . 2 + 5.1 + 16+1) n = 120 46 . n = 120 n = = 2,6 Jadi , rumus molekul senyawa tersebut adalah (C2H5OH)2,6
VI. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum ini antara lain : 1. Penentuan berat molekul senyawa volatil dapat dilakukan dengan mengukur massa jenis senyawa dan menggunakan persamaan gas ideal. 2. Nilai BM (berat molekul) yang diperoleh pada percobaan untuk etanol adalah sebesar 47,5gr/mol, sedangkan nilai BM teoritisnya sebesar 46 gr/mol. 3. Pada perhitungan persen error, diproleh hasil yakni % error BM etanol yakni 3,2 %,
DAFTAR PUSTAKA
Brady, James E. 1999. Kimia Universitas, Jilid 1, edisi kelima. Binarupa Aksara. Jakarta. s Halliday dan Resnick. 1978. Fisika Jilid I. Erlangga. Jakarta. Respati. 1992. Dasar-Dasar Ilmu Kimia Untuk Universitas. Rineka Cipta. Yogyakarta.