Anda di halaman 1dari 21

TERJEMAHAN JURNAL

ABSTRAK Studi ini mengidentifikasi faktor ibu dan janin pada hasil bayi lahir dari ibu yang menjalani operasi caesar keadaan darurat di NMMC direkam selama periode yang mencakup 2002-2003. dari kelahiran yang tercatat, studi ini menghasilkan 368 ibu dan 392 bayi. Temuan meliputi rata-rata ibu yang menjalani operasi caesar keadaan darurat (ECS) menjadi antara 18-35 tahun dengan 2-5 kehamilan. Hasil dari ECS menunjukkan proporsi yang signifikan dari 36,7 persen dari bayi yang lahir dengan skor Apgar di bawah 7 derajat menunjukan depresi dan kematian beberapa bayi (6,0 persen). Faktor ibu ditemukan indikasi paling sering untuk ECS (50,0 persen kasus). Para ibu lebih dari 35 tahun atau dengan lebih dari 5 kehamilan dan mereka yang memiliki bayi di bawah 37 minggu atau di atas 41 minggu yang ditemukan terkait dengan hasil kondisi bayi yang buruk. Hipertensi diikuti dengan perdarahan ibu sebelum melahirkan dan beberapa masalah medis juga dicatat dapat membuat hasil neonatal yang buruk. Diantara faktorfaktor janin ditemukan untuk hasil neonatal yang buruk adalah: DJJ abnormal, oligohydramnion, prolaps tali pusat, masalah janin ganda, mekonium noda di IE, dll Dari jumlah tersebut, prolaps tali pusat diamati dengan faktor janin paling ditakuti (50,6 persen dari bayi ). Kata kunci : faktor ibu dan janin, hasil kelahiran, operasi sesar INTRODUCTION (ECS) operasi sesar darurat merupakan prosedur untuk menyelamatkan hidup, baik untuk nifas pada (ibu) dan anak yang belum lahir di rahimnya. Ada banyak faktor, baik ibu dan janin, yang mengarah pada keputusan untuk melahirkan bayi dengan section darurat caesar bukan dengan persalinan pervaginam. Lebih sering daripada tidak, neonatus lahir dengan skor apgar rendah masih tetap menjadi masalah meskipun upaya heroik untuk mencegahnya melalui prosedur yang telah pasti pernah dilakukan itu "darurat".

Tes penelitian deskriptif bertujuan untuk mengetahui: apa yang dapat menjadi faktor penting yang mengakibatkan hasil seperti itu? Dapatkah dicegah? Dapatkah perawat mengatasi faktor-faktor tersebut, terutama pada periode prenatal, untuk mencegah atau membantu mengurangi kejadian seperti operasi caesar yang mengerikan atau hasil yang buruk? Nampak, para peneliti percaya bahwa lebih dari prosedur itu sendiri, faktor prenatal dan keadaan di sekitar persalinan berperan signifikan untuk pemberian dari neonatus dengan hasil yang buruk. Studi ini akan meninjau catatan dari mereka dengan persalinan operasi caesar darurat di Northem Mindanao Medical Center (NMMC), 2002-2003 dalam rangka untuk menentukan faktor-faktor apa yang mungkin terlibat, dan dengan demikian dapat merumuskan intervensi keperawatan yang dapat membantu dalam mencegah atau mengelola faktor tersebut . Skor Apgar secara tradisional telah digunakan sebagai alat sederhana namun sensitif dalam memprediksi hasil neonatal. Oleh karena itu, kriteria yang akan digunakan oleh penelitian ini. Hal ini jelas bahwa dari penelitian yang harus dilakukan untuk mengidentifikasi faktor ibu dan janin yang mengarah ke hasil neonatal yang merugikan dalam keadaan yang memerlukan suatu operasi caesar darurat. Apgar Skor adalah sistem rating denyut, pernapasan, otot, warna dan refleks bayi yang baru lahir. Ini adalah tes pertama diberikan kepada bayi baru lahir dan itu dirancang untuk cepat mengevaluasi kondisi fisik bayi yang baru lahir dan menentukan setiap kebutuhan yang mendesak untuk perawatan medis atau tambahan darurat (Ural, 2004). Tes Apgar biasanya diberikan kepada bayi dua kali: sekali pada 1 menit setelah kelahiran, dan sekali lagi pada 5 menit setelah kelahiran. Jarang, jika ada masalah serius dengan kondisi bayi dan dua yang pertama skor rendah, tes mungkin dinilai untuk ketiga kalinya pada 10 menit setelah lahir. Lima faktor digunakan untuk mengevaluasi kondisi bayi dan masing-masing faktor takut dimasukkan pada skala 0 sampai 2: penampilan (warna kulit), denyut (denyut jantung), meringis respon (iritabilitas reflek), aktivitas dan otot, dan tingkat dan usaha (pernapasan). Dokter, bidan, atau perawat menambahkan lima faktor bersama-sama untuk menghitung nilai apgar. Skor Apgar 0-3 pada 20 menit memprediksi kematian dan morbiditas yang tinggi.

PERNYATAAN MASALAH Para peneliti menyelidiki faktor-faktor yang menyebabkan hasil neonatal dengan cara berikut. 1. Apa saja data demografi pada ibu yang menjalani operasi caesar darurat di Mindana Utara Medical Center pada tahun 2002-2003 untuk: a. Umur, b. Graviditas c. Paritas, d. Umur Kehamilan 2. Apa frekuensi dan persentase dari neonatus yang lahir dari ibu yang menjalani ECS di NMMC untuk skor Apgar saat lahir? 3. Apa faktor ibu dan janin yang mempengaruhi hasil neonatal dalam hal skor Apgar dari ibu yang menjalani ECS di NMMC tahun 2002-2003? 4. Apa faktor ibu dan janin yang menyebabkan hasil neonatal yang buruk pada ibu yang menjalani operasi sesar darurat di NMMC tahun 2002-2003? 5. Apa saja faktor ibu dan janin secara efektif dapat diubah untuk menghasilkan hasil neonatal lebih baik? 6. Apa intervensi dapat kita terapkan untuk memperbaiki hasil neonatal di kehamilan berisiko tinggi? Research design Analisi sekunder yang dikerjakan ini adalah untuk meneliti faktor-faktor pada maternal dan fetal yang mempengaruhi neonatal outcome pada bedah sesar darurat di pusat kesehatan Mindanao utara pada tahun 2002-2003. Design deskripsi digunakan untuk menguji dan menyimpulkan hubungan dari faktor-faktor pada maternal dan fetal dengan neonatal outcome, namun hal ini tidakperlu menentukan hubungan sebab akibat. Pada pandangan ini, penulis melalukan analisis sekunder dari data yang diperoleh dari rekam medis rumah sakit.

Research local Northern Mindanao Medical Center memiliki kapastias tempat tidur sebesar 300 tempat tidur, merupakan rumah sakit pemerintah yang terletak di Capital Compound of Cagayan de Oro City, Filipina. Claro M Recto Highaway, jalan Corrales and Velez terikat fasilitas. Berlokasi di provinsi Misamis Oriental, 87 tahun menjadi fasilitas kesehatan tersier yang melayani kebanyakan pasien dari Northern Mindanao (region 10) dan pasien yang tinggal di daerah local. Respondent Penelitian ini di batasi kepada semua pasein wanita (368 ibu) yang pernah melakukukan sesar di NMMC pada tahun 2002-2003. Pasien ini di diagnose bahwa kondisi dirinya atau fetal nya menjadi sebuah indikasi untuk dilakukannya operasi sesar, dan persalinan vagina tidak mungkin dilakukan bahkan menjadi kontraindikasi. Kemudian bayi corresponding mereka (392 nenoatus) juga dilibatkan dalam penelitian ini. Source of data Data diambild dari riwayat medis anastesi dan logbooks obstetric dari tahun 2002-2003. Riwayat medis operasi untuk semua kasus obetetri yang ditulis di logbooks mengandung data adekuat pasien, termasuk usia, graviditas, dan paritas, hasil operasi, dan neonatal outcome yang dicerminkan dari APGAR score. Logbooks ini mengandung data secara kronologis. Selain itu data yang detail seperti usia kehamilan, diagnosis, termasuk kondisi maternal dan fetal, komplikasi serta detail dari tindakan penolong tercatat dalam rekam medis anatesi. Data gathering proscedur (prosedur pengumpulan data) Setelah memperoloeh persetujuan dari konsultan penelitian dari universitas capitol di Cagayan de Oro, atas ijin NMMC telah mencaari rekam medis rumah sakit yang bersangkutan dengan penelitian. Sebuah proposal penelitian dan juga surat formal telah di sampaikan kepada kepala rumah sakit, petugas training Medis (The medical training officer), komite etika (ethics committee) dari institusi untuk menyetujuipenelitian ini.

Pertama, tim peneliti melihat kopian rekam medis anastesi yang di tulis oleh departemen anesthesiology untuk menentukan pasien yang spesifik melakukan operasi sesar. Data pendahuluan seperti nama, nomer registrasi dan tanggal masuk rumah sakit sudah di kumpulkan. Dari rekam medis ini tim juga mengoleksi data dari profil personal ibu, termasuk umur ibu, usia kehamilan, paritasm diagnosis, prosedur operasi, dan komplikasi yang trcatat di dalam logbooks obstetric. Akhirnya, peneliti melakukan catatan terhadap jumalh bayi yang lahit dan apgar score bayi tersebut pada 1 menit pertama. Sedangkan, apgar score pada menit ke 5 tidak dimasukkan kedalam catatan Analisis statistic Setelah koleksi data, pembandingan dan tabulasi, memasukkan data ke computer sudah selesai untuk mendeskripsikan antara faktor-faktor dan apgar score. HASIL DAN DISKUSI Masalah 1 Bagaimana gambaran demografis dari ibu yang menjalani operasi sesar di Northen Mindanao Medical Center kehamilan Table 1 : kelompok umur pada ibu yang menjalani operasi sesar pada NMMC tahun 2002-2003 Kelompok umur (tahun) Kurang dari 18 th 18-35 Lebih dari 35 th TOTAL Frekuensi8 8 283 77 368 Presentasi (%) 2,17 % 76,90% 20,93% 100 % tahun 2002-2003 berdasarkan usia, gravid, paritas, usia

Table 1 menunjukkan kelompok umur dari ibu berdasarkan klasifikasi umur yang digunakan kebidanan untuk mendiskripsikan kehamilan berdasarkan usia. Ibu yang usia kurang dari 18 tahun, didiskripsikan sebagai kehamilan pada usia remaja, terdiri atas 2,17 %. Usia yang ideal untuk melahirkan di klasifikasikan antara kelompok 18 35 tahun,

sekitar 76,9 %. Ibu dengan usia lebih dari 35 tahun, di klasifikasikan sebagai kehamilan pada usia tua sekitar 20,93 %. Table 2 : Gravida dari ibu yang menjalani operasi sesar pada NMMC tahun 20022003 Gravida G1 G2-5 >G5 Total frekuensi 150 178 40 368 Presentasi (%) 40,76 % 48,37% 10,87% 100%

Table 2 mengklasifikasikan ibu berdasarkan jumlah kehamilannya. Berdasarkan klasifikasi pada dunia kebidanan. Ibu dengan hamil pertama kali terdiri dari 40,76% (jumlah 150). 48,37 % (dari 178) ibu yang menjalani operasi sesar jumlah kehamilannya mulai dari 2-5 kehamilan. Dan ibu yang hamil lebi dari 5 kali menunjukkan di urutan terakhir 10,87 % (40 ibu). Tabel 3 : paritas dari ibu yang menjalani operasi sesar pada NMMC tahun 20022003 Paritas Frekuensi Presentasi (%) P1 156 42,39 % P2-5 176 47,83 % >P5 36 9,78% Total 368 100 % Table 3 menunjukkan bahwa mayoritas (47,83%. n = 176) yaitu ibu yang menjalani operasi sesar mempunyai jumlah kelahiran antara 2-5 , diikuti ibu yang pertama kalai melahirkan sekitar 42,39 % (n= 156). Kelompok ibu dengan kelahiran lebih dari 5 menduduki angka terakhir (9,78%, n= 36) Table 4 kelompok sesuai dengan usia kehamilan ibu yang mengalami SC gawatdarurat di NMMC pada tahun 2002-2003 Usia Kehamilan(minggu) < 37 37-41 Frekuensi 46 292 Persentase 12.5 79.35

> 41 Total

30 368

8.15 100

Tabel 4 menunjukkan usia kehamilan saat melahirkan bayi-bayi, diklasifikasikan menurut viabilitas. 79,35% (n = 292) usia 37 sampai dengan 41 minggu, disebut kehamilan panjang, 12,5% (n = 46) usia kurang dari 37 minggu atau prematur, dan hanya beberapa, 8,15% (n = 30) istilah pos, atau berusia lebih dari 41 minggu. Setelah menggambarkan ibu dalam penelitian, tugas berikutnya adalah untuk menggambarkan neonatus yang kondisinya telah diukur satu menit setelah lahir Masalah kedua: berapa frekuensi dan prosentase dari neonatus yang lahir dari ibu yang menjalani ECS di NMMC untuk skor Apgar saat lahir? Tabel 5. Apgar skor antara neonatus yang dikelompokkan lahir mati, mengalami depresi berat, sedang tertekan, dan normal disampaikan melalui ECS di NMMC, Januari 2002 - Desember 2003 Hasil kelahiran neonatal Frekuensi (n) Persentase (%) 63.27 36.73 6.38 11.22 19.33 63.27 sesuai dengan Skor Apgar Hasil kelahiran baik 248 (APGAR Score > or = 7) Hasil kelahiran buruk 144 (APGAR Score <7) Apgar 0 (lahir mati) Apgar 1-3 (depresi berat) Apgar 4-6 (depresi sedang) Apgar 7-10 (normal) 25 44 75 248

Sebagian besar neonatus, 63,27% (n = 248), menunjukkan hasil yang umumnya baik dengan skor Apgar 7 sampai 10. Namun, baik jumlah, 144 (36,73%) diungkapkan berbagai tingkat depresi saat melahirkan. Di antara mereka yang memiliki hasil yang buruk, kematian (lahir mati, Apgar 0) sebanyak 6,38% (n = 25) dari bayi baru lahir, 19,33% (n = 75) yang sedang depresi, dan 11,22% (n = 44) yang mengalami depresi berat. Sistem penilaian Apgar adalah prediktor prognosis lanjutan antara bayi dan umumnya digunakan oleh dokter anak dan pengasuh lainnya di seluruh dunia (Ural, 1990). Sistem

ini menggunakan dengan cara yang jauh paling sederhana untuk menilai bayi yang baru lahir. Dalam studi ini, prosentase besar menunjukkan depresi, yang menimbulkan risiko penting dalam perkembangan lanjut dan pertumbuhan bayi sebagai penjelasan dalam beberapa penelitian, buku dan penulis (del Mundo, 1990). Hilangnya nyawa pada bayi yang lahir mati akan menciptakan vakum emosional pada ibu yang selama sembilan bulan lama telah mengalami perubahan fisik dan emosional yang disebabkan oleh kehamilan Hasil berikut ini merupakan perhatian utama dari penelitian, dimana sekarang sedang kita lakukan penyelidikan pada masalah berikut. Masalah Ketiga: Apa faktor ibu dan janin yang dipengaruhi hasil kelahiran neonatal (Apgar Skor) pada ibu yang menjalani SC darurat di Mindanao Utara Pusat pada tahun 2002-2003? Tabel 6. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil neonatal pada ibu yang menjalani caesar darurat di bagian NMMC tahun 2002-2003 Factors Maternal Fetal Combined Total Frequency (n) 184 116 68 368 Percentage (%) 50 31.52 18.48 100

Tabel 6 menunjukkan faktor-faktor yang dipengaruhi oleh keputusan kehadiran para obtetris pada SC darurat. Faktor-faktor ini juga yang mungkin telagh mempengaruhi hasil kelahiran dari persalinan-persalinan. Keputusan untuk melakukan tindakan SC darurat hampir sebagian besar berbasis pada dua pilihan antara keselamatan ibu dan kelangsungan hidup janin. Data tabel 6 mengilustrasikan bahwa pada 50% dari kasus yang ada, faktor maternal menyebabkan sebagian banyak keputusan tindakan SC darurat. Faktor fetal (31,52%) bermakna sebagai indikasi terbanyak kedua, sementara kasus dengan indikasi maternal serta fetal menjadi terbanyak terakhir (18,48) Tabel 7. Faktor Maternal pada Ibu yang menjalani operasi sesar darurat di NMMC pada tahun 2002-2003 Faktor Maternal Frekuensi (n) Persentase (%)

Chepalo

Pelvic 94 64 49 27 10 8 252 ibu

37.30 25.40 19.44 10.71 3.97 3.17 100 yang mungkin telah

Disproportion (CPD) Hipertensi Perdarahan Multiple maternal problems Kehamilan ganda Lain-lain Total

Tabel7 menggambarkan kondisi medis

mempengaruhi hasil dari neonatal. Itu menunjukkan bahwa CPD merupakan indikasi maternal yang paling umum yaitu pada 37,30% (n = 94). Hipertensi (25,40%) pada semua bentuknya merupakan indikasi yang paling umum kedua, diikuti oleh perdarahan, masalah faktor maternal yang lebih dari satu artinya memiliki dua atau lebih kondisi medis dan kehamilan ganda artinya mempunyai bayi kembar atau triplet. Faktor-faktor lain diantaranya diabetes mellitus, masalah pernapasan, dan sebagainya, merupakan faktor yang jarang di dalam data dan selanjutnya diklasifikasikan dibawah daripada faktor-faktor lainnya. 116 ibu berada dalam kondisi kesehatan yang baik tetapimungkin memiliki faktor risiko janin. Literatursebelumnya dikutip dalam bab-bab sebelumnya telah menyebuti kondisi ibu di atas sebagai faktor risiko potensial dalam kehamilan dan persalinan. Table 8. Faktor Fetal pada Ibu yang menjalani operasi sesar darurat di NMMC pada tahun 2002-2003 Faktor Fetal Kelainan letak/presentasi Multiple fetal Problems Premature Rupture of Membranes (PROM) FHR abnormal Oligohidramnion Prolaps Tali pusat Mekonium bercampur pada IE Total Frekuensi (n) 64 40 39 19 13 6 3 184 Persentase (%) 34.78 21.74 21.20 10.33 7.06 3.21 1.63 100

Tabel 8 menunjukkan kondisi fetal yang berbeda yang mungkin telah berkontribusi pada hasil dari kelahiran. Hanya setengah, yaitu 184 dari ibu-ibu yang tidak melahirkan didiagnosis memiliki janin yang berisiko. Faktor fetal yang paling umum yaitu kelainan letak atau presentasi pada 34.78% (n=64). Masalah fetal yang lebih dari satu dan PROM memiliki nilai yang hampir sama yaitu masing-masing 21%, indikasi yang paling umum kedua dan ketiga untuk ECS. Seperti pembahasan sebelumnya, dokter-dokter spesialis kandungan mengenali faktor resiko ini yang berhubungan dengan hasil neonatal. Ini juga merupakan indikasi umum untuk membuat keputasan menggunakan cara-cara bedah untuk menolong persalinan Telah persalinan Masalah empat. Faktor-faktor yang mana yang secara spesifik meyebabkan hasil neonatal yang buruk pada ibu yang menjalani operasi sesar darurat di NMMC pada tahun 2002-2003? Table 9. Pengaruh dari usia maternal pada hasil neonatal (APGAR Scores) pada ibu yang menjalani operasi sesar darurat di NMMC pada 2002-2003 Usia (tahun) <18 18-35 >35 TOTAL BAYI Tabel 9 menunjukkan hasil neonatal untuk Apgar score relative terhadap usia maternal. Hasil didistribusikan di seluruh kelompok-kelompok usia. Bayi yang lahir dari ibu berusia kurang dari 18 tahun, 60% memilki Apgar score 7-10, sedangkan 20% dengan Apgar score 4-6, dan 20% dengan Apgar score 1-3. Pada ibu dengan usia 18-35 tahun hasil neonatal mengungkapkan, 60% mempunyai Apgar score 7-10, 18% dengan Apgar score antara 4-6, sedangkan 10,67% mempunyai Apgar score 1-3 dan masih bisa lahir. Bayi yang lahir dari ibu dengan usia APGAR (%) 0 5 12.2 25 0 APGAR 1-3 APGAR 4-6 APGAR (%) 20 10.67 12.2 44 (%) 20 18 23 75 10 (%) 60 66.33 52.4 228 7- TOTAL BAYI 10 300 82 392 diidentifikasi dan ditunjukkan frekuensi dari faktor-faktor hasil penyelidikan untuk menggambarkan bagaimana hal ini dapat mempengaruhi hasil

lebih dari 35 tahun menunjukkan 52% mempunyai apgar score antara 7-10, 23% mempunyai score 4-6, 12,2% mempunyai score 1-3 dan 12,2% mempunyai Apgar score 0 Pada seluruh kelompok usia, ibu dengan usia lebih dari 35 tahun sebagian besar memiliki persentase bayi dengan depresi, 12% diantaranya meninggal. Hal ini mungkin menunjukkan bahwa kelompok usia ini menurupakan faktor yang seruis bagi hasil neonatal, menurut pengamatan Smith (2001). Alasan yang mungkin atas ini yaitu ibu dengan usia lebih dari 35 tahun memimilki keterkaitan dengan masalah-masalah kesehatan seperti hipertensi, diabetes mellitus, dan penyakit jantung, ini semua dapat menurunkan kualitas dari kehamilan. Indikasi ini mungkin menghubungkan antara kesehatan ibu secara umum dan bayi, yang selanjutnya akan dijelaskan oleh data faktorfaktor medis ibu

Tabel 10 Pengaruh Graviditas Pada Neonatus (Apgar SKOR) Terhadap Ibu yang Menjalani Emergency Caesarian Section di NMMC tahun 2002-2003

Tabel 10 menggambarkan kondisi neonatus berdasarkan dengan Apgar skor relatif terhadap graviditas yang dikaitkan dengan pengelompokan berdasarkan gravida. Ibu-ibu primigravida menunjukkan 58,8% kondisi bayinya dengan Apgar skor antara 710, 19,6% memiliki skor 4-6, 16,3% memiliki skor 1-3, dan 5,23% dari bayi-bayinya lahir mati. Ibu dalam kelompok gravida 2 sampai 5 menunjukkan 60% memiliki bayi dengan Apgar skor 7-10, 20% memiliki skor Apgar 4-6, 5.5% memiliki skor antara 1-3 dan 7,03% adalah bayi lahir mati (stillborn).

Ibu dengan kehamilan lebih dari 5 kali memiliki perbandingan bayi yang hampir sama (60%) dengan kondisi neonatus pada ibu yang memiliki bayi pertama, tetapi siasanya itu (40%) ibu dapat melahirkan bayi dengan kondisi yang buruk termasuk bayi lahir mati dan depresi neonatus berat. Hal ini berkorelasi dengan pengetahuan umumnya bahwa kehamilan yang terlalu banyak dapat memicu kondisi yang buruk pada ibu dan seringkali berdampak pada kondisi janin, sehingga digalakkan program keluarga berencana. Meskipun tidak termasuk dalam pembahasan ini, perlu dipertimbangkan kemungkinan bahwa kehamilan yang lebih banyak mungkin juga dihubungkan dengan kondisi medis ibu.

Tabel 11. Pengaruh Paritas pada Neonatus (APGAR Skor) pada Ibu yang Menjalani Emergency Caesarian Section di NMMC tahun 2002-2003

Tabel 11 menggambarkan kondisi neonatus terhadap kelompok paritas ibu. Di antara ibu pada persalinan pertama mereka, 58% memiliki bayi dengan skor antara 7-10, 18,5% memiliki skor 4-6, skor 1-3 17,8%, sementara 5% dari bayi-bayi itu lahir mati. Di antara ibu yang telah mengalami persalinan sebanyak 2-5 menunjukkan, 67% dengan skor 7-10, 20% memiliki 4-6, 5% memiliki 1-3, 6,8% dengan apgar skor 0.

Ibu-ibu yang telah mengalami persalinan lebih dari 5 kali menunjukkan bahwa kondisi bayinya sebagai berikut : 61% dengan skor 7-10, 16.67% memiliki nilai 1-3, 13,89% memiliki 4-6, 8,33% adalah bayi lahir mati. Perbandingan bayi-bayi yang mengalami depresi berat hampir sama untuk ibu yang telah memiliki bayi pertama mereka dan yang memiliki lebih dari 5. Hanya 20% dari ibu-ibu yang telah mengalami persalinan sebanyak 2-5 kali memiliki bayi yang mengalami depresi sedang. Angka-angka ini berkorelasi dengan rekomendasi yang diterima secara umum memiliki jumlah keluarga tidak lebih dari 5, yang berdasarkan dari program keluarga berencana. Tabel 12. Pengaruh usia kehamilan pada ibu dengan indikasi Seksio Caesar (SC) terhadap nilai apgar. UK <37 37-41 >41 Total APGAR (%) 15,15 4,67 3,13 25 0 APGAR (%) 22,72 8,5 12,5 44 1-3 APGAR (%) 19,7 17,69 31,25 75 4-6 APGAR 7-10 Total (%) 42,43 69,05 53,12 248 66 294 32 392

Tabel. 12 menggambarkan hubungan antara pengaruh usia kehamilan pada ibu dengan indikasi seksio sesar pada apgar skor. Usia kandungan yang kurang dari 37 minggu, 42,43% apgar skor 7-10, 22,72% dengan apgar 1-3, 19,7% skor apgar 4-6, sedang 15% pada bayi mati. Pada usia kehamilan antara 37-41 minggu, 69% dengan skor 7-10, 17,69% dengan skor 4-6, 8,5% dengan skor 1-3, dan 4,76% dengan skor 0. Pengamatan dalam konteks del mundo (2001). Jika perkembangan sudah lengkap pada janin maka prosesnya dihentikan sementara waktu, kemampuan untuk tumbuh dengan subur sangat mungkin terjadi, tapi pada prematuritas, kondisi janin belum berkembang lengkap, jika mengharuskan janin mengalami perubahan lingkungan yang ekstrim yaitu pada situasi kelahiran yang memaksa bayi untuk menghadapi tantangan dimana dia harus bisa hidup sendiri dan terlepas dari suplai maternal maka menipis harapan bayi untuk tetap bisa bertahan hidup.

Pada sisi lain, post-maturitas memaksa bayi untuk bertahan di suatu lingkungan kandungan tanpa kecukupan gizi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhanya. Sirkulasi uteroplasental juga tidak cukup mensuplai lagi, suatu kondisi dimana pertukaran unsur ke plasenta yaitu pertukaran dari ibu ke bayi, karena posmaturitas merupakan keadaan dimana bayi tinggal kandungan lebih lama dibanding jangka waktu pada umumnya ( 37-41 minggu). Tabel 13. Pengaruh faktor resiko maternal terhadap nilai apgar. Pada ibu hipertensi, kurang dari 50% bayi mempunyai apgar skor baik, kebanyakan mereka tertekan, dan 1,5% adalah meninggal. Pada ibu perdarahan, 14% dengan bayi meninggal, nilai yang paling tinggi di antara nilai bayi pada ibu yang mempunyai berbagai permasalahan, 57% dengan apgar 7-10, 20% dengan apgar 4-6, 6,25% dengan apgar 1-3, dan 4,16% dengan apgar 0. CPD sebagai faktor yang utama terjadinya ECS dengan 70,8% pada bayi dengan apgar antara 7-10, 18,75% dengan apgar 4-6, 6,25% dengan apgar 1-3, dan 4,16% dengan apgar 0. Kehamilan ganda juga merupakan suatu faktor untuk terjadinya ECS pada ibu, menunjukkan bayi mempunyai apgar antara 7-10 sekitar 81% ,12,5% dengan skor 4-6 , dan 6,25% menunjukkan skor 1-3, dan tidak ada yang mempunyai skor 0. Table 13. Pengaruh faktor resiko ibu terhadap nilai apgar bayi pada ibu dengan indikasi seksio caesarea (SC) Faktor resiko PAGAR ibu Hypertension Bleeding Multiple Problems CPD Others Multiple pregnancy None Total (%) 1,5 14,0 5,71 4,16 0 0 9,24 25 0 APGAR 1-3 APGAR 4-6 APGAR 7- TOTAL (%) 18,18 18,0 14,28 6,25 6,25 10,0 8,40 44 (%) 33,33 12,0 20,0 18,75 12,5 10,0 15,97 75 10 (%) 46,96 56,0 57,14 70,83 81,25 80,0 66,39 248 66 50 35 96 16 10 119 392

Hipertensi pada ibu baik terkait dengan kehamilan maupun bayi, Pada 52%, mengalami tertekan dan sebagai konsekuensi boleh dilakukan resusitasi khusus pada kelahiran. Pada perdarahan, 14% masih bias dinyatakan baik,namun kematian janin bisa jadi ada kaitan dengan adanya perdarahan akut yang mempengaruhi janin dan potensial berbahaya kepada ibu. Pendarahan pada ibu adalah suatu keadaan darurat yang ekstrim menyebabkan suatu keputusan klinis untuk dilakukan operasi sesar segera. Ini berkaitan dengan ketergantungan janin pada peredaran maternal (uteroplacenta) sebelum kelahiran yaitu suplai oksigen dan makanan. Terganggunya persediaan itu akan sungguh berpengaruh pada harapan hidup janin, yang menjelaskan banyaknya kematian dari kondisi ini. Hipertensi juga mempengaruhi peredaran uteroplasenta yang menyebabkan

berkurangnya persediaan subtrat oleh pembuluh darah yang menyediakan makanan dan oksigen untuk janin. Sedemikian, janin yang dependen menderita bermacam-macam tingkat komplikasi kegawatan yang sebanding kepada keganasan penyakit itu. Tabel 14. Pengaruh Faktor risiko Fetal terhadap Hasil Neonatal (APGAR Skor) pada Ibu yang Menjalani Operasi Sesar di NMMC pada tahun 2002-2003 Fetal Risk Factors APGAR 0 (%) Abnormal FHR Tracing Oligohydramnios Cord Prolapse Multiple fetal problems Meconium stain on IE Difficult lie/presentation PROM None 15.78 0 50.0 6.82 7.69 4.17 5.0 5.15 25 APGAR 1-3 (%) 31.58 0 0 22.72 15.38 9.72 12.5 7.22 44 APGAR 4-6 (%) 31.58 75.0 0 18.18 15.38 37.5 15.0 18.04 75 APGAR 7-10 (%) 21.05 25.0 50.0 52.27 61.54 65.28 67.5 69.59 248 Total No Babies 19 4 6 44 44 72 40 194 392

Total Tabel 15. Menunjukkan hasil dari neonatal yang dipengaruhi oleh factor resiko ibu yang menjalani ECS di NMMC. Di antara bayi dengan DJJ yang abnormal di ungkapkan 31,58% masing-masing dengan apgar skor dari 1-3 dan 4-6, 21% menunjukkan nilai dari 7-10, dan 15,78% adalah lahir mati. Janin yang mengalami oligohidramnion dalam rahim, 75% memiliki apgar skor antara 4-6, dan 25% memiliki 7-10. Tidak ada yang memiliki skor 0 sampai 3. Diantara bayi yang mengalami prolaps tali pusat sebagai pertimbangan untuk ECS menunjukkan 50% adalah lahir mati dan 50% dari mereka memiliki apgar skor dari 7-10. Bayi yang memiliki masalah tersebut menunjukkan 52% dengan skor antara 7-10, 22,7% telah 1-3, 18,7% menunjukkan skor antara 1-3, dan 6,8% adalah lahir mati. Bayi yang sebelumnya terdapat mekonium ke ECS diungkapkan 61,5% mempunyai apgar skor dari 7-10, 15,38% memiliki skor antara 1-6, dan 7,68% adalah lahir mati. Faktor resiko janin dengan presentasi yang sulit menunjukkan, 65% dengan skor apgar dari 7-10, 37% memiliki apgar skor 4-6%, 9,7% memiliki apgar skor 1-3 dan 4% memiliki apgar skor 0. Bayi yang memiliki PROM sebagai salah satu indikasi untuk ECS diungkapkan 67,5% dengan apgar skor 7-10, 15% memiliki apgar skor 4-6, 12% memiliki apgar skor 1-3 dan 5% adalah lahir mati. 79% dari neonatus yang memiliki DJJ abnormal, mengalami depresi saat lahir, yang paling mungkin terjadi lagi di kategori lainnya. DJJ yang abnormal dapat dipantau oleh tracing dari mesin, sinyal bahaya dari apapun penyebabnya. Kadang- kadang penyebab langsung mungkin tidak jelas bagi dokter kandungan, sehingga diagnosis kelainan saja memungkinkan untuk segera di lakukan rujukan. Oligohidramnion di sisi lain menunjukkan 75% menyebabkan bayi cukup tertekan. Kondisi ini menandakan penyebab lain dari depresi seperti insufisiensi uteroplasenta dan infeksi. Sering kali ketika seorang ibu datang ke rumah sakit kondisinya yang sudah terlambat untuk menyelamatkan bayi dalam kandungannya dengan SC. Sejauh ini, factor resiko janin paling fatal adalah prolaps tali pusat pada 50% kasus; kebanyakan bayi-bayi telah meninggal karena asfiksia (menipisnya pasokan

oksigen). Tali pusat di potong, sementara bayi masih tidak bisa bernafas sendiri tanpa ada penghubung nafas dengan ibunya. Ketika bayi sudah keluar maka sirkulasinya akan buruk sehingga bayi akan kehilangan oksigen dan meninggal. DJJ yang abnormal juga konsisten menyebabkan depresi pasca melahirkan. Masalah Kelima: Manakah dari factor-faktor ibu dan janin yang bisa menghasilkan hasil neonatal yang lebih baik? Faktor yang berhubungan dengan karakteristik ibu seperti usia, gravida dan paritas tidak dapat diubah selama kehamilan dan persalinan, tetapi jauh sebelum tahapantahapan hidup ini terjadi. Ini telah menjadi dasar untuk perencanaan kesehatan perempuan dan keluarga berencana. Dimana sangat dianjurkan bahwa perempuan melahirkan anak-anak mereka pada usia yang ideal, antara 18-35 tahun dan memilih memiliki jumlah keluarga yang tidak lebih dari lima. Tentu saja, rekomendasi ini tergantung pada pilihan pribadi masing-masing, keyakinan agama dan keadaan yang tidak dapat dihindari. Penyakit medis seperti hipertensi sangat berpengaruh tinggi. Hipertensi adalah gaya hidup terkait kondisi medis, yang dipengaruhi oleh tingkat diet, olah raga dan tingkat stress. Pencegahan dan penanggulangan tergantung pada perempuan dan perawat mereka. Ketika berhubungan dengan kehamilan, harus jauh lebih hati-hati dan kerja sama dituntut dari keduanya. Factor maternal lain seperti perdarahan, kehamilan kembar, dll jauh lebih sulit untuk ditangani, jika tidak benar-benar mustahil, tetapi identifikasi atau pemeriksaan awal dari masalah-masalah selama kehamilan tersebut dapat menghasilkan intervensi tepat waktu dan hasil yang menguntungkan. Demikian pula, ibu tidak dapat mengontrol langsung bayi yang ada di dalam rahimnya. Petugas kesehatan hanya memiliki kekuatan untuk mengidentifikasi atau mendiagnosa tetapi tidak bisa mengubah kondisi janinnya. Namun, intervensi yang tepat waktu bisa membantu menyelamatkan bayi dalam keadaan hidup, meskipun keadaan janinnya tidak baik. Prolaps tali pusat, DJJ yang abnormal, dan oligohiodramnion tidak dapat dihindari tapi masih bisa dikontrol jika sudah didiagnosis dan dikelola dari awal. Dalam hal ini, para peneliti percaya bahwa mendidik para ibu mungkin akan memberikan peran penting yang dapat mengubah hasil neonatal.

Masalah Enam: Intervensi perawatan apa yang dapat kita terapkan dalam rangka meningkatkan hasil neonatal pada kehamilan yang beresiko tinggi? Berdasarkan penemuan, para peneliti merumuskan bahwa pendidikan bagi wanita hamil sangat penting mencakup factor-faktor yang dapat diubah dari ibu dan janin dengan tujuan untuk memiliki kesadaran dan mencari perhatian medis atau paramedis yang berkualitas sekaligus, mencatat ketika ada tanda-tanda bahaya kehamilan.

Kesimpulan Umur maternal yang ekstrem (>35 tahun), gravidas dan paritas >5 dan usia kehamilan (premature dan postmatur) , merupakan memperlihatkan hubungan dengan depresi neonatal. Hipertensi pada maternal adalah penyebab yang paling sering dari neonatal outcome yang buruk, sedangkan perdarahan adalah penyebab tersering kematian pada bayi baru lahir. Fetal heart rate yang tidak normal. Oligohidramnion, prolaps tali pusat, masalah pada fetal yang lebih dari satu, diindetnifikasi sebagai penyebab neonatal outcome yang buruk. Dan yang paling tersering menyebabkan neonatal outcome buruk adalah fetal heart rate yang abnormal, namun prolaps tali pusat adalah penyebab lebih banyak kematian pada kelahitan daripada faktor yang lainnya. Berdasarkan penemuan ini, peneliti melakukan pendidikan kesehatan pada ibu dengan menjadi partisipan di Noorhtern Mindanao. Saran Penelitian kedepan dengan topic fator-faktor yang mempengaruhi neonatal outcome di rumah sakit yang lain di kota termasuk durasi penelitian yang sedikitnya 5-10 tahun, menggunakan alat-alat yan gtepat dan rekam medis pre-natal, diagram masuk rumah sakit, dan penyebaran informasi disekitar ibu yang sedang hamil seebgai bagian dari

perawatan pre-natal dan follow up neonatal outcome untuk validitas penemuan penelitian yang sebelumnya, informasi ini menggerakkasn langsung para pelayanan kesehatan termasuk hilot terutama menekankan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi neonatal outcome, tanda bahaya kemahilan utnuk mengurangi komplikasi neonatal pada saat kelahiran.

PEMBAHASAN JURNAL Judul : Maternal and Fetal Factors Affecting Neonatal Outcome of Emergency

Caesarian Section at Northen Mindanao Medical Center : A. Secondary Analysis Penulis Isi : Carolyn R.Cruz et.al ( Capital University, Cagayan de Oro City) :

Penelitian dalam jurnal ini mengidentifikasi faktor pada maternal dan neonatal outcome dari ibu yang menjalani operasi caesar di Northen Mindanao Medical Center (NMMC), diidentifikasi selama periode yang mencakup 2002-2003. Pada penelitian ini menghasilkan sampel 368 ibu dan 392 bayi. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan tingkat kejadian operasi sesar darurat yang paling dominan di Northen Mindanao Medical Center (NMMC) selama periode -2003 dipengaruhi oleh beberapa factor dari maternal yaitu 1. Usia ibu antara 18 35 tahun 2. Jumlah kehamilan berkisar antara 2- 5 kali 3. Jumlah paritas 2 5 kali

4. Usia kehamilan antara 37 41 minggu Semua ibu yang memiliki factor resiko diatas jika persalinannya dilakukan dengan operasi sesar maka neonatal outcome (Apgar score) yang dihasilkan baik (7-10) Faktor factor umum dari ibu yang mempengaruhi neonatal outcome adalah usia ibu, gravida, paritas, usia kehamilan serta factor resiko medis seperti hipertensi, perdarahan, CPD, gemelli, multiple problem, factor lain lain. Faktor factor dari fetal yang mempengaruhi neonatal outcome antara lain DJJ abnormal, oligohidramnion, prolaps tali pusat, kelainan letak dan presentasi, PROM, dan mekonium. Sedangkan factor maternal yang menyebabkan neonatal outcome (apgar score) yang buruk antara lain: 1. Usia ibu > 35 tahun 2. Gravida > 5 3. Paritas > 5 4. Usia kehamilan < 37 minggu dan > 41 minggu Hipertensi yang disertai dengan perdarahan dan masalah medis lainnya juga menyebabkan neonatal outcome yang buruk. DJJ yang tidak normal. Oligohidramnion, prolaps tali pusat, masalah pada fetal yang lebih dari satu, diindetifikasi sebagai penyebab neonatal outcome yang buruk. Dan yang paling tersering menyebabkan neonatal outcome buruk adalah DJJ yang abnormal, namun prolaps tali pusat adalah penyebab lebih banyak kematian pada kelahiran daripada faktor yang lainnya. Faktor maternal dan fetal yang dapat dicegah untuk menghasilkan neonatal outcome yang lebih baik adalah gravida dan paritas yaitu melalui upaya program keluarga berencana.

Intervensi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan neonatal outcome yaitu dengan memberikan penyuluhan atau pendidikan kesehatan pada ibu dengan cara mengajak ibu untuk menjadi partisipan di daerha Northen Mindanaot

Anda mungkin juga menyukai