Anda di halaman 1dari 49

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i DAFTAR ISI........................................................................................................iii TATA TERTIB.....................................................................................................v PROSEDUR PRAKTIKUM BETON..........................................................................vii

BAGIAN A. PEMERIKSAAN BAHAN PEMBENTUK BETON

I.

SEMEN Pemeriksaan Berat Jenis Semen.............................................1 Pemeriksaan Konsistensi Normal Semen.................................5 Penentuan Waktu Ikat Semen...............................................10

Pengujian 1 Pengujian 2 Pengujian 3

II.

AGREGAR HALUS Analisa Saringan Agregat Halus............................................14 Pemeriksaan Bahan Lewat Saringan No. 209.........................18 Pemeriksaan Zat Organik Pada Agregat Halus........................22 Pemeriksaan Kadar Lumpur dalam Agregat Halus...................25 Analisa Specific Gravity dan Absorption dari Agregat Halus......28

Pengujian 4 Pengujian 5 Pengujian 6 Pengujian 7 Pengujian 8

III.

AGREGAT KASAR Pemeriksaan Berat Isi Agregat.............................................32 Analisa Saringan Agregat Kasar...........................................36 Pemeriksaan Kadar Air Agregat...........................................40

Pengujian 9 Pengujian 10 Pengujian 11

Pengujian 12 Pengujian 13

Analisa Specific Gravity dan Absorption dari Agregat Kasar...44 Pemeriksaan Keausan Agregat dengan Mesin Los Angeles...48

BAGIAN B. PEMERIKSAAN CAMPURAN BETON.

I.

BETON SEGAR. Pengujian 14 Pengujian 15 Pengujian 16 Pengujian 17

Perencaan Camouran Beton....................................53 Percobaan Slump Beton..........................................59 Pemeriksaan Berat Isi Beton...................................62 Pembuatan dan Persiapan Benda Uji........................65

II.

BETON KERAS. Pengujian 18 Pemeriksaan Kekuatan Tekan Beton........................70

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

GRAFIK KONSISTENSI NORMAL SEMEN (ASTM C 187)

Laporan No : jenis Semen : Merk Semen : Untuk :

Tgl. Pengujian : Pelaksana : Diperiksa Oleh :

PENENTUAN WAKTU PENINGKATAN DARI SEMEN ASTM C 191

I.

TUJUAN PERCOBAAN. Menentukan akru peningkatan permulaan semen hidrolis (dalam keadaan konsistensi normal ) degan alat vicat. waktu penigkatan permulaan dalah jangkah waktu dari mulainya pengukuran pasta pada konsistensi sampai pasta kehilangan sebagian sifat plastis (menjadi beku). PERALATAN. a. Mesin pengaduk dengan daun daun pengaduk dari baja tahan karat serta mangkuk yang dapat dilepas. b. Alat vicat c. Timbagan dengan kepekaan sampai 0,1% dari berat contoh. d. Gelas ukur dengan kapasitas 150 atau 200 ml. e. Ruang lembab yang mampu memberikan kelembaban relatif minimum 90% f. Stop wacth g. Alat perorek dari karet yang kaku h. Pelat kaca

II.

III.

BAHAN DAN PERSIAPAN a. Semen portland b. Air bersih (dengan tempaeratur kamar)

IV.

PROSEDUR 1. Persiapan pasta ( seperti pada pengunjian 02) 2. Pencetakkan benda uji, dilakukan sesuai dengan ketentuan pada penentuan konsistensi normal semen (pengujian 02). 3. penentuan waktu pengikatan : a. segera masukan benda uji coba kedalam ruang lembab dan biarkan disana terus kecuali bila mau dipakai untuk percobaan. b. setelah 30 menit didalam ruang lembab, tempatkan benda uji coba pada alat vicat. Turunkan jarum D hingga menyentuh permukaan pasta semen. Keraskan skrup E dan geser jarum penujuk F pada bagian atas batang B dari skala dan lakukan pembacaan awal. c. lepaskan batang B dengan memutar skrup E dan biarkan jarum pada pada permukaan pasta selama 30 detik lakukan pembacaan untuk menetapkan dalamnya penetrasi. Apabila pasta ternyata terlalu lembek, lambatan penurunan batang P untuk mencegah melengkungnya jarum. d. jarak antara setiap penetrasi pada pasta tidak boleh lebih kecil dari 6,4 mm, dan jarak dari pinggir cincin tidak boleh kurang dari 9,4 mm percobaan dilakukan segera setelah diambil dari ruang lembab pada setiap 15 menit. e. waktu pengikataan tercapai bila hasil penetrasi lebih besar atau sama dengan 25 mm, dan waktu pengikatan akhir tercapai bila jarum tidak membekas pada benda uji.

V. PERHITUNGAN VI. LAPORAN 1. Buat grafik antara penurunan terhadap waktu. 2. Waktu pengikatan permulaan dan waktu pengikatan akhir pasta semen.

VII. DISKUSI VIII. CATATAN Dalam test vicant, waktu pengikatan terjadi apabila jarum vicat yang kecil (Jarum D), membuat penetrasi sedalam 25 mm kedalam pasta setelah stabil selama 30 detik. Dalam test waktu ikat akhir terjadi apabila jarum tekanan tinggi tidak memberikan berkas yang tampak (jelas) pada pasta.

IX. GAMBAR DAN FORMULIR GRAFIK WAKTU IKAT SEMEN (ASTM C - 191) Laporan No : jenis Semen : Merk Semen : Untuk : Tgl. Pengujian : Pelaksana : Diperiksa Oleh :

WAKTU PENGIKATAN AWAL SEMEN HIDROLIS (ASTM C-191)

Laporan No. : Jenis Semen : Merk Semen : Untuk No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 :

Tgl. Pengujian Pelaksana Diperiksa Oleh

: : :

Waktu Penurunan Air (Menit)

Penurunan (mm)

Serpong, .............................19...

Catatan: a. Konsistensi Normal (%) b. Suhu Udara ( )

................................................. Kepala Laboraturium

c. Suhu Pasta ( ) d. Waktu Pengikatan Awal (mm) e. Waktu Pengikatan Akhir (mm)

ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS ASTM C 136

I.

TUJUAN PERCOBAAN Menentukan distribusi ukuran butiran (gradasi) agregat halus dengan menggunakan saringan menentukan FH. PERALATAN 1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram. 2. Satu set saringan ASTM ukuran no. 4 (4,75 mm), no. 8 (2,36 mm), no. 16 (1,18 mm), no. 30 (0,60 mm), no. 50 (0,30 mm), no. 100 (0,15 mm), no. 200 (0,075 mm) dan pan. 3. O 5 4. Mesin penggetar saringan. 5. Alat pemisah sample (sample splitter). 6. Talam-talam. 7. Kuas, sikat kuningan dan alat-alat lainnya.

II.

III. BAHAN DAN PERSIAPAN PERCOBAAN Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempatan sebanyak: 1. Ukuran maximum no. 8 : berat minimum 100 gr. 2. Ukuran maximum no. 4 : berat minium 500 gr.

IV. PROSEDUR 1. 5 2. Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran paling besar ditempatkan paling atas. Perangkat saringan diguncangkan dengan tangan atau mesin pengguncang selama 15 menit. 3. Timbang masingmasing sample yang tertahan di atas setiap saringan. 4. Periksa berat total sample setelah menyaring harus mempunyai perbedaan terhadap sample semula yang diletakkan di atas saringan <0,3%. Bila tidak memenuhi, hasil tidak dapat dipakai dan percobaan harus diulang. V. PERHITUNGAN 1. Hitunglah prosentase berat benda uji yang tertahan di atas masing-masing saringan terhadap berat total benda uji semula. 2. Hitunglah Fines Modulus (FM)
% UMULATIF TERTAHAN SARINGAN 4, , 6,3 ,5 , FM = -------------------------------------------------------------------------100

VI. LAPORAN 1. Analisa gradasi dengan menetapkan jumlah prosentasi total saringan atau yang tertahan saringan. 2. Membuat grafik akumulatif (kurva Gradasi).

3. Periksa grafik dengan batasan kurva gradasi untuk perencanaan campuran beton. Apakah yang dapat dilakukan, bila kurva tidak berada dalam batasan yang ada? Berikan ulasannya. VII. CATATAN Bila berdasarkan penelitian. FM 2,2 2,6 Pasir Halus FM 2,6 2,9 Pasir Sedang FM 2,9 3,2 Pasir Kasar VIII. GAMBAR ALAT DAN FORMULIR

ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS (ASTM C-136) Laporan no : tgl.pengujinan : pelaksanaan :

Macam contoh : Ukuran Sumber Untuk : : :

diperiksa oleh :

Nomor Ukuran Contoh I saringa saringan Berat % Kumulat n (mm) tertaha tertaha if n n % (gram) lolos 3.8 9.50 4 4.75 8 2.36 16 1.18 30 0.60 50 0.30 100 0.15 200 0.075 Pan Total F.M.

Contoh II Berat % Kumulat tertaha tertaha if n n % (gram) lolos

Rata-rata % Kumulat tertaha if n % lolos

KURVA GRADASI AGREGAT HALUS 0.30 1.18 4.75

PENGUJIAN. 05.
PEMERIKSANAAN BAHAN LEWAT SARINGAN NO 200 ASTM C-117

I.

TUJUAN PERCOBAAN Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan jumlah bahan yang terdapat dalam agregat halus yang lewat saringan no 200 dengan cara pencucian.

II.

PERALATAN a. Saringan no. 16 dan no. 200 b. Wadah pencucian benda uji berkapasitas cukup besar sehingga pada waktu diguncang-guncangkan benda benda uji dan air pencuci tidak tumpah. c. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (1105)c d. Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat contoh e. Talam berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat.

III. BAHAN DAN PERSIAPAN PERCOBAAN a. Berat contoh agregat minimal tergantung pada ukuran agregat maksimum dengan batasan sebagai berikut:

Tabel 5.1. Berat minimum agregat terhadap ukuran agregat maksimum.

Ukuran agregat maksimum mm Inci 2,36 4,75 9,50 19,10 38,10 No. 8 No. 4 3/8 3/4 1

Berat agregat minimum Gram 100 500 2000 2500 5000

b. Persiapan benda uji. Masukan contoh agregat 1,25 kali berat benda uji kedalam talam, keringkan dalam oven dengan suhu (1105) C sampai berat tetap Siapkan benda uji dengan berat (WI) sesuaikan tabek 5.1.

IV. PROSEDUR 1. Masukkan benda uji kedalam wadah, dan beri air pencuci secukupnya sehingga benda uji terendam 2. Guncang-guncangkan wadah dan tuangkan air cucian kedalam susunan saringan no.16 dan no. 200. Pada waktu menuang air cucian, usahakan agar bahan-bahan yang kasar tidak ikut terbuang. 3. Masukkan air pencuci baru, dan ulangi pekerjaan no. (2) sampai air pencuci sampai jernih 4. Semua bahan yang tertahan saringan no.16 dan no.200 kembalikan kedalam wadah; kemudian masukkan seluruh bahan tersebut kedalam talam yang telah diketahui beratnya (W2). Dan keringkan kedalam oven, dengan suhu (1105) C sampai berat tetap.

5. Setelah kering timbang dan catat beratnya (W3) 6. Hitung berat bahan kering tersebut (W4=W3-W2)

V.

PERHITUNGAN

Jumlah bahan lewat saringan no.200 W1-W4/W1 x 100% W1= berat banda uji semula (gram) W4= berat benda uji tertahan saringan no. 200 (gram)

VI. LAPORAN Analisis jumlah bahan yang lewat sarigan no. 200 dalam prosen.

VII. CATATAN Untuk agrerat halus(pasir) sebagai bahan pembentuk beton diisyaratkan kadar bahan lewat sringan no.200 <5%, bila lebih berarti agregat tidak memenuhi syarat sebagai bahan pembentuk beton kecual dicuci terlebih dahulu.

VIII. GAMBAR ALAT DAN FOMULIR

Tabel 10.1. Berat sample minimum Ukuran maximum mm (in) 63 2,5 5 2 37,5 (11/2 25 9, 3/4 2,5 /2 5,5 3/
IV. PROSEDUR

Berat semple minimum 35 Kg 20 Kg 15 Kg 10 Kg 5 Kg 2 Kg 1 Kg

1. Keringkan benda uji dalam oven dengan suhu (110 5) 0 C selama 18 jam sampai berat tetap. 2. Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran paling besar ditempatkan paling atas. Saringan di goncang-goncangkan alat penggetar 15 menit. 3. Timbang masing-masing semple yang tertahan di atas setiap saringan. 4. Periksalah berat total semple setelah penyaringan harus mempunyai perbedaan berat semple semula yang diletakan di atas saringan < 0,30/0.

V. PERHITUNGAN

Hitunglah prosentasi berat benda uji yang tertahan diatas masing-masing saringan terhadap berat total benda uji.

VI. LAPORAN

1. Buat grafik distribusi butiran.

2. Periksa gerafik dengan batasan kurva gradasi untuk perencanaan campuran beton.

VII. CATATAN

Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan agregat kasar, agregat tersebut dipisahkan menjadi dua bagian dengan saringan no.4. Selanjutnya agregat halus dan agregat kasar disediakan sebanyak jumlah seperti tercantum dari tabel diatas.

VIII. GAMBAR ALAT DAN FORMULIR

ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR (ASTM C 136)


Laporan No. Macani Coutob Ukuran Sumber Untuk Nomor Saring an /2 3,5 No. 4 Ukuran Saring an (mm) 37.50 25.00 19.00 12.50 9.50 4.75 Pan Total F.M. : : : : : Contoh I Berat Tertaha n (gram) /0 Tertaha n
0

Tgl Pengujian Pelaksana Diperiksa Oleh : :

Contoh II Kumulat if 0/0 Lolos Berat Tertaha n (gram) /0 Tertaha n


0

Rata-rata Kumulat if 0/0 Lolos /0 Tertah an


0

Kumul atif 0/0 Lolos

STANDAR GRADASI 20 05 mm 40 20 mm 80 40 mm

1.75

9.50

12.50

19.00

25.00

37.50

PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT ASTM C 566

I.

TUJUAN PERCOBAAN Pemeriksaan ini di maksudkan untuk menentukan kadar air agregat dengan cara pengeringan. Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang dikandung agregat dengan berat dalam keadaan kering.

II.

PERALATAN a. Timbangan dengan ketelitian 0,1 0/0 berat contoh. b. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 5) 0C c. Talam legam tahan karat berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan benda uji.

III. BAHAN DAN PERSIAPAN PERCOBAAN Berat contoh agregat minimum tergantung pada ukuran butir maksimum sesuai tabel. 11.1.

TABEL .11.1 Ukuran maksimum agregat Ukuran agregat maksimum Cm 6,3 9,5 12,7 19,1 25,4 38,1 50,8 63,5 76,2 kad88,9 101,6 152,4 IV. PROSEDUR 1. timbang dan catat berat talam/can 2. masukan benda uji kedalam talam kemudian timbang dan catatlah beratnya () 3. masukkan benda uji beserta talam dalam oven dengan suhu ( ) sampai mencapai bobot tetap 4. setelah kering, timbang dan catat benda uji beserta talam(C) 5. hitung berat air( ) ( ) ( ) 6. hitung berat bahan yang kering Inci 1/4 3/8 1 1 2 2 3 3 4 6 Barat contoh agregat minimum Kg 0,5 1,5 2 3 4 6 8 10 13 16 25 50

V. PERHITUNGAN Kadar air agregat D = Berat Air (gram) E = Berat benda uji kering (gram) = x 100 %

VI. LAPORAN Laporan kadar air dalam persen dua angka di belakang koma

VII. CATATAN Percobaan ini di gunakan untuk koreksi takaran air untuk adukan beton yang disesuaikan dengan kondisi agregat di lapangan.

VIII. GAMBAR ALAT DAN FORMULIR

KADAR AIR

NOMOR CONTOH DAN KEDALAMAN NOMOR CAN/TALAM BERAT CAN/TALAM Gr (A) BERAT CAN +CONTOH BASAH Gr (B) BERAT CAN +CONTOHKERING Gr (C) BERAT AIR D=B-C Gr (D) BERAT CONTOH KERING E =CA KADAR AIR (w) = (D/E) x 100 RATA-RATA (w)

II

ANALISA SPECIFIC GRAVITY DAN ABSORPTION DARI AGREGAT KASAR ASTM C 127

I.

TUJUAN PERCOBAAN Menentukan berat jenis (bulk specific gravity), berat jenis kering permukaan jenuh (saturated surface dry = SSD) dan berat jenis semu (apparent specific grafity) dan penyerapan (absorption)dari agregat kasar, guna menentukan volume agregat dalam beton.

II. PERALATAN a. timbangan dengan ketinggian 0,5 gram, kapasitas minimum 5 kg dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang. b. Keranjang besi / kawat diameter 0,8 inci (203,2 mm) dan tinggi 2,5 inci (63,5 nm) c. Alat penggantung keranjang d. Oven e. Handuk / kain lap f. Saringan no 4 III. BAHAN DAN PERSIAPAN PERCOBAAN Benda uji adalah agregat yang tertahan saringan no 4 diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat sebanyak kira-kira 5 kg agregat (SSD).

PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN CAMPURAN BETON

I.

TUJUAN PERCOBAAN Menentukan komposisi unsur beton basah dengan ketentuan kekuatan tekan karakteristik dan slump rencana, berikut cara pencampuran unsur beton.

II.

PERALATAN 1. 2. 3. 4. Timbangan Wadah Sendok semen Alat pengaduk

III.

BAHAN DAN PERSIAPAN PERCOBAAN Air. Semen. Agregat halus dan agregat kasar.

IV.

PERHITUNGAN NO 1 2 3 4 5 PENEPATAN VARIABEL PERENCANAAN Katagori jenis struktur Jenis semen Jenis agregat halus Jenis agregat kasar Rencana slump ( Tabel 1 ) NILAI

Cm

Kekuatan Tekan Rencana Beton Modulus kehalusan agregat halus Ukuran maksimum agregat kasar ( Tabel 2 ) 9 Specific Gravity Agregat Halus (SSD) 10 Specific Gravity Agregat Kasar (SSD) 11 Berat Isi Agregat Kasar NO 12 13 14 15 16 17 18 NO 19 20 21 22 23 24 PERHITUNGAN KOMPOSISI UNSUR BETON Rencana air adukan /m3 beton (tabel 3) Prosentasi udara yang terperangkap (Tabel 3) W/C Ratio berdasar grafik 1 atau (Tabel 4) W/C Ratio maksimum berdasarkan (tabel 4) Berat Semen nilai W/C Ratio terkecil/ (12) Berat Semen (12) / (14) Volume agregat kasar perlu/m3 beton (Tabel 5) PERHITUNGAN KOMPOSISI UNSUR BETON Berat agregat kasar perlu (18) x (11) Volume semen = 0.001 x (17) / 3,15 Volume air = 0.001 x (12) Volume agregat kasar = 0.001 x (19) / (10) Volume udara (13) Volume perlu agregat halus/M3

6 7 8

Kg/Cm2 Cm

Kg/m3 NILAI Kg/m3 %

Kg Kg M3 NILAI Kg M3 M3 M3 M3 M3

beton 1 M3 | (20) | (21) | (22) | (23) | m3 NO 25 26 27 28 29 KOMPOSISI BERAT UNSUR ADUKAN/M3 BETON Semen (17) Air (12) Agregat halus kondisi SSD = (24) x (9) x 1000 Agregat kasar kondisi SSD (19) Faktor semen = (25) / 45 (1 zak=45 Kg) KOREKSI UKURAN AIR DAN BERAT UNSUR UNTUK PERANCANAAN LAPANGAN Prosentasi kadar lembab agregat kasar : mk Absorsi agregat kasar : ak Kadar air agregat halus : mh Absorsi agregat halus : ah Tambahan air adukan dari kondisi agregat kasar (28) x {(ak mk) / (1 mk)} Tambahan agregat kasar untuk kodisi lapangan (28) x {(mk ak) / (1 mk)} Tambahan air adukan dari kondisi agregat halus (27) x {(ah mh) / (1 mk)} Tambahan agregat halus untuk kondisi lapangan (27) x {(mh ah) / (1 mk)} KOMPOSISI AKHIR UNTUK NILAI Kg Kg Kg Kg Zak

NO

NILAI Kg/m3

30 31 32 33 34

35

36

37

NO

NILAI

38 39 40 41

PERENCANAAN/M3 BETON Semen (17) Air (26) + (34) + (36) Agregat halus kondisi lapangan (27) + (39) Agregat kasar kondisi lapangan (28) + (35) KOMPOSISI UNSUR CAMPURAN BETON KAPASITAS MESIN MOLEN Semen Air Agregat halus kondisi lapangan Agregat halus kondisi lapangan DATA SETELAH PELAKSANAAN Sisa air campuran (jika ada) Penambahan air selama pelaksanaan (jika ada) Jumlah air sesungguhnya yang digunakan Nilai slump yang diukur NILAI

Kg/m3

NO

42 43 44 45 NO 46 47 48 49

Kg Kg Kg Kg NILAI Kg Kg Kg

V.

PROSEDUR Setelah ditetapkan unsur-unsur campuran, prosedur praktikum untuk pelaksanaan campuran beton adalah sebagai berikut: 1. Persiapkan bahan campuran sesuai dengan rencana berat pada wadah yang terpisah. 2. Persiapkan wadah yang cukup menampung volume beton segar rencana. 3. Masukkan agregat kasar dan agregat halus kedalam wadah.

4. Dengan menggunakan skop atau alat pengaduk, lakukan percampuran agregat. 5. Tambahkan semen pada agregat campuran dan ulangi proses percampuran, sehingga diperoleh adukan kering agregat dan semen yang merata. 6. Tuangkan 1/3 jumlah air total kedalam wadah, dan lakukan percampuran sampai terlihat konsentrasi adukan yang merata.. 7. Tuangkan lagi 1/3 jumlah air kedalam wadah dan ulangi proses untuk mendapatkan konsistensi adukan. 8. Lakukan pemeriksaan slump 9. Apabila nilai slump sudah mencapai nilai rencana, lakukan pembuatan benda uji silinder beton. Jika belum tercapai slump yang diinginkan, tambahkan sisa air dan lakukan pengadukan kembali. 10. Lakukan perhitungan berat jenis beton. 11. Buatlah benda uji selinder atau kubus sesuai dengan petunjuk. Jumlah benda uji ditetapkan berdasarkan volume adukan. 12. Lakukan pencatatan hal-hal yang menyimpang dari perencanaan, terutama pemakaian jumlah air dan nilai slump. VI. LAPORAN Melaporkan hasil perhitungan komposisi unsur-unsur campuran beton.

VII. CATATAN VIII. GAMBAR ALAT DAN FORMULIR

PEMERIKSAAN SLUMP BETON ASTM C- 143 I. TUJUAN PERCOBAAN Pemeriksaan ini dimaksudkan menentukan slump beton. Slump merupakan ukuran kekentalan beton muda II. PERALATAN 1. 10 cm dan tinggi 30 cm. Bagian bawah dan atas cetakan terbuka 2. Tongkat pemadat dengan diameter 16mm,panjang 60cm,ujung dibulatkan dan sebaiknya dibuat dari baja tahan karat 3. Pelat logam dengan permukaan yang kokoh rata dan kedap air 4. Sendok semen. BAHAN DAN PERSIAPAN Contoh beton muda sebanyak-banyaknya sama denga isi cetakan. IV. PROSEDUR 1. Cetakan dan pelat dibasahi dengan kain basah. 2. Letakkan cetakan diatas pelat. 3. Isilah cetakan sampai penuh dengan beton mudan 3 lapis, tiap lapis berisi kira-kira 1/3 isi cetakan. Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukkan secara merata. Pada pemadatan tongkat harus tepat masuk sampai lapisan bagian bawah tiap-tiap lapisan. Pada lapisan pertama penusukkan bagian tepi tongkat dimiringkan sesuai dengan kemiringan cetakan.

III.

4. Segera setelah selesai pemadatan, ratakan permukaan benda uji. Semua sisa sempel yang jatuh disekitar cetakan harus bersih. 5. Kemudian cetakan diangkat perlahan-lahan tegak lurus keatas 6. Balikkan cetakan dan letakkan perlahan-lahan disamping benda uji. 7. Ukurlah slump yang terjadi dengan menentukan perbedaan tinggi cetakan dengan tinggi rata-rata benda uji. V. PERHITUNGAN Besar slump - Tinggi cetakan Tinggi rata-rata benda uji.

VI. LAPORAN Laporan slump dalam satuan cm

VII. DISKUSI VIII. CATATAN Untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti dilakukkan dua kali pemeriksaan dengan adukan yang sama dalam laporan hasil ratarata.

IX.

GAMBAR ALAT DAN FORMAT.

PEMERIKSAAN BERAT ISI BETON ASTM C 138 I. TUJUAN PERCOBAAN. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat isi beton dan banyaknya beton per sak semen. Berat isi beton adalah per satuan isi. II. PERALATAN 1. Timbangan dengan ketelitian 0,5 gram dari berat contoh 2. Tongkat pemadat dengan diameter 16mm, panjang 60mm ujung dibulatkan dan sebaiknya dibuat dari baja tahan karat. 3. Alat perat 4. Takaran dengan kapasitas dan penggunaan sebagai berikut - kapasitas 6 liter, ukuran maximum agregat kasar 25 mm - kapasitas 10 liter, ukuran maximum agregat kasar 37 mm - kapasitas 14 liter, ukuran maximum agregat kasar 50 mm - kapasitas 18 liter, ukuran maximum agregat kasar 75 mm

III. BAHAN DAN PERSIAPAN Contoh beton muda sebagai dengan kapasitas takaran. IV. PROSEDUR 1. Isilah takaran denga benda uji dalam 3 lapis 2. Tiap-tiap lapis dipadatkan, lapis pertama tongkat tidak boleh mengenai dasar takaran pada pemadatan lapisan kedua dan ketiga, tongkat boleh masuk sampai kira-kira 2,5 cm dibawah lapisan sebelumnya.

3. Setelah selesai pemadatan, ketuklah isi takaran perlahanlahan sampai tidak tampak gelembung-gelembung udara pada permukaan serta rongga bekas tusukan tertutup. 4. Ratakan permukaan benda uji dan terntukan beratnya. V. PERHITUNGAN 1. Berat isi beton B=W/V W= berat benda uji (Kg) 2. Banyaknya beton per sak semen Y=W/D x 0,001 (m3 / sak semen) W= berat total bahan campuran per sak semen (Kg)

VI. LAPORAN Laporan harus mencantumkan : 1. Berat isi beton dalam satuan Kg/liter 2. Banyaknya beton per sak semen dalam satuan m3 / sak semen. VII. DISKUSI

VIII. CATATAN 1. Untuk takaran 28 liter dilakukan penusukkan 50 kali secara merata pada tiap-tiap permukaan lapisan 2. Kadar udara dari beton tidak ditentukan 3. Banyaknya semen per m3 beton = 1/Y ( sak/m3 ) IX. GAMBAR ALAT DAN FORMAT

PEMBUATAN DAN PERSIAPAN BENDA UJI ASTM C 192

I.

TUJUAN PENGUJIAN Tujuan pembuatan benda uji di laboratorium untuk pemeriksaan kekuatan beton serta untuk mendapatkan benda uji di laboratorium yang memenuhi syarat.

II.

PERALATAN 1. Cetakan selinder diameter 15cm dan tinggi 30cm 2. Tongkat pemadat dari baja tahan karet diameter 16mm, panjang 60cm dengan ujung dibulatkan. 3. Mesin pengaduk. 4. Timbangan dengan ketelitian 0,3% dari berat contoh. 5. Mesin tekan yang kapasitas disesuaikan dengan kebutuhan. 6. Pealatan tambahan ; ember,skop,sedok cekung, perata dan talam. BENDA UJI Bahan / benda uji harus dari contoh beton segar yang mewakili campuran beton dari tempat pengadukkan beton.

III.

IV. TEORI a. Beton segar adalah campuran beton yang telah selesai diaduk sampai beberapa saat karakteristiknya tidak berubah b. Pengambilan contoh dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Contoh campuran beton segar pertama dan terakhir diambil dalam selang waktu 15 menit 2. Pembuatan benda uji untuk uji ketentuan, dilakukan paling lama 15 menit setelah semua contoh campuran beton segar teraduk kembali dengan rat. 3. Contoh benda uji harus dibuat secepat mungkin dan dijaga dari pengaruh sinar matahari, angin dan pengaruh lain yang dapat mempercepat penguatan. c. Jumlah benda uji Banyaknya benda uji minimal 3 buah untuk setiap jenis, umur dan kondisi pengujian. Bila contoh biji yang mencangkup vertikal yang di tentukan harus dibuat dari 3 kali adukan terpisah dari berbagai umur pengujian. Umur pengujian yang biasa dilakukan adalah 7 dan 28 hari untuk kekuatan tekan, kecuali beton yang menggunakan bahan tambahan jenis mempercepat waktu pengikatan atau menggunakan semen tipe III. Pen gujian juga dilakukan pada umur 3, 14, dan 28 hari untuk kuat tekan lentur. Untuk pengujian yang lebih lama, dilakukan pada umur 3,6 dan 12 bulan baik untuk uji tekan maupun uji lentur

d. Temperatur Bahan bahan di samping dalam ruangan dengan temperatur yang seragam antara 20 - 30 sebelum pengadukan. e. Agregat Sebelum pencapuran beton, kondisi dan kadar air seluruh agregat harus dijamin seragam. Agregat dapat disimpan dalam ruangan lembab sampai saat agregat digunakan. Bila agregat dalam kondisi alami, maka besarnya penyerapan yang sebenarnya harus dihitung dan ditambahkan pada jumlah air adukan.

V.

PROSEDUR PELAKSANAAN a. Pembuatan benda uji 1. Benda uji (silinder atau kubus ) harus dibuat dengan cetakan yang sesuai dengan bentuk benda uji 2. Cetakan diolesi minyak pelumas (oli) agar mudah bila dilepas dari beton cetakan. 3. Adukan beton diambil langsung dari wadah adukan dengan menggunakan ember atau alat lainnya yang tidak menyerap air. Bila dirasa perlu bagi konsistensi adukan, lakukan pengadukan ulang sebelum dimasukkan kedalam cetakan. 4. Padatkan adukan dalam cetakan, sampai permukaan mengkilap 5. Isilah cetakan dengan adukan beton dalam 3 (tiga) lapis, tiaptiap lapis dipadatakan dengan 25 kali tusukan secara merata. Pada saat melakukan pemadatan lapisan pertama, tongkat pemadat tidak boleh mengenai dasar cetakan. Pada saat pemadatan lapis kedua serta ketiga tongkat pemadat boleh masuk antara 25,4 mm kedalam lapisan bawahnya.

6. Setelah selesai melakukan pemadatan, ketuklah sisi cetakan perlahan lahan sampai rongga bekastusukkan tertutup. Ratakan permukaan beton dan tutup segera dengan bahan yang kedap air dan tahan karat. Kemudian biarkan beton dalam cetakan selama 24 jam dan di tempatkan ditempat yang bebas dari getaran. 7. Setelah 24 jam, bukalah cetakan dan keluarkan benda uji. 8. Rendamlah benda uji dalam bak perendam berisi air yang telah memenuhi syarat untuk perawatan, selama waktu yang di kehendaki. b. Persiapan pengujian. 1. Ambillah benda uji yang akan di tentukan kekuatan tekannya dari bak perendaman. Dengan kain lap, bersihkan kotoran yang menempel. 2. Tentukan berat dan ukur benda uji. 3. Untuk benda uji berbentuk selinder, lapislah (capping) permukaan atas dan bawah benda uji dengan mortal belerang. VI. CATATAN

VII. PELAPORAN Semua data bahan dan proposal adukan yang di gunakan dalam pembuatan beton harus dicatat dan dilaporkn seperti dalam formulir. VIII. GAMBAR ALAT DAN FORMULIR

PEMERIKSAAN KEKUATN TEKAN BETON ASTM C 39 I. TUJUAN Pemeriksaan ini dimaksudkan menentukan kekuatan tekan beton berbentuk silidiran dan kubus yang dibuat dan dirawat (cured) di laboraturium. Kekuatan tekan beton adalah beban persatuan luar yang menyebabkan beton hancur. II. PERALATAN 1. Cetakan silinder; diameter 15 cm, tinggi 30 cm. 2. Tongkat pemadatan; diameter 16 mm, panjang 60 cm, dengan ujung dibulatkan, sebaiknya terbuat dari baja tahan karat. 3. Bak pengaduk beton (moln) 4. Timbangan dengan ketelitian 0,5 gram dari berat contoh. 5. Mesin tekan; kapasitas sesuai dengan kebutuhan. 6. Satu set alat pelapis (capping). 7. Peralatan tambahan : ember, sekop, sendok, pisau perata dan talam. 8. Satu set alat pemeriksaan isi beton. III. BAHAN DAN PERSIAPAN 1. Pembuatan dan pematangan benda uji. a. Pengadukan : Masukan semen dan agregat halus kedalam bak pengaduk kemudian aduklah dengan sekop sampai merata. Masukan agregat ksa dan aduklah sampai merata, tersukan pengadukan sambil menambahkan air pencampur dimasukan kedalam bak pengaduk,

teruskan pengadukan sampai beton merata (homogeny). Pengadukan dalam mesin pengaduk : Masukan agregat kasar dan air pencampur sebanyak 30 gram sam 40 gram kedalam pengaduk. Jalankan mesin pengaduk, masukan agregat halus, semen dan sisa air pencampur. Setelah semua bahan campuran beton dimasukan kedalam pengaduk, adukan beton selama 3 menit. Hentikan mesin pengaduk, tutuplah pengaduk, biarkan adukan beton selama 3 menit. Ambilah tutup pengaduk dan jalankan mesin pengaduk selama 2 menit. Tungkan beton kedalam talam dan aduk lagi dengan sekop sampai merata. b. Tentukan slump; apabila slump yang didapat tidak sesuai dengan yang dikehendaki, ulangi pekerjaan (a) dengan menambah atau mengurangi agregat sampi mendapat slump yang dikehendaki. Kemudian tentukan berat isi. c. Isilah cetakan dengan adukan beton dalam 3 lapis, tiap-tiap lapis dipadatkan dengan 25 kali tusukan secara merata. Pada melakukan pemadatan lapisan pertama, tongkat pemdatan tidak boleh mengenai dasar cetakan, pada saat pemadatan lapisan kedua serta ketiga tongkat pemadatan boleh masuk kira-kira 25,4 mm kedalam lapisan dibawahnya. Setelah selesai melakukan pemadatan, ketuklah sisi cetakan perlahan-lahan sampai rongga bekas tusukan tertutup (getarkan dengan mesin pengetar sampai permukaan benda uji kelihatan

padat). Ratakan permukaan beton dan tutplah segera dengan bahan yang kedap air dantahan karat. Kemudian biarkan beton dalam cetakan selama 24 jam dan letakan pada tempat yang bebas dari getaran. d. Setelah 24 jam, bukalah cetakan dan keluarkan benda uji. e. Rendam benda uji dalam bak peredam berisi air yang telah memenuhi persyaratan untuk perawtan (curring), selama waktu yang telah ditentukan. 2. Persiapan pengujian. a. Ambilah benda uji yang akan ditentukn kekuatan tekan nya dari bak perendam, kemudian bersihkan dri kotoranyang menempel dengan kain lembab. b. Keringkan dan tentukan berat dan ukuran benda uji tersebut. c. Untuk benda uji berbentuk kubus bisa langsung diperiksa kekuatannya dengan mesin tekan beton. Sedangkan benda uji yang berbentuk silinder perlu diberi pelapis (capping). d. Lelehkan mortar belerang didalam pot peleleh (molting pot) sampai suhu kira-kira 1300. Tuangkan belerang cair kedalam cetakan pelapis (capping plate) yang dinding dalamnya telah dilapisi tipis dengan gemuk. Keudian cetakan benda uji tekan llurus pada cetakan pelapis sampai mortar belerang cair menjadi keras. Dengan cara yang sama lakukan pelapisan dan permukaan lainnya. e. Benda uji siap untuk diperiksa. IV. PROSEDUR

1. Letakan benda uji pada mesin secara centris. 2. Jalankan mesi tekan dengan penambahan beban yang konstan berkisar antara 2 sampai 4 kg/cm2 per detik. 3. Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan catatlah beban maximum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji. V. PERHITUNGAN . Kekuatan Tekan Beton P/A (kg/cm2)

P = beban maximum (KN) A = luar penampang benda uji (cm2)

VI. LAPORAN . Laporan harus meliputi hal-hal seperti berikut : a. Perbandingan campuran b. Berat (kg) c. Diameter dan tinggi (cm) d. Luas penampang e. Berat isi f. Beban maximum (KN) g. Kekuatan tekan (kg/cm2) h. Catat i. Umur (hari) VII. DISKUSI .

VIII. CATATAN . a. Untuk benda uji berbentuk kubus ukuran sisi 20 x 20 x 20 cm cetakan diisi dengan adukan beton dalam 2 lapis, tiaptiap lapis dipadatkan dengan 29 kali tusukan. b. Untuk benda uji berbentuk kubus ukuran sisi 15 x 15 x 15 cm cetakan diisi dengan adukan beton dalam 3 lapis, tiaptiap lapis dipadatkan dengan 25 kali tusukan. Tongkat pemadat diameter 10mm,panjang 30 cm. c. Pemeriksaan kekuatan tekan beton biasanya pada umur 3 hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari, 28 hari. d. Setiap pemeriksaan minimum 2 buah benda uji. e. Apabila pengadukan dilakukan dengan tangan, isi bak pengaduk maximum 7 dm3 dan pengadukan tidak boleh dilakukan untuk beton kental.

IX. GAMBAR ALAT DAN FORMAT .

Tabel 1
TABLE APPROXIMATE WATER REQUIREMENTS FOR DIFFERENT SLUMPS AND MAXIMUM

Slump cm

Water,Kg/

of concrete indicated maximum sizes of Aggregate in mm 20 25 40 50 70 150

10 3 to 5 8 to 10 10 to 15 Approximate amount of enterpped air to non-air entrained concrete,percent 3

12.5

Non air-enterained concrete 205 200 225 215 240 230 185 180 160 155 145 125 200 195 175 170 160 140 210 205 185 180 170 -

2.5

1.5

0.5

0.3

0.2

Air enterained concrete 3 to 5 8 to 10 10 to 15 Recomenden average total air-conecet Percent 180 175 200 190 215 205 8 7 165 160 145 140 135 120 180 175 160 155 150 135 190 185 170 165 160 6 5 4.5 4 3.5 3

OF AGGREGATES

Tabel 2

TABLE RELATIONSHIP BETWEEN WATER-CEMENT RATIO AND CONPRESSIVE STRENGTH OF CONCRETE

Compressive Strength at 28 days Kg/cm2

Water cement Ratio. By Weight Non air-entrained concrete 0.38 0.43 0.48 0.55 0.62 0.70 0.80 Air entrained concrete 0.40 0.48 0.53 0.61 0.71

450 400 350 300 250 200 150

Tabel 3

TABLE VOLUME OF COARSE AGGREGATES PER UNIT OF VOLUME OF CONCRETE


Maximum size of aggregate mm Volume dry-rotted coarse aggregate per unit volume of concrete for different fineness modulus of sand

10 12.5

2.40 0.50 0.59

2.60 0.48 0.57

2.80 0.46 0.55

3.00 0.44 0.53

20 25 40 50 70 150

0.66 0.71 0.76 0.78 0.81 0.87

0.64 0.69 0.74 0.76 0.79 0.85

0.62 0.67 0.72 0.74 0.77 0.85

0.60 0.65 0.70 0.72 0.75 0.81

Anda mungkin juga menyukai