Anda di halaman 1dari 12

Menentukan Kuat Tekan Optimum Beton Mutu Tinggi Dengan Perbandingan Komposisi Kerikil Asal Batang Kuantan Dan

Batu Pecah Asal Bangkinang Agus Suryono ( 11505244002 ) Jurusan Pendidikan Teknik Sipil Dan Perencanaan Universitas Negeri Yogyakarta Abstrak Kalau dilihat perkembangan dunia struktur di Indonesia semakin meningkat pesat dan diimbangi dengan bahan bangunan yang memiliki keunggulan-keunggulan, salah satu diantaranya yaitu struktur beton. Disini yang mempengaruhi kuat tekan beton salah satunya agregat kasar yang digunakan, yang mana agregat kasar terdiri dari batu pecah dan batu bulat (kerikil). Batu pecah bentuk permukaan butirannya relatif kasar dan sangat baik untuk mutu beton tinggi sedangkan kerikil butirannya relatif halus tidak cocok untuk mutu beton tinggi, maka dari itu dicoba melakukan penelitian mencampurkan dua agregat tersebut untuk mencapai kuat tekan beton tinggi. Metode pencampuran beton (mix design) menggunakan mix design standar SK SNI T-15-1990-03. Penelitian yang dilakukan disini menggunakan 5 (lima) variasi campuran yaitu, 10% kerikil 90% batu pecah, 30% 70%, 50% 50%, 70% 30% dan 90% 10%. Hasil dari penelitian tersebut kuat tekan yang dicapai yaitu, untuk campuran 10% 90% kuat tekan yaitu 38,53 MPa, 30% 70% = 38,25 MPa, 50% 50% = 35,41 MPa, 70% 30% = 35,07 MPa dan 90% 10% kuat tekan yang dicapai 32,92 MPa. Kuat tekan beton cenderung bertambah seiring dengan penambahan prosentase batu pecah kuat, dengan campuran optimum 100% batu pecah dan 0% krikil menunjukkan kekuatan maksimum sebesar 43,41 Mpa. Kata-kata Kunci: variasi campuran, beton, agregat, batu bulat, batu pecah dan uji kuat tekan. If seen [by] structure world growth in Indonesia progressively mount fast and made balance to with construction material owning excellence, one of [the] among others that is concrete structure. Here influencing strength depress concrete one of them used harsh aggregate, which harsh aggregate consist of stone break and circular stone ( gravel). Stone break form surface [of] its item [is] harsh relative and very good to quality of high concrete while its item gravel relative incompatible refinement to quality of high concrete, hence from that tried to [do/conduct] research mix two the aggregate to reach strength depress high concrete. method Mixing [of] concrete ( design mix) using SK SNI T-15-1990-03 standard design mix [done/conducted] Research here use 5 ( mixture variation [of] lima) that is, 10% gravel 90% stone break, 30 - 70%, 50 - 50%, 70 - 30% and 90 - 10%. Result from the research [of] strength depress reached that is, for the mixture of 10 - 90% strength depress that is 38,53 MPA, 30 - 70 = 38,25 MPA, 50 - 50 = 35,41 MPA, 70 - 30 = 35,07 MPA and 90 - 10% strength depress reached 32,92 MPA. Strong depress

concrete tend to to increase along with addition of[is percentage of stone break strength, with optimum mixture 100% stone break and 0% krikil show maximum strength equal to 43,41 Mpa 1. PENDAHULUAN Beton dipakai secara luas sebagai bahan bangunan dalam dunia konstruksi, terutama karena nilai ekonominya yang baik. Sebagai salah satu material utama dalam konstruksi, beton senantiasa dikembangkan, mulai dari penelitian dan percobaan-percobaan yang telah dilakukan. Tujuan dari pengembangan ekonomi beton ialah untuk mendapatkan sifat mekanis yang optimal dengan harga yang relatif murah. Salah satu cara untuk mendapatkan sifat mekanis beton yang baik ialah dengan cara mengoptimalkan bahan-bahan pembentuk campuran beton tersebut. Beton yang baik adalah beton yang memenuhi syarat suatu peraturan beton Indonesia dan menjamin bangunan tersebut akan tahan lama, sesuai target yang diinginkan, tinggi rendahnya nilai kekuatan beton sangat tergantung dari kualitas bahan-bahan pembentuk beton yaitu air, semen dan agregat. Disamping itu kekuatan tersebut harus disesuaikan dengan kondisi atau pencampuran beton dalam konstruksi karena apabila dalam pelaksanaan ternyata mengalami kesukaran dalam pencampuran maka akibatnya nilai kekuatan beton akan menurun. Kemajuan pengetahuan tentang teknologi beton telah dapat memenuhi berbagai tuntutan tertentu, misalnya pemakaian bahan lokal yang dapat diperoleh disuatu daerah tertentu dengan mengubah perbandingan bahan dasar yang sesuai, maupun cara pengerjaan yang cocok dengan kemampuan pekerja, serta kebutuhan penampilan yang sesuai. Saat ini pengetahuan cara pembuatan beton tampaknya lebih populer daripada pengetahuan tentang bahan dasarnya (Tjokrodimuljo, 1997: 1). Dari keterangan diatas maka dicoba melakukan pencampuran dua agregat yang berbeda yaitu batu bulat dan batu pecah untuk mencapai kuat tekan maksimum dari beton tersebut. 2. TINJAUAN PUSTAKA Beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan tentang hubungan rencana campuran dengan kuat tekan beton menunjukkan hasil anatara lain sebagai berikut ini. Rusdi (2004) melakukan penelitian tentang Perancangan Campuran Beberapa Mutu Beton Dengan Menggunakan Agregat Asal Sungai Batang Kuantan (untuk fc=17,5 Mpa dan untuk fc=22,5 Mpa), dengan mix design Standar SK SNI T-15-1990-03. Dari hasil penelitian menunjukkan mutu beton yang menggunakan material kerikil (alami) menghasilkan mutu beton yang direncanakan, tetapi untuk beton mutu tinggi tidak tercapai, berarti agregat asal Sungai Batang Kuantan tidak bisa digunakan untuk beton mutu tinggi tanpa adanya zat tambahan aditif lainnya. Indartha (2002) melakukan penelitian tentang Pembuatan Beton Dengan Menggunakan Bahan Campuran Batu Granit metode yang digunakan SK SNI T-151991-03. Hasil penelitian menunjukkan mutu beton yang menggunakan material batu granit (fc= 278,86 kg/cm2) lebih baik dari mutu beton yang menggunakan kerikil biasa (fc= 185,906 kg/cm2) dengan memakai cara pembuatan beton yang sama, yaitu memakai volume 1:2:3 dimana Volume wadahnya adalah 14,5241.

3. LANDASAN TEORI Beton merupakan bahan gabungan yang terdiri dari agregat kasar dan halus yang dicampur dengan air dan semen sebagai pengikat dan pengisi antara agregat kasar dan halus, kadang-kadang ditambahkan addictif atau admixture bila diperlukan (Subakti, 1999: 1). Sifat agregat yang paling berpengaruh terhadap kekuatan beton ialah kekasaran permukaan dan ukuran maksimumnya. Permukaan yang halus pada kerikil dan kasar pada batu pecah berpengaruh pada lekatan dan besar tegangan saat retak-retak beton mulai mulai terbentuk. Oleh karena itu kekasaran permukaan ini berpengaruh terhadap kurva tegangan-regangan tekan beton, dan terhadap kekuatan betonnya. Akan tetapi bila adukan beton didasarkan pada nilai slump yang sama besar, pengaruh tersebut tidak tampak karena agregat yang permukaannya halus memerlukan air yang lebih sedikit, berarti faktor air semennya rendah yang menghasilkan kuat tekan beton yang lebih tinggi. 4. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian dilakukan dilaboratorium beton Fakultas Teknik Univesitas Islam Riau, laboratorium dipakai untuk melakukan pemeriksaan material, mix design, pembuatan benda uji, pengujian slump, pengujian berat isi dan pengujian kuat tekan. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut ini. 1. Semen, yaitu semen Portland tipe I (Semen Padang) 2. Agregat Halus, dimana agregat halus berupa pasir yang diambil dari quary Teratak Buluh. 3. Agregat Kasar, berupa kerikil yang diambil dari quary Sungai Batang Kuantan dan Batu Pecah dariBangkinang. 4. Air, diambil dari air sumur bor di Fakultas Teknik Universitas Islam Riau Pekanbaru. Sedangkan persen campuran yang digunakan lima variasi campuran yaitu sebagai berikut ini.Variasi campuran : K1 = 10% Kerikil, 90% Batu pecah, K2 = 30% Kerikil, 70% Batu pecah, K3 = 50% Kerikil, 50% Batu pecah, K4 = 70% Kerikil, 30% Batu pecah, K5 = 90% Kerikil, 10% Batu pecah, K6 = 100% Kerikil Batang Kuantan, dan K7 = 100% Batu pecah Bangkinang. Dalam perhitungan hasil penelitian perencanaan mutu beton dengan menggunakan dua agregat yaitu batu pecah dan kerikil, penelitian dilakukan dengan perbandingan berapa persen batu pecah yang digunakan untuk mencapai kuat tekan optimum beton dengan mutu beton rencana fc = 25 Mpa , kemudian melakukan perbandingan antara pelaksanan penelitian dan perhitungan (mix design) penulis menggunakan mix design standar SK SNI T-15-1990-03. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Materal Benda Uji Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah yang telah memenuhi persyaratan yang terdapat dalam SK SNI T-15-1993, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1 Material benda uji No Bahan-bahan Keterangan 1. Semen Semen Padang type I 2. Agregat Halus Pasir dari Quary Teratak Buluh Menggunakan batu bulat (kerikil) dari sungai Batang 3. Agregat Kasar Kuantan dan batu pecah dari Bangkinang Diambil dari sumur bor Fakultas Teknik Universitas 4. Air Islam Riau 3.2. Distribusi Ukuran Butir Material Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) material yaitu agregat halus dan agregat kasar, yaitu batu kerikil dan batu pecah, yang mana hasil pemeriksaannya dapat dilihat pada Gambar 1, 2 dan 3 berikut ini.
Lolos Saringan (%) 120 100 80 60 40 20 0 100 50 15 35,6 1,3 15 0,3 0,6 1,2 2,4 4,8 9,6 19 38 87,65 80 95,9 90 99 95 99,55 95 100 100 100

0,4 0,3 0,075 0,15

Uk uran Saringan (m m ) Batas Baw ah % Lolos Batas Atas

Gambar 1 Distribusi ukuran butir pasir Teratak Buluh Pada Gambar diatas dapat dilihat pasir Teratak Buluh termasuk pada zona 4 menurut SK SNI T-5-1993. Sedangkan hasil pemeriksaan untuk ukuran material batu pecah Bangkinang dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini.
Lolos Saringan (%) 150 100 50 0 4,2 4,75 9,5 0 4,24 12,7 25,76 19,1 25,4 38,5 78 100

Ukuran Saringan (m m ) % Lolos

Gambar 2 Distribusi ukuran batu pecah Bangkinang Untuk distribusi ukuran kerikil sungai Batang Kuantan dapat dilihat pada gambar 3 berikut ini.

Lolos Saringan (%)

150 100 50 0 0,08 4,75 1,36 9,5 11,28 12,7 19,1 25,4 38,5 52,88 88,48 100

Uk uran Saringan (m m )

% Lolos

Gambar 3 Distribusi ukuran kerikil sungai Batang Kuantan 3.3. Berat Isi Material Pemeriksaan berat isi didefenisikan sebagai perbandingan antara agregat kering dan volumenya, hasil pembahasan dapat dilihat pada table 2 berikut. Tabel 2 Berat isi agregat Berat Isi (gram/cm) Berat Isi rata-rata Material (gram/cm) Lepas/Gembur Padat Pasir Teratak Buluh 1,095 1,370 1,2325 Kerikil Batang Kuantan 1,60 1,764 1,682 Batu Pecah Bangkinang 1,429 1,620 1,5245 3.4. Berat Spesifik Serta Penyerapan Air Material Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan berat jenis dari semua agregat halus dan kasar serta penyerapan airnya, hasil pemeriksaan dapat dilihat pada tabel 3 berikut. Tabel 3 Pemeriksaan berat spesifik dan penyerapan air material Material Berat Spesifik (gram) Penyerapan Air (%) Pasir Teratak Buluh 2,61 0,8 Kerikil Batang Kuantan 2,58 1,297 Batu Pecah Bangkinang 2,64 1,30 3.5. Pemeriksaan Kadar Lumpur Untuk kadar Lumpur dapat dilihat pada Tabel 4 berikut. Tabel 4 Pemeriksaan kadar Lumpur material Material Kadar Lumpur (%) Pasir Terak Buluh 1,32 Kerikil Batang Kuantan 0,1 Batu Pecah Bangkinang 0,13 3.6. Pemeriksaan Kadar Air

Apabila tidak dalam keadaan jenuh kering permukaan proporsi campuran harus dikoreksi kandungan dalam air agregat. Hasil pemeriksaan dapat dilihat pada Tabel 5 berikut. Tabel 5 Kadar air material Material Kadar Air (%) Pasir Terak Buluh 0,48 Kerikil Batang Kuantan 0,56 Batu Pecah Bangkinang 0,65 3.7. Mix Design Untuk komposisi campuran teoritis dan kondisi lapangan untuk perencanaan beton dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini. Tabel 6 Komposisi campuran teoritis untuk perencanaan beton dengan berbagai persen campuran agregat Batang Kuantan dan Agregat Bangkinang untuk kondisi SSD dan Lapangan. Persen Agregat Agregat Untuk Banyaknya Semen Air Campura Halus Kasar Kondisi Bahan (Kg) (Liter) n (Kg) (Kg) (1) (2) (3) Untuk 1 m Perbanding an Tiap 1 sak semen Untuk 1 m Perbanding an Tiap 1 sak semen Untuk 1 m Perbanding an Tiap 1 sak semen Untuk 1 m Perbanding an Tiap 1 sak semen (3) Untuk 1 m Perbanding an (4) 368 1 50 368 1 50 368 1 50 368 1 50 (4) 368 1 (5) 456,5 1,239 61,95 455,04 1,24 62 456,25 1,240 62 454,79 1,24 62 (5) 455,75 1,238 (6) 1369,5 3,721 186,05 1360,74 3,70 185 1368,75 3,719 185,95 1359,99 3,69 184,5 (6) 1367,25 3,715 (7) 184 0,5 25 194,22 0,53 26,5 184 0,5 25 194,22 0,53 26,5 (7) 184 0,5

SSD 10%-90% Lapanga n

SSD 30%-70% Lapanga n Tabel 6 (Lanjutan) (1) (2) 50%-50% SSD

Lapanga n

SSD 70%-30% Lapanga n

SSD 90%-10% Lapanga n 100% (Kerikil) SSD

Lapanga n

100% (BPC)

SSD

Lapanga n

Tiap 1 sak semen Untuk 1 m Perbanding an Tiap 1 sak semen Untuk 1 m Perbanding an Tiap 1 sak semen Untuk 1 m Perbanding an Tiap 1 sak semen Untuk 1 m Perbanding an Tiap 1 sak semen Untuk 1 m Perbanding an Tiap 1 sak semen Untuk 1 m Perbanding an Tiap 1 sak semen Untuk 1 m Perbanding an Tiap 1 sak semen Untuk 1 m Perbanding an Tiap 1 sak semen Untuk 1 m Perbanding an

50 368 1 50 368 1 50 368 1 50 368 1 50 368 1 50 368 1 50 368 1 50 368 1 50 368 1

61,9 454,29 1,23 61,5 455,5 1,24 62 454,04 1,23 61,5 444,75 1,21 60,5 443,33 1,20 60 455,5 1,238 61,95 454,04 1,23 61,5 456,5 1,239 61,95 455,04 1,23

185,75 1358,50 3,68 184 1366,5 3,63 181,85 1357,75 3,68 184 1354,25 3,68 184 1345,58 3,65 182,5 1366,5 3,713 185,65 1357,75 3,68 184 1369,5 3,721 186,05 1360,74 3,69

25 194,21 0,53 26,5 184 0,5 25 194,21 0,53 26,5 184 0,5 25 194,09 0,53 26,3 184 0,5 25 194,21 0,53 26,5 184 0,5 25 194,22 0,53

Tiap 1 sak semen

50

61,5

184,5

26,5

3.8 Hasil Nilai Slump Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil slump dari tiap persentase campuran, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini. Tabel 7 Pemeriksaan Hasil Slump Campuran Nilai Slump (mm) K1 61 K2 63 K3 62 K4 65 K5 63 K6 62 K7 61 . 3.9. Analisa Berat Isi Beton Hasil dari pengujian ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian untuk menentukan berat isi beton segar serta banyaknya semen permeter kubik, untuk penjelasan dapat dilihat pada tabel 8 berikut. Tabel 8 Berat isi beton rata-rata dan banyaknya semen permeter kubik Campuran Berat Isi Rata-rata Semen Permeter Kubik (Kg/Ltr) (Zak/m) (1) (2) (3) K1 2,44 6,67 K2 2,49 6,80 K3 2,54 6,89 K4 2,58 7,14 K5 2,62 7,14 K6 2,66 7,25 K7 2,67 7,26 Variasi campuran : K1 = 10% Kerikil, 90% Batu pecah K2 = 30% Kerikil, 70% Batu pecah K3 = 50% Kerikil, 50% Batu pecah K4 = 70% Kerikil, 30% Batu pecah K5 = 90% Kerikil, 10% Batu pecah K6 = 100% Kerikil Batang Kuantan K7 = 100% Batu pecah Bangkinang 3.10. Analisis Kuat Tekan Beton Untuk pengujian kuat tekan beton pada penelitian ini dilakukan pada umur 28 hari saja, dari hasil pengujian dengan menggunakan alat kuat tekan didapat hasil kuat

tekan dari 5 (lima) variasi campuran tersebut, analisanya dapat dilihat pada tabel 8 berikut. Tabel 9 Rangkuman kuat tekan beton dengan berbagai variasi campuran antara batu bulat dan batu pecah Beban (KN) Umur (Hari) K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 28 765 760 720 740 750 610 980 28 790 950 820 835 825 830 930 28 865 825 760 710 690 820 920 28 980 840 825 810 640 835 1000 Dari tabel 9 didapat beban yang diperoleh dari masing-masing variasi campuran Tabel 10 Kuat tekan beton Umur (Hari) K1 K2 28 34,68 34,45 28 35,81 43,07 28 39,21 37,40 28 44,43 38,08 Fcr 38,53 38,25 Kuat Tekan (Mpa) K3 K4 K5 32,64 33,54 34,00 37,17 37,85 37,40 34,45 32,18 31,28 37,40 36,72 29,01 35,41 35,07 32,92

K6 27,65 37,63 37,17 37,85 35,08

K7 44,42 42,16 41,71 45,33 43,41

Dari Tabel 9 dan 10 dapat dilihat hasil dari pengujian kuat tekan beton mengalami peningkatan seiring bertambahnya penggunaan batu pecah (agregat Bangkinang), dalam hal ini kuat tekan beton optimum yaitu dengan agregat kasar campuran 10% agregat Batang Kuantan, 90% agregat Bangkinang, kuat tekan yang dicapai 38,53 Mpa, peningkatan kuat tekan ini dapat dilihat pada Gambar 4 berikut ini.
Kuat Tekan Beton (Mpa)

50 40 30 20 10 0 K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7
Pers e ntase Cam puran (%) Um ur 28 Hari

38,53

38,25

43,41 35,41 35,07 32,92 35,08

Kuat Tekan Beton (Mpa)

Gambar 4 Perkembangan kuat tekan beton dengan beberapa persen campuran yang berbeda antara agregat Batang Kuantan dan agregat Bangkinang Hubungan kuat tekan beton terhadap berat isi beton dapat dilihat pada Gambar 5.5 berikut ini. Keterangan : 43,41 Mpa kuat tekan untuk 100% Batu pecah Bangkinang 35,08 Mpa kuat tekan untuk 100% Kerikil Batang Kuantan

38,53 Mpa kuat tekan untuk 10% Kerikil, 90% Batu pecah 38,25 Mpa kuat tekan untuk 30% Kerikil, 70% Batu pecah 35,41 Mpa kuat tekan untuk 50% Kerikil, 50% Batu pecah 35,07 Mpa kuat tekan untuk 70% Kerikil, 30% Batu pecah 32,92 Mpa kuat tekan untuk 90% Kerikil, 10% Batu pecah
Berta Isi Beton (Kg/cm3)

2,7 2,6 2,5 2,4 2,3 32,92 35,07 35,41 38,25 2,44 2,49 2,54 2,58

2,62

2,66

2,67

38,53

35,08

43,41

Kuat Tek an Beton Pada Um ur 28 Hari Dari Tiap M as ing Pe rse n Cam puran (M pa) Berat Isi Beton (Kg/cm 3)

Gambar 5 Hubungan Kuat Tekan Beton Dengan Berat Isi Beton Dari Gambar 5.5 di atas dapat dijelaskan bahwa kuat tekan beton semakin meningkat seiring bertambahnya berat isi beton. 3.11. Komparasi Kuat Tekan Beton Terhadap Variasi Campuran Komparasi ini meliputi: hasil perkembangan kuat tekan beton menggunakan campuran 10% kerikil, 90% batu pecah, 30%-70%, 50%-50%, 70%-30%, 90%-10% serta hasil perbandingan nilai karakteristik campuran beton dan kuat tekan rencana. Hasil ini mengetahui perbandingan kuat tekan antara beton dengan kelima campuran tersebut dan juga perkembangan kekuatan beton tersebut. Perbandingan kuat tekan beton tersebut dapat dilihat pada Gambar 6 berikut ini.
50 Kuat Tekan Beton (Mpa) 40 30 20 10 0 K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7
38,53 38,25 35,41 35,07 32,92 35,08 43,41

Var ias i Cam puran

Gambar 6 Perkembangan kuat tekan beton menggunakan beberapa variasi campuran

Pada Gambar 5.6 diatas dapat terlihat perbedaan kekuatan rata-rata beton antara beton menggunakan campuran 10% kerikil, 90% batu pecah, 30%-70%, 50%-50%, 70%-30%, 90%-10%, dimana beton dengan campuran 10%-90% memiliki kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan dengan persen campuran lainnya. 3.12. Analisis Kuat Tekan Beton Dengan Regresi Dari hasil kuat tekan didapat persentase kuat tekan beton dari campuran 10% kerikil, 90% batu pecah, 30%-70%, 50%-50%, 70%-30% dan 90%-10%, dapat dilihat pada Gambar 7 dibawah ini.
40 38 36 34 32 30 28
Kuat Tekan Beton (Mpa)

38,25 38,53 y = -3,409Ln(x) + 39,3 R2 = 0,8474 90% 70% 35,41 32,92 35,07

50%

30%

10%

% Batu Pe cah Te rhadap Ke rik il Pada Um ur 28 Hari

Kuat Tekan Beton (Mpa)

Log. (Kuat Tekan Beton (Mpa))

Gambar 7 Grafik kuat tekan beton dengan persentase batu pecah terhadap kerikil pada umur 28 hari Dari Gambar 7 di atas dapat dijelaskan bahwa beton dengan mencampurkan beberapa persen campuran mempunyai kolerasi R 2 = 0,847 yang hampir mendekati satu, ini membuktikan bahwa beton yang dicampurkan dengan dua agregat yang berbeda mempunyai mutu yang bagus, yang mana dari gambar di atas kuat tekan rata-ratanya di atas 30 Mpa jauh dari kuat tekan yang direncanakan yaitu 25 Mpa.

4. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelunnya, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Semakin banyak menggunakan batu pecah maka semakin tinggi kuat tekan yang dicapai, dimana 10% kerikil, 90% batu pecah kuat tekan yang dicapai sebesar 38,53 Mpa, sedangkan 30%-70% kuat tekan yang dicapai sebesar 38,25 Mpa, 50%-50% kuat tekannya sebesar 35,41 Mpa, 70%-30% kuat tekan yang dicapai yaitu 35,07 Mpa dan untuk campuran 90%-10% kuat tekan yang dicapai yaitu 32,92 Mpa, mencapai kuat tekan rencana yaitu 25 Mpa, disini peneliti mengambil umur 28 hari saja. 2. Dengan mencampurkan kerikil Batang Kuantan dan batu pecah Bangkinang kuat tekan optimumnya yaitu pada pencampuran 10% kerikil Batang Kuantan 90% batu pecah Bangkinang, kuat tekan yang dicapai yaitu 38,53 Mpa.

3. Semakin besar berat isi beton maka semakin tinggi kuat tekan yang dicapai, dimana kuat tekan 32,92 Mpa berat isi beton yaitu 2,44 kg/cm3, kuat tekan 35,07 Mpa berat isi yaitu 2,49 kg/cm3, kuat tekan 35,41 Mpa berat isi 2,54 kg/cm3, kuat tekan 38,25 Mpa berat isi 2,58 kg/cm3 dan kuat tekan 38,53 Mpa berat isi betonnya 2,62 kg/cm3. Saran 1. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka campuran kerikil Batang Kuantan dan batu pecah Bangkinang sebaiknya digunakan untuk bangunan dengan mutu beton tinggi (kelas III) atau kuat tekan beton dengan kuat tekan karakteristik diatas 22,5 Mpa seperti: bangunan bertingkat, karena kuat tekan rata-rata diatas 30 Mpa. 2. Untuk Industri beton (Ready Mix), bahwa pencampuran kerikil dengan batu pecah bisa digunakan untuk beton mutu tinggi dengan tanpa mengurangi kualitas dan kuantitas dari beton tersebut. 3. Untuk mendapatkan mutu beton yang lebih baik lagi disarankan agar memperhatikan beberapa faktor seperti Faktor Air Semen (FAS), kualitas agregat kasar, kualitas agregat halus, pengujian material, pengecaoran beton, serta pemadatan.

Daftar Pustaka Dipohusodo, I., 1999, Struktur Beton Bertulang, SK SNI T-15-1991-03, Departemen Pekerjaan Umum RI. Mulyono, Tri., 2004, Teknologi Beton, Edisi I, Andi Yogyakarta. Rooseno, R., 1980, Beton Bertulang, Ghalia Indonesia, Jakarta. Soetjipto, 1980, Konstruksi Beton, Edisi I Dept. DikBud, Jakarta. Tjokrodimuljo.K., 1997, Teknologi Beton, Nafiri, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai