Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN MYOMA UTERI

A. Konsep Medis 1. Anatomi dan Fisiologi a. Anatomi

b. Fisiologi Alat reproduksi wanita dapat dibagi menjadi 2 organ yaitu organ eksterna dan organ interna. Organ eksterna kita kenal sebagai vulva yang terdiri dari mons veneris, labia mayora, labia minora, klitoris, himen vestibula dan introitus vagina, organ genitalia interna yang terletak di dalam pelvis terdiri dari uterus, ovarium dan tuba fallopi. Uterus terdiri dari 3 lapisan yaitu endometrium, miometrium dan permotrium. Uterus terdiri dari 3 bagian yaitu fundus uteri, korpus uteri dan serviks uteri. Fungsi utama uterus adalah untuk menahan

ovum yang telah dibuahi dan tempat pertumbuhan janin selama kehamilan. Ovarium adalah kelenjar berbentuk biji buah kenari terletak di kiri dan kanan uterus. Ovariun memiliki 3 fungsi memproduksi ovum, memproduksi hormon ekstrogen da progesteron serta berperan dalam pengaturan siklus menstruasi. Tuba fallopi berjalan di sebelah kiri dan kanan uterus, fungsi normal tuba fallopi adalah untuk mengantarkan ovum dari ovarium ke uterus yang menyediakan tempat untuk pembuahan.

2. Pengertian Myoma Uteri adalah : neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus yang disebut juga dengan Leiomyoma Uteri atau Uterine Fibroid. Myoma Uteri umumnya terjadi pada usia lebih dari 35 tahun. Dikenal ada dua tempat asal myoma uteri yaitu pada serviks uteri (2 %) dan pada korpus uteri (97 %), belum pernah ditemukan myoma uteri terjadi sebelum menarche. Myoma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus yang disebut juga leiomioma uteri atau uterin fibroid. Dikenal dua tempat asal myoma uteri yaitu servik uteri dan korpus uteri. Yang ada pada servik uteri hanya ditemukan dalam 3%, sedangkan pada korpus uteri 97% myoma uteri banyak di terdapat pada wanita usia reproduksi terutama pada usia 35 tahun keatas dan belum pernah dilaporkan bahwa myoma uteri terjadi sebelum menarche. Mioma uteri adalah tumor benigna yang berasal dari sel-sel otot dan mengandung sejumlah jaringan fibroid.

3. Etiologi Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan penyakit multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai

abnormalitas kromosom, khususnya pada kromosom lengan. Faktorfaktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping faktor predisposisi genetik, adalah estrogen, progesteron dan human growth hormone. a. Estrogen Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Seringkali terdapat

pertumbuhan tumor yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat menopause dan pengangkatan ovarium. Adanya hubungan dengan kelainan lainnya yang tergantung estrogen seperti endometriosis (50%), perubahan fibrosistik dari payudara (14,8%), adenomyosis (16,5%) dan hiperplasia endometrium (9,3%).Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas. 17B hidroxydesidrogenase: enzim ini mengubah estradiol (sebuah estrogen kuat) menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak daripada miometrium normal. b. Progesteron Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu:

mengaktifkan 17B hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor. c. Hormon pertumbuhan Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu HPL, terlihat pada periode ini, memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leiomioma selama kehamilan mingkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan Estrogen.

Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu: a. Umur : Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis antara 35 45 tahun. b. Paritas : Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanirta yang relatif infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakan infertilitas menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi. c. Faktor ras dan genetik : Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma. d. Fungsi ovarium : Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan

pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause. Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon mediasi oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal dan insulin-like growth factor yang distimulasi oleh estrogen. Anderson dkk, telah mendemonstrasikan munculnya gen yang distimulasi oleh estrogen lebih banyak pada mioma daripada miometrium normal dan mungkin penting pada perkembangan mioma. Namun bukti-bukti masih kurang meyakinkan

karena tumor ini tidak mengalami regresi yang bermakna setelah menopause sebagaimana yang disangka. Lebih daripada itu tumor ini kadang-kadang berkembang setelah menopause bahkan setelah ooforektomi bilateral pada usia dini.

4. Patofisiologi Myoma merupakan tumor yang paling umum pada traktus genitalia. Myoma terdiri atas serabut-serabut otot polos yang diselingi dengan untaian jaringan ikat dan dikelilingi kapsul yangn tipis. Tumor ini dapat berasal dari setiap bagian dktus Muller, tetapi paling sering terjadi pada miometrium. Disini beberapa tumor dapat timbul secara serentak. Unkuran tumor dapat bervariasi dari sebesar kacang polong hingga sebesar bola kaki. Penyebab terjadinya myoma uteri tidak diketahui. Tumor ini mungkin berasal dari sel otot yangn normal, dan otot imatur yang ada di dalam miometrium atau dari sel embrional pada dinding darah uteri. Apapun asalnya, tumor dimulai dari benih-benih multiple yang sangat kecil dan tersebar pada miometrium. Benih ini tumbuh sangat lambat tetapi progresif (bertahun-tahun, bkan dalam hitungan bulan), di bawah pengaruh estrogen sirkulasi, dan jika tidak terdeteksi dan diobati dapat membentuk tumor dengan berat 10 kg atau lebih. Namun sekarang, sudah jarang karena cepat terdeteksi. Mula-mula tumor berada intramural, tetapi ketika tumbuh dapat berkembang ke berbagai arah. Setelah menopause, ketika estrogen tidak lagi disekresi dalam jumlah yangn banyak, maka myoma cenderung mengalami atrofi. Jika tumor dipotong, akan menonjiol diatas miometrium sekitarnya karena kapsulnya berkontraksi. Warnanya abu-abu keputihan, tersusun atas berkas-berkas otot jalin menjalin dan melingkar-lingkar di dalam matriks jaringan ikat. Pada bagian perifer serabut otot tersusun atas lapisan konsentrik, dan serabut otot normal yang mengelilingi tumor berorientasi yang sama. Antara tumor dan

miometrium normal, terdapat pseudokapsul, tempat masuknya pembuluh darah ke dalam myoma.

Pada pemeriksaan dengan mikroskop, kelompok-kelompok sel otot berbentuk kumparan dengan inti panjang dipisahkan menjadi berkasbebrkas oleh jaringan ikat. Karena seluruh suplai darah myoma berasal dari beberapa pembbuluh darah yang masuk dari pseudokapsul, berarti pertumbuhan tumor tersebut selalu melampaui suplai darahnya. Ini menyebabkan degenerasi, terutama pada bagian tengah myoma. Mulamula terjadi degenerasi hialin, atau klasifikasi dapat etrjadi kapanpun oleh ahli ginekologi pada abad ke-19 disebuut sebagai batu rahim. Pada kehamilan dapat terjadi komplikasi jarang (degenerasi merah). Ini diikuti ekstravasasi darah diseluruh tumor, yang memberikan gambaran seperti daging sapi mentah. Kurang dari 0,1% terjadi perubahan tumor menjadi sarcoma. Jika myoma terletak sub endometrium, mungkin disertai dengan menorhagia. Jika perdarahan yang hebat menetap, mungki akan mengalami anemia.saat uterus berkontraksi, dapat timbul nyeri. Myoma sub endometrium yang bertangkai dapat menyebabkan persisten dari uterus. Dimanapun posisinya di dalam uterus, myoma besar dapat menyebabkan gejala penekanan pada panggul, disuria, sering kencing dan konstipasi atau nyeri punggung jika uterus yang membesar menekan rectum.

5. Klasifikasi Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena a. Lokasi Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi. Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius. Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala. b. Lapisan Uterus Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasinya dibagi menjadi tiga jenis yaitu: 1) Mioma Uteri Subserosa Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan disebut sebagai mioma intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium di sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik. 2) Mioma Uteri Intramural Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel apabila masih kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma subserosa dan kadang-kadang sebagai

mioma submukosa. Di dalam otot rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan). 3) Mioma Uteri Submukosa Terletak di bawah endometrium. Dapat pula bertangkai maupun tidak. Mioma bertangkai dapat menonjol melalui kanalis servikalis, dan pada keadaan ini mudah terjadi torsi atau infeksi. Tumor ini memperluas permukaan ruangan rahim. Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural walaupun ditemukan cukup besar tetapi sering kali memberikan keluhan yang tidak berarti. Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga sebagai terapinya dilakukan

histerektomi.

6. Manifestasi Klinik Manifestasi klinik tergantung letak mioma, besarnya, perubahan sekunder, dan komplikasi serta hanya terdapat pada 35-50 penderita manifestasi klinis digolongkan menjadi : a. Tanpa gejala karena dijumpai kebetulan, misalnya pada pemeriksaan infertilitas b. Perdarahan sebagai gangguan menstruasi yang disebabkan oleh : 1) Pengaruh ekstrogen tinggi, hiperplasia endometrium dapat bentuk seperti menoragia, menometroragia, dan metroragia 2) Permukaan endometrium lebih luas 3) Atropi endometrium diatas submukosa mioma dan menimbulkan perdarahan 4) Kontraksi otot mioma tidak sempurna menutup pembuluh darah c. Perasaan nyeri terjadi karena gangguan sirkulasi darah, nekrosis dan khususnya saat terjadi submukosa yang terlahir

d. Gejal penekanan sekitranya 1) Terasa discomport atau nek 2) Terjadi infertilitas 3) Dapat menimbulkan obstipasi 4) Edema karena gangguan aliran cairan limfa

7. Test Diagnostik a. Pada pemeriksaan vagina tucher 1) Vulva/uretra/vagina kesannya adalah infiltral atau tidak 2) Portio adalah nyeri goyang atau tidak ada seberapa besarnya 3) Orifisium uretra externium apakah tertutup atau terbuka 4) Cavum uteri seberapa besarnya 5) Adneksa/parametrium bagaimana kesannya 6) Cavum dauglas bagaimana kesannya b. Pemeriksaan rectal tucher Tonus spingterani bagaimana kedaan dan kesannya ada atau tidak c. Pemeriksaan penunjang 1) Pemeriksaan laboratorium Darah rutin : Hb, leukosit, trombosit Darah lengkap : ureum, kreatinin, natrium, kalium, HbSAg, golongan darah,SGOT, SGPT Urin lengkap : pemeriksaan fisik, kimia, sedimen 2) Pemeriksaan USG Merupakan suatu metode diagnostic dengan menggunakan ultrasonografi, sehingga alat reproduksi bagian dalam terlihat ada pembesaran pada abdomen atau tidak. 3) Uji sonde Uji sonde pada kasus myoma uteri harus lebih besar dari 10 cm.

8. Penatalaksanaan Medik a. Observasi Myoma asimptomatik yang lebih kecil dari ukuran kehamilan 14 minggu dapat diobservasi dengan beberapa pengecualian, yaitu : 1) Jika myoma menimbulkan distorsia rongga uterus dan dianggap sebagai faktor infertilitas pada pasangan tersebut 2) Jika myoma terletak dibagian bawah uterus atau servik sehingga menimbulkan kesulitan melahirkan 3) Jika myoma tumbuh dengan cepat yang memebri kesan ada perubahan menjadi sarcoma. Jika myoma disertai dengan gangguan menstruasi, klien memiliki pilihan untuk menjalani histereskopi atau kuretase diagnostic yang cermat untuk menyingkirkan patologi intra uteri atau untuk menjalani terapi bedah. b. Miomektomi Jika klien ingin mempertahankan fungsi reproduksinya, dapat dipilih miomektomi. Operasi ini mengeluarkan semua myoma yang ditemukan dan memebentuk kembali uterus. Klien harus menerima jika timbul masalah sewaktu melakukan miomektomi ahli bedah dapat melanjutkan dengan histerektomi. Setelah miomektomi 40% wanita yang berkesempatan hamil akan hamil yang bertentangan dengan fakta ini adalah bahwa pada 5% klien myoma timbul kembali dan jumlah wanita yang sama terus mengalami menoragia, sehingga memerlukan penggunaan hormone, reseksi histeroskopik atau histerektomi. c. Histerektomi Adapun cara penggunaan pada myoma uteri yang perlu diangkat adalah dengan pengobatan operatif, diantaranya yaitu dengan histerektomi dan umumnya dilakukan histerektomi total abdominal. Tindakan histerektomi total tersebut dikenal dengan nama Total Abdominal Histerektomy and Bilateral Salphingo Oophorectomy (TAH-BSO). TAH-BSO adalah suatu tindakan pembedahan untuk

mengangkat uterus, servik, kedua tuba falopii dan ovarium dengan melakukan insisi pada dinding, perut pada malignant neoplasmatic disease, leymyoma dan chorionic endometriosis. Dari kedua pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa TAHBSO adalah suatu tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada dinding perut untuk mengangkat uterus, servik, kedua tuba falopii dan ovarium pada malignant neoplastic disease, leymiomas dan chorionic endometriosis. Histerektomi total merupakan terapi pilihan pada wanita tua, wanita yang tidak menginginkan kehamilan lagi dan yang mengalami menoragia atau gejala penekanan yang nyata. Klien tidak boleh diburu untuk mengambil keputusan untuk melakukan histerektomi ia harus diberikan waktu untuk mempertimbangkannya dan memberikan waktu untuk bertanya mengenai histerektomi. Ahli ginekologi juga harus menjelaskan kemungkinan kesalahpahaman tentang operasi yang dimaksudkan.

9. Proses Penyembuhan Bila tumor berukuran kecil dan tidak membesar, cukup dilakukan pemeriksaan rutin setiap 3-6 bulan sekali, pengecilan tumor sementara dengan obat-obatan GnRH analog, mioma memiliki lapisan kapsul yang tegas, dapat dipisahkan/dikupas dari massa tumornya. Jika terjadi komplikasi dan timbul perdarahan, perlu diberikan transfusi darah dan obat penghilang rasa nyeri. Tindakan operasi dilakukan jika tumor membesar dan bila timbul gejala penekanan dan nyeri dan perdarahan yang terus menerus. Operasi pembedahan: dengan histerektomi (pengangkatan

kandungan) jika tidak ada rencana hamil lagi, atau miomektomi (mengangkat miomnya saja) pada usia reproduksi/masih rencana hamil. Namun jika massa tumor terlalu besar atau luas, kadang tidak memungkinkan hanya dilakukan pengangkatan massa tumor, sehingga tetap dilakukan histerektomi.

10. Komplikasi a. Pertumbuhan leimiosarkoma. Mioma dicurigai sebagai sarcoma bila selama beberapa tahun tidak membesar, sekonyong konyong menjadi besar apabila hal itu terjadi sesudah menopause b. Torsi (putaran tangkai ) Ada kalanya tangkai pada mioma uteri subserosum mengalami putaran. Kalau proses ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan sirkulasi akut dengan nekrosis jaringan dan akan tampak gambaran klinik dari abdomenakut. c. Nekrosis dan Infeksi Pada myoma subserosum yang menjadi polip, ujung tumor, kadang-kadang dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan bari vagina, dalam hal ini kemungkinan gangguan situasi dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder.

B. Konsep Keperawatan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan keperawatan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat, keperawatan berbentuk pelayanan bio psiko cosial pritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu keluarga, kelompok dan masyarakat, baik sehat maupun sakit dan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia Proses keperawatan adalah tindakan / metode kerja dalam pemberian pelayanan keperawatan untuk menganalisa pasien sistematis. Menemukan masalah, membuat perencanaan untuk mengatasinya melaksanakan rencana itu atau menugaskan yang lain untuk melaksanakannya dan mengevaluasi keberhasilan secara efektif terhadap masalah yang diatasinya Proses keperawatan merupakan lima tahap yang konsisten sesuai dengan perkembangan potensi keperawatan

1. Pengkajian Pengkajian adalah langkah awal dalam melakukan asuhan keperawatan secara keseluruhan. Pengkajian terdiri dari tiga tahapan yaitu; pengumpulan data, pengelompakan data atau analisa data dan perumusan diagnose keperawatan a. Pengumpulan Data 1) Indentitas Klien Identitas klien meliputi ; nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, alamat dan diagnosa medis. Identitas penanggung meliputi ; nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, hubungan dengan klien 2) Keluhan Utama Keadaan yang dirasakan oleh klien yang paling utama. Untuk myoma uteri submukosum yang paling banyak adalah nyeri perut bagian bawah dan perdarahan abnormal. Keluhan yang timbul pada hampir tiap jenis operasi adalah rasa nyeri karena terjadi torehant tarikan, manipulasi jaringan organ. Rasa nyeri setelah bedah biasanya berlangsung 24-48 jam. Adapun yang perlu dikaji pada rasa nyeri tersebut adalah : Lokasi nyeri, Intensitas nyeri, Waktu dan durasi, Kwalitas nyeri 3) Riwayat Penyakit Sekarang Riwayat kesehatan adalah proses perjalanan penyakit yang dialami oleh klien meliputi keluhan utama dan riwayat keluhan (dikembangkan dari keluhan utama dengan menggunakan rumus. P.Q.R.S.T). 4) Riwayat kesehatan masa lalu Riwayat kesehatan masa lalu baik pada kanak-kanak maupun pada saat belum dirawat 5) Riwayat kesehatan keluarga Pengkajian riwayat penyakit keluarga untuk kasus myoma uteri submukosum yang perlu dikaji adalah keluarga yang pernah

atau sedang menderita penyakit yang sama (myoma), karena kasus myoma uteri submukosum dapat terjadi karena faktor keturunan. 6) Riwayat Psikososial Untuk mengetahui keadaan psikologis klien pada penyakitnya, karena myoma uteri submukosum penerima dan keadaan psikologi klien yang baik akan sangat membantu pemberian terapi. 7) Pola-pola Fungsi Kesehatan a) Pola Persepsi dan Tatalaksana hidup sehat b) Pola Nutrisi dan Metabolisme Pola makan sehari-hari sebelum sakit dan setelah sakit apakah ada perbedaan, bagaimana nafsu makannya ada perubahan atau tidak, sehari berapa kali jumlahnya, jenis makanan yang dimakan tidak untuk kebutuhan tubuh. Begitu juga dengan kebiasaan setiap harinya berapa banyak jumlahnya, jenis air yang diminum karena pada kasus myoma uteri jika mendapat terapi kemoterapi kebanyakan nafsu makan akan menurun dan terjadi mual dan muntah sebagai efek samping dari pengobatan tersebut. c) Pola Eliminasi BAK dan BAB apakah ada kelainan sebelum dan sesudah, dihubungkan dengan kasus myoma uteri, pengkajian ini untuk mengetahui sejauh mana kelainan pada system eliminasi ini kebanyakan terganggu. d) Pola Tidur dan Istirahat Istirahat dan tidur sebelum dan setelah sakit apakah ada, berapa jam waktu istirahat pada malam hari, kalau ada gangguan yang dirasakan. e) Pola Aktifitas Bagaimana aktifitas pekerjaan sebelum sakit dan sesudah apakah ada gangguan saat melakukan pekerjaan, apakah beban penyakit yang dirasakan.

f) Pola Hubungan dan Peran Bagaimana hubungan klien dengan keluarga dan sekitarnya, termasuk juga hubungan dengan dokter selama berada di rumah sakit. Pola ini perlu dikaji untuk mengetahui sejauh mana penerimaan klien terhadap saran yang diberikan. g) Pola Persepsi dan Konsep Diri Bagaimana cara klien dalam menghadapi penyakitnya h) Pola Sensori dan Kognitif Bagaimana usaha klien dalam menjaga kebersihan, bagaimana keadaan lingkungan klien tinggal. i) Pola Reproduksi Seksual Bagaimana pola seksual selama ini, frekwensi setiap minggu berapa kali, ada tidaknya keluhan yang terjadi setelah melakukan hubungan seksual yang sesuai dengan gejala myoma uteri, yaitu perdarahan post coital. j) Pola Penunggalangan Stres Cara mengatasi stres (mis: merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religius / spiritual) k) Pola Tata Nilai dan Keyakinan Ibu merasa terganggu dengan adanya perdarahan dan gejala lain dari penyakitnya, terutama bagi pasien yang beragama Islam, tidak dapat/terganggu dalam melaksanakan ibadah.

2. Pemeriksaan Fisik a. Gambaran umum Untuk mengetahui keadaan klien secara umum, lemas, kesadarannya. Pada kasus myoma uteri, perdarahan yang menyebabkan keadaan umum penderita lemah.

b. Secara sistemik dari kepala sampai kelamin 1) Kepala : apakah ada kerontokan pada rambut karena pada kasus myoma uteri yang disertai dengan nutrisi bisa menyebabkan rambut menjadi rontok 2) Mata : melihat bagaimana keadaan konjungtiva anemis tidak karena pada kasus myoma uteri terjadi perdarahan banyak yang berakibat klien menjadi anemia dengan ditandai konjungtiva anemis 3) Mulut : apakah ada stomatitis atau tidak, karena myoma uteri yang disertai dengan kurangnya vitamin C menyebabkan timbulnya stomatitis 4) Gigi : keadaan gusi apakah ada caries atau tidak, gingivitis karena pada kasus myoma uteri dengan kurangnya nutrisi bisa menyebabkan gingivitis 5) Leher : apakah ada kelenjar yang membesar, karena myoma uteri terjadi ketidakseimbangan hormone bisa juga menyebabkan pembesaran pada kelenjar tiroid 6) Jantung : apakah sering terasa sakit dan berdebar-debar pada kaus myoma uteri biasanya menyebabkan takikardi sehingga jantung berdebar 7) Abdomen : bagaimana keadaan perut, tegang atau lemas, ada nyeri tekan atau tidak, teraba massa di perut bagian bawah atau tidak, karena pada kasus myoma uteri biasanya ada nyeri tekan dan teraba massa bagian bawah c. Pemeriksaan diagnostik 1) Pemeriksaan laboratorium Darah rutin : Hb, leukosit, trombosit Darah lengkap : ureum, kreatinin, natrium, kalium, HbSAg,

golongan darah, SGOT, SGPT Urin lengkap : pemeriksaan fisik, kimia, sedimen

2) Pemeriksaan USG Merupakan suatu metode diagnostic dengan menggunakan ultrasonografi, sehingga alat reproduksi bagian dalam terlihat ada pembesaran pada abdomen atau tidak. 3) Uji sonde Uji sonde pada kasus myoma uteri harus lebih besar dari 10 cm.

3. Diagnosa Keperawatan Sebelum penatalaksanaan : a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan torsi bertangkai b. Gangguan keseimabngan cairan berhubungan dengan oliguria c. Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan frekwensi berkemih dan disuria d. Gangguan pola eliminasi : BAB berhubungan dengan penekanan rectum e. Resti infeksi berhubungan dengan perforasi myoma akibat solusio plasenta f. Gangguang pola napas berhungan dengan dispneu g. Resti gangguan poerfusi jaringan berhubungan dengan syok hipovolemik h. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan pembentukan ATP i. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, diagnosis dan penatalaksanaan j. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, diagnosis dan penatalaksanaan

Sesudah penatalaksanaan : a. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka insisi b. Risiko tinggi perubahan nutrisim kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan efek dari pembedaha

c. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pemajanan terhadap mikroorganisme dan penurunan sel imun

4. Intervensi Keperawatan

No 1.

Diagnosa Keperawatan Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan torsi bertangkai

Tujuan dan Kriteria Hasil Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien mennunjukkan nyeri berkurang. Kriteria hasil : - Klien menyatakan nyeri hilang dan terkontrol - Klien merasa nyaman - Ekspresi wajah tidak menunjukkan menahan sakit seperti meringis, mengerutkan dahi, menggigit bibir - Kualitas nyeri menunjukkan skala 0-3 - Tidak melakukan perilaku distraksi dengan menentukan kegiatan yang berulang atau gelisah - Respon otomptik tidak menunjukkan : Diaporesis TD stabil 120/80 mmHg Pola napas efektif 24x/mnt, tidak dyspnea Nadi : 80100x/mnt Suhu : 36,5-37,5 derajat celcius

Intervensi Mandiri : 1. Kaji sumber nyeri dan sifat nyeri/ ketidaknyamanan

Rasional 1. Membantu dalam menentukan respon keperawatan yang tepat. Tingkat ketidaknyamanan berkenaan dengan aktivitas uterus dapat lebih intensif pada klien dengan hipoksia miometrium yang dapat dihubungkan dengan pelepasan plasenta (abtrupsio plasenta) 2. Mengurangi rasa nyeri

2. Anjurkan penggunaan teknik relaksasi dan pernapasan terkontrol 3. Kaji stress psikologis klien/perasaan dan respon emosional terhadap kajian

4. Berikan lingkungan yang tenang dan aktifitas untuk mengalihkan rasa nyeri intruksikan klien menggunakan metode relaksasi, distraksi, jelaskan prosedur. 5. Berikan tindakan kenyamanan (mis : masase gosokan punggung, sacrum, sandaran bantal, berikan kompres jeruk)

3. Ansietas sebagai respon terhadap situasi darurat dapat memperberat derajat ketidaknyamanan karena sindrom ketegangan, takut nyeri 4. Dapat membantu dan menurunkan tinhkat ansietas dan karenanya mereduksi ketidaknyamanan

5. Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan dan ansietas, serta meningkatkan koping dan control klien

Kolaborasi : 6. Berikan narkotik/ 6. Meningkatkan kenyamanan sedative, berikan obatakan menurunkan risiko obatan pra operatif bila komplikasi pembedahan prosedur pembedahan diindikasikan

2.

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan oliguria

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien menunjukkan keseimbangan cairan dan elektrolit adekuat. Kriteria hasil : - Turgor kulit baik - Haluaran urin normal : 3050ml/jam - Mukosa mulut : lembab - Peningkatan saliva - TTV : TD: N (120/80mmHg) Suhu : 36-37,5 RR : 16-20x/mnt N : 80-100x/mnt Ht : N (37-47)

Mandiri : 1. Kaji dan catat jumlah, tipe, dan sisi perdarahan ; timbang dan hitung pembalut, simpan bekuan dan jaringan untuk dievaluasi ulang oleh dokter 2. Pantau masukan dan haluaran urin ; perhatikan berat jenis urin

1. Perkirakan kehilangan darah, arterial versus vena, dan adanya bekuan-bekuan membantu membuat diagnosa banding dan menentukan kebutuhan penggantian

3. Kaji bibir dan membrane mukosa oral dan derajat salvasi 4. Posisikan klien dengan tepat, terlentang dan panggul ditinggikan 5. Catat TTV, pengisian kapiler pada dasar kuku, warna membran mukosa/kulit dan susu, ukur tekanan sentral bila ada Kolaborasi : 6. Berikan infuse 1 atau 2 IV dari cairan isotonic atau elektrolit dengan kateter 18G atau melalui jalur vena sentral. Berikan darah lengkap atau produk darah sesuai indikasi 7. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi (Ht dan Hb)

2. Penurunan haluaran urin dan peningkatan berat jenis urin menunjukkan dehidrasi. Volume perfusi/sirkulasi adekuat menunjukkan dengan haluaran 30-50ml/jam atau lebih besar 3. Membrane mukosa/bibir yang kering dan penurunan saliva adalah indicator lanjut dari dehidrasi 4. Menjamin keadekuatan darah yang tersedia untuk otak, peninggian panggul menghindari komplikasi 5. Membantu menentukan beratnya kehilangan darah meskipun sianosis dan perubahan pada TD, nadu, adalah tanda-tanda lanjut dari kehilangan sirkulasi terjadinya syok 6. Perlu untuk infuse cepat atau multiple dari cairan atau produk darah untuk meningkatkan volumr sirkulasi dan mencegah pembekuan

7. Membantu dalam menentukan jumlah kehilangan darah. Setiap ml darah membawa 0,5 mgHb 1. Dapatmengidentifikasi jumlah urin 2. Mengetahui distensi pada kantong kemih 3. Ibu yangn ISK berespon baik pada tindakan setelah

3.

Gangguan pola eliminasi urin berhubungan dengan peningkatan frekwensi berkemih dan disuria

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien menunjukkan pola eliminasi urin kembali normal.

Mandiri : 1. Perhatikan pola berkemih dan awasi haluaran urin 2. Palpasi kantong kemih 3. Berikan informasi tentang tanda/gejala

Kriteria hasil : - Kantong kemih kosong - Klien berkemih secara teratur dan tuntas - Haluaran urin normal 30-50 ml/jam

ISK. Tekankan perlunya melaporkan tanda-tanda infeksi ke petugas kesehatan serta tidak meminum obat sampai pemberitahuan selanjutnya 4. Anjurkan untuk mempraktikan latihan Kegel (pengencangan perineum) sepanjang hari Mandiri : 1. Auskkultasi adanya bising usus, perhatikan kebiasaan pengosongan normal 2. Kaji adanya hemoroid

diberikan informasi

4. Memperbaiki dukungan organ pelvis, menguatkan dan meningkatkan elastisitas otot pubokoksigeus; lebih mengontrol perkemihan

4.

Gangguan popla eliminasi BAB berhubungan dengan penekanan rektum

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien menunjukkan pola eliminasi (BAB) normal/seperti biassa. Kriteria hasil : - Klien dapat kembali BAB seperti biasa - Tidak adanya massa dalam abdomen - Klien tidak mengeluh adanya hemoroid saat defekasi Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x24 jam diharapkan klien menunjukkan perfusi jaringan adekuat. Kriteria hasil : - TTV normal - Kulit hangat, kering - Tidak terdapat sianosis

1. Mengevaluasi fungsi usus

3. Berikan laksatif, pelunak feses, supositoria, atau enema

2. Perdarahan atau nyeri hemoroid dapat meningkatkan kemungkinan bahwa klien akan menunda defekasi, yang akan memperberat 3. Untuk mengembalikan kebiasaan defekasi normal dan mencegah atau stress perineal selam pengosongan

5.

Resti gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan syok hipovolemik

Mandiri : 1. Pantau TTV 2. Pantau jumlah perdarahan 3. Pantau suhu kulit, palpasi denyut nadi perifer Kolaborasi : 4. Beri terapi IV produk darah sesuai indikasi 5. Berikan obat-obatan anti embolik sesuai dengan indikasi

1. Merupakan indicator dari volume sirkulasi fungsi organ 2. Perdarahan lebih mengacu pada hipovolemia 3. Kulit dingin lembab, denyut nadi lemah menunjukkan penurunan sirkulasi perifer

4. Volume sirkulasi, mendukung terjadinya perfusi jaringan 5. Membalikkan aliran darah vena dan mencegah aliran darah statis menurunkan risiko trombosis

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN SETELAH PENATALAKSANAAN

No 1.

Diagnosa Keperawatan Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka insisi

Tujuan dan Kriteria Hasil Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat mencapai pemulihan luka dengan criteria hasil : - Pemulihan jaringan dengan baik - Tidak terjadi komplikasi (infeksi)

Intervensi Mandiri : 1. Beri pengutan pada balutan awal/penggantian sesuai indikasi. Gunakan teknik aseptic yang kuat 2. Secara hahti-hati lepaskan perekat (sesuai arah pertumbuhan rambut) dan pembalut pada waktu mengganti 3. Gunakan perekat yang halus/silk (hipoalergik atau perekat montgoumery/elastis untuk membalut luka yang membutuhkan pergantian balutan yang sering) 4. Periksa tegangan balutan. Beri perekat pada pusat insisi ke tepi luar dari balutan luka. Hindari menutup kasa seluruh ekstremitas 5. Periksa luka secara teratur, catat karakteristik dan integritas kulit

Rasional 1. Lindungi luka dari perlukaan mekanis dan kontaminasi

2. Mengurangi risiko trauma kulit dan gangguan pada luka

3. Menurunkan risiko terjadinya trauma kulit atau abrasi dan memberikan perlindungan tambahan untuk kulit atau jaringan yang halus 4. Dapat mengganggu atau membendung sirkulasi pada luka sekaligus bagian distal dari ekstremitas

6. Pantau tanda-tanda vita dengan sering, perhatikan demam, takikardi

Kolaborasi : 7. Gunakan korset pada

5. Pengenalan akan adanya kegagalan proses penyembuhan luka/berkembangnya komplikasi secara didni dapat mencegah terjadinya kondisi yang lebih serius 6. Mungkin indikatif terjadinya infeksi yang menunjang perlambatan pemulihan luka dan pemisahan luka/dehisens 7. Memberi

abdominal bila dibutuhkan 8. Irigasi luka; Bantu dengan melakukan debridemen sesuai kebutuhan Mandiri : 1. Pantau masukan makanan setiap hari

pengencangan tambahan pada insisi yang berisiko tinggi 8. Membuang jaringan nekrotik/luka eksudat untuk meningkatkan penyembuhan

2.

Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan de ngan efek dari pembedahan

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, klien tercukupi kebutuhan nutrisinya, dengan criteria hasil : - Peningkatan berat badan - Tidak ada tanda-tanda malnutrisi - Pengungkapan pemahaman tentang nutrisi - Turgor kulit baik - TTV stabil

1. Mengidentifikasi kekurangan nutrisi atau kebutuhan terapi 2. Ukur berat badan dan 2. Membantu dalam ketebalan llipatan kulit identifikasi malnutrisi trisep (pengukuran protein kalori, antropometrik lainnya khususnya bila berat sesuai indikasi) badan dan pengukuran antropometrik kurang dari normal 3. Kontrol factor 3. Lingkungan dapat lingkungan (mis : bau mengurangi rasa mual tidak sedap). Hindari atau muntah makanan yang manis, berlemak dan pedas 4. Ciptakan suasana 4. Meningkatkan selera makan yang makan klien menyenangkan 5. Identifikasi pasien 5. Mual atau muntah yang mengalami mual psikogenik terjadi yang diantisipasi sebelum pembedahan dimulai secara umum tidak berespon terhadap obat antiemetik 6. Dorong penggunaan teknik relaksasi, visualisasi bimbingan imajinasi, latihan sedang sebelum makan Kolaborasi : 7. Berikan diet tinggi karbohidrat dan tinggi protein, dengan masukan cairan adekuat 6. Mencegah/menurunka n awitan mual dan kemungkinan klien meningkatkan masukan oral

7. Memberikan nutrient cukup untuk memperbaiki energi, mencegah penggunaan otot, meningkatkan regenerasi jaringan/penyembuha n, dan keseimbangan elektrolit

8. Berikan multivitamin, mis : B12 dan susu

9. Berikan antiemetik pada jadwal regular sebelum/selama dan setelah pemberian antineoplastik 10. Evaluasi keefektifan antiemetic

11. Rujuk ke ahli gizi

8. Menggantikan kehilangan vitamin karena malnutrisi/anemia 9. Mual atau muntah menurunkan kemampuan dan efek samping psikologis dari pembedahan yang menimbulkan stress 10. Individual berespon secara berbeda pada semua obat. Antiemetik firstine mungkin tidak bekerja, memerlukan perubahan atau kombinasi terapi obat 11. Berguna untuk program diet individu untuk memenuhi kebutuhan individu dan menurunkan masalah berkenaan dengan malnutrisi protein/kalori dan defisiensi mikronutrien

3.

Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pemajanan terhadap mikroorganisme , penurunan sel imun

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, klien tidak mengalami infeksi akibat komplikasi penyakit, dengan criteria hasil : - Mencapai penyembuhan luka tepat waktu bebas eksudat purulent - Tidak demam

Mandiri : 1. Control infeksi, 1. Tetapkan mekanisme sterilisasi, dan yang dirancang untuk prosedur/kebijakan mencegah infeksi aseptic 2. Pantau suhu tubuh 2. Identifikasi dini proses infeksi memungkinkan terapi yang tepat untuk dimulai dengan segera 3. Tekankan pentingnya 3. Terjadinya stomatitis hygiene oral meningkatkan risiko infeksi/pertumbuhan sekunder 4. Uji kesterilan semua 4. Benda-benda yang peralatan dipaket mungkin steril, meskipun demikian setiap benda harus secara teliti diperiksa kesterilannya, adanya

kerusakan pada pemaketan, efek lingkungan pada paket dan teknik pengiriman sterilisasi paket/tanggal kadaluarsa, nomor lot/seri harus didokumentasikan jika perlu 5. Ulangi laboratorium kemungkinan sistemik studi 5. Peningkatan SDP akan untuk mengindikasikan infeksi adanya infeksi dimana prosedur operasi akan mengurangi atau munculnya infeksi sistemik/organ. Dimana mungkin dapat menyebabkan kontra indikasi dari prosedur pembedahan dan/atau anestesi

6. Periksa kulit untuk 6. Gangguan pada memeriksa adanya integritas kulit atau infeksi yang terjadi dekat dengan lokasi operasi atau sumber kontaminasi luka. Menggunting/bercuku r secara berhati-hati adalah imperative untuk mencegah abrasi 7. Identifikasi gangguan 7. Kontaminasi dengan pada teknik aseptic lingkungan/kontak dan atasi dengan personal akan segera pada waktu menyebabkan daerah terjadi yang steril menjadi tidak steril sehingga dapat meningkatkan risiko infeksi Kolaborasi : 8. Lakukan irigasi luka 8. Dapat digunakan pada yang banyak intra operasi untuk mengurangi jumlah bakteri pada lokasi dan pembersihan luka debris, mis : tulang, jaringan iskemik, kintaminan usus, toksin

9. Dapatkan specimen 9. Identifikasi segera kultur/pewarnaan tipe-tipe organisme Gram infeksi dengan pewarnaan Gram, yang memungkinkan diperlukannya pengobatan yang sesuai pada waktu identifikasi yang lebih khusus melalui kultur dapat diperoleh dalam waktu beberapa hari/jam 10. Berikan antibiotic 10. Dapat diberikan secara sesuai petunjuk profilaksis bila dicurigai terjadinya infeksi atau kontaminasi

DAFTAR PUSTAKA

Galle, Danielle. Charette, Jane.2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. EGC. Jakarta Hartono, Poedjo. 2000. Kanker Serviks/Leher Rahim & Masalah Skrining di Indonesia. Kursus Pra kongres KOGI XI Denpasar. Mimbar Vol.5 No.2 Mei 2001 http://lilyarida.blogspot.com/2012/01/laporan-pendahuluan-asuhankeperrawatan.html Saifidin, Abdul Bari,dkk. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo & JNKKR-POGI. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai