1.1 Latar Belakang Untuk melindungi komponen suatu logam dapat menggunakan inhibitor. Bahan inhibitor menguntungkan untuk menangani logam-logam besi karena dapat menghambat laju korosi. Di industri inhibitor berfungsi untuk mengurangi korosifitas lingkungan. Di boiler sering ditambahkan inhibitor fosfat maupun hidrazine. Hidrazine biasa disebut sebagai oksigen scavenger yang efektif untuk mengambil oksigen dari lingkungan, sehingga elektrolit dalam boiler korosifitasnya berkurang dan menyebabkan laju korosi menjadi turun. Karena pentingnya inhibitor di industri maka modul inhibitor dapat dilakukan di laboratorium korosi yang cara simulasi.
1.2 Tujuan Percobaan 1. Mahasiswa dapat menjelaskan proses korosi logam Fe dalam larutan HCl. 2. Mahasiswa dapat mempelajari pengaruh inhibitor HCl yang ditambah dengan urea dan nitrit. 3. Menunjukkan kondisi logam Fe setelah diberi inhibitor. 4. Menghitung laju korosi Fe berdasarkan metode kehilangan berat.
Sebagian orang mengartikan korosi sebagai karat, yakni sesuatu yang hampir dianggap sebagai musuh umum masyarakat. Karat (rust) adalah sebutan yang belakangan ini hanya dikhususkan bagi korosi pada besi, padahal korosi merupakan gejala destruktif yang mempengaruhi hampir semua logam.Walaupun besi bukan logam pertama yang dimanfaatkan oleh manusia, tidak perlu diingkari bahwa logam itu paling banyak digunakan, dan karena itu, paling awal menimbulkan masalah korosi serius. Karena itu tidak mengherankan bila istilah korosi dan karat hampir dianggap sinonim (Chamberlain, 1991). Korosi dapat digambarkan sebagai sel galvanik yang mempunyai hubungan pendek dimana beberapa daerah permukaan logam bertindak sebagai katoda dan lainnya sebagai anoda, dan rangkaian listrik dilengkapi oleh aliran electron menuju besi itu sendiri. Sel
elektrokimia terbentuk pada bagian logam dimana terdapat pengotor atau di daerah yang terkena tekanan (Oxtoby, dkk., 1999).
2.1.
Logam yang Dapat Terkorosi Korosi logam tidak terbatas hanya pada besi. Kita lihat aluminium, yaitu logam yang digunakan untuk membuat banyak barang berguna, termasuk pesawat udara dan kaleng minuman. Aluminium memiliki kecenderungan jauh lebih besar untuk teroksidasi dibandingkan besi. Aluminium mempunyai potensial reduksi standar yang lebih negative dibandingkan Fe. Berdasarkan fakta ini saja, kita mungkin akan memperkirakan bahwa pesawat udara perlahan-lahan akan terkorosi dalam badai, proses ini tidak akan terjadi karena lapisan alumiium oksida (Al2O3) tak larut yang terbentuk pada permukaannya ketika logam terpapar ke udara berfungsi melindungi luminium dibawahnya dari korosi lebih lanjut (Chang, 2005). Tembaga, adalah logam merah muda, yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Melebur pada suhu yang sangat tinggi, yakni 1038C. Karena potensial elektrod standarnya positif, yaitu (+0,34 untuk pasangan Cu/Cu2+), ia tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit (Svehla, 1990). Besi yang murni adalah logam yang berwarna putih perak yang kukuh dan liat. Ia melebur pada suhu 1535C. Jarang terdapat besi komersial yang murni, biasanya besi mengandung sejumlah kecil karbida, silsida, fosfida, dan sulfida dari besi, serta sedikit grafit. Zat-zat pencemar ini memainkan peranan penting dalam kekuatan struktur besi. Berbeda dengan tembaga, tembaga adalah logam merah muda, yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Melebur pada 1038+C. Karena potensial elektroda standarnya positif, ia tidak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit (Svehla, 1990). Pada sebuah generator untuk cairan logam, sebagai raktor, terjadi penentrating selama transfer panas, yang akan menyebabkan tingginya suhu air agar dapat dituang pada natrium suhu rendah dengan mengisi bagian kosong pada tube, pada proses ini akan terjadi korosi, yang kemudian akan berakibat pada keadaan ekonomi dan pemasaran generator ini, sehingga perlu adanya sebuah prosedur baru untuk kemudian mencegah berlanjutnya proses korosi, diantaranya adalah dengan pengetesan reaksi natrium dengan air, dll (Hamada dan Tanabe, 2004).
2.2.
Pencegahan Korosi Pencegahan korosi merupakan salah satu masalah penting dalam ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Percobaan ini difokuskan pada korosi besi karena logam ini digunakan sangat luas dan korosi terhadap logam ini merupakan masalah utama jika logam digunakan untuk bangunan, maka logam tersebut harus diproteksi terhadap kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya korosi dengan cepat. Pengecetan dan pelapisan bahan lainnya merupakan metode untuk menghindari korosi. Penggunaan sifat-sifat kimia logam juga merupakan salah satu metode untuk pencegahan korosi (Taba,dkk, 2012) Korosi dapat dicegah dengan cara-cara berikut ini : a. Pembuatan logam homogen Pada pembuatan logam dalam industry diusahakan agar zat-zat tercampur sehomogen mungkin dalam logam tersebut. Hal ini untuk menghindari tertumpuknya campuran tersebut di satu bagian sehingga tidak terjadi perbedaan potensial listrik antara zat yang dapat memicu terjadinya korosi. b. Pelapisan dengan cat Pelapisan logam dengan cat bertujuan untuk mencegah kontak antara permukaan logam dengan udara yang mengandung oksigen dan uap air. c. Pelapisan dengan logam lain Jika logam besi dilapisi Cu (tembaga), Sn (timah), besi akan terlindung dari korosi karena potensial reduksi Cu dan Sn lebih positif (E Cu2+|Cu = + 0,34 Volt dan E Sn2+|Sn = - 0,14 Volt) daripada potensial reduksi besi (E Fe2+|Fe = - 0,44 Volt). Namun bila lapisan ini bocor sehingga lapisan Cu dan Sn terbuka, besi akan mengalami korosi dengan cepat. Selain Cu dan Sn, logam lain yang dapat digunakan adalah perak (Ag), emas (Au), nikel (Ni), dan platina (Pt). d. Proteksi katodik (Cathodic Protection) Proteksi Katodik (Cathodic Protection) adalah teknik yang digunakan untuk mengendalikan korosi pada permukaan logam dengan menjadikan permukaan logam tersebut sebagai katode dari sel elektrokimia.
2.3.
Inhibitor Inhibitor adalah zat organik maupun anorganik yang ditambahkan kedalam suatu lingkungan untuk mengendalikan proses korosi. Sifat-sifat sebuah elektrolit dapat diubah untuk membatasi agresifitas terhadap permukaan logam. Ion-ion yang
paling agresif yang dapat menyerang permukaan logam baja adalah ion-ion sulfat, tiosulfat, tiosianat, dan klorida. Untuk menghambat ion-ion agresif tersebut dapat ditambahkan inhibitor nitrit sehingga dapat mengurangi laju korosi pada permukaan logam. Secara kualitatif inhibitor dibagi dalam tiga kelompok yaitu inhibitor anodic, inhibitor katodik, dan inhibitor absorbsi. Inhibitor anodik adalah zat-zat yang ditambahkan ke dalam elektrolit, sehingga mampu menahan terjadinya reaksi anodic diaksoda. Beberapa inhibitor anodic antara lain kromat, nitrat, dan nitrit yang merupakan inhibitor anodik oksidator. Untuk inhibitor anodik non oksidator yaitu molibdat, silikat, fosfat, dan borax. Adanya inhibitor anodik menghasilkan selaput pasif tipis pada permukaan anoda sehingga menghambat laju korosi. Sedang inhibitor katodik adalah zat yang dapat menghambat terjadinya reaksi dikatoda, karena apada daerah katodik terbentuk logam hidroksida (MOH) yang sukar larut dan menempel kuat pada permukaan logam sehingga menghambat laju korosi. Beberapa contoh inhibitor katodik adalah garam magnesium, kalsium karbonat, dan poliphospat. Pada umumnya inhibitor anodik lebih efisien daripada inhibitor katodik apabila jumlah yang ditambahkan mencukupi. Rumus korosi dapat dihitung sebagai berikut :
( (
) )
Keterangan : W A t = Selisih berat (berat awal dikurang akhir) dalam gram atau miligram = Luas benda kerja daalam cm2 atau dm2 = Waktu dalam jam atau hari = densitas logam (g/cm3)
PICKLING
PENGAMPLASAN
PENCUCIAN
PENGERINGAN
PENIMBANGAN
Larutan HCl 1%
Larutan Urea 1%
Larutan Urea 2%
Larutan Urea 3%
3.3 Pengukuran
Spesimen Larutan
Catat waktu
PENGUKURAN
PERENDAMAN
Selama 30 menit
PENGAMATAN
PENGUKURAN
PERENDAMAN
Selama 4 hari
PENGAMATAN
PENGUKURAN
PENGERINGAN
PENIMBANGAN
5,6
1,9
8,16
Logam berwarna silver, luas permukaan halus, tidak terdapat bintik-bintik hitam Larutan berwarna bening jernih 2 HCl 1% + Urea 2%
5,5
1,9
8,34
Logam berwarna
5,6
1,9
8,38
Logam berwarna silver, luas permukaan halus, tidak terdapat bintik-bintik hitam Larutan berwarna bening jernih 4 HCl 1% + Urea 2% + Nitrit 2%
5,6
1,8
7,48
Logam berwarna
silver, luas permukaan halus, terdapat bintikbintik hitam sedikit karena karat sulit dibersihkan Larutan berwarna keruh, terdapat banyak gelembung-gelembung udara
Warna larutan tetap bening, logam tetap berwarna silver, 1 HCl 1% + Urea 1% dan terdapat gelembunggelembung kecil pada permukaan logam yang diakibatkan reaksi antara logam dan larutan.
Warna larutan tetap bening, logam tetap berwarna silver, dan terdapat gelembung2 HCl 1% + Urea 2% gelembung kecil pada permukaan logam yang diakibatkan reaksi antara logam dan larutan. Gelembung yang dihasilkan lebih banyak dari larutan 1.
Warna larutan tetap bening, logam tetap berwarna silver, dan terdapat gelembung3 HCl 1% + Urea 3% gelembung kecil pada permukaan logam yang diakibatkan reaksi antara logam dan larutan. Gelembung yang dihasilkan lebih banyak dari larutan 1 dan 2.
Warna larutan tetap keruh, logam tetap berwarna silver, HCl 1% + Urea 2% + Nitrit 2% dan terdapat gelembunggelembung udara yang cukup besar dan banyak pada permukaan logam yang diakibatkan reaksi antara logam dan larutan.
Larutan berwarna bening, terdapat gelembunggelembung udara pada permukaan logam dan bergerak ke permukaan larutan, tetapi gelembung udaranya tidak sebanyak larutan pada logam 1.
HCl 1% + Urea 2%
Larutan berwarna bening, terdapat gelembunggelembung udara pada permukaan logam dan bergerak ke permukaan larutan, tetapi gelembung udaranya tidak sebanyak larutan pada logam 1 & 2.
HCl 1% + Urea 3%
Larutan berwarna kuning keruh, terdapat sedikit gelembung-gelembung udara pada permukaan logam dan bergerak ke permukaan larutan.
Logam menjadi berwarna hitam dan endapan berwarna cokelat menempel sebagian di permukaan logam.
yang lebih banyak dari sebelumnya. Logam berwarna hitam dan permukaannya halus.
Larutan berwarna bening sedikit kekuningan, terdapat gelembunggelembung udara pada permukaan logam dan bergerak ke permukaan larutan, tetapi gelembung
HCl 1% + Urea 2%
udaranya tidak sebanyak larutan pada logam 1. Terdapat bintik-bintik hitam pada dasar larutan yang lebih banyak dari sebelumnya. Logam berwarna hitam dan permukaannya halus.
Larutan berwarna bening, terdapat gelembunggelembung udara pada permukaan logam dan
HCl 1% + Urea 3%
bergerak ke permukaan larutan yang cukup banyak. Terdapat bintik-bintik hitam pada dasar larutan yang lebih banyak dari sebelumnya.
Larutan berwarna kuning kecoklatan, terdapat sedikit gelembunggelembung udara pada permukaan logam dan bergerak ke permukaan
larutan. Terdapat endapan berwarna cokelat pada dasar larutan yang lebih banyak dari sebelumnya. Logam menjadi berwarna hitam dan endapan berwarna cokelat menempel sebagian di permukaan logam.
menggantung logam terlalu panjang sehingga larutan terpolarisasi. Terdapat endapan berwarna cokelat pada dasar larutan. Logam menjadi berwarna hitam kecoklatan dan endapan menempel pada permukaan logam.
Larutan berwarna kuning kecoklatan, masih terdapat sedikit gelembung-gelembung udara pada permukaan logam.
2 HCl 1% + Urea 2%
Larutan berwarna kuning kecoklatan, masih terdapat sedikit gelembung-gelembung udara pada permukaan logam.
HCl 1% + Urea 3%
Larutan berwarna kuning kecoklatan, masih terdapat sedikit gelembung-gelembung udara pada permukaan logam.
Logam berwarna hitam dan terdapat bintik-bintik hitam yang semakin banyak pada permukaan logam.
Waktu Pengkorosian, t Dalam jam 168 168 168 168 Dalam hari 7 7 7 7
Dalam dm
2
4.7.1
4.7.2
4.7.3
4.7.4
Logam ke1 2 3 4
Larutan HCl 1% + Urea 1% HCl 1% + Urea 2% HCl 1% + Urea 3% HCl 1% + Urea 2% + Nitrit 2%
Laju Korosi Dalam mdd 919,71 1380,724 1329,216 42,517 Dalam mpy 168,146 252,431 243,015 7,773
1600 1400 Laju Korosi (mdd) 1200 1000 800 600 400 200 0
HCl + Urea 1%
HCl + Urea 2%
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008, Korosi, (online) (http://www.wikipedia.com), diakses 22 September 2012, pukul 23.00. Anonim, 2009, Laporan Inhibitor, (online) (http://www.4shared.com/get/W0cEbmN/LAPORAN_INHIBITOR_BIASA.html;jsessionid=9CBEC12C46C019A73118F FFD32949DCC.dc322), diakses 11 November 2012, pukul 20.00. Anonim, 2009, Laporan Praktikum Inhibitor, (online)
(http://www.scribd.com/doc/74888207/Laporan-Praktikum-Inhibitor), diakses 11 November 2012, pukul 20.10. Bernasconi, G, H. Gester, H. Hauser, H. Stauble, dan E. Schneiter. 1995. Teknologi Kimia. Bagian 2. Diterjemahkan oleh Dr. Ir. Lienda Handojo, M. Eng. Jakarta : PT Pradnya Paramita. Hamada, H., dan Tanabe, H., 2004, Analysis of Overheating Rupture in Heat-Transfer Tubes Causing Corrosive High-Temperature Reaction, Journal of Nuclear Science and Technology, 41(6). Jones, Denny A., 1992, Principles and Preventation of Corrosion, New York : Macmillan Publishing Company. Piron, D. L., 1991, The Electrochemistry of Corrosion, Nace Svehla, G., 1990, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, PT. Kalman Media Pustaka, Jakarta. Taba, P., Zakir, Muh., Fauziah, St., 2009, Penuntun Praktikum Kimia Fisika, Laboratorium Kimia Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin, Makassar. Trethewey, K. R., dan Camberlain, J., 1991, Korosi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta