Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH AGAMA Hukum Islam Dan Kontribusi Umat Islam Indonesia

DOSEN AGAMA Bpk.Mawardi,Mag

Disusun Oleh Anggi Juliadi Ramadhian 1207036359 Sauti 1207036376

PROGRAM STUDI DIPLOMA III JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU 2012 KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul Hukum Islam Dan Kontribusi Umat Islam Indonesia Makalah ini berisikan tentang informasi pengertian Hukum Islam Dan Kontribusi Umat Islam Indonesia. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi, masukan dan pembelajaran kepada kita semua karena dan itu dapat kritik berguna dan saran dalam dari kehidupan semua kita sehari-hari. bersifat Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh pihak yang membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata,penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai kita semua. Amin.

Pekanbaru_November 2012

Penulis

i DAFTAR ISI KATA PENGENTAR......................................................................i DAFTAR ISI..............................................................................ii BAB I PENDAHULUAN.................................................................1 BAB II ISI.................................................................................2 1.

ii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Islam adalah agama yang sempurna yang tentunya sudah memiliki aturan dan hukum yang harus dipatuhi dan dijalankan oleh seluruh umatnya. Setiap aturan dan hukum memiliki sumbernya sendiri sebagai pedoman dalam pelaksanaannya. Islam sebagai agama yang sempurna memiliki hukum yang datang dari Yang Maha Sempurna, yang disampaikan melalui Rasul-Nya Nabi Muhammad SAW, yakni Al Quran Al Kariim. Kemudian sumber hukum agama islam selanjutnya adalah Sunnah atau yang kita kenal dengan Hadits. Al Quran dan Hadits merupakan dua hal yang menjadi pedoman utama bagi umat Islam dalam menjalankan hidup demi mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Namun, seiiring dengan berkembangnya zaman ada saja hal-hal yang tidak terdapat solusinya dalam Al Quran dan Hadits. Oleh karena, itu ada sumber hukum agama islam yang lain, diantaranya Ijma dan Qiyas. Namun, Ijma dan Qiyas tetap merujuk pada Al Quran dan Hadits karena Ijma dan Qiyas merupakan penjelasan dari keduanya.

1 BAB II ISI A.Pengertian Hukum Islam adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah melalui wahyu-Nya yang kini terdapat dalam Al Quran dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad sebagai rasul-Nya melalui sunnah beliau yang kini tersimpan baik dalam kitab-kitab hadits. Dasar-Dasar Hukum Islam Al quran

Kitab suci yang diturunkan kepada ummat muslim sebagai petunjuk dasar utama dalam menjalankan perintah dan larangan dalam menjalani kehidupan. Al hadis

Segala sesuatu yg bersandarkan dari perintah, perilaku dan persetujuan Nabi Muhammad saw, sebagai penyempurna dari hukum yang terdapat dari Al quran. Ijma para ulama

Kesepakatan para ulama dalam menentukan kesimpulan dari suatu hukum yang berlandaskan dari Al Quran dan hadist. Qiyas

menetapkan suatu hukum suatu perkara yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dalah sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi sama Ijtihad

usaha yang sungguh-sungguh, yang sebenarnya bisa dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu untuk

memutuskan suatu perkara yang tidak dibahas dalam Al Quran maupun hadis dengan syarat menggunakan akal sehat dan pertimbangan matang

2 Macam-Macam Hukum Dalam Islam 1. Wajib (Fardlu) Wajib adalah suatu perkara yang harus dilakukan oleh seorang muslima yang telah dewasa dan waras (mukallaf), di mana jika dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan akan mendapat dosa. Contoh : solat lima waktu, pergi haji (jika telah mampu), membayar zakat, dan lain-lain. Wajib - Wajib ain adalah suatu hal yang harus dilakukan oleh semua orang muslim mukalaf seperti sholah fardu, puasa ramadan, zakat,dan mengerjakan / melakukan haji bila telah mampu dan lain-lain. - Wajib Kifayah adalah perkara yang harus dilakukan oleh muslim mukallaff namun jika sudah ada yang malakukannya maka menjadi tidak wajib lagi bagi yang lain seperti mengurus jenazah. 2. Sunnah/Sunnat Sunnat adalah suatu perkara yang bila dilakukan umat islam akan mendapat pahala dan jika tidak dilaksanakan tidak berdosa. Contoh : sholat sunnat, puasa senin kamis, solat tahajud, memelihara jenggot, dan lain sebagainya. Sunah - Sunah Muakkad adalah sunnat yang sangat dianjurkan Nabi Muhammad SAW seperti shalat ied dan shalat tarawih. - Sunat Ghairu Muakad yaitu adalah sunnah yang jarang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW seperti puasa senin kamis, dan lain-lain. 3. Haram Haram adalah suatu perkara yang mana tidak boleh sama sekali dilakukan oleh umat muslim di mana pun mereka berada karena jika dilakukan akan mendapat dosa dan siksa di neraka kelak. Contohnya : main judi, minum minuman keras, zina, durhaka pada orang tua, riba, membunuh, fitnah, dan lain-lain.

3 4. Makruh Makruh adalah suatu perkara yang dianjurkan untuk tidak dilakukan akan tetapi jika dilakukan tidak berdosa dan jika ditinggalkan akan mendapat pahala dari Allah SWT. Contoh : posisi makan minum berdiri, merokok (mungkin haram). 5. Mubah Mubah adalah suatu perkara yang jika dikerjakan seorang muslim mukallaf tidak akan mendapat dosa dan tidak mendapat pahala. Contoh : makan dan minum, belanja, bercanda, melamun, dan lain sebagainya.

B.SUMBER HUKUM ISLAM


1. Menurut Al-Quran

Sebelum membahas lebih jauh tentang al-quran sebagai sumber hukum islam, mari kita kaji terlebih dahulu pengertian dari al-Quran itu sendiri. Al-Quran adalah firman Allah s.w.t. yang di turunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. secara berangsur-angsur melalui malaikat Jibril, sebagai mukjizat dan pedoman hidup bagi umatnya dan membacanya adalah ibadah. Al-Quran ini turun pada sekitar tanggal 17 Ramadhan tahun ke-41 dari kelahiran nabi Muhammad s.a.w. Telah kita ketahui bahwa Al-Quran merupakan kitab suci umat islam dan merupakan pedoman hidup yang abadi. Dikatakan abadi karena kemurniannya sejak diturunkan sampai di akhir zaman senantiasa terpelihara. Allah s.w.t. menjamin pasti kemurnian al-

Quran, seperti dalam firmannya yang berarti Sesungguhnya kamilah yang menurunkan al-Quran dan sesungguhnya kami benar-benar menjaganya(QS. Al-Hijr, 15:9).

4 Al-Quran merupakan pedoman hidup yang pertama dan utama bagi umat islam. Pada masa rasulullah s.a.w. setiap persoalan solusinya selalu di kembalikan kepada al-Quran. Rasulullah sendiri dalam perilakunya sehari-hari selalu mengacu pada al-Quran. Oleh karena itu kita sebagai seorang muslim kita harus menggunakan al-Quran sebagai pedoman hidup. Sepeti dalam firman-Nya yang berarti Hai orang-orang beriman, taatlah kepada Allah s.w.t. dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling daripada-Nya, sedang kamu mendengar (perintah-perintahNya). (QS. Al-Anfal,8:20). Ayat tersebut mengandung dua perintah yang pertama adalah perintah untuk taat kepada allah, taat berarti kita harus menjalankan smua perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangannya. Dan perintah-perintah Allah itu ada dalam alQuran, jadi kalau kita taat kepada Allah kita harus mengikuti petunjuk-petunjuk yang ada dalam al-Quran. Perintah yang kedua adalah taat kepada Rasulullah, artinya kita harus taat kepada sunnah dan hadits-haditsnya. Baik perintah maupun larangannya. Fungsi dari al-Quran itu sendiri ada 4 yaitu petunjuk, penjelas, pembeda dan obat. Petunjuk artinya al-Quran merupakan suatu aturan yang harus diikuti, layaknya sebuah papan jalan yang di temple pada jalan-jalan. Seseorang yang tidak mengetahui jalan, jika ia mengabaikan petujuk jalan itu dan dan berjalan tidak sesuai dengan petunjuknya sudah pastilah orang tersebut akan tersesat. Sama seperti orang hidup di dunia ini, jika ia mengabaikan petunjuk dari Allah maka pastilah jalannya akan tersesat.

5 Fungsi yang kedua adalah penjelas artinya di dalam al-Quran sudah dijelaskan tentang segala sesuatu yang ditanyakan oleh manusia. Dalam fungsinya al-Quran harus dijadikan rujukan dari semua peraturan yang dibuat oleh manusia, jadi manusia tidak boleh membuat aturan sendiri tanpa ada dasar-dasarnya dari al-Quran. Al-Quran sebagai pembededa, maksudnya sebagai pembeda antara yang benar dan salah. Kita bisa mengetahui suatu hal apakah itu benar atau salah dari al-Quran. Selain itu juga pembeda antar muslim dan luar muslim, antar nilai yang diyakini benar oleh orang mukmin dan nilai yang dipegang oleh orang-orang kufur. Selanjutnya fungsi al-Quran sebagai obat. Ibarat resep dari seorang dokter, pasien sering sulit untuk membacanya bahkan memahaminya. Tetapi seorang pasien percaya bahwa resep tersebut tidak mungkin salah karena dokter diyakini tidak mungkin berbohong. Sama seperti halnya dengan al-quran, al-quran adalah resep yang diberikan oleh Allah dan sudah pasti resep tersebut tidak mungkin salah karena Allah maha besar. Dengan demikian tidak menjadi masalah apabila ada beberapa ayat dalam al-Quran yang belum kita mengerti maksud dan tujuannya, maka jalankan sajalah. Sebab kalau harus menunggu kita memahami semua maksudnya bisa-bisa waktu kita di dunia ini habis terlebih dahulu sebelum kita menjalankan semua perintah-perintah-Nya. Selain itu, obat yang diberikan oleh dokter tidak semuanya manis kadang ada yang pahit dan manis. Tetapi dokter berpesan agar meminum obat tersebut dengan teratur dan sampai habis, sebab kalau ridak teratur dan habis penyakitnya tidak sembuh. Begitupula dengan al-Quran adalah obat, tidak semua perintah dalam al-Quran

sesuai

dengan

keinginan

dan

kemauan

manusia,

tetapi

Allah

menghendaki kita untuk mengamalkan semua firmannya tanpa terkecuali. 6 2. Al-Hadist Secara bahasa, hadits dapat berarti baru, dekat dan khabar (cerita). Sedangkan dalam tradisi hukum Islam, hadits berarti segala perkataan, perbuatan dan keizinan Nabi Muhammad SAW (aqwal, afal wa taqrir). Akan tetapi para ulama Ushul Fiqh, membatasi pengertian hadits hanya pada ucapan-ucapan Nabi Muhammad SAW yang berkaitan dengan hukum, sedangkan bila mencakup, pula perbuatan dan taqrir yang berkaitan dengan hukum, maka ketiga hal ini mereka namai dengan Sunnah. Beranjak dari pengertian-pengertian di atas, menarik dibicarakan tentang kedudukan Hadits dalam Islam. Seperti yang kita ketahui, bahwa Al-Quran merupakan sumber hukum primer/utama dalam Islam. Akan tetapi dalam realitasnya, ada beberapa hal atau perkara yang sedikit sekali Al-Quran membicarakanya, atau Al-Quran membicarakan secara global saja, atau bahkan tidak dibicarakan sama sekali dalam Al-Quran. Nah jalan keuar untuk memperjelas dan merinci keuniversalan Al-Quran tersebut, maka diperlukan AlHadits/As-Sunnah. Di sinilah peran dan kedudukan Hadits sebagai tabyin atau penjelas dari Al-Quran atau bahkan menjadi sumber hukum sekunder/kedua_setelah Al-Quran.

3. IJMA

Ijma menurut bahasa artinya sepakat, setuju atau sependapat. Sedangkan menurut istilah Kebulatan pendapat semua ahli ijtihad Umat Nabi Muhammd, sesudah wafatnya pada suatu masa, tentang suatu perkara (hukum). Pada masa Rasulullah masih hidup, tidak pernah dikatakan ijma dalam menetapkan suatu hukum, kerena segala persoalan dikembalikan kepada beliu, apabila ada hal-hal yang belum jelas atau belum diketahui hukumnya. Ijma itu dapat terwujud apabila ada empat unsur. 1. Ada sejumlah mujtahid ketika suatu kejadian, karena kesepakatan (ijma) tidak mungkin ada kalau tidak ada sejumlah mujtahid, yang masing-masing mengemukakan pendapat yang ada penyelesaian pandangan. 2. Bila ada kesepakatan para mujtahid umat islam terhadap hukum syara tentang suatu masalah atau kejadian pada waktu terjadinya tanpa memandang negeri, kebangsaan atau kelompok mereka. Jadi, kalau mujtahid Makkah, Madihan, Irak, Hijaz saja umpamanya yang sepakat terhadap suatu hukum syara tidak dapat dikatakan ijma menurut syara kalau bersifat regional. Tetapi harus bertahap internasional. Masalah mungkin terjadi ijma atau tidak, lain lagi

persoalannya, karena ada diantara ulama yang mengatakan mungkin dan ada pula yagn mengatakan tidak mungkin. 3. Kesepakatan semua mujtahid itu dapat diwujudakan dalam suatu hukum tidak dapat dianggap ijma kalau hanya berdasarkan pendapat mayoritas, jika mayoritas setuju, sedangkan minoritas tidak setuju. Berarti tetap ada perbedaan pendapat. 4. Kesepakatan para mujtahid itu terjadi setelah ada tukar menukar pendapat lebih dahulu, sehinga diyakini betul putusan yang akaN

4. QIYAS Qiyas dalam bahasa Arab berasal dari kata qasa, yaqisu, qaisan artinya mengukur, menyamakan dan ukuran. Secara etimologi qiyas berarti pengukuran sesuatu dengan yang lainnya atau penyamaan sesuatu dengan sejenisnya. Qiyas menurut berarti, membandingkan atau mengukur, seperti menyamakan si A dengan si B, karena kedua orang itu mempunyai tinggi yang sama, bentuk tubuh yang sama, wajah yang sama dan sebagainya. Qiyas juga berarti mengukur, seperti mengukur tanah dengan meter atau alat pengukur yang lain. Demikian pula membandingkan sesuatu dengan yang lain dengan mencari persamaan-persamaannya. Sedangkan menurut ulama ushul fiqih qiyas berarti menetapkan hukum suatu kejadian atau peristiwa yang tidak ada dasar nashnya dengan cara membandingkannya kepada suatu kejadian atau peristiwa yang lain yang telah ditetapkan hukumnya berdasarkan nash karena ada persamaan illat antara kedua kejadian atau peristiwa itu.[ Jadi qiyas merupakan mashodirul ahkam yang keempat setelah AlQuran, As-Sunnah dan ijma. Yakni cara mengishtinbatkan suatu hukum dengan cara menganalogikan antara dua hal yang memiliki kesamaan illat tetapi yang satu belum ada ketentuan hukumnya dalam nash. Adapun cara mengoperasionalkan qiyas ini yakni dimulai dengan mengeluarkan hukum yang ada pada kasus yang disebutkan dalam nash, setelah itu kita teliti illatnya. Selanjutnya kita cari dan teliti illat yang ada pada kasus yang tidak disebutkan dalam nash, sama ataukah tidak. Jika sudah diyakini bahwa illat yang ada dalam kedua kasus

tersebut ternyata sama maka kita menggunakan ketentuan hukum pada kedua kasus itu berdasarkan keadaan illat.

Supaya lebih mudah memahaminya, akan kami kemukakan beberapa contoh berikut:

Minum narkotik adalah suatu perbuatan yang perlu ditetapkan hukumnya, sedang tidak ada satu nashpun yang dapat dijadikan sebagai dasar hukumnya. Untuk menetapkan hukumnya dapat ditempuh cara qiyas dengan mencari perbuatan yang lain yang telah ditetapkan hukumnya berdasarkan nash, yaitu perbuatan minum khomr, yang diharamkan berdasarkan firman Allah SWT:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatanperbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (Q.S al-Maidah: 90) Antara minum narkotik dan minum khomr ada persamaan illat, yaitu sama-sama berakibat memabukkan para peminumnya, sehingga dapat merusak akal. Berdasarkan persamaan illat itu, ditetapkanlah hukum minum narkotik yaitu haram, sebagaimana haramnya minum khomr.

C. FUNGSI HUKUM ISLAM DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT Fungsi hukum islam dalam kehidupan bermasyarakat, dikemukakan fungsi utamanya yaitu: fungsi ibadah hukum islam adalah ajaran Allah,swt yang harus dipatuhi umat manusia dan kepatuhannya merupakan ibasah yang sekaligus juga merupakan indikasi keimanan seseorang. Fungsi-fungsinya adalah: Fungsi amar ma`ruf nahi mungkar hukum islam sebagai hukum yang ditujukan untuk mengatur hidup dan kehidupan manusia, jelas dalam praktek akan selalu bersentuhan dengan masyarakat. Sebagai contoh peroses pengharaman riba dan khamar. Ribah dan khamar tidak diharamkan sekaligus tetapi secara bertahap. Karena sangat riskan kalau riba dan khamar diharamkan sekaligus, berkaca dari pengharaman riba dan khamar, akan nampak bahwa hukum islam akan berfungsi sebagai salah satu sarana pengadilan sosial. Oleh karena itu kami dapat memahami fungsi kontrol sosial yang dilaksanakan lewat tahapan pengharaman riba dan khamar. Fngsi ini dapat disebut amar ma`ruf nahi mungkar. Fungsi zawajir. Fungsi terlihat dalam pengharaman membunuh dan berzinah yang serta dengan ancaman hukuman atau sanksi hukum. Qisas dan diyat ditetapkan untuk tindak pidana jiwa, sedangakan Hudud untuk tindak pidana tertentu (mencuri, berzina, qadzaf, hirabah, riddah) dan Ta`zir tindak pidana selain tindak pidanan tersebut. Adanya sanksi hukum

mencerminkan fungsi hukum islam sebagai sarana pemaksa yang melindungi warga masyarakat dari segala bentuk ancaman serta perbuatan yang membahayakan. Fungsi ini disebut fungsi zawajir. Fungsi tanzim wa islah al-ummah. Fungsi hukum ini adalah sebagai saranan untuk mengatur sebaik mungkin dan memperlancar proses intraksi sosial sehingga terwujudlah masyarakat yang harmonis, aman dan sejahtra. Dalam hal tertentu hukum islam menetapkan aturan yang cukup rinci dan mendetail seperti muamalah yang apada umumnya hukum islam dalam masalah ini hanya menetapkan aturan pokok dan nilai-nilai dasar. Perinciannya disertakan para ahli dan pihakpihak yang berkopeten pada bidang masing-masing, dengan tetap memperhatikan dan berpegang pada aturanpokok dan nilai dasar tersebut. Fungsi ini disebut dengan tanzim wa islah al-ummah.

Anda mungkin juga menyukai