Anda di halaman 1dari 37

MEWUJUDKAN POLA KELUARGA HIDUP SEHAT DENGAN PENYEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN PASCA BENCANA MERAPI DI UMBULHARJO YOGYAKARTA

Karya ilmiah ini disusun dalam rangka mengikuti lomba Karya Tulis Ilmiah Poltekkes Yogyakarta

Disusun oleh : 1. Eko Agus Purnomo 2. Astari Juwita Ningtyas 3. Sri Karyati P07133110055 P07133110045 P07133110091

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN YOGYAKARTA 2010

MEWUJUDKAN POLA KELUARGA HIDUP SEHAT DENGAN PENYEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN PASCA BENCANA MERAPI DI UMBULHARJO YOGYAKARTA Karya ilmiah ini disusun dalam rangka mengikuti lomba Karya Tulis Ilmiah Poltekkes Yogyakarta

Disusun oleh : 1. Eko Agus Purnomo 2. Astari Juwita Ningtyas 3. Sri Karyati P07133110055 P07133110045 P07133110091

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN YOGYAKARTA 2010

ABSTRAK Eko. Astari. Sri. 2010, Mewujudkan Pola Keluarga Hidup sehat dengan Penyehatan Makanan dan Minuman Pasca Bencana Merapi di Umbulharjo Yogyakarta . Karya Tulis Ilmiah, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

Kata Kunci: Pola keluarga hidup sehat, cuci tangan, penyehatan makanan dan minuman

Erupsi Gunung Merapi yang terjadi akhir Oktober sampai awal November tahun 2010, menyebabkan dampak yang sangat besar bagi lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat. Untuk mencegah terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan lainnya maka perlu dilakukan pencegahan sejak dini dari lingkup keluarga dengan penyehatan sandang, pangan, dan papan sehingga terwujud pola keluarga yang sehat pasca bencana Merapi.

Pada penelitian ini kami menggunakan sample, yaitu Warga Dusun Tangkisan, Desa Umbularjo, Kabupaten Sleman, yang berjumlah 45 orang dari 45 kepala keluarga (KK). Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan kuesioner, yaitu pengisian angket yang diberikan peneliti pada sempel.

Hasil penelitian ini akan memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang pola keluarga hidup sehat.

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul Mewujudkan Pola Keluarga Hidup Sehat Dengan Penyehatan Makanan dan Minuman Pasca Bencana Merapi di Umbulharjo Yogyakarta. Karya tulis ini disusun dalam rangka mengikuti lomba Karya Tulis Ilmiah di Politeknik Kesehatan Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yng terkait. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu DR. Hj. Lucky Herawati, SKM, MSc. selaku Direktur Poltekkes DepKes RI Yogyakarta. 2. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu terselesainya Karya Tulis Ilmiah ini. 3. Akhir kata penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaannya. 4. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya. Semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Amin

Yogyakarta, 26 Desember 2010

Penulis

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. DAFTAR LAMPIRAN BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Ruang Lingkup E. Manfaat Penelitian F. Keaslian Penelitian BAB II. TINJAUAN TEORI A. TEORI 1. Keluarga Hidup Sehat (KHS) 2. Cuci Tangan 3. Penyehatan Makanan dan Minuman B. KARANGKA TEORI BAB III. METODE PENELITIAN A. JUDUL PENELITIAN B. JENIS PENELITIAN C. WAKTU PENELITIAN D. PROSEDUR PENELITIAN E. SAMPEL. F. TEKNIK PENELITIAN G. ANGKET YANG DIUJIKAN

BAB IV. PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN B. PEMBAHASAN BAB V. PENUTUP A. KESIMPULAN B. SARAN-SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meletusnya Gunung Merapi yang terjadi akhir Oktober sampai awal November tahun 2010 kemarin menimbulkan dampak yang sangat besar terhadap lingkungan maupun kesehatan masyarakat. Masyarakat masih kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan pokok yaitu kebutuhan makanan dan minuman. Makanan dan minuman merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia untuk dapat melangsungkan kehidupan selain kebutuhan sandang dan papan. Selain itu keamanan makanan juga merupakan kebutuhan masyarakat, karena makanan yang aman akan melindungi dan mencegah terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan lainya. Seperti yang terjadi di Dusun Tangkisan, Desa Umbulharjo Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebagian

pengungsi ataupun masyarakat yang telah kembali ke rumah memang mendapatkan suplai kebutuhan makan dan minuman dari pemerintah berupa air bersih, air minum dan makanan jadi. Namun makanan serta minuman yang mereka dapat masih jauh dari standar dan persyaratan kesehatan. Terkadang jumlah sukarelawan yang berada di dapur umum dalam penyediaan makanan tidak sebanding dengan kebutuhan tenaga yang tersedia. Disamping itu, masalah waktu pendistribusian makanan yang teramat lama sehingga makanan yang sampai ke tangan korban bencana tidak sesuai dengan standar kesehatan yang berlaku. Selain itu, bahan makanan yang tidak diawasi secara cermat serta pembuatan makanan dalam jumlah banyak sering kali menjadikan proses pengolahan makanan tidak bisa sesuai dengan standarisasi dalam pengolahan bahan makanan dan tingkat kebersihan, sehingga dapat menimbulkan penyakit pada tubuh. Agar masyarakat bisa terjaga kesehatannya maka upaya

penyehatan makanan dan minuman sangat diperlukan dalam penanganan

pasca bencana Merapi seperti saat ini dengan melakukan pemberdayaan pola keluarga hidup sehat.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dari permasalahan tersebut dapat ditarik rumusan masalah yaitu: 1. Apakah warga masyarakat Dusun Tangkisan melakukan pola keluarga hidup sehat pasca bencana Merapi? 2. Apa yang perlu dibenahi untuk penyehatan makanan dan minuman? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Terlaksananya penyuluhan dalam rangka memberdayaan

masyarakat untuk membangun dan menyejahterakan masyarakat pasca bencana Merapi. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pola hidup warga Dusun Tangkisan pasca bencana Merapi. b. Untuk mewujudnya keluarga sehat dengan penyehatan

makanan dan minuman pasca bencana Merapi. c. Terlaksananya penilaian perubahan sikap dan pengetahuan terhadap kesehatan makanan dan minuman. d. Memberikan solusi kepada warga Dusun Tangkisan untuk mewujudkan pola keluarga hidup sehat. D. Ruang Lingkup 1. Lingkup Keilmuan Penelitian ini termasuk dalam lingkup ilmu kesehatan lingkungan khususnya pada bidang penyehatan makanan dan minuman serta ilmu pemberdayaan masyarakat. 2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Dusun Tangkisan, Desa Umbulharjo, Sleman, Yogyakarta karena berdasarkan data observasi, lokasi menjadi wilayah bencana Merapi. 3. Obyek Penelitian Obyek penelitian adalah penyehatan makanan dan minuman di Dusun Tangkisan, Desa Umbulharjo, Sleman, Yogyakarta. 4. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan 18-24 Desember 2010. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Menambah informasi yaitu khususnya dalam mewujudkan pola keluarga sehat dengan penyehatan makanan dan minuman di Desa Umbulharjo, Sleman, Yogyakarta. 2. Bagi Lingkup Keluarga di Desa Umbulharjo, Sleman, Yogyakarta Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman bagi keluarga untuk melaksanakan penyehatan makanan dan minuman paska bencana Merapi dengan penyuluhan dalam pemberdayaan masyarakat. 3. Bagi Peneliti Digunakan sebagai salah satu latihan dalam mengembangakan dan menerapkan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan lingkungan khususnya penyehatan makanan dan minuman. F. Keaslian Penelitian Peneliti telah melakukan studi referensi di perpustakaan dan mencari informasi di internet tapi belum ada penelitian yang memiliki rumusan masalah seperti yang kami angkat, sehingga layak untuk dikaji.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori 1. Keluarga Hidup Sehat (KHS) Keluarga adalah suatu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup bersama dalam satu atap dan memiliki hubungan darah. Keluarga juga sebagai media dalam menyalurkan dan mengembangkan usaha kesehatan karena melalui keluarga pencakupan program kesehatan akan lebih besar dengan metode pemicuan. Program kesehatan ini dilaksanakan dalam rangka mewujudkan pola keluarga hidup sehat secara

berkesinambungan paska bencana Merapi seperti saat ini, karena pemerintah menaruh komitmen untuk dapat mengatasi masalah ini. Keluarga hidup sehat adalah suatu kondisi ketika suatu keluarga tidak mengkonsumsi makanan dan minuman yang tidak sesuai dengan syarat kesehatan, mempunyai perilaku mencuci dengan sabun dan melakukan kegiatan penyehatan makanan dan minuman dalam keluarga secara sederhana. Namun demikian masyarakat masih sulit melaksanakan pola keluarga hidup sehat pasca bencana Merapi seperti saat ini. Program kesehatan ini dilaksanakan oleh mahasiswa - mahasiswa dimana mempunyai tugas untuk memberikan pemicuan/ penyuluhan kepada keluarga yang terkena bencana Merapi agar keluarga tersebut dengan kesadaranya sendiri timbul rasa untuk melaksanakan keluarga hidup

sehat (KHS) dengan penyehatan makanan dan minuman. Perilaku ialah respon individu terhadap rangsangan, baik yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Jenis Perilaku yaitu : a. Perilaku ideal (ideal behavior) yaitu tindakan yang bisa diamati menurut para ahli perlu dilakukan oleh individu atau masyarakat untuk mengurangi atau membentuk memecahkan masalah. b. Perilaku yang sekarang (current behavior) yaitu perilaku yang di laksanakan saat ini. c. Perilaku yang di harapkan (feasible behavior) yaitu perilaku ini di harapkan bisa dilaksanakan oleh sasaran.

Beberapa rangsangan dapat menyebabkan orang merubah perilaku mereka adalah sebagai berikut : a. Rangsangan fisik yaitu rangsangan yang bersumber dari

pengetahuan dan alasan- alasan yang dimiliki oleh yang bersangkutan. b. Rangsangan emosional yaitu rangsangan bersumber dari rasa takut, cinta, atau dari harapan-harapan yang dimiliki oleh yang bersangkutan. c. Keterampilan yaitu rangsangan perorangan dan keluarga. d. Struktur sosial yaitu rangsangan bersumber dari dampak faktorfaktor sosial, ekonomi, hukum dan teknologi terhadap kehidupan sehari-hari seseorang. e. Cost dibagi menjadi dua yaitu Cost Ekonomis (biaya, waktu, dan lain-lain sumber daya) dan Cost Sosial (malu, bingung, dan lainlain). f. Perilaku yang bersaing yaitu perilaku yang harus dilaksanakan pula oleh yang bersangkutan pada waktu bersangkutan pada waktu bersamaan. Untuk perubahan perilaku biasanya diperlukan waktu lama. Jarang ada orang yang langsung merubah perilakunya setelah mendengar penyuluhan satu kali. Lima ahli karakteristik dalam perubahan perilaku individu, yaitu: a. Pengetahuan b. Disetujui c. Niat d. Praktek e. Advokasi Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku karena perubahan perilaku adalah merupakan tujuan dari pendidikan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang programprogram kesehatan lainnya. 2. Cuci Tangan

Cuci tangan adalah suatu hal yang sederhana untuk menghilangkan kotoran dan meminimalisir kuman yang ada di tangan dengan menggunakan air dan dapat dilakukan dengan menambah bahan tertentu. Dengan higiene tangan (hand hygiene) yang tepat dapat mencegah infeksi dan penyebaran resistensi anti mikroba. Menurut Widmer (2000), terdapat dua konsep dasar higiene tangan yang berbeda yaitu mencuci tangan (hand washing) dan menggosok tangan dengan alkohol (hand rubbing). Cuci tangan harus selalu dilakukan dengan benar sebelum dan sesudah melakukan tindakan perawatan walaupun memakai sarung tangan atau alat pelindung lain untuk menghilangkan/mengurangi

mikroorganisme yang ada di tangan sehingga penyebaran penyakit dapat dikurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi. Tujuan mencuci tangan adalah untuk menghilangkan kotoran dari kulit secara mekanis dan mengurangi jumlah mikroorganisme. Tiga cara cuci tangan yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan yaitu : a. Cuci tangan higienik atau rutin, mengurangi kotoran dan flora yang ada di tangan dengan menggunakan sabun atau deterjen. b. Cuci tangan aseptik, sebelum tindakan aseptik pada pasien dengan menngunakan antiseptik. c. Cuci tangan bedah (surgical handsrub), sebelum

melakukan tindakan bedah cara aseptik dengan antiseptik dan sikat steril. Higiene tangan merupakan cara yang efektif untuk memutus mata rantai infeksi. Oleh karena itu perlu diketahui teknik yang sederhana tentang cuci tangan. Prosedur WHO,2005 : a. Tangan dibasuh setinggi pergelangan lengan bawah dengan air mengalir. cuci tangan dengan sabun cair menurut

Sabun dituangkan di bagian telapak tangan yang telah basah sebanyak 3 tetes (1,5 ml). Sabun diratakan dengan kedua telapak tangan. b. Gerakan cuci tangan yaitu kedua telapak tangan kanan digosok diatas punggung tangan kiri dan sebaliknya, kedua telapak tangan digosok dengan jari saling mengait, kedua ibu jari di gosok dengan cara menggenggam dan memutar, serta bagian pergelangan tangan kiri digosok dengan cara menggegam dan memutar, serta bagian pergelangan tangan kiri digosok dengan mengunakan tangan kanan dan sebaliknya. Jari jari sisi dalam dari kedua tangan dalam keadaan saling mengunci. c. Proses pencucian tangan berlangsung selama 10-15 detik. d. Kemudian dibilas kembali dengan air sampai bersih. e. Lalu tangan dikeringkan dengan tisu bersih sekali pakai sampai benar-benar kering. f. Kran ditutup dengan menggunakan tangan yang dilapisi oleh tisu. 3. Penyehatan Makanan dan Minuman A. Prinsip higiene sanitasi makanan dan minuman Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang diperlukan setiap saat dan harus ditangani dan dikelola dengan baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Pengelolaan yang baik dan benar pada dasarnya adalah mengelola makanan berdasarkan kaidah-kaidah dari prinsip higiene dan sanitasi makanan. Prinsip-prinsip sanitasi makanan dan minuman adalah teori praktis mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku manusia mengenai kesehatan kebersihan dan keamanan dalam memilih, meracik, mengolah dan menyajikan makanan. Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi subjeknya seperti melindungi kebersihan tangan, melindungi kebersihan alat-alat makan.

Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan untuk mendukunng upaya subyek, misalnya menyediakan tempat atau air bersih untuk mendukung kebersihan tangan dan alat-alat makan. Pengertian dari prinsip hygiene dan sanitasi makanan adalah pengendalian terhadap 4 faktor higiene sanitasi makanan, yaitu faktor tempat/bangunan, peralatan, orang dan bahan makanan. Untuk mengetahui apakah faktor-faktor tersebut dapat menimbulkan ganguan kesehatan penyakit atau keracunan

makanan maka perlu dilakukan analisis mengenai rangkaian kegiatan dari faktor-faktor tersebut. Enam faktor prinsip higiene sanitasi makanan meliputi : a. Pemilihan bahan makanan Dalam pemilihan makanan yang diperhatikan adalah darimana sumber makanan itu berasal. Beberapa hal dalam pemilihan sumber makanan yang baik : 1. Untuk pemilihan daging ternak, sebaiknya memilih di Rumah Pemotongan Hewan (RPH). 2. Sayuran yang baik adalah sayuran yang masih segar, tidak busuk, tidak terdapat gigitan hewan maupun manusia, dan bebas dari kotoran atau tanah. 3. Untuk buah-buahan keadaan fisiknya baik, warna sesuai dengan bawaan atau tidak ada warna tambahan, tidak berbau busuk, dan tidak ada cairan lain selain getah asli dari buah sendiri. b. Penyimpanan bahan makanan Penyimpanan makanan bertujuan untuk mencegah

terjadinya kerusakan dengan mengendalikan pencemaran oleh bakteri. Seperti penyimpanan sejuk dengan suhu 10-15 C untuk jenis minuman, buah dan sayuran. c. Pengolahan makanan

Pengolahan makanan adalah proses perubahan bentuk dari bahan mentah menjadi makanan siap santap. Dalam pengolahan makanan yang baik perlu diperhatikan adalah kebersihan dari tempat pengolahan, peralatan masak, peralatan makan dan minum, wadah makanan, rak penyimpanan, dan sarana penyajiannya. d. Penyimpanan makanan masak Makanan masak merupakan campuran bahan yang lunak dan sangat disukai oleh bakteri. Penyimpanan untuk makanan masak sebaiknya di wadah yang terpisah, wadah dalam keadaan tertutup, dengan suhu untuk makanan basah di bawah 10 C dan harus dipanaskan kembali sebelum disajikan. e. Pengangkutan makanan Pengangkutan makanan yang sehat akan sangat berperan dalam mencegah terjadiya pencemaran makanan. Makanan siap santap lebih rawan terhadap pencemaran daripada makanan metah sehingga perlakuan dalam pengangkutan harus ekstra hati-hati. Bila makanan yang diangkut menggunakan wadah, usahakan agar wadah itu bersih, tertutup dan terpisah dari makanan lain. f. Penyajian makanan Penyajian makanan merupakan rangkaian akhir dari perjalanan makanan. Makanan siap santap dikatakan layak santap bilamana makanan menurut lima indera manusia itu baik. B. Tempat Pengolahan Makanan (TPM) a. Lokasi Lokasi harus jauh dan terhindar dari pencemaran yang diakibatkan oleh mikroorganisme, alam, manusia atau hewan. Kriteria dari pencemaran sangat tergantung kepada arah

pencemaran yang mungkin terjadi seperti arah angin dan aliran air. b. Konstruksi Kontruksi untuk TPM sendiri harus kuat, aman, dan terpelihara sehingga bisa mencegah terjadinya kecelakaan dan pencemaran. Konstruksi juga harus selalu bersih secara fisik dan

bebas dari barang-barang sisa atau bekas yang ditempatkan secara tidak beraturan. c. Lantai Lantai sebagai TPM harus bersih, kering, tidak mudah rusak, tidak lembab, tidak ada retakan, tidak licin, dan tahan terhadap pembersihan yang berulang-ulang. Antara lantai dan dinding sebaiknya dibuat conus (tidak membuat sudut mati) dengan tujuan agar sisa-sisa kotoran mudah dibersihkan. d. Ventilasi Keadaan ruangan harus lembab dengan suhu antara 280C320C. Ventilasi dapat dibuat secara alamiah dengan membuat lubang penghawaan yang cukup. Lubang penghawaan bisa berupa lubang tetap atau lubang incidental seperti jendela yang bisa dibuka dan ditutup. e. Tempat cuci tangan Tersedia tempat cuci tangan yang terpisah dengan tempat cuci peralatan maupun bahan makanan yang dilengkapi dengan air kran, saluran pembuangan tertutup, bak penampungan, sabun, dan pengering. f. Air bersih Air bersih harus tersedia dengan cukup untuk seluruh kegiatan pengelolaan makanan. Air bersih secara fisik adalah jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan bebas kuman penyakit. Untuk air biasa harus direbus terlebih dahulu sebelum digunakan. C. Tempat sampah Tempat sampah harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, dan tidak mudah berkarat. Mempunyai tutup dan memakai kantong plastik khusus untuk sisa-sisa bahan makanan dan makanan jadi yang cepat membusuk. D. Sepuluh prinsip pokok WHO untuk Keamanan Makanan a. Pilih makanan yang sudah diproses

b. Memasak makanan dengan sempurna c. Santap makanan segera d. Simpanlah makanan masak dengan benar e. Panasi kembali makanan dengan benar f. Cegah kontak makanan dengan bahan mentah g. Cuci tangan sesering mungkin h. Jaga kebersihan permukaan dapur secermat mungkin i. Lindungi makanan dari serangga, tikus dan binatang lain j. Pergunakan air bersih E. Pencegahan pencemaran makanan Upaya pencegahan pencemaran makanan adalah suatu upaya untuk memproduksi makanan yang sehat dan bersih agar layak dikonsumsi. a) Tahap pemilihan Pilih bahan makanan yang masih segar, utuh, tidak retak atau pecah, terutama makanan yang cepat busuk. Bahan makanan seperti sayuran yang tidak terdapat bolong-bolong patut dicurigai telah tercemar pestisida. b) Tahap penyimpanan Bahan makanan yang cepat busuk disimpan di tempat yang khusus, usahakan terdapat sirkulasi udara, untuk bahan lainnya disimpan pada tempat yang tidak dapat terjangkau tikus, serangga, dan binatang pengganggu lainnya. c) Tahap pengolahan makanan Hal-hal yang diperhatikan dalam tahapan ini adalah : 1. Pencucian bahan bahan dan alat-alat sebelum digunakan ke tahap selanjutnya 2. Subjek yang melakukan pengolahan makanan harus bersih dan tidak sednag sakit. 3. Masaklah bahan makanan pada suhu tertentu sesuai dengan jenis bahan makanan. 4. Gunakan secukupnya bahan tambahan pada makanan

5. Gunakan peralatan yang tidak mudah berkarat, dan tidak terbuat dari bahan yang dapat bereaksi dengan asam. d) Tahap pengangkutan Kendaraan yang digunakan untuk mengangkut ini khusus, tidak digunakan untuk mengangkut barang lain selain makanan. e) Tahap penyajian Makanan yang disajikan pada tempat yang bersih, alat makan bersih, dan terdapat sirkulasi udara. Pencucian dan tindakan pembersih bakteri pada peralatan makan dan masak. Diagram dibawah ini menujukkan pentingnya pengunaan alat-alat makan dari perusahaan penyediaan makanan di dalam penyebaran penyakit. Infeksi usus dan alat pernafasan mungkin disebarkan oleh alat makan yang kurang bersih.
udara

makanan Tamu/pengelola makanan yang terifeksi Alat-alat ludah tangan Orang sehat

Buangan dari usus Air pencuci alat-alat

Keterangan gambar : cara-cara penyebaran penyakit pernafasan dan penyakit perut pada
penyediaan makanan. Panah bolak-balik menunjukkan kemungkinan perjalanan bahan yang menular dalam masingmasing arah.

Dari diagram tersebut terlihat pentingnya air pencuci. Dia bisa menjadi perantara penularan penyakit dan berbahaya bagi pekerja-pekerja yang sering

memasukkan tangannya ke dalam air tersebut, kecuali jika air tersebut cukup panas atau mengandung zat-zat anti bakteri. Semua pencucian dilakukan dengan tangan, harus dikerjakan dengan 3 tahap pencucian, yaitu : 1. Pembilasan atau pencucian sisa-sisa makanan untuk menjaga supaya air bilasan pencucian tetap bersih. 2. Pencucian dengan air yang panasnya 110-120oC dengan sabun atau detergen. 3. Pembilasan kembali yang disertai proses pembersihan bakteri Menurut pengamatan yang kami lakukan, didapatkan bahwa penyediaan air bersih yang disediakan oleh pemerintah sangat terbatas dan tidak memenuhi syarat air bersih secara fisik. Maka warga memilih untuk memanfaatkan air hujan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Cara untuk mengolah air hujan sehingga layak untuk dikonsumsi adalah dengan pemberian Kapur tohor Ca(OH)2. Kapur tohor Ca(OH)2 atau kalsium hidroksida merupakan zat padat yang berwarna putih dan amorf . Kapur tohor (quick lime) dihasilkan daribatu gamping yang dikalsinasikan, yaitu dipanaskan pada suhu 6000 C 9000 C. Kapur tohor ini apabila disiram dengan air secukupnya akan menghasilkan kapur padam (hydrated / slaked quicklime) dengan mengeluarkan panas (Sukandarrumidi, 1999 : 44). Kapur tohor merupakan anhidrida basa, dan apabila bereaksi dengan air akan terjadi kapur padam atau kalsium hidroksida. Larutan kapur tohor mengeluarkan banyak panas, bersifat basa agak keras, dan mudah menarik gas asam arang dari udara, sehingga air mudah menjadi keruh. Larutan kapur tohor juga merupakan pengikat asam asam nabati (Setyowati , 2000 : 24). Selanjutnya cara untuk mengolah air bersih agar tidak terjadi endapan adalah dengan melakukan filtrasi. Berikut langkah-langkah umum proses pengolahan air pada tingkat rumah tangga. Penyaringan

Penyimpanan dan pendiaman

Filtrasi

Desinfeks

1. Penyaringan Menuangkan air melewati sepotong kain yang bersih akan

menghilangkan sejumlah endapan lumpur dan tanah. Kain yang digunakan harus bersih karena bila kotor akan menambah pencemaran. Kain dapat dicuci dengan sabun dan air bersih. 2. Penyimpanan dan pendiaman Saat air disimpan dengan aman selama sehari, lebih dari 50% bakteri akan mati. Selain itu, selama penyimpanan endapan tanah dan beberapa patogen akan berada di dasar wadah. Wadah yang digunakan untuk penyimpanan harus tertutup untuk mencegah kontaminasi ulang, namun harus memiliki leher yang cukup lebar untuk memudahkan pembersihan secara berkala. 3. Filtrasi Filtrasi adalah mengalirkan air yang tercemar melalui media berpori (contohnya pasir). Proses tersebut mempergunakan prinsip pembersihan alami dari tanah. Contoh metode yaitu mengunakan filtrasi pasir sederhana. Filter seperti ini dapat dibuat dari drum berukuran 200 liter. Sebuah lapisan filter yang terbuat dari pasir kasar (sedalam kurang lebih 0.3 m) atau biji-bijian yang berdiameter antara 3-4 mm, dan ditahan oleh kerikil yang ditutupi oleh baki logam yang berlubang-lubang. Kecepatan filtrasi efektif dari filter ini dapat mencapai 230 liter per jam. 4. Desinfeksi Desinfeksi merupakan proses yang menjamin air minum bebas dari organisme berbahaya maupun patogen. Terdapat berbagai cara disinfeksi di tingkat rumah tangga: a. Desinfeksi dengan merebus Air setidaknya harus direbus hingga mendidih selama 5 menit tapi sebaiknya sampai 20 menit. Kualitas air yang lebih baik dapat diperoleh dengan menyimpan air yang telah direbus dengan cara seperti yang dijelaskan pada bagian Penyimpanan dan pendiaman. b. Desinfeksi dengan klorin

Klorin merupakan zat kimia yang paling banyak digunakan untuk mendisinfeksi air minum karena mudah digunakan, efektivitasnya dapat diukur, mudah didapat dan relative murah. Terdapat beberapa sumber klorin untuk penggunaan rumah tangga; dalam bentuk cairan, bubuk dan tablet. Klorin biasanya tersedia di rumah tangga sebagai cairan pemutih (sodium hypochlorite), biasanya dengan konsentrasi klorin 1%. Cairan pemutih dijual dalam botol atau sachets. Klorin harus ditambahkan dalam jumlah cukup untuk menghancurkan semua kuman namun tidak boleh terlalu banyak karena akan mempengaruhi rasa air. c. Desinfeksi dengan cahaya matahari Sinar ultra violet dari matahari dapat dipergunakan untuk menonaktifkan dan menghancurkan patogen yang terdapat dalam air. Isi wadah plastik transparan dengan air dan jemur dengan sinar matahari secara menyeluruh selama kurang lebih 5 jam (atau dua hari penuh bila langit berawan). Desinfeksi timbul sebagai kombinasi dari radiasi dan pemanasan. Jika temperatur air mencapai setidaknya 50 C, waktu penjemuran cukup 1 jam.
o

B. Karangka Teori PASCA BENCANA

Kesehatan Keluarga Menurun

Penyehatan makanan dan minuman

1. Kondisi bangunan & peralatan rumah tangga rusak Kondisi bangunan & Peralatan 1. 2. Penyediaan air bersih terbatas 3. Kondisi makanan & minuman tidak sesuai dengan syarat kesehatan
4. 2. Penyediaan Air bersih 3. Kondisi makanan dan minuman

Faktor faktor :

Tercegahnya penyakit

1. Tempat pengolahan makan (TPM) 2. Penyehatan makanan 3. Pencegahan pencemaran makanan 4. Makanan yang baik dan sehat 5. Cuci tangan yang benar

Terbatasnya pasokan air bersih & matinya sumber air

Keluarga sehat

1. Filtrasi 2. Kapur Tohor

BAB III METODE PENELITIAN

A. Judul Penelitian Mewujudkan Pola Keluarga Hidup Sehat dengan Penyehatan Makanan dan Minuman Pasca Bencana

Merapi di Umbulharjo Yogyakarta. B. Jenis Penelitian Study kepustakaan dan observasi. C. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 18-24 Desember 2010. D. Prosedur Penelitian 1. Tahap penyiapan pertanyaan. 2. Tahap penentuan sampel. 3. Tahap pelaksaan penelitian. 4. Tahap penyelesaian. E. Sampel Sampel dari penelitian ini adalah: Warga Dusun Tangkisan, Desa Umbularjo, Kabupaten Sleman, yang berjumlah 45 orang dari 45 kepala keluarga (KK). Alasan memilih sampel tersebut, karena: 1. Lokasi yang terkena dampak Merapi cukup parah. 2. Banyaknya warga yang sudah pulang ke rumah masingmasing dari pengungsian. 3. Lokasi yang kekurangan sumber air bersih. F. Teknik Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan kuesioner yaitu pengisian angket yang diberikan peneliti untuk sampel. G. Angket yang Diujikan

MEWUJUDKAN POLA KELUARGA HIDUP SEHAT DENGAN PENYEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN PASCA BENCANA MERAPI DI UMBULHARJO YOGYAKARTA

Lingkari jawaban dari pertanyaan di bawah ini sesuai dengan pendapat Anda! A. PENGETAHUAN 1. Bagaimana cara anda mencuci tangan? a. Dengan sabun b. Dengan air bersih dan digosok beraturan 2. Apa kriteria makanan sehat menurut anda? a. Empat sehat lima sempurna b. Makanan yang bersih

3. Apa yang anda lakukan untuk menjaga kesehatan keluarga anda pasca bencana? a. Membersihkan tempat tinggal b. Makan-makanan yang bergizi B. SIKAP 1. Apakah anda mencuci tangan dengan sabun? a. Ya b. Tidak 2. Air apa yang anda gunakan untuk mencuci sayuran pasca bencana? a. Air bantuan pemerintah. b. Air hujan. 3. Bagaimana kriteria air siap dikosumsi pada proses perebusan? a. Panas b. Timbul gelembung C. PRAKTIK 1. Berapa kali anda mandi dalam sehari pasca bencana? a. 1 kali

b. 2 kali 2. Air apa yang anda gunakan untuk mencuci peralatan masak pasca Merapi? a. Air bantuan pemerintah b. Air hujan 3. Apakah anda mencuci tangan ketika akan makan dengan sendok? a. Ya b. Tidak

BAB IV PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian A. Pengetahuan 1. Cara mencuci tangan yang baik a. 71,13% menyatakan menggunakan sabun. b. 28,87% menyatakan dengan cara air bersih dan digosok beraturan. 2. Kriteria makanan sehat a. 100% menyatakan terpenuhinya empat sehat lima sempurna. 3. Cara untuk menjaga kesehatan keluarga pasca bencana a. 68,9% menyatakan dengan membersihkan tempat tinggal. b. 31,1% menyatakan dengan makan makanan yang bergizi. B. Sikap 1. Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun a. 88,8% menyatakan tidak mencuci tangan dengan sabun. b. 11,1% menyatakan mencuci tangan dengan sabun. 2. Mencuci sayuran pasca bencana a. 100% menyatakan mencuci sayuran dengan air bersih bantuan pemerintah. 3. Kriteria air yang mendidih a. 100% menyatakan jika air sudah ada gelembungnya. C. Perilaku 1. Berapa kali mandi pasca bencana a. 75,56% menyatakan 1 kali mandi dalam sehari. b. 24,44% menyatakan 2 kali mandi dalam sehari

2. Mencuci peralatan masak pasca bencana a. 66,67% menyatakan dengan air hujan. b. 33,33% menyatakan dengan air bersih bantuan pemerintah. 3. Kebiasaan mencuci tangan ketika akan makan a. 100% menyatakan mencuci tangan jika makan dengan tangan langsung ( tanpa sendok). B. Pembahasan Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa: 1. Warga Dusun Tangkisan belum melaksanakan pola hidup sehat pasca bencana Merapi. Hal ini dapat dibuktikan dengan kebiasaan warga yang menyimpang dari perilaku hidup sehat, yaitu: a. Cara mencuci tangan yang salah. Warga tidak tahu bagaimana cara mencuci tangan yang baik dan benar, 71,1% warga menyatakan bahwa mereka mencuci tangan dengan sabun, namun mereka tidak mengetahui bagaimana langkah mencuci tangan yang benar. Cara mencuci tangan yang benar dengan sabun cair menurut WHO,2005 : 1. Tangan dibasuh setinggi pergelangan lengan bawah dengan air mengalir. 2. Sabun dituangkan di bagian telapak tangan yang telah basah sebanyak 3 tetes (1,5 ml). Sabun diratakan dengan kedua telapak tangan. 3. Gerakan cuci tangan yaitu kedua telapak tangan kanan digosok diatas punggung tangan kiri dan sebaliknya, kedua telapak tangan digosok dengan jari saling mengait, kedua ibu jari di gosok dengan cara menggenggam dan memutar, serta bagian pergelangan tangan kiri digosok dengan cara menggegam dan memutar, serta bagian pergelangan tangan kiri digosok dengan mengunakan tangan

kanan dan sebaliknya. Jari jari sisi dalam dari kedua tangan dalam keadaan saling mengunci. 4. Proses pencucian tangan berlangsung selama 10-15 detik. 5. Kemudian dibilas kembali dengan air sampai bersih. 6. Lalu tangan dikeringkan dengan tisu bersih (sekali pakai) sampai benar-benar kering. 7. Kran ditutup dengan menggunakan tangan yang dilapisi oleh tisu. Jadi mencuci tangan yang benar itu tidak hanya sekedar menggunakan sabun saja, tetapi kita juga harus tahu bagaimana langkah penggosokan dan pembilasannya. Sehingga tujuan dari mencuci tangan, yaitu untuk menghilangkan kotoran dari kulit secara mekanis dan mengurangi jumlah mikroorganisme, dapat terwujud. b. 100% warga menyatakan tidak pernah mencuci tangan dengan sabun. Padahal sabun dalam proses mencuci tangan sangat penting karena sabun dapat

menghilangkan lapisan berminyak yang mengikat bakteri pada permukaan. c. 75,56% warga menyatakan mereka mandi satu kali dalam sehari pasca bencana merapi. Mereka melakukan hal itu karena kurangnya bantuan air bersih dari pemerintah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, pemerintah hanya menyediakan 5 tower air untuk memenuhi kebutuhan air 45 kepala keluarga (KK). Persediaan air bersih yang minim inilah yang

mengharuskan mereka mandi satu kali dalam sehari. d. 100% warga menyatakan mencuci tangan jika mereka akan melakukan makan yang langsung dengan tangan (tanpa sendok). Kesadaran mencuci tangan warga masih

sangat rendah, padahal mencuci tangan secara higienik atau rutin, akan mengurangi kotoran dan flora yang ada di tangan dengan menggunakan sabun atau deterjen. Selain itu mencuci tangan adalah cara yang efektif untuk mematahkan mata rantai infeksi. 2. Warga Dusun Tangkisan perlu mengadakan perbaikan dalam penyehatan makanan dan minuman. Cara perbaikan penyehatan makanan dan minuman pasca Merapi ini dapat dimulai dengan merubah kebiasaan buruk warga dalam pengolahan makanan dan minuman, yaitu dengan cara: a. Merubah pemahaman warga tentang kriteria

makanan sehat, karena 100% warga menyatakan bahwa makanan yang sehat adalah makanan yang memenuhi empat sehat lima sempurna, padahal makanan sehat tidak hanya ditinjau dari kandungan gizinya saja, melainkan dari segi kebersihan saat mengolah dan menyajikan juga perlu diperhatikan. Pengelolaan yang baik dan benar pada dasarnya adalah mengelola makanan berdasarkan kaidah-kaidah dari prinsip higiene dan sanitasi makanan. Prinsip-prinsip sanitasi makanan dan minuman adalah teori praktis mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku manusia mengenai kesehatan, kebersihan dan keamanan dalam memilih, meracik, mengolah dan menyajikan makanan. b. Merubah kebiasaan warga dalam mencuci sayuran atau bahan makanan dan peralatan masak dengan air hujan, karena air hujan tidak baik untuk kesehatan karena bersifat asam sehingga dapat menyebabkan peralatan makan menjadi korosif dan dapat mengkontaminasi bahan makanan yang akan dimasak. Cara untuk mengolah air hujan sehingga layak untuk dikonsumsi adalah dengan pemberian Kapur tohor

Ca(OH)2. Kapur tohor Ca(OH)2 atau kalsium hidroksida merupakan zat padat yang berwarna putih dan amorf . Kapur tohor (quick lime) dihasilkan dari batu gamping yang dikalsinasikan, yaitu dipanaskan pada suhu 6000C 9000C. Kapur tohor ini jika disiram dengan air secukupnya akan menghasilkan kapur padam (hydrated / slaked quicklime) (Sukandarrumidi, 1999 : 44). c. Merubah kebiasaan warga mengenai kriteria air yang mendidih sehingga layak dikonsumsi. 100% warga menyatakan bahwa air yang sudah mendidih dan layak dikonsumsi adalah ketika proses perebusan terdapat gelembung. Prosedur yang benar ketika perebusan adalah menunggu air terdapat gelembung, kemudian tunggu selama 15 menit setelah terdapat gelembung pada air, baru api dapat dimatikan dan air dapat dikonsumsi. Pada proses perebusan air akan terdapat endapan karena alat yang digunakan warga untuk memasak tidak bersih, mereka menggunakan air hujan sebagai sarana mencuci alat memasak. Sehingga air yang disediakan pemerintah perlu dilakukan filtrasi untuk menghilangkan endapan. Pembuatan filtrasi sederhana dapat dilakukan dengan cara membuat penyaring sederhana yang tersusun dari kerikil, arang, pasir, dan ijuk. Setelah dilakukan filtrasi diamkan selama 10 menit untuk memperoleh hasil yang sempurna.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Warga Dusun Tangkisan, Desa Umbulharjo, Kabupaten Sleman, belum melakukan pola keluarga hidup sehat pasca bencana Merapi. Kurangnya pengetahuan warga akan kesehatan makanan dan minuman menyebabkan mereka kurang memperhatikan hal-hal yang sederhana seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah makan. 2. Minimnya bantuan air bersih dari pemerintah dan matinya sumber mata air menyebabkan warga mandi satu kali dalam sehari dan membersihkan alat-alat makan dengan air hujan sehingga kondisi kesehatan warga rentan terhadap penyakit. 3. Kurangnya pengetahuan warga tentang penyehatan

makanan dan minuman secara benar mengakibatkan makanan terkontaminasi mikroorganisme penyebab

penyakit yang bisa menyerang tubuh. B. Saran-saran 1. Menanamkan kebiasaan cuci tangan yang baik dan benar hendaknya dilakukan sejak dini oleh orang tua terhadap anak-anaknya, karena cuci tangan adalah hal sederhana untuk menghilangakan kotoran dan meminimalisasi kuman yang ada dengan menggunakan air. 2. Untuk mengatasi keterbatasan air bersih yang diberikan pemerintah, warga dapat memanfaatkan air hujan yang ditampung dengan menambahkan kapur tohor, sehingga kandungan asam berkurang. yang terkandung air hujan dapat

3. Untuk mengatasi air bersih bantuan pemerintah yang terdapat endapan, dapat diatasi dengan membuat alat filtrasi sederhana untuk tingkat rumah tangga, yang terbuat dari susunan kerikil, arang, pasir dan ijuk. 4. Memberikan pemahaman kepada warga tentang pentingnya makanan yang sehat dan cara pengolahan yang benar. Karena makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang diperlukan setiap saat dan harus ditangani dan dikelola dengan baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengolahan makanan adalah: a. Pemilihan bahan makanan Dalam pemilihan makanan yang diperhatikan adalah darimana sumber makanan itu berasal. b. Penyimpanan bahan makanan Sebaiknya makanan disimpan pada suhu 10-15 C agar tidak terjadi kerusakan. c. Pengolahan makanan Pengolahan makanan adalah proses

perubahan bentuk dari bahan mentah menjadi makanan siap santap. Dalam pengolahan makanan yang baik perlu diperhatikan adalah kebersihan dari tempat pengolahan, peralatan masak, peralatan makan dan minum, wadah makanan, rak

penyimpanan, dan sarana penyajiannya. d. Penyimpanan makanan masak Penyimpanan untuk makanan masak

sebaiknya di wadah yang terpisah, wadah dalam keadaan tertutup, dengan suhu untuk makanan basah di bawah 10 C dan harus dipanaskan kembali sebelum disajikan. e. Pengangkutan makanan

Pengangkutan makanan yang sehat akan sangat berperan dalam mencegah terjadiya

pencemaran makanan. Bila makanan yang diangkut menggunakan wadah, usahakan agar wadah itu bersih, tertutup dan terpisah dari makanan lain. f. Penyajian makanan Penyajian makanan merupakan rangkaian akhir dari perjalanan makanan. Makanan siap santap dikatakan layak santap bilamana makanan menurut lima indera manusia itu baik.

DAFTAR PUSTAKA Charles, R.H.G.1998.Jasaboga Untuk Umum.Jakarta:Depkes Departemen Kesehatan RI.2004.Kumpulan Modul Kursus Hygiene Sanitasi Makanan & Minuman.Jakarta:Depkes Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN.1998.Opini Pembangunan Keluarga Sejahtera.Jakarta Merapi_Heddy_Shri_Ahnisa_Putra.pdf Setiono, kusdwiratri, Johan S. Mashjur, Anna Alisyabana.1998.Manusia, Kesehatan & Lingkungan. Bandung:PT. Alumni Sukarni, maryati.1994.Kesehatan Keluarga & Lingkungan.Yogyakarta:Kanisius www.wikipedia.com

Lampiran I BIODATA PENELITI 1. Nama : Eko Agus Purnomo Kelas : Non Reguler NIM : P07133110055

Tingkat : I Jurusan : Kesehatan Lingkungan 2. Nama : Astari Juwita Ningtyas Kelas : Non Reguler NIM : P07133110045

Tingkat : I Jurusan : Kesehatan Lingkungan 3. Nama : Sri Karyati Kelas : Non Reguler NIM : P07133110091

Tingkat : I Jurusan : Kesehatan Lingkungan

Lampiran III

Saat pengisian kuisioner dengan metode wawancara kepada penduduk setempat.

Tempat penampungan air bersih yang disediakan pemerintah

Tempat penampungan air hujan pasca bencana Merapi

Rumah warga Dusun Tangkisan Pasca Bencana Merapi

Anda mungkin juga menyukai