Anda di halaman 1dari 8

Hiperaldosteron Fisiologi Dikenal empat factor yang memainkan peranan dalam pengaturan aldosterone, yaitu : 1.

Peningkatan konsentrasi kalium meningkatkan sekresi aldosteron 2. Peningkatan aktivitas renin-angiotensin meningkatkan sekresi aldosteron 3. Peningkatan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraselular sangat sedikit menurunkan sekresi aldosteron 4. Hormon adrenokortikotropin (ACTH) dari kelenjar hipofisis anterior diperlukan untuk sekresi aldosterone tetapi mempunyai efek yang kecil dalam mengatur kecepetan sekresi Dari faktor-faktor di atas, yang paling memegang peranan yaitu konsentrasi kalium dan aktivasi dari renin-angiotensin. Peningkatan konsentrasi kalium yang rendah dapat menyebabkan beberapa kali peningkatan aldosterone. Dan juga aktivasi dari system renninangiotensin, biasanya sebagai efek dari berkurangnya aliran darah ke ginjal, dapat menyebabkan peningkatan sekresi aldosterone yang besar. Aldosteron menyebabkan pengangkutan pertukaran natrium dan kalium yakni absorbsi natrium bersama-sama dengan ekskresi kalium oleh sel-sel epitel tubulus terutama dalam tubulus distal dan duktus koligentes Aldosterone juga meningkatkan jumlah total natrium dalam cairan ekstraseluler sementara menurunkan jumlah kalium. Karena natrium dalam cairan ekstraselular banyak maka berpengaruh juga terhadap kandungan air dalam cairan ekatraselular dan menyebabkan peningkatan tekanan darah.

Definisi Sebuah sindroma dengan karakteristik berlebihnya produksi

aldosterone yang berakibat retensi natrium, penambahan berat badan, hipertensi, dan biasanya dijumpai hipokalemi dan asidosis metabolic. Etiologi Hiperaldosteron Primer Hiperaldosteron primer mengacu kepada peningkatan renin yang mengakibatkan sekresi aldosterone meningkat juga. Kondisi ini sering ditemukan pada dewasa tua, dengan puncak insiden pada usia 40 hingga 60 tahun. Kira-kira 99% kasus hiperaldosteron primer diakibatkan karena adenoma yang memproduksi aldosterone (APA), yakni sekitar 40% kasus, atau hiperaldosteron idiopatik (IHA), yakni sekitar 60% kasus (hampir perlu semuanya yang bilateral). lama Karsinoma adrenokortikal yang memproduksi hanya aldosterone sangatlah jarang dan biasanya waktu untuk mendiagnosisnya. Hiperplasi adrenokortikal unilateral juga jarang terjadi. Pasien dengan hiperaldosteron idiopatik memiliki penebalan dan nodul yang bervariasi pada adrenal korteksnya. Tingkat keparahannya luas, sehingga dapat tidak terdeteksi dalam jangka waktu lama karena tanda-tandanya hanyalah hipertensi ringan

dengan tidak adanya hipokalemi. Hipotesis mengenai patofisiologi nya masih belum jelas. Bentuk hiperaldosteron primer yang diwariskan mencapai 1% dari seluruh kasus, yang lebih sering ditemukan pada anak-anak. Bentuk ini mencakup hiperaldosteron familial tipe I dan II.

Hiperaldosteron Familial (FH) tipe I Disebut juga glucocorticoid-remediable aldosteronism (GRA), dapat dideteksi pada individu yang asimptomatik selama skrining , atau pada pasien dengan adanya hipertensi kelemahan, dan hypokalemia. FH-I diturunkan sebagai autosomal dominan dan sangat jarang bermutasi. Mekanisme genetic ditemukan pada tahun 1992. FH-I muncul sebagai akibat ketidak seimbangan CYP11B1 (gen 11-hydroxylase) dan CYP11B2 (gen aldosterone synthase) selama pengaruh meiosis, memproduksi CYP11B1, sebuah sehingga produk sintesis anti-Lepore. aldosterone Mekanisme genetic ini menyebabkan CYP11B2 berada dibawah promotor diregulasi secara abnormal oleh ACTH daripada oleh sistem reninangiotensin, sehingga produksi aldosterone bergantung oleh ACTH. Hiperaldosteron Familial (FH) tipe II Merupakan non-glucocorticoid-suppressible, suatu bentuk

hiperaldosteron yang diwariskan. Mekanisme dan lokus gen masih belum ditemukan. Mirip dengan FH-I, ini diwariskan melalui autosom dominan. Berbeda dengan FH-I, beberapa FH-II dapat terjadi mutasi dengan angka kemungkinan yang tinggi. Hiperaldosteron sekunder

Merupakan aktivasi

kumpulan

gangguan

dengan

karakteristik sebagai

adanya

renin-angiotensin-aldosteron

mekanisme

homeostatic untuk menjaga konsentrasi serum elektrolit dan volume cairan. Pada keadaan fungsi ginjal yang normal, dapat menyebabkan hypokalemia. Dapat dibagi menjadi 2 kategori yakni yang berhubungan dengan hipertensi dan yang tidak berhubungan. Kategori pertama termasuk renovaskular hipertensi, yang diakibatkan oleh iskemi renal dan hipoperfusi, menyebabkan aktivasi system R-A-A. penyebab tersering dari stenosis arteri renal pada anak adalah hiperplasi fibromuskular dan neurofibromatosis. Iskemi renal juga turut berperan pada hiperaldosteron sekunder untuk terjadinya hipertensi maligna. Hiperkalemi akibat gagal ginjal kronik juga dapat menyebabkan hiperaldosteron sekunder Sedangkan pada hiperaldosteron sekunder dengan tidak adanya hipertensi mucnul sebagai akibat homeostatic untuk menjaga konsentrasi natrium atau volume sirkulasi atau untuk mengurangi konsentrasi kalium. Kondisi klinis meliputi diare, keringat berlebih, kardiak output berkurang, dan hipoalbumin akibat penyakit hati atau ginjal atau sindroma nefrotik. Tatalaksana Hiperaldosteron Familial Tipe I (GRA) Pada pasien dewasa dengan FH tipe I, control hipertensi dapat dicapai melalui pengobatan dengan dosis fisiologis dexamethasone. Pada anak-anak dapat diberikan hydrocortisone, namun kurang efisien mengurangi mineralkortikoid. Amiloride dan spironolactone digunakan sebagai monoterapi dalam pengobatan GRA.

Hiperaldosteron Familial Tipe II Pasien dengan hiperaldosteron familial tipe II harus rutin dievaluasi, dan pengobatannya harus dimulai sejak muncul hipertensi. Pengobatan sama dengan pengobatan hipertensi idiopatik. Namun pada pasien yang dicurigai muncul adenoma, harus dikonfirmasikan adanya lateralisasi hipersekresi aldosterone sebelum dilakukan pembedahan. Hiperaldosteron Idiopatik Walaupun adrenalectomi bilateral mengkoreksi hypokalemia pada pasien dengan hiperaldosteron idiopatik, namun ternyata tidak efektif untuk mengontrol tekanan darah. Hal ini mungkin disebabkan kondisi ini onsetnya tersembunyi dan membahayakan, sehingga cepat terjadi hipertensi kronik yang sudah menyebabkan target organ damage. Lebih lagi, adrenalectomy mengakibatkan pasien harus mendapatkan terapi glukokortikoid dan mineralkortikoid seumur hidup. Pengontrolan hipokalemi dan hipertensi pada hiperaldosteron

idiopatik dapat dicapai dengan restriksi natrium (<2gr/hari) dan pemberian spironolactone atau amiloride, namun antihipertensi tambahan dapat diberikan untuk mencapai control yang baik. Meskipun spironolakton merupakan aldosterone antagonis yang efektif, namun juga dapat menghambat sintesis testosterone sehingga dapat terjadi hipogonadism dengan ginekomastia dan menurunnya libido dan disfungsi ereksi pada laki-laki pubertas atau dewasa. Menstruasi yang tidak teratur juga dapat ditemukan pada wanita. Sehingga harus diperhatikan penggunaannya pada anak masa peripubertas.

Alternative lain seperti amiloride dan triamterene dapat digunakan sebagai pengganti spironolakton. Keduanya mempunyai efek langsung pada tubulus renal, merusak reabsorpsi natrium untuk diganti dengan hydrogen dan kalium. Adrenalectomi dan Adenomectomi Pembedahan eksisi dari kelenjar adrenal yang terkena

direkomendasikan pada semua pasien dengan hiperaldosteron yang dapat dibuktikan merupakan suatu APA. Dibandingkan dengan pembedahan terbuka, metode laparoskopi adrenalectomi dapat mengurangi morbiditas operasi, mengurangi masa rawat inap, dan mengurangi banyaknya darah yang hilang. Komplikasi operasi bergantung pada ahli bedah. Memastikan pengontrolan tekanan darah yang baik dan pengembalian kadar kalium preoperative sangat penting. Hipertensi yang menetap setelah pengontrolan hiperaldosteron dapat disebabkan oleh koeksisten hipertensi esensial, hypertensive vascular damage akibat hiperaldosteron, atau penyebab lain dari hipertensi sekunder. Pheochromocytoma dan stenosis arteri renalis dilaporkan berhubungan dengan APA. Diet Pasien dengan hiperaldosteron harus membatasi asupan garam. Idealnya, pasien harus menerima kurang dari 2 gram natrium klorida per hari. Aktivitas

Pasien dengan hipertensi dianjurkan menghindari aktivitas berat sampai tekanan darah terkontrol karena aktivitas tersebut dapat memperparah kondisi mereka. Medikamentosa Antagonis aldosterone diindikasikan untuk pengobatan

hiperaldosteron. Sedangkan untuk hipokalemi dan hipertensi juga diberikan medikasi sesuai kebutuhan. Antagonis Aldosterone Selektif Digunakan untuk menurunkan tekanan darah, mengembalikan kalium serum ke batas normal, dan mengurangi hipoaldosteron pasca operasi. Obat yang digunakan adalah spironolakton, merupakan obat yang sering digunakan untuk mengobati hiperaldosteron karena secara langsung memberikan efek pada tubulus distal sebagai antagonis aldosterone. Diuretic, potassium-sparing Pengobatan hipokalemi akibat hiperaldosteron ketika spironolakton dikontraindikasikan. Obat yang digunakan : Triamterene (Dyrenium) Menghambat reabsorpsi ion natrium untuk diganti dengan ion kalium dan ion hydrogen pada segmen tubulus distal yang dikontrol terutama oleh aldosterone. Amiloride

Merupakan obat antikaliuresis dengan natriuresis lemah, diuresis dan antihipertensi. Untuk pengobatan hipertensi ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dan mengurangi faktor risiko lain seperti penyakit jantung coroner. Terapi farmakologi adalah secara individual berdasarkan usia pasien, ras, patofisiologi, dan kondisinya. Pengobatan ditujukan bukan hanya untuk mengurangi tekanan darah, namun juga mencegah dan mengembalikan keadaan hyperlipidemia, intoleransi glukosa, dan hipertrofi ventrikel kiri. Obat antihipertensi yang digunakan seperti : a. nifedipine b. amlodipine c. diltiazem d. nicardipine e. verapamil f. doxazosin g. prazosin

Anda mungkin juga menyukai