Anda di halaman 1dari 6

BAB 8 REALISME A.

Perkembangan Realisme Murid Plato yang menempuh jalan sendiri, tetapi berpandangan Amicus Plato, Magis emica Veritas dan berasal dari Yunani Utara dikenal dengan nama Aristoteles. Kritik yang dilontarkan kepada gurunya yang terkenal adalah: Yang ada ialah manusia ini dan manusia itu. Jadi manusia konkrit saja tetapi ide manusia tidak terdapat dalam kenyataan dan teori yang dikebangkannya ialah bentuk-materi: bahwa setiap benda terdiri atas dua hal yaitu bentuk dan materi. Menurut Aristoteles setiap benda mempunyai bentuk dan materi yang disebut sebagai prinsip metafisis dan tak dapat dilihat tetapi harus diandaikannya supaya mengerti benda tersebut. Materi merupakan prinsip yang tidak ditentukan dan terbuka serta materi merupakan kemungkinan untuk menerima bentuk, sedangkan bentuk merupakan prinsip yang menentukan dan kodrat tertentu, maka akibatnya dapat dikenal oleh rasio kita. Teori ini istilahnya hilemorfisme. Dengan teori ini maka ilmu pengetahuan dimungkinkan atas dasar bentuk yang terdapat dalam setiap benda kongkrit. Aristoteles termasuk filusf jaman Yunani. Sedangkan filsuf jaman pertengahan yang sefaham dengan Aristoteles diantaranya Thomas Aquinas. Mengenai hilomorfisme Thomas Aquinas mengatakan, bahwa sesuatu terdiri atas materi dan bentuk yang tidak merupakan dua benda melainkan da prinsip metafisis yang satu sama lainnya terarah. Perubahan terjadi, jika satu bentuk diganti dengan bentuk lain tetapi tetap sama. Hilofermorfisme Thomas Aquinas dapat diartikan individuasi. Di samping struktur materi bentuk sesuatu tersebut juga mempunyai struktur esensi eksistensi (hakekat-adanya). Dengan esensi ditunjukkan apanya sesuatu (what it is?) sedangkan eksitensi dimaksudkan dengan (That it is). Filsafat jaman modern yang sefaham dengan Aristoteles antara lain Rene Descartes dan Immanuel Kant. Descartes berpendapat bahwa: agar filsafat dan ilmu dapat diperbaharui memerlukan metode yang baik, yaitu dengan menyangsikan segala-segalanya (cogito ergo sum). Jika terdapat suatu kebenaran yang tahan dalam kesangsian yang radikal itu, maka itulah kebenaran yang pasti dan harus dijadikan sebagai pedoman seluruh ilmu pengetahuan. Sesuatu memiliki dua substansi, yaitu jiwa yang hakekatnya adalah pemikiran dan materi yang hakekatnya adalah keluasan (extension). Kant sebagai filsuf hidup dalam dua periode, yaitu jaman prakritis dan jaman kritis. Pada jaman kritis ia mengubah filsafat secara radikal dengan nama kritisisme. Kritisismenya dianggap sebagai suatu usaha raksasa untuk memperdamaikan rasionalisme dengan empirisme. Rasionalisme mementingkan unsur-unsur a priori dalam pengenalan, sedangkan empirisme menekankan unsur a posteriori yang berasal dari pengalaman. Bahwa pengenalan manusia merupakan paduan antara unsur a priori dan a posteriori. Karena itu, unsur a priori memainkan peranan bentuk dan unsur a posteriori memainkan peranan materi. A priori terdapat pada saraf indra dan mempunyai dua bentuk a priori, yaitu; ruang dan waktu yang keduanya merupakan a priori sensibilitas (struktur subyek sendiri). Kant membedakan akal budi dengan rasio. Tugas akal budi ialah menciptkan orde antara data-data individu, sedangkan tugas rasio menarik kesimpulan dari pertimbangan-pertimbangan setelah mengadakan argumentasi yang dipimpin oleh jiwa, dunia dan Allah.

Menurut Kant, rasio tersebut ada rasio murni yang dapat menjalankan ilmu pengetahuan dan rasio praktis yang memberikan perintah mutlak untuk dijalankan. Untuk mungkinnya keharusan Kant menuntut adanya postulat dari rasio praktis, yakni kebebasan kehendak, immortalitas jiwa dan adanya Allah. B. Pandangan Realisme tentang Metafisika, Epistemologi dan Aksiologi Metafisika Ontologi yang lebih sering disebut metafisika membicarakan tiga hal: pertama apakah yang menjadi dasar dari semua yang dialami manusia? Kedua apakah penyebab perubahan? Dan ketiga apa esensi manusia itu? 1) Asal semua kejadian Thales ialah orang pertama yang berjasa membicarakan masalah ontologis tersebut. Ia berpendapat bahwa air ialah substansi dasar yang universal. Bangsa Grika mempunyai kegenda bahan segala sesuatu berasal dari lautan. Dan air dapat berubahrubah bentuk dan cair atau padat. Murid Thalen, Anaximander, mengajarkan bahwa segala sesuatu berasal dari sesuatu yang tidak terbentuk yang disebutnya yang tak terikat atau yang tak terbatas. Pemikir yang lain, Anaximanes, percaya bahwa udara lebih dahulu dari pada air, karena ia mengira bahwa yang menjadi sumber segala sesuatu ialah benda yang paling sederhana. Sementara itu, Empodesies menyebutkan empat unsur ialah air, udara, api dan tanah. Neraclitus menyebutkan bahwa api ialah sumber segala sesuatu. 2) Pandangan tentang penyebab perubahan Neraclitus berpendapat bahwa tiada yang permanen, segala sesuatu bergerak seperti api, segala sesuatu sedang menjadi, juga demikian pada manusia bahkan pada Tuhan; perubahan adalah nyata; Seseorang tak dapat turun dua kali pada air surga yang sama. Parmenides sebaliknya mengajrkan bahwa segala sesuatu bukan becoming melainkan being, bahwa ada sesuatu yang permanen yang dapat dicapai tidak dengan indra melainkan dengan berpikir; memang nampak secara lahirian barangbarang itu temporal, tetapi barang yang tak terlihat sebenarnya abadi dan nyata. Pada jaman sekarang pemikir yang berpendirian segala sesuatu berubah digolongkan aliran neo-Heracliteans, sedangkan pengikut Parmonidas disebut kaum Plentios (diambil dari kota tempat tinggal Parmenides, dan menciptakan pandangan baru yang terkenal sebagai teori atom dan mekanisme. Benda terdiri atas atom-atom tang tak dapat dilihat dan jumlahnya tak terbatas, yang sifatnya terus menerus bergerak. Ia menolak adanya kebetulan, segala sesuatu mempunyai sebab, demikianlah gerak merupakan rentetan sebab. Aristoteles tidak dipengaruhi oleh teori mekanisme Domocritus, akan tetapi ia terkesan pada doktrin Logos yang dikemukakan oleh Heraclitus, doktrin itu mengemukakan akal universal (=logos) yang memberi tata dan kecerdasan pada dunia. Karena logos itu maka manusia mengerti tentang becoming. Kelak stocisme mengembangkannya menjadi hukum alam. 3) Pandangan tentang esensi manusia Materialisme Monistis

Monisme ialah teori yang menganjurkan bahwa ada satu substansi fundamental, sdangkan materialisme mengajarkan bahwa hanya ada satu-satunya substansi ialah materi, sesuatu yang mengisi ruangan, supernatural itu tidak ada, tujuan dunia ini, dan tidak ada dunia lain di luar dunia ini, bahwa manusia adalah berada yang sama dengan tongkat atau batu. Epicurus (341 270 BC) dan Lucretius (96 53 BC) menjadi tokoh yang berpengaruh dalam pendirian ini. Descartes, bapak filsafat modern tidak tergolong materialis, karena ia percaya akan benda-alam-gerak, ia berkata Give me matter and give me motion and I will an universe ia percaya bahwa jiwa manusia ialah substansi yang berpikir dan bahwa Tuhan ialah sebab pertama dari semua gerak. Hobbes (1588 1679) terkenal sebagai bapak materialisme modern dan positivisme, ia mengatakan bahwa persepsi kita semata-mata hasil gerak dan pokok yang menjadi bahan pelajaran satu-satunya ialah tubuh dan geraknya. C. Santyana menyebutkan dirinya seorang materialis. Naturalisme Naturalisme memandang bahwa ada sesuatu hukum/tata dan hukum alam yang mengatur dunia secara cerdas, tata itu identik dengan alam itu sendiri, karena hukum dan arti alam dapat dicari dalam alam itu sendiri, tak perlu keluar darinya. Hanya sedikit filsuf yang semata-maa materialistis, karena nampaknya tidak mungkin memahami dunia semata-mata sebagai materi, akan tetapi banyak filsuf tergolong naturalisme. Materialisme adalah suatu bentuk materialisme, tetapi tidak semua naturalisme tergolong materialisme. Materialisme Yunani adalah suatu bentuk naturalisme, karena dasar pandangannya ialah benda-alam-gerak. Spieoza, seorang naturalis, memandang bahwa Tuhan immanen dalam alam. Banyak akhli memandang bahwa Aristoteles adalah seorang naturalis, karena memang banyak naturalis yang berpegang teguh pda pendirian bahwa tidak dapat hanya diterangkan menurut apa yang nampak saja. Idealisme Metafisis Spiritualisme atau idealisme-materisis ialah pandangan yang mengakui realitas terakhir spirit, rohani, yang hakekatnya immaterial. Dunia fisi ialah expresi tidak komplit dari realitas, ada tetapi melayani (menjadi alat) rohani dan menuntut dunia rohani sebagai dasarnya. Plato dianggap sebagai bapak idealisme di dunia Barat. Brahmanisme di India mengajarkan bahwa realitas ialah rohani yang impersonal (tak-pribadi), menebus dan menyokong alam material; sedangkan tujuan utama manusia hidup ialah memperoleh kesatuan dengan jiwa/roh trsebut. Ajaran Leotre di Cina juga hampir bersamaan dengan di India tersebut. Filsuf modern idealis ialah Hegel (1770-1831), bahkan puncak dari idealis absolut. Dunia ialah semata-mata rohani secara absolut yang terwujud benda materi melalui suatu proses evolusi. Metode berpikir Hegel selalu mencari pertentangan yang jelas, di mana these dan antithese itu di sinthese sehingga mendekati absoluditas, yakni spirit rohani. Pluralisme Pluralisme memandang bahwa substansi fundamental berjumlah banyak. Contohnya yang mngemukakan empat unsur di atas. Bentuk pluralisme yang paling sederhana ialah dualisme (dua prinsip). Dualisme yang terkenal ialah yang mengakui

bahwa baik materi maupun rohani keduanya ada, tubuh dan jiwa keduanya ada, bahkan hanya satu saja. Dualisme kuno ditemukan pada guru Persia Zoroaster (Zarathustra) yang mengajarkan perang antara kekuatan baik dan jahat, terang dan gelap. Dualisme modern ditemukan pada Dascartes (1596-1650): tubuh-jiwa. Metafisika Menurut Realisme Realisme menafsirkan metafisika tergantung pada penafsiran cabang-cabang realisme. Realisme antara lain terdiri atas: pertama realisme metafisika yang menafsirkan metafisika sebagaimana yang dapat diindrai. Kedua realisme kritis yang menafsirkan metafisika adalah spiritual, dan ketiga realisme plural yang menafsirkan metafisika tidak terbatas kepada hal-hal yang dapat diindrai saja. Epistemologi Epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan pengetahuan: terutama dua hal pokok, yakni: pertama tentang sumber pengetahuan dan kedua batas keluasan pengetahuan manusia. Pandangan tentang sumber pengetahuan manusia terdapat tiga golongan pandangan, yaitu: 1) Empiris, aliran epistemologi yang berpendapat bahwa sumber pengetahuan ialah pengalaman indra. Seorang anak lair dengan refleks, kesanggupan menyatakan emosi, dan kesanggupan menyatakan emosi, dan kesanggupan berkomunikasi dengan lingkungan, tetapi ia tidak mengetahui apaapa. Orang, barang dan situasi mulai memberi kesan padanya melalui alat-alat darinya. Ia bereaksi terhadap kesan tersebut. Kita katakan ia belajar. Empirisme mulai diajarkan oleh golongan guru filsafat yang dikenal sebagai kaum sofis, yang mengajarkan supaya manusia tidak usah terlalu memikirkan masalah-masalah metafisika, melainkan lebih baik berbuat praktis, yaitu pelajarilah manusia dan hidupnya, kemudian ajarlah kaum muda bagaimana memajukan dunia. Bagaimana berkawan dan bagaimana mempengaruhi orang lain. Kaum sofis mngajarkan caracara praktis tersebut dengan memungut uang, suatu tindakan yang bertentangan dengan tradisi. Ajaran kaum sofis berdasarkan pandangan Neraclitus bahwa segala sesuatu berubah adalah materi. Mereka percaya bahwa hakekat segala sesuatu adalah materi. Mereka percaya bahwa manusia tidak mengetahui apa-apa dan bahwa satu-satunya jalan untuk mengetahui ialah melalui pengalaman indra. Oleh karena segala sesuatunya yang ia alami selalu berubah, maka tidak ada kebenaran di luar pengertian seseorang. Demikianlah salah seorang tokohnya yang terkenal, Protogoras dari Abdera (490-410 PC) berkata Manusia adalah ukuran segala sesuatu. 2) Rasionalisme, berpendirian bahwa indra kita hanya memberikan materi mentah yang menjadi bahan bagi pengetahuan. Pengetahuan tidak ditemukan dari pengalaman indra, melainkan dari konsensi idea yaitu hasil aktivitas jiwa manusia, akankah pengetahuan kita valid, apakah kita mengetahui obyek secara langsung ataukah kita hanya mengetahui ide kita sendiri? Banyak sekali perbedaan pendirian mengenai masalah tersebut, karena tidak hanya mengenai apakah hakekat realitas. a) Realisme-naif, realitas ialah seperti manusia menganggapnya, melihatnya, merasakannya, mendengarnya dan sebagainya. b) Idealisme, apa yang kita ketahui ialah ide kita sendiri: pengetahuan tentang bunga mawar ialah pikirannya tentang bunga tersebut.

1) Idealisme etimologi yang juga idealisme dalam metafisika percaya bahwa manusia dapat memperoleh pengetahuan tentang realitas adalah spiritual hakekatnya dan jiwa manusia adlah sebagian dari pada substansi spiritual itu, maka demikianlah jiwa manusia dapat mengetahui realitas. Tokohnya ialah Berkeley. 2) Idealisme epistemologi tetapi tidak dalam metafisika, meragukan kesanggupan manusia untuk mengetahui. Jika dunia luar adalah materi sedangkan apa yang kita ketahui ialah ide kita, yang hakekatnya immateri, maka timbul masalah bagaimana manusia dapat mengetahui sesuatu tentang dunia? Tokohnya ialah David Hume. c) Realisme, obyek pengetahuan adalah bebas dari proses mengetahui; segala sesuatu yang adabukan hanya yang dianggap oleh manusia. 1) Realisme-skolastik, memandang bahwa akal ialah kessanggupan mencapai kebenaran mengenai tata alam walaupun dengan kesukaran dan karena itu perlu pendidikan/latihan, tetapi akal tidak pernah dapat mengetahui beberapa supernatural kecuali dengan bantuan wahyu. 2) Neo-realisme, menyetujui bahwa pengetahuan manusia berhubungan dengan realitas dan pengetahuannya itu sam seperti obyeknya. 3) Realisme-kritis, tokohnya Immanuel Kant, mengatakan bahwa tidak diragukan realitas itu ada dan bebas dari pikiran manusia, tetapi manusia tidak dapat mengetahui apa esensi obyek luar itu. Menafsikran dunia luar itu berdasarkan bentuk-bentuk skemata yang implisit dalam hakekat manusia itu tidak seluruhnya disadari. Epistemologi menurut realisme Realisme menafsirkan epistemologi adalah kenyataan empiris yang diperoleh melalui pengiriman Epistemologi yang benar adalah jika hubungan keindraan dan kenyataan sama atau korespondensi. Aksiologi Menurut Realisme Realisme menafsirkan bahwa nilai bersifat relatif. Dan sumber nilai adalah masyarakat. Oleh karena itu, aksiologi menurut realisme adalah segala sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat. A. B. Bahan Diskusi Esensi dan Obyek Ilmu Menurut Realisme 1. Esensi ilmu menurut realisme ialah pengalman empiris. 2. Obyek ilmu menurut realisme adalah alam nyatan sebagai mana adanya. Tujuan dan Fungsi Ilmu Menurut Realisme 1. Tujuan ilmu menurut realisme adalah mencari hakekat yang terdapat pada alam. 2. Fungsinya untuk menguasai alam demi kesejahteraan/kemakmuran. Metodologi Ilmu Menurut Realisme Metodologi ilmiah menurut realisme adalah pengindraan/pengamatan. Ilmu diperoleh dengan jalan pengindraan: kebenaran diperoleh jika kenyataan sesuai dengan pengindraan. Nilai Ilmu Menurut Realisme Nilai ilmu menurut realisme adalah untuk kemakmuran.

C.

D.

Bahan Bacaan Barnadib, Imam, 1982, Filsafat Pendidikan, Yogyakarta : IKIP Yogyakarta Beerling Cs., 1986,Pengantar Filsafat Ilmu, Yogyakarta : Tiara Wacana, Bertens, K., 1875, Ringkasan Sejarah Filsafat, Jakarta : Yayasan. Kanisius Bertrand, Russel, 1965, On The Philosophy of Sceince, New York. Hamersma, Harry, 1981, Pintu Masuk ke Dunia Filsafat, Yogyakarta, Kanisius. Hatta, Mohammad, 1954, Pengantar ke Jalan Ilmu dan Pengetahuan, Jakarta : PT Pembangunan Hendorson Svp,1959, Introduction to Philosophy of Education, Chicago : The University of Chicago Press Montarsa, AM., 1979, Di Sekitar Masalah Ilmu, Suatu Problema Filsafat, Surabaya : Bina Ilmu Peurson, CA., 1985, Susunan Ilmu Pengetahuan, Jakarta : PT Gramedia Pudjowijatna, 1963, Pembimbing ke Arah Alam Filsafat, Jakarta : PT Pembangunan, Rolfen Eng., 1943, Aristetoles, Leipzig : Druck von May Edlich Santoso, Slamet Imam, 1977, Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Jakarta. Sumantri, Jujun S, 1981, Ilmu Dalam Perspektif, jakarta : Yayasan Obor dan Leknas LIPI Sutardjo, Ajr., 1983, Problematika Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta :. Kanisius

Anda mungkin juga menyukai