Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PTPSP-A

DISUSUN OLEH : NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 NAMA Defia Tirta Ayu K. Dodik Pribadi Eppy Nurul C. Fara Ferbiyan S. Febiona Vista Putri K. Fitri Maryani Galih Kristianto Habibah Nur R. Handini Citraswari Haini Merdekawati NON REGULER B KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN TAHUN 2012
1|Page

NIM P07133111092 P07133111093 P07133111094 P07133111095 P07133111096 P07133111097 P07133111098 P07133111099 P07133111100 P07133111101

KATA PENGANTAR Rasa syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dimana atas berkat rahmat dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Laporan Praktikum Daur Ulang Sampah Kertas, Pengelolaan Sampah Organik Kompos dan Menghitung Kepadatan Lalat ini merupakan tugas dari mata kuliah PTPSPA yang diampu oleh YB Kamat Kartono, S.Pd, M.Si dan Sri Puji Ganefati, SKM, M.Kes. Penulis telah menyusun laporan yang memuat tentang pengukuran tingkat kebisingan. Dengan harapan semoga karya kecil ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang membutuhkannya dan dipergunakan sebagaimana mestinya. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan laporan yang efektif, sistemetis dan sesuai dengan praktik yang telah dilakukan merupakan pekerjaan yang tidak ringan, baik tuntutan dari aspek teknik penyusunan, penggunaan tata bahasa, maupun isi, sehingga dimungkinkan masih ada kesalahan yang tidak terhindarkan. Berangkat dari kesadaran tersebut, penulis sangat mengharapkan saran, kritik maupun masukan yang membangun dari para pembaca. Penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya paper ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan limpahan rahmat, petunjuk dan bimbingannya terhadap setiap niat baik kita. Amin.

Yogyakarta, 13 November 2012

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 1 KATA PENGANTAR.. 2

DAFTAR ISI. 3 LAPORAN PRAKTIKUM A. DAUR ULANG SAMPAH KERTAS a. Latar Belakang.. b. Tujuan c. Dasar Teori d. Alat dan Bahan.. e. Pelaksanaan f. Cara Kerja.. g. Hasil Praktikum. h. Pembahasan i. Kesimpulan B. PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK KOMPOS a. Latar Belakang.. 9 9 9 5 5 5 6 7 7 8 8 8

b. Tujuan c. Dasar Teori

3|Page

d. Alat dan Bahan.. e. Pelaksanaan.. f. Cara Kerja. g. Hasil Praktikum h. Pembahasan.. i. Kesimpulan... C. KEPADATAN LALAT

11 11 11 12 12 12

a. Latar Belakang. 13 b. Tujuan 13 c. Dasar Teori 13 d. Alat dan Bahan.. 14 e. Pelaksanaan.. 15 f. Cara Kerja. 15 g. Hasil Praktikum. 15 h. Pembahasan 19 i. Kesimpulan

19 D. PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK BRIKET BIOARANG a. Latar Belakang b. Tujuan. c. Dasar Teori d. Alat dan Bahan e. Pelaksanaan f. Cara Kerja.. g. Hasil Praktikum. h. Pembahasan i. Kesimpulan E. BIOGAS a. Latar Belakang b. Tujuan. c. Dasar Teori. d. Alat dan Bahan e. Pelaksanaan f. Cara Kerja.. g. Hasil Praktikum.. h. Pembahasan i. Kesimpulan. 26 26 26 27 27 28 28 28 29 20 20 21 21 22 22 23 23 24

5|Page

LAMPIRAN 30

LAPORAN PRAKTIKUM DAUR ULANG SAMPAH KERTAS

A. LATAR BELAKANG Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk / material bekas pakai, dan komponen utama dalam manajemen sampah modern dan bagian ketiga adalam proses hierarki sampah 3R (Reuse, Reduce, and Recycle). B. TUJUAN 1. Mahasiswa mampu melakukan daur ulang sampah kertas. 2. Mampu memanfaatkan sampah dari kertas.

C. DASAR TEORI Daur ulang adalah proses tuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian

dan pembuatan produk / material bekas pakai, dan komponen utama dalam manajemen sampah modern dan bagian ketiga adalam proses hierarki sampah 3R (Reuse, Reduce, and Recycle). Material yang bisa didaur ulang terdiri dari sampah kaca, plastik, kertas, logam, tekstil, dan barang elektronik. Meskipun mirip, proses pembuatan kompos yang umumnya menggunakan sampah biomassa yang bisa didegradasi oleh alam, tidak dikategorikan sebagai proses daur ulang. Daur ulang lebih difokuskan kepada sampah yang tidak bisa didegradasi oleh alam secara alami demi pengurangan kerusakan lahan. Secara garis besar, daur ulang adalah proses pengumpulan sampah, penyortiran, pembersihan, dan pemrosesan material baru untuk proses produksi. Material-material yang dapat didaur ulang dan prosesnya diantaranya adalah: 1) Bahan bangunan; 2) Baterai; 3) barang elektronik, 4) Logam; 5) Bahan Lainnya seperti kaca, kertas, plastic dll. Di dalam membuat kertas daur ulang, bahan-bahan yang bisa di gunakan ada dua jenis yaitu dari limbah kertas dan tanaman hasil pertanian atau tanaman-tanaman non produktif, yang dapat di olah atau didaur ulang menjadi kertas dengan hasil yang berbeda. Di dalam proses pembuatan kertas daur ulang dari limbah koran maupun limbah kertas lainnya, pertama-tama yang harus dilakukan adalah kertas limbah tadi di potong kecil-kecil kemudian direndam di dalam air kurang lebih satu hari, baru kemudian setelah lunak kemudian di blender sampai menjadi bubur kertas. Setelah semua menjadi bubur, proses selanjutnya adalah di cetak dengan menggunakan alat cetak dari kawat kasa yang telah terpasang pada sebuah spanram dengan ukuran kurang lebih 21,5 cm x 33 cm.

D. ALAT DAN BAHAN ALAT a. Saringan Strimin b. Kain c. Blender

7|Page

d. Ember 1 buah e. Screen Sablon f. Papan dan Pemberat g. Pengepres Batako h. Panci i. Pengaduk j. Spoon k. Kompor Minyak BAHAN a. Kertas Bekas/koran b. Tepung Kanji c. Air

E. PELAKSANAAN a. Waktu b. Hari c. Lokasi : 11.00 13.00 WIB : Selasa, 13 November 2012 : Depan Laboratorium Hyperkes dan Bengkel

F. CARA KERJA a. Disiapkan peralatan untuk daur ulang sampah kertas b. Disiapkan bahan untuk daur ulang sampah kertas c. Dilakukan pembuatan lem kanji dengan menakarkan 4 bagian air dengan 1 bagian tepung kanji dituang ke dalam panci kemudian di aduk hingga rata antara air dengan

tepung kanji lalu dipanaskan di atas kompor sambil dilakukan pengadukan setelah tercampur rata matikan kompor dan biarkan lem mendingin d. Dilakukan pembuatan plup ( bubur kertas ) dengan merobek robek kertas/koran bekas menjadi kecil kecil lalu rendam dalam air selama 24 jam, blender kertas yang telah direndam hingga menjadi bubur e. Dilakuakan pembuatan kertas daur ulang mencampur plup dengan repung kanji dan di aduk aduk hingga rata, saring adonan dengan menggunakan screen sablon, letakkan spoon di lantai dan diletakkan diatasnya cetakan strimin, letakkan kain yang sudah basah di atas cetakan, tungangkan adonan di atas kain dan diratakan, tutup dengan kain basah lagi, tuang adonan lagi dan dilakukan berulang secara berlapis lapis hingga cetakan penuh, tutup lapisan atas dengan kain basah dan dipres dengan meletakan papan pemberat di atasnya, biarkan selama 1 hari untuk mengurangi kadar air. G. HASIL PRAKTIKUM Bubur kertas akan menjadi kering dan menjadi kertas daur ulang yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari.

H. PEMBAHASAN Saat melakukan pembelenderan kertas sebaiknya kertas direndam selama menjadi bubur kertas di tampung dalam ember. Setelah itu membuat lem dengan menggunakan tepung kanji dengan perbandingan 1 : 4. Selama dipanaskan harus selalu di aduk. Lalu campur bubur kertas dengan lem kanji yang sudah dingin diaduk hingga merata. Tuangkan kecetakan dengan alas spoon kemudian diatasnya diberi cetakan strimin dan diletakkan kain yang sudah dibasahi dengan air, lakukan itu sampai lapisan ke 6. Tutup lapisan atas dengan kain basah dan dipres dengan papan pemberat di atasnya kemudian dijemur dibawah sinar matahari. 1

malam ( 24 jam ) agar dapat mudah di blender dan di tambah air saat di blender. Setelah

9|Page

I. KESIMPULAN Dari praktikum yang telah dilakukan daur ulang kertas menggunakan kertas koran dan hasil yang diperoleh kertas menjadi kering setelah di jemur kemudian dapat dipakai lagi untuk kebutuhan seperti kardus, dll.

LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK KOMPOS

A. LATAR BELAKANG Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahanbahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.

B. TUJUAN 1. Agar mahasiswa terampil dalam membuat kompos dari sampah organik. 2. Mengurangi pencemaran lingkungan oleh adanya sampah organik. 3. Memanfaatkan sampah organik untuk pupuk organik. 4. Mengurangi penggunaan pupuk buatan dengan pupuk organik dari sampah. C. DASAR TEORI Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahanbahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba
11 | P a g e

yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan. Secara alami bahan-bahan organik akan mengalami penguraian di alam dengan bantuan mikroba maupun biota tanah lainnya. Namun proses pengomposan yang terjadi secara alami berlangsung lama dan lambat. Untuk mempercepat proses pengomposan ini telah banyak dikembangkan teknologi-teknologi pengomposan. Baik pengomposan dengan teknologi sederhana, sedang, maupun teknologi tinggi. Pada prinsipnya pengembangan teknologi pengomposan didasarkan pada proses penguraian bahan organik yang terjadi secara alami. Proses penguraian dioptimalkan sedemikian rupa sehingga pengomposan dapat berjalan dengan lebih cepat dan efisien. Teknologi pengomposan saat ini menjadi sangat penting artinya terutama untuk mengatasi permasalahan limbah organik, seperti untuk mengatasi masalah sampah di kota-kota besar, limbah organik industri, serta limbah pertanian dan perkebunan. Pengomposan secara aerobik paling banyak digunakan, karena mudah dan murah untuk dilakukan, serta tidak membutuhkan kontrol proses yang terlalu sulit. Dekomposisi bahan dilakukan oleh mikroorganisme di dalam bahan itu sendiri dengan bantuan udara. Sedangkan pengomposan secara anaerobik memanfaatkan mikroorganisme yang tidak membutuhkan udara dalam mendegradasi bahan organik. Hasil akhir dari pengomposan ini merupakan bahan yang sangat dibutuhkan untuk kepentingan tanah-tanah pertanian di Indonesia, sebagai upaya untuk memperbaiki sifat kimia, fisika dan biologi tanah, sehingga produksi tanaman menjadi lebih tinggi. Kompos yang dihasilkan dari pengomposan sampah dapat digunakan untuk menguatkan struktur lahan kritis, menggemburkan kembali tanah pertanian, menggemburkan kembali tanah petamanan, sebagai bahan penutup sampah di TPA, eklamasi pantai pasca penambangan, dan sebagai media tanaman, serta mengurangi penggunaan pupuk kimia. Bahan baku pengomposan adalah semua material yang mengandung karbon dan nitrogen, seperti kotoran hewan, sampah hijauan, sampah kota, lumpur cair dan limbah

industri pertanian. Berikut disajikan bahan-bahan yang umum dijadikan bahan baku pengomposan.

13 | P a g e

D. ALAT DAN BAHAN ALAT a. Komposter ( ember plastik volum 40 Lt ) b. Pisau c. Balok kayu alas pemotong sampah d. Plastik transparan
e. Pipa PVC

inci panjang @ 1,5 m

f. Tali rafia panjang @ 3 m BAHAN a. Sampah organik dedaunan dan sisa makanan b. Kotoran sapi kering/kompos c. Kapur tohor d. Air

E. PELAKSANAAN a. Waktu b. Hari c. Lokasi : 11.00 13.00 WIB : Selasa, 13 November 2012 : Depan Laboratorium Hyperkes dan Bengkel

F. CARA KERJA a. Lakukan pemotongan sampah organik dengan ukuran antara 2,5 7,5 cm sebanyak 3000 gr

b. Masukkan sampah yang sudah dipotong potong ke dalam komposter sebanyak 3000 gr c. Percikan sampah dengan 250 ml air d. Taburkan dengan merata di atas sampah kotoran sapi kering / kompos sebanyak 300 gr e. Taburkan dengan merata kapur tohor sebanyak 100 gr f. Masukkan pipa PVC dengan cara menancapkan ke dalam sampah secara tegak lurus g. Tutup komposter dalam plastik transparan yang diberi lubang di tengah tengahnya dengan luas sama dengan luas alas pipa PVC h. Lakukan pengadukan / pembalikan 1 minggu sekali i. Panen kompos yang sudah matang dengan kriteria :
a) Volume menjadi

bagian

b) Warna seperti tanah c) Tidak berbau d) Fisik hancur j. Keringkan kompos dengan cara mengangin anginkan k. Lakukan penyaringan dan pengemasan l. Kompos siap digunakan.

G. HASIL PRAKTIKUM Kompos akan berwarna seperti tanah dan struktur fisiknya hancur. Tidak ada bau

15 | P a g e

yang menyengat. Komposisinya akan menyusut dan siap untuk digunakan.

H. PEMBAHASAN Yang dilakukan pertama adalah menyiapkan daun-daunan kemudian dipotongpotong menjadi kecil dimasukkan ke dalam komposter ditengahnya diberi pipa PVC diatasnya diberi kompos yang sudah jadi kemudian ditaburi dengan kapur tohor. Dilakukan sampai agak penuh lalu ditutup. Lakukam pengadukan seminggu 1 kali agar merata.

I. KESIMPULAN Setelah dilakukan pengelolaan kompos dengan menggunakan sampah daun daunan dan ditambahkan kotoran sapi kering kemudian akan menjadi kompos dengan warna seperti tanah, tidak berbau, dan fisiknya hancur sehingga dapat digunakan untuk memupuk tanaman agar tumbuh subur. Secara alami bahan-bahan organik akan mengalami penguraian di alam dengan bantuan mikroba maupun biota tanah lainnya.

LAPORAN PRAKTIKUM KEPADATAN LALAT

A. LATAR BELAKANG Lalat adalah jenis serangga yang berasal dari subordo Cyclorrapha ordo Diptera. Secara morfologi lalat dibedakan dari nyamuk (subordo Nematocera) berdasarkan ukuran antenanya; lalat berantena pendek, sedangkan nyamuk berantena panjang. Lalat umumnya mempunyai sepasang sayap asli serta sepasang sayap kecil yang digunakan untuk menjaga stabilitas saat terbang. Lalat sering hidup di antara manusia dan sebagian jenis dapat menyebabkan penyakit yang serius. Lalat disebut penyebar penyakit yang sangat serius karena setiap lalat hinggap di suatu tempat, kurang lebih 125.000 kuman yang jatuh ke tempat tersebut. B. TUJUAN 1. Agar mahasiswa terampil dalam melaksanakan pemantauan kepadatan lalat. 2. Agar mahasiswa mampu melakukan analisis dari pemantauan kepadatan lalat. 3. Agar mahasiswa mampu menyusun alternatif pemecahan masalah pengelolaan untuk memperkecil tingkat kepadatan lalat. C. DASAR TEORI Lalat adalah jenis serangga yang berasal dari subordo Cyclorrapha ordo Diptera. Secara morfologi lalat dibedakan dari nyamuk (subordo Nematocera) berdasarkan ukuran antenanya; lalat berantena pendek, sedangkan nyamuk berantena panjang. Lalat umumnya mempunyai sepasang sayap asli serta sepasang sayap kecil yang digunakan untuk menjaga stabilitas saat terbang. Lalat sering hidup di antara manusia dan sebagian jenis dapat menyebabkan penyakit yang serius. Lalat disebut penyebar penyakit yang sangat serius karena setiap lalat hinggap di suatu tempat, kurang lebih 125.000 kuman yang jatuh ke tempat tersebut.
17 | P a g e

Lalat sangat mengandalkan penglihatan untuk bertahan hidup. Mata majemuk lalat terdiri atas ribuan lensa dan sangat peka terhadap gerakan. Beberapa jenis lalat memiliki penglihatan tiga dimensi yang akurat. Beberapa jenis lalat lain, misalnya Ormia ochracea, memiliki organ pendengaran yang sangat canggih. Kepadatan lalat merupakan parameter keberhasilan dalam pengelolaan sampah. Kepadatan lalat yang tinggi pada TPS/TPA menandakan bahwa pengelolaan sampah tidak berhasil. Lalat bersarang dan berkembang biak ditempat-tempat dimana terdapat bahan organik yang melimpah,termasuk dalam sampah. Hubungannya dengan kesehatan lalat merupakan vektor penyakit secara mekanik berbagai macam penyakit saluran pencernaan. Pemantauan kepadatan lalat dilakukan dalam perencanaan pengendalian dan pengelolaan sampah. Pemantauan kepadatn lalat diperlukan untuk melindsungi masyarakat dari gangguan yang ditimbulkan oleh lalat,maka sasaran lokasi yang diukur adalah yang berhubungan dengan keberadaan manusia. Sasaran lokasi yang diukur antara lain: a. Pemukiman penduduk. b. Tempat- tempat umum ( pasar, terminal, rumah makan) c. Tempat penyimpanan sampah ementara.(TPS} d. Tempat pembuangan akhir sampah (TPA) D. ALAT a. Block Grill b. Counter c. Stop watch d. Alat tulis e. APD

E. PELAKSANAAN 1. Waktu 2. Hari 3. Lokasi : 11.00 13.00 WIB : Selasa, 13 November 2012 : Depan Laboratorium Hyperkes dan Bengkel

F. CARA KERJA a. Mempersiapkan Alat dan Bahan b. Meletakkan blok grill pada tempat yang telah ditentukan c. Lalu menghitung dan mencatat jumlah lalat yang hinggap pada blok grill selama 30 detik dengan counter. Jika lalat berpindah dari blok grill satu keberikutnya maka lalat tersebut dihitung 1 kali setiap kali perpindahan. d. Setelah itu ulangi pengukuran sebanyak 10 kali e. Lakukan perhitungan tertinggi dan mencatatnya f. Lakukan perhitungan kepadatan lalat dengan cara mengambil jumlah lalat yang terbesar pada lima kali pengukuran, dijumlahkan dan dirata-rata untuk masing-masing titik sampling. g. Rata-rata yang ada merupakan tingkat kepadatan lalat masing-masing titik G. HASIL PRAKTIKUM a. Titik 1 (pertama) Pengukuran 30 detik ke1 Hasil Pengukuran (ekor) 5 Perhitungan Kepadatan Lalat 10+8+7+7+6 5 populasi padat, perlu dilakukan pengamanan tempat berkembang biak = 38 lalat dan ada upaya pengendaliannya Interpretasi

19 | P a g e

= 7,6 2 3 4 5 6 7 8 9 10 10 8 5 7 4 7 6 3 6

b. Titik 2 (Kedua) Pengukuran 30 detik ke1 Hasil Pengukuran (ekor) 4 12+12+10+10+8 5 Perhitungan Kepadatan Lalat populasi padat, perlu dilakukan pengamanan tempat berkembang biak lalat dan ada upaya pengendaliannya = 52 5 Interpretasi

= 10,4

2 3 4 5 6 7 8 9 10

7 12 7 10 4 12 8 10 8

c. Titik 3 (Ketiga) Pengukuran 30 detik ke1 Hasil Pengukuran (ekor) 4 12+12+10+9+9 5 Perhitungan Kepadatan Lalat populasi padat, perlu dilakukan pengamanan tempat berkembang biak lalat dan ada = 52 5 upaya pengendaliannya Intrpretasi

= 10,4 2 9

21 | P a g e

3 4 5 6 7 8 9 10

12 7 2 9 4 3 12 10

d. Titik 4 (Keempat) Pengukuran 30 detik ke1 Hasil Pengukuran (ekor) 6 Perhitungan Kepadatan Lalat Populasi padat perlu dilakukan pengamanan 9+8+8+7+6 5 tempat berkembang biak lalat dan ada upaya pengendaliannya = 38 5 Intrpretasi

= 7,6 2 3 4 5 8 5 6 4

6 7 8 9 10

9 8 3 5 7

e. Titk 5 (Kelima) Pengukuran 30 detik ke1 Hasil Pengukuran (ekor) 7 Perhitungan Kepadatan Lalat 10+9+9+9+8 5 populasi padat, perlu dilakukan pengamanan tempat berkembang biak = 45 5 lalat dan ada upaya pengendaliannya Interpretasi

= 9 2 3 4 5 6 7 8 9 10 9 5 4 6 8 3 9 10 9

23 | P a g e

H. PEMBAHASAN Saat melakukan perhitungan kepadatan lalat di TPS Poltekkes Kemenkes Yogyakarta dengan menggunakan blok gril dan counter dapat diketahui jumlah kepadatannya. Dengan di hitung setiap 30 detik dalam 5 titik menggunakan counter dan stopwatch. Kemudian dicatat hasilnya. I. KESIMPULAN Dari praktikum yang telah dilakukan kepadatan lalat di TPS Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Poulasinya padat sehingga harus dilakukan upaya pengamanan tempat.

LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK BRIKET BIOARANG

A. LATAR BELAKANG Pada awal perkembangannya, kayu adalah sumber bahan bakar yang paling banyak dipakai karena mudah didapat dan sederhana penggunaannya. Namun dewasa ini tekanan terhadap hutan sangatlah berat sehingga mengurangi persediaan kayu sebagai bahan bakar. Untuk itu diperlukan alternatif penggantiannya. Saat ini juga permintaan kebutuhan bahan bakar untuk memasak mengalami peningkatan yang cukup tajam.Hal ini akan berpengaruh terhadap ketersediaan cadangan minyak bumi yang jika penggunaannya tidak terkontrol maka lamakelemaan akan habis.Selain itu kerusakan hutan sebagai sumber penyedia kayu bakar juga dapat menambah semakin berkurangnya cadangan bahan bakar di bumi. Dari permasalahan tersebut maka perlu dicari energi alternatif pengganti bahan bakar minyak bumi dengan memanfaatkan sampah biomassa yang masih melimpah.briket bioarang merupakan salah satu energi alternatif pengganti minyak bumi, penyediaan energi berwawasan lingkungan dan penghasil energi yang ramah lingkungan.

B. TUJUAN a. Dapat Memanfaatkan smpah biomassa sebagai bahan bakar alternatif pengganti minyak bumi. b. Membersihkan lingkungan dari sampah biomassa. c. Menentukan energi yang ramah lingkungan dengan biaya murah. d. Mahasiswa trampil dalam pengolahan sampah biomassa untuk pembuatan briket bioarang. e. Sebagai upya pemanfaatan sumberdaya alam yang masih melimpah.

25 | P a g e

C. DASAR TEORI Briket merupakan suatu hasil pemanfaatan biomassa dengan metode pengempaan (Lab. Energi dan Elektrifikasi Pertanian IPB, 2008). Briket arang merupakan bahan bakar padat yang mengandung karbon, mempunyai nilai kalori yang tinggi, dan dapat menyala dalam waktu yang lama. Bioarang adalah arang yang diperoleh dengan membakar biomassa kering tanpa udara (pirolisis). Sedangkan biomassa adalah bahan organik yang berasal dari jasad hidup. Biomassa sebenarnya dapat digunakan secara langsung sebagai sumber energi panas untuk bahan bakar, tetapi kurang efisien. Nilai bakar biomassa hanya sekitar 3000 kal, sedangkan bioarang mampu menghasilkan 5000 kal. Pirolisis adalah proses dekomposisi kimia dengan meggunakan pemanasan tanpa adanya oksigen. Proses ini atau disebut juga proses karbonasi atau yaitu proses untuk memperoleh karbon atau arang, disebut juga High Temperature carbonization pada suhu 45000C-50000C. Dalam proses pirolisis dihasilkan gas-gas, seperti CO, CO2, CH4, H2, dan hidrokarbon ringan. Jenis gas yang dihasilkan bermacam-macam tergantung dari bahan baku.

D. ALAT DAN BAHAN ALAT a. Tungku Pembakaran, terbuat dari besi berukuran Diameter 30 cm b. Drum c. Pengaduk d. Penumbuk dan lumpang dari besi e. Pengayak dari kawat besi f. Ember plastik

g. Ember plastik h. Cetakan briket menggunakan pipa aluminium i. Panci Aluminium j. Kompor k. Stopwatch l. Timbangan m. Korek api n. APD BAHAN a. Tempurung Kelapa b. Tepung Tapioka c. Air d. Minyak Tanah

E. PELAKSANAAN a. Waktu : 11.00 13.00 WIB

b. Hari / Tanggal : Selasa, 20 November 2012 c. Lokasi : Depan Workshop

F. CARA KERJA a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

27 | P a g e

b. Memasukan bahan- bahan organik dalam drum dan memberi minyak tanah secukupnya. c. Membakar bahan-bahan organik dan mengaduknya sampai rata hingga terbakar sempurna d. Menutup drum dengan tidak rapat agar bahan organik tersebut tidak menjadi abu (tetap menjadi arang) e. Drum tersebut dipeciki air agar menjadi dingin dan kemudian memindahakan arang ke penumbuk f. Arang ditumbuk sampai halus dan disaring atau diayak g. Membuat lem kanji a) Timbanglah tepung kanji secukupnya sesuai dengan kebutuhan kemudian campurkan dengan air masukkan dalam panci. b) Memanaskan panci tersebut di atas kompor dengan api sedang sambil mengaduk terus menerus sampai adonan tersebut mengental dan berwarna bening. h. Lem yang telah jadi kemudian dicampur dengan arang yang telah ditumbuk dan diayak i. Lem dan arang terus dicampur sampai rata dan partikel arang saling menempel satu sama lain j. Memasukan campuran lem dan arang tersebut ke dalam cetakan dan kemudian dikeringkan, dapat dijemur dibawah sinar matahari atau dioven. k. Briket siap digunakan dan dimanfaatkan.

G. HASIL PRAKTIKUM

Setiap mahasiswa membuat 1 buah briket arang, sehingga terdapat minimal 10 buah briket arang

H. PEMBAHASAN Pada pembuatan briket kami menggunakan bahan dasar yaitu tempurung kelapa. Kemudian tempurung kelapa dibakar untuk dijadikan menjadi arang. Tempurung yang sudah menjadi arang kemudian ditumbuk hingga dianggap halus, lalu diayak untuk memisahkan tumbukan arang yang masih berukuran besar. Lem ini dibuat dengan campuran tepung kanji dan air yang dipanaskan. Campuran antara air dan tepung kanji ini dibuat sampai campuran tidak encer dan tidak terlalu menggumpal. Arang yang sudah diayak kemudian dicampur dengan lem. Perbandingan antara lem dan arang, sebaiknya lebih banyak arangnya karena hasilnya akan lebih bagus. Cetak campuran lem dan juga arang dengan penutup pipa. Hasil cetakan selanjutnya dikeringkan dibawah sinar matahari langsung, bisa 2-3 hari atau jika cuaca tidak mendukung bisa 5-7 hari dalam pengeringan.

29 | P a g e

I. KESIMPULAN a. Briket dibuat dari campuran arang yang ditumbuk dengan lem (kanji + air). Lem yang digunakan sebagai perekat. Campuran lem dan juga arang, lebih banyak arangnya untuk mendapatkan hasil briket yang baik. b. Briket dikatakan baik apabila setelah pengeringan briket memiliki tekstur yang keras dan tidak kenyal atau tidak hancur saat dipencet/digenggam dengan tangan.

LAPORAN PRAKTIKUM BIOGAS A. LATAR BELAKANG Dewasa ini, banyak sekali masyarakat pedesan yang memiliki kandang ternak guna menggarap sawah. Salah satu ternak yang mereka punya adalah sapi atau kambing, dari hewan ternak tersebut tentunya akan menimbulkan dampak atau masalah jika tidak ada penangan yang baik. Oleh karena itu salah satu upaya yang sedang dikembangkan adalah pembuatan biogas yang berasal dari kotoran ternak. Dengan upaya tersebut juga dapat menjadi alternative yang baik untuk kelangkaan sumber energi.Biogas yang dihasilkan dari kotoran ternak, akan berupa gas metan. Sehingga gas tersebut dapat digunakan sebagai sumber energi untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Prinsip dari biogas ini sangatlah mudah, cukup menggunakan tempat yang ada tutupnya lalu ditutup dengan rapat lalu selang waktu 30 hari diamati bila sudah terbentuk gas metan.Sifat dari gas metan adalah tidak berbau, tidak berwarna, dapat bereaksi dengan oksigen, dapat mengahsilkan panas yang cukup tinggi. Gas metan yang terbentuk sanagt ramah lingkungan tidak menyebabkan polusi udara.

B. TUJUAN 1. Untuk mengetahui proses pembuatan biogas dari kotoran sapi. 2. Untuk mengetahui lama waktu terjadinya biogas.

C. DASAR TEORI Biogas merupakan proses produksi energi berupa gas yang berjalan melalui proses biologis. Hal ini menyebabkan terdapatnya berbagai komponen penting yang
31 | P a g e

berpengaruh dalam proses pembuatan biogas. Komponen biokimia (biochemist) dalam pembuatan biogas memerlukan perhatian penting. Proses kerja dari komponen tersebut dapat dijelaskan secara ilmiah, sehingga membuka peluang untuk diadakannya penelitian lebih lanjut. Gas yang dapat dimanfaatkan sebagai energi dari pembuatan biogas adalah berupa gas metan. Gas metan ini diperoleh melalui proses dekomposisi bahan-bahan organik oleh mikroorganisme. Bahan-bahan organik yang dibutuhkan dapat diperoleh dengan sangat mudah, bahkan dapat diperoleh dalam limbah. Proses produksi peternakan menghasilkan kotoran ternak (manure) dalam jumlah banyak. Di dalam kotoran ternak tersebut terdapat kandungan bahan organik dalam konsentrasi yang tinggi.

Gas metan dapat diperoleh dari kotoran ternak tersebut setelah melalui serangkaian proses biokimia yang kompleks. Kotoran ternak terlebih dahulu harus mengalami dekomposisi yang berjalan tanpa kehadiran udara (anaerob). Tingkat keberhasilan pembuatan biogas sangat tergantung pada proses yang terjadi dalam dekomposisi tersebut. D. ALAT DAN BAHAN ALAT a. Tabung digester b. Alat untuk mengukur jika sudah terbentuk gas c. Selang d. Alat takar e. APD BAHAN a. Kotoran sapi

b. Air

E. PELAKSANAAN a. Hari / Tanggal : Selasa / 20 November 2012 b. Waktu c. Tempat : 11.00 Selesai : Halaman depan laboratorium rekayasa

33 | P a g e

F. CARA KERJA a. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan, b. Hitung volume air dan kotoran sapi dengan perhitungan c. Masukkan volume tersebut, ke dalam tabung digester sebanyak 80%. d. Aduk dan campurkan secara merata e. Tutup tabung digester, sampai rapat f. Alirkan selang menuju ke alat untuk mengukur jika sudah terbentuk gas( masukkan air kedalam selang untuk mengetahui terbentuk gas, jika ada gas tinggi air tersebut akan berbeda ). g. Lihat perubahan yang terjadi setiap hari. h. Bila sudah terjadi kenaikan air, maka sudah terbentuk gas dan gas tersebut dibuang sebentar agar gas tersebut hilang dan nantinya gas yang terdapat di tabung digester merupakan gas metan yang siap pakai. G. HASIL PRAKTIKUM Pada hasil praktikum pembuatan biogas dari kotoran sapi, hasil yang kami dapatkan adalah : a. Tabung digester yang di pakai adalah 5 liter. b. Perbandingan untuk pengenceran antara air dan kotoran adalah 1:1 c. Kotoran yang di pakai 2 liter dan air yang di pakai untuk mengencerkan juga 2 liter. d. Kotoran yang digunakan adalah kotoran sapi yang masih baru. e. Hingga hari ke 15 belum ada kenaikan air,sehingga belum terbentuk gas metan. H. PEMBAHASAN Dari pengamatan yang kami lakukan hingga hari ke 15 belum ada tanda tanda kenaikan air yang merupakan tanda adanya gas metan, kemungkinan hal yang dapat

mempengaruhi adalah kurangnya waktu dalam pengamata karena pembuatan biogas membutuhkan waktu yang cukup lama sekitar 1 bulan. Kotoran sapi yang kami gunakan telah tersedia di laboratorium rekayasa. Kotoran tersebut masih baru, ini terlihat dari fisik kotoran tersebut yang masih basah dan lembek. Pada saat mengambi kotoran kami menggunakan APD karena bau yang agak menyengat, pada saat pengadukan air dengan kotoran kami juga menggunakan tongkat untuk membantu dalam proses pengadukan. Tabung digester yang kami gunakan adalah semacam drigen yang sudah dimodifikasi menjadi tabung digester, drigen tersebut mempunyai volume 5 liter. untuk tutupnya ditutup dengan semacam isolasi untuk memastikan tidak ada udara yang masuk atau adanya udara yang keluar. Tutup tersebut langsung dihubungkan dengan selang yang menuju alat yang dapat melihat terbetuknya gas metan dengan tanda adanya kenaikan air di salah satu selang.Alat tersebut di isolasi di bagian luar tabung digester tersebut.

I. KESIMPULAN Dari hasil praktikum yang telah kami lakukan, dapat kami simpulkan bahwa : a. Pembuatan biogas kelompok kami menggunakan kotoran sapi yang masih baru, yang masih memiliki kadar air yang tinggi. b. Hingga hari ke 15 belum ada tanda kenaikan air yang menunjukan tanda adanya gas metan pada biogas yang kami buat. c. Waktu yang terbatas dalam pengamatan membuat kelompok kami tidak dapat mengetahui apakah biogas tersebut berhasil atau tidak.

35 | P a g e

LAMPIRAN

37 | P a g e

39 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai