Dalam perkembangannya hukum acara pidana di indonesia dari dahulu sampai sekarang ini tidak terlepas dari apa yang di sebut sebagai pembuktian, apa saja jenis tindak pidananya pastilah melewati proses pembuktian. Di dalam pembuktian pidana di Indonesia kita mengenal dua hal yang sering kita dengar yaitu alat bukti dan barang bukti di samping adanya proses yang menimbulkan keyakinan hakim dalam pembuktian. Hal ini sesuai dengan KUHAP pasal 183 yang berbunyi Hakim tidak boleh menjatuhkan Pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurangkurangnya ada dua alat bukti yang sah, ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana telah terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.1 Alat bukti yang sebagaimana disebutkan pada KUHAP pasal 184 sebagai berikut: keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwah. Pada setiap kejahatan, hampir selalu ada barang bukti yang tertinggal, yang kalau diteliti dengan memanfaakan berbagai macam ilmu forensik, maka tidak mustahil kejahatan tersebut akan dapat terungkap dan bahkan korban yang sudah membusuk atau hangus serta pelakunya akan dapat dikenali. Oleh sebab itu pada kasus-kasus tindak pidana yang dilakukan terhadap manusia perlu dicari sebanyak mungkin barang bukti medik, baik yang berasal dari tubuh korban maupun pelaku.1,2 Trace evidence merujuk pada berbagai jenis material yang memiliki karakter kimia dan fisik yang dapat digunakan untuk membuktikan apakah tersangka berada pada tempat kejadian perkara. Material yang digunakan untuk mengidentifikasi suspek meliputi semua termasuk rambut hingga serat pakaian. Identifikasi jejak bukti merupakan proses membandingkan karakter kimia dan fisik dari sampel yang didapat pada tempat kejadian perkara dengan asal mulanya.3 Trace Evidence memiliki makna legal dan makna sains. Makna legal berarti; segala hal yang berkaitan dengan pelaku yang di ajukan ke pengadilan dan secara
formal menjadi barang bukti. Sedangkan makna sains berarti; objek yang berasal dari tempat kejadian perkara baik dari korba maupun pelaku atau barang-barang yang dapat membantu dalam penyidikan.4
2.1.
Definisi Trace Evidence Istilah trace evidence sangat sulit untuk dipaparkan ataupun didefinisikan
sehingga penjelasan istilah tersebut sering tidak memuaskan. Konsep dasar dari istilah trace evidence yaitu barang bukti pada pemeriksaan forensic yang berukuran kecil dan bersifat sisa peninggalan dari sesuatu. Sumber lain menyebutkan bahwa trace evidence merupakan barang bukti berupa material yang bersifat mikroskopik dimana material tersebut dapat mengalami pertukaran antara orang tempat ataupun benda bila terjadi kontak.4,5
2.2.
Material yang mengalami kontak langsung Ini disebut juga sebagai kontak transfer evidence dimana material dipindahkan dari donor ke penerima. Pada beberapa kejadian ada istilah yang disebut transfer 2 arah dimana si donor dapat menjadi penerima dan sebaliknya. Material yang didapat merupakan barang bukti yang paling signifikan.4 Material yang tidak mengalami kontak langsung Terjadi bila donor dan penerima tidak kontak langsung, sebagai contoh residu mesiu senjata api.4 Pola yang timbul dari kontak dengan material Sebagai contoh dari pola ini yaitu sidik jari, jejak sepatu. Pola terbagi menjadi: 4 Inprints (2 dimensi); berupa jejak sepatu Indentasi(3 dimensi); terjadi bila terdapat penekanan seperti lumpur yang terinjak akan terbentuk cekungan
Striata; terjadi bila ada 2 benda yang bergesekan, seperti goresan pisau, cakaran
Fraktur; objek yang patah seperti patahan kayu, gigi yang patah.
2.3. A.
Pemeriksaan pada Trace Evidence Darah Darah merupakan bagian tubuh manusia yang dapat memberikan banyak
informasi penting bagi pengungkapan peristiwa pidana, baik yang ditemukan sebagai bercak, diambil dari tubuh manusia yang masih hidup ataupun yang sudah mati.1 Bercak darah Pada peristiwa pidana, bercak darah sering kali ditemukan pada tubuh korban, lantai di sekitar tubuh korban, pakaian, dinding, lemari serta meja dan lain-lain. Dari bentuk sifat bercak darah, dapat diketahui sumber perdarahan. Darah yang berasal dari pembuluh balik pada luka yang dangkal , akan berwarna merah gelap, sedangkan yang berasal dari pembuluh nadi pada luka yang dalam akan berwarna merah terang. Darah yang berasal dari saluran pernafasan atau paru-paru berwarna merah terang dan berbuih, jika telah mongering tampak seperti gambaran sarang tawon. Darah yang berasal dari saluran pencernaan akan berwarna merah-coklat sebagai akibat dari bercampurnya darah dengan asam lambung.1,6 Bentuk bercak darah juga dapat memberikan informasi tentang bagaimana cara darah menempel pada objek, yaitu jatuh secara pasif, menyemprot dari arteri yang terpotong atau karena senjata yang berlumuran darah yang memercikkan darah. Gambaran bercak yang menyerupai pin bowling atau tanda seru memberikan petunjuk bahwa darah menyemprot dari arteri ke permukaan objek secara miring, dimana ujung kecil dari pin bowling itu menunjuk ke arah mana darah menyemprot. Darah dari pembuluh nadi akan memberikan bercak kecil-kecil menyemprot pada daerah yang lebih jauh dari daerah perdarahan, sedangkan yang berasal dari pembuluh balik biasanya membentuk genangan. Hal terjadi dikarenakan tekanan
dalam pembuluh nadi lebih tinggi dari tekanan atmosfer sedangkan tekanan dalam pembuluh balik lebih rendah hingga tidak mungkin menyemprot.1,6 Tidak semua bercak berwarna merah itu darah. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan untuk menentukan bercak tersebut darah atau tidak, darah manusia atau tidak dan apa golongan darahnya.2 Langkah-langkah yang harus dilakukan pada pemeriksaan tersebut ialah :1 a. Persiapan Bercak darah yang menempel pada sesuatu objek, misalnya senjata, lantai, atau perabot rumah tangga dikerok dan kemungkinan direndam pada larutan garam fisiologis. Sedangkan yang menempel pada pakaian dapat langsung direndam pada larutan tersebut. b. Tes penyaringan (presumptive test) Ada banyak tes penyaringan yang dapat dilakukan untuk membedakan apakah bercak itu berasal dari darah atau bukan. Tes yang banyak dilakukanialah leukomalachite green test (Tes Benzidine) atau castle-Meyer test (Tes Phnolphtalein). Hanya bercak yang memberikan tes positif saja yang perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Tes-tes tersebut juga dapat dilakukan terhadap bercak yang kecil dengan cara mengusap bercak tersebut dengan kertas filter dan kemudian tes dikerjakan di kertas filter tersebut. c. Test meyakinkan ( Confirmatory test ) Tes Serologik, Tes precipitin dengan menggunakan anti-human globulin atau antisera yang lain akan memberikan konfirmasi bahwa bercak yang diperiksa itu benar-benar darah dan dapat membedakan darah manusia atau binatang. Tes Kimiawi, Ada banyak tes kimiawi yang dapat dilakukan untuk memastikan bahwa diperiksa itu bercak darah, atas dasar pembentukan kristal-kristal hemoglobin yang dapat dilihat dengan mata telanjang atau
dengan mikroskop. Tes-tes tersebut antara lain tes Takayama dan Teichmann. Spektroskopik, Larutan reduced hemoglobin akan memberikan spektrum warna yang khas pada spektroskop. Tes ini dibuat lebih spesifik dengan menambahkan berbagai reagensia untuk membentuk berbagai produk dari hemoglobin , seperti misalnya methemoglobin yang akan memberikan spektrum yang khas. Mikroskopik, Pada bercak-bercak darah yang telah kering biasanya sel-sel darah merah atau sel-sel darah putih mengalami kerusakan. Pemeriksaan ini berguna pada darah yg baru, diamna dapat dilihat bentul sel darahnya. Penentuan Golongan Darah, dapat digunakan sistem ABO yang dapat dipakai pada darah segar ataupun yang kering. Darah orang hidup Pada penyidikan perkara pidana kadang-kadang diperlukan pemeriksaan darah dari orang yang masih hidup, yaitu : 1 Untuk membuktikan adanya alkohol dalam darah pelanggar lalu lintas, atau orang-orang yang diduga melakukan kejahatan Untuk membuktikan adanya morfin dalam darah dari orang-orang yang diduga sebagai pemakai zat tersebut Untuk membuktikan adanya tindak pidana perzinahan yang mengakibatkan lahirnya anak Darah orang mati Pemeriksaan darah dari korban mati perlu dilakukan untuk menentukan :1 Golongan darahnya untuk dicocokkan dengan golongan darah yang menempel pada senjata atau mobil yang dicurigai sebagai penyebab kematiannya
Untuk menentukan sebab kematiannya, yaitu dengan memeriksa adanya zat atau racun yang menyebabkan kematiannya Kalau memungkinkan, darah yang telah diambil ditempatkan di dalam refrigerator dengan suhu sekitar 4 derajat celcius. Penambahan sedikit sodium fluorida akan mencegah proses enzimatik dari pembusukkan. Semakin banyak darah yang dapat diambil semakin baik, tetapi pemeriksaan berbagai zat dengan teknik modern sekarang ini tidak memerlukan banyak darah.
Tes-tes pada pemeriksaan darah 1,6 Tes Benzidine Tes benzidine yang positif merupakan indikasi kuat bahwa bercak yang diperiksa adalah bercak darah. Cara pemeriksaan : bercak yang diduga bercak darah,digosok dengan kertas saring, bercak yang menempel pada kertas saring kemudian diteteskan dengan 1 tetes Hidrogen peroksida 20% dan 1 tetes reagensia benzidine. Tes Luminol Tes luminol merupakan tes yang paling sensitif untuk mendeteksi darah. Bila bercak darah disemprot dengan reagensia luminol maka akan bersinar mengeluarkan cahaya luminescence), oleh karena itu, tes ini dapat sebagai tes penyaring karena dapat dilakukan dengan cepat. Cara pemeriksaan : objek yang akan diperiksa disemprot dengan reagensia,oleh karena yang dilihat adalah keluarnya cahaya bersinar, maka pemeriksaan dilakukan dalam keadaan gelap. Tes Takayama dan Teichman Identifikasi darah dengan Tes Takayama dan Teichman sangat spesifik namun sangat mudah dipengaruhi oleh zat-zat yang mengkontaminasi. Cara pemeriksaan Tes Takayama : seujung jarum bercak kering diletakkan pada gelas objek, teteskan 1 tetes reagensia, tutup dengan kaca penutup, kemudian dipanaskan. Baca dibawah mikroskop. Cara pemeriksaan Tes Teichman : seujung jarum
bercak diletakkan pada gelas objek, ditambahkan satu butir kristal NaCl dan 1 tetes asam asetat glasial, tutup kaca dengan kaca penutup, panaskan dan baca dibawah mikroskop.
B. Rambut Rambut,baik rambut kepala ataupun kelamin, merupakan bagian tubuh manusia yang dapat memberikan banyak informasi bagi kepentingan peradilan,antara lain tentang: saat korban meninggal dunia, sebab kematian, jenis kejahatan, identitas korban, identitas pelaku. Informasi ini diperoleh dengan meneliti sifat-sifat, gambaran mikroskopik serta perubahan-perubahan yang terjadi akibat trauma atau racun tertentu.1 Jika ditemukan rambut yang diduga ada kaitannya dengan kejadiaan maka hendaknya rambut tersebut diperiksa dengan teliti untuk mengetahui : keasliannya, , identitas pemilik rambut, informasi-informasi lain yang ada kaitannya dengan kejahatan1,7,8 Keaslian rambut Rambut yang utuh biasanya terdiri atas akar, batang, dan ujung. Akar rambut terdiri atas jaringan ikat longgar sedangkan batang rambut terdiri kutikula, kortek, dan medulla. Serat yang bukan berasal dari rambut tidak mempunyai susunan seperti itu. Serat sintesis misalnya, gambaran mikroskopisnya terlihat homogen.7 Penentuan rambut manusia atau bukan Jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa serat itu rambut maka langkah selanjutnya adalah menentukan apakah rambut tersebut berasal dari manusia atau hewan. Ciri rambut manusia yaitu halus dan tipis, kutikula mempunyai sisik kecil dan bergerigi, medulla sempit atau kurang dari 0.3 dan pigmennya lebih kearah perifer. Sedangkan cirri rambut binatang ialah kasar dan tebal, kutikula mempunyai sisik lebar dan polihidral, medulla lebar, kortex tipis, index medulla lebih dari 0,5 dan
pigmennya di perifer maupun sentral. Dengan tes presipitasi akan dapat dibedakan dengan tepat antara rambut manusia dan rambut hewan.6,7 Identifikasi Jika sudah dapat dipastikan rambut manusia maka pemeriksaan lanjutan perlu dilakukan untuk menentukan siapa pemiliknya. Perlu diketahui bahwa rambut mempunyai sifat tahan terhadap pembusukan dan bahan-bahan kimia sehingga dapat dijadikan salah satu sarana identifikasi bagi mayat-mayat yang sudah membusuk. Meskipun tak dapat memberikan identitas personal sepertti halnya sidik jari, tetapi dapat memberikan identitas umum, antara lain:8 Umur Umur dari pemilik rambut dapat ditentukan dengan memeriksa rambut tersebut. Rambut lanugo pada bayi yang baru lahir mempunyai sifat halus, tidak berpigmen, tak bermedulla dengan pola sisik yang lebih seragam. Perlu dikemukakan bahwa tumbuhnya rambut di berbagai bagian tubuh berbeda-beda waktunya. Rambut pubis dan rambut ketiak misalnya, tumbuh pada masa adolsen. Selain itu warna dari rambut juga dapat dipakai sebagai petunjuk umur dari pemiliknya. Pada orang-orang tua warna rambut akan berubah menjadi putih. Jenis kelamin Melalui berbagai pemeriksaan yang teliti akan dapat ditentukan jenis kelamin dari pemiliknya. Rambut laki-laki pada umumnya lebih kaku, lebih kasar, dan lebih gelap. Sedang rambut wanita umumnya halus, panjang dan meruncing kearah ujung. Dari distribusinya juga dapat ditentukan jenis kelaminnya. Rambut jenggot, rambut dada, dan kumis adalah laki-lakli dan wanita juga menunjukkan gambaran yang berbeda. Ras Untuk menentukan jenis rasnya dapat dilihat dari warna, panjang, bentuk dan susunan rambut. Rambut orang Eropah misalnya, berwarna pirang, kecoklatan atau kemerahan dan pendek.
Golongan darah
Penentuan golongan darah sekarang ini sudah dapat dilakukan dengan memeriksa sehelai rambut dari bagian tubuh yang manapun melalui siatem ABO, PGM, EsD ataupun system GLO-I.
Cara mengambil sampel: Sepanjang garis yang ditarik di tengah bagian belakang kepala dari pusat satu telinga ke pusat yang lain, mengumpulkan rambut setidaknya setebal pensil, dan mengikatnya bersama-sama dekat ujung akar (dekat kulit kepala) dengan menggunakan tali kecil atau karet gelang. Potong rambut dekat dengan kulit kepala tanpa memotong kulit kepala. Mempertahankan posisi horizontal dari rambut yang terikat dengan membungkus bagian yang dipotong dengan foil aluminium atau plastik. Tunjukkan akar dan ujung dari rambut dengan menandai foil aluminium atau plastic dengan label kertas. Jangan gunakan bahan yang boleh melekat langsung pada rambut. Tempatkan spesimen dalam amplop terlabel, bersih dan kering, untuk pengiriman ke laboratorium. Perhatikan apakah pemutih, pewarna rambut atau obat (misalnya selenium atau minoxidil) digunakan.
Dalam kasus-kasus dimana tubuh membusuk, rambut dapat juga dikumpulkan dengan menarik akar rambut dari kulit kepala.rambut dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain dan tahan dari pembusukan sehingga rambut yang tersisa di TKP menjadi aspek penting dari tanda bukti. Bahkan jika seorang tersangka mencoba untuk membersihkan lokasi TKP, dia kemungkinan besar akan meninggalkan rambut.9,10
Metode 1:11
1. Beri label pada objek gelas dengan tipe binatang yang kemungkinan memiliki rambut tersebut 2. Teteskan cat kuku pada pertengahan objek gelas sehingga membentuk satu lapisan yang tipis 3. Biarkan lapisan yang tipis tersebut mongering tetapi jangan sampai kering total. 4. Letakkan 2-3 helai sampel rambut pada cat kuku yang terdapat pada objek gelas. 5. Tunggu sampai cat kuku kering total, kemudian dengan menggunakan forsep keluarkan rambut tersebut sehingga meninggalkan tanda rambut yang dikeluarkan tersebut 6. Periksa objek gelas tersebut di bawah mikroskop. Lihat satu persatu tanda helaian rambut tersebut dan diinterpretasikan Setelah selesai , isi data yang diperlukan dan deskripsikan setiap corak yang dilihat.
Metode 2: Whole Mount ( metode ini dilakukan untuk melihat struktur internal rambut):10,11
1. Beri label pada objek gelas dengan tipe binatang yang kemungkinan memiliki rambut tersebut. Letakkan 1-2 helai rambut pada pertengahan objek gelas. 2. Teteskan 1-2 tetes air di atas permukaan rambut supaya rambut di tempatnya dan letakkan dek gelas di atas rambut. Ini dikenal sebagai wet mount 3. Lihat sampel tersebut di bawah mikroskop.
4. Isi data yang dijumpai dan yang terlihat pada kertas data 5. Juga diukur panjang rambut tersebut. Perhatikan jikalau ada benda asing pada rambut. Apakah medulla tampak terpecah-pecah, terpisah-pisah atau bersinambungan? Atau apakah medulla hilang? 6. Perhatikan warna, diameter dan distribusi pigmen pada rambut.
1. Gunakan alat yang khas untuk membuat lubang pada kartu indeks. Tempelkan sampel rambut pada lubang tersebut. 2. Letakkan kartu indeks tersebut dalam posisi vertikal supaya laser dapat menembus secara langsung rambut yang ditempel tersebut. Arahkan laser tersebut pada dinding dan hasil yang didapati adalah red spot horizontal pada dinding, dengan bagian tengahnya paling terang. 3. Ukur jarak antara rambut dengan daerah yang paling terang pada dinding. Jarakini dilabel sebagai L 4. Ukur jarak di antara spot yang terdapat di tengah dengan spot pertama dari salah satu ujungnya. Ini dilabel sebagai x. 5. Determinasi ketebalan rambut, dalam micron, dengan menggunakan formula: d=(L)/x, di mana adalah wavelength dari laser yang digunakan Contoh gambaran rambut di mikroskop:11 Wet Mounts
Scale casts
C. Kuku Sampel optimal adalah potong seluruh kuku karena ini lebih praktis untuk ditangani. Namun, dalam beberapa kasus, kuku mungkin terlalu pendek untuk dipotong atau pelapor mungkin tidak memberi persetujuan untuk mengambil sampel. Dalam kasus tersebut, mengorek bahan di bawah kuku dilakukan dan sampel tersebut diambil menggunakan tapered stick atau kedua sisi kuku harus diseka dengan menggunakan teknik double-swab. Ketika mendapatkan korekan kuku, ahli forensik harus mencoba untuk tidak mengganggu nail bed.10 Kedua tangan harus diambil sampel dan spesimen dibungkus secara terpisah dan dimasukkan ke dalam amplop. Pada kasus yang jarang, apabila kuku patah dan sisa kuku yang patah dijumpai di daerah kejadian, maka sisa kuku di jari yang relevan harus dipotong dalam waktu 24 jam untuk memungkinkan perbandingan striasi kuku. Jika tidak jelas dari mana jari kuku berasal, maka mungkin diperlukan untuk memotong dan menyerahkan semua kuku makroskopik yang patah karena striasi kuku adalah berbeda pada setiap jari. Panjang kuku dan kerusakan yang terjadi pada kuku harus diperhatikan.8
D. Gigi Batasan dari forensik odontologi terdiri dari:6,7 Identifikasi dari mayat yang tidak dikenal melalui gigi, rahang dan kraniofasial. Penentuan umur dari gigi.
Pemeriksaan jejas gigit (bite-mark). Penentuan ras dari gigi. Analisis dari trauma oro-fasial yang berhubungan dengan tindakan kekerasan. Dental jurisprudence berupa keterangan saksi ahli. Peranan pemeriksaan DNA dari bahan gigi dalam identifikasi personal.
Ukuran dan bentuk gigi juga digunakan untuk penentuan jenis kelamin. Gigi geligi menunjukkan jenis kelamin berdasarkan kaninus mandibulanya. Anderson mencatat bahwa pada 75% kasus, mesio distal pada wanita berdiameter kurang dari 6,7 mm, sedangkan pada pria lebih dari 7 mm. Saat ini sering dilakukan pemeriksaan DNA dari gigi untuk membedakan jenis kelamin.6,10 Gigi juga dapat digunakan untuk menentukan ras diamana gambaran gigi untuk ras mongoloid adalah sebagai berikut:6 Insisivus berbentuk sekop. Insisivus pada maksila menunjukkan nyata berbentuk sekop pada 85-99% ras mongoloid, 2 sampai 9 % ras kaukasoid dan 13 % ras negroid memperlihatkan adanya bentuk seperti sekop walaupun tidak terlalu jelas. Dens evaginatus. Aksesoris berbentuk tuberkel pada permukaan oklusal premolar bawah pada 1-4% ras mongoloid. Akar distal tambahan pada molar 1 mandibula ditemukan pada 20% mongoloid. Lengkungan palatum berbentuk elips. Batas bagian bawah mandibula berbentuk lurus.
E. Oral Swab Gunakan kapas yang bersih untuk mengumpulkan bukal (oral) sampel. Gosok permukaan bagian dalam pipi secara menyeluruh. Mengeringkan swab dan menempatkan di atas kertas yang bersih atau amplop dengan sudut tertutup. Jangan menggunakan kemasan plastik. Mengidentifikasi masing-masing sampel dengan
waktu, tanggal, nama orang, lokasi, nama pengumpul, nomor kasus, dan nomor bukti. Membungkus sampel oral dari individu yang berbeda secara terpisah. Sampel bukal tidak perlu didinginkan. Kirim ke laboratorium sesegera mungkin.6,8
F. Sperma Pemeriksaan sperma merupakan bagian yang sangat penting dalam mengungkap kasus tindak pidana seksual sebab pemeriksaan tersebut tidak hanya dapat membuat terang perkara tersebut, tetapi juga dapat menjelaskan identitas pelakunya. Adanya air mani yang tercecer baik pada pakainan korban maupun pada seprei, sarung bantal, kelambu dan bahan tekstil lainnya dengan mudah dapat diketahui oleh penyidik; adapun cara untuk mengetahuinya adalah sebagai berikut :1,6 Visual : pada pakaian atau tekstil yang berwarna cerah. Bercak air mani akan berwarna abu-abu atau agak kekuning-kuningan sedangkan pada bahan pakaian atau tekstil yang berwarna gelap akan tampak bercak air mani mengkilat. Bentuk bercak biasanya tidak teratur dengan intesitas warna yang lebih tegas pada bagian pinggir bercak. Mencium baunya : jika bercak air mani masih baru, basah maka dapat dikenali dari baunya yang khas. Meraba : bercak air mani yang telah mengering pada pakaian atau tekstil jika diraba dengan dua jari akan memberikan kesan seperti meraba kain yang telah kering dikanji. Sinar ultra-violet : penyidik perlu dilengkapi dengan lampu senter ultra violet. Dengan menyinari pakaian atau bahan teksil yang terdapat di TKP dengan sinar ultra violet, yang memberikan flouresensi putih; oleh karena air mani mengandung zat berfluoresensi bila di sinari dengan sinar ultra violet.
Dengan mengetahui cara mencari bercak air mani seperti diatas penyidik akan lebih selektif dalam mengambil dan mengirim barang bukti pada kasus-kasus kejahatan seksual atau penyimpanan seksual.6
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi; Spesimen basah dapat diambil dariliang senggama dengan ose platina atau pipet. Jika dengan cara ini tidak ada cairan yang terambul maka perlu dilakukan penyemprotan dengan cairan yang fisiologis kedalam liang senggama (fornix posterior), kemudian cairan tersebut diambil dan dipusingkan (disentrifusir). Edapannya diteteskan di atas gelas obyek, ditutup dengan deckglass dan diperiksa di bawah mikroskop secara langsung atau dicat lebih dulu dengan Methylen atau Hematoxylin Eosin. Spesimen kering diambil dari bercak-bercak yang telah kering. Sesudah bercak itu dikerok, ditetesi dengan cairan fisiologis atau dikerok maka bercak itu dikerok, ditetesi dengan cairan fisiologis atau asam acetat glacial. Jika bercak menempel pada pakaian dan diatas gelas objek dan diatasnya ditetesi cairan HCl 1% atau asam acetat glacial 0,3%. Sesudah itu dilihat di bawah mikroskop secara langsung atau dilakukan pengecatan lebih dahulu. Sebaiknya dilakukan tes skrining lebih dahulu dengan menggunakan ultraviolet. Hanya bercak yang mengalami fluorescensu saja yang dilakukan pemeriksaan.6,9 pemeriksan lanjutan yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya unsur plasma;8. Pemeriksaan Acide Phosphatase
Karena zat ini merupakan enzyme yang mudah rusak maka pemeriksaan tersebut harus dilakukan secepatnya. Pemeriksaan dapat dilakukan secara kualitiatif ataupun kuantitatif. Pemeriksaan Spermine (Berbio Test)
Cairan sperma diletakkan diatas gelas obyek, ditetesi larutan asam jenuh, ditutup deck glass dan dilihat di bawah mikroskop. Akan terbentuk Kristal-kristal dari spermine nitrat yang bentuknya kecil-kecil seperti jarum dan berwarna kuning. Pemeriksaan Choline (Florens Test)
Cairan sperma ditetesi larutan yang terdiri atas campuran 1,65 gram KJ, 2,54 J dan 30 ml aquadest. Dibawah mikorskpo akan terlihat Kristal choline jodida yang bentuknya seperti jarum atau belah ketupat dan berwarna coklat.
G. Air liur dan Urin Pengambilan sampel dengan menggunakan kain atau kapas kering . kemudian keringkan kain atau swab dan dikemas dengan kertas yang bersih atau amplop dengan sudut tertutup. Jangan gunakan wadah plastik. Bungkus untuk mencegah menghilangkan stain itu dengan tindakan abrasive selama pengiriman. Membungkus dengan kertas yang bersih atau amplop dengan sudut tertutup.6,7 Dapat juga dilakukan pemotongan sampel dari benda-benda yang dicurigai tercemar air liur atau urin dengan alat yang bersih dan tajam kemudian bungkus untuk mencegah kehilangan noda oleh tindakan abrasif selama pengiriman. Membungkus dengan kertas bersih. Jangan gunakan wadah plastik.8,9 Permen karet serta punting rokok dapat juga digunakan, pengambila sampel dengan menggunakan sarung tangan atau forcep yang bersih, bungkus dengan kertas yang bersih jangan menggunakan wadah plastic.6
H. Sidik Jari Sidik jari adalah suatu impresi dari alur-alur lekukan yang menonjol dari epidermis pada telapak tangan dan jari-jari tangan atau telapak kaki dan jari-jari kaki, yang juga dikenal sebagai dermal ridges atau dermal papillae, yang terbentuk dari satu atau lebih alur-alur yang saling berhubungan.9,10
Bila catatan sidik jari seseorang ada, maka mudah untuk diidentifikasi. Pertama kali, dactylography ini ditemukan oleh Herschel, tapi Sir Francis Balton adalah orang pertama yang mengambil tanda-tanda ibu jari dan jari-jari lain untuk identitas seseorang dan membuat golongan-golongannya. Cap jari adalah saluran saluran kulit dan pori-pori ini bersifat tetap dan tidak berubah seumur hidup. Setiap jari tangan mempunyai gambaran yang lain. Kemungkinan gambaran sidik jari yang sama dari 2 orang yang berlainan adalah 1:64.000.000. Jadi tanda tersebut dianggap tanda pasti untuk identitas seseorang.8,9 Keunggulan sidik jari dibandingkan dengan DNA adalah bahwa sidik jari dapat Membedakan antara dua anak kembar (prabhakar 2001), sedangkan DNA tidak bisa Sebaliknya, kejadian.11 DNA dapat memberikan identitas seseorang dengan lengkap
dibandingkan dengan sidik jari laten dan parsial yang tertinggal pada tempat
Dibawah ini merupakan sifat-sifat khusus yang dimiliki sidik jari : Perennial nature, yaitu guratan-guratan pada sidik jari yang melekat pada kulit manusia seumur hidup. Immutability, yaitu sidik jari seseorang tidak pernah berubah, kecuali mendapatkan kecelakaan yang serius. Individuality, pola sidik jari adalah unik dan berbeda untuk setiap orang.10 Ada 3 golongan bentuk sidik jari, yaitu: Tipe Arch, Pada patern ini kerutan sidik jari muncul dari ujung, kemudian mulai naik di tengah, dan berakhir di ujung yang lain. Tipe Loop, Pada patern ini kerutan muncul dari sisi jari, kemudian membentuk sebuah kurva, dan menuju keluar dari sisi yang sama ketika kerutan itu muncul. Tipe Whorl, Pada patern ini kerutan berbentuk sirkuler yang mengelilingi sebuah titik pusat dari jari.
Dengan menggunakan pemeriksaan melalui sidik jari, beberapa hal penting dapat diperoleh, antara lain: 1. Identifikasi pelaku tindak kriminal. 2. Identifikasi mayat yang tidak dikenal walaupun telah terjadi pembusukan. 3. Bekas sidik jari yang didapati pada TKP dapat dicocokkan dengan sidik jari pada senjata yang diduga dipakai tersangka. 4. Sebagai ganti tanda tangan yang dikenal sebagai Cap Jempol.
Walaupun pemeriksaan sidik jari tidak dilakukan oleh dokter, dokter masih mempunyai kewajiban yaitu untuk mengambilkan atau mencetak sidik jari, khususnya sidik jari pada korban yang tewas dan keadaan mayatnya yang telah membusuk. Teknik pengembangan sidik jari pada jari yang keriput, serta mencopot kulit ujung jari yang telah mengelupas dan memasangnya pada jari yang sesuai pada jari pemeriksa, baru kemudian dilakukan pengambilan sidik jari, merupakan prosedur standar yang harus diketahui dokter.8,9,10 Cara pengangkatan sidik jari yang paling sederhana adalah dengan metode dusting (penaburan bubuk). Biasanya metode ini digunakan pada sidik jari paten / yang tampak dengan mata telanjang. Sidik jari laten biasanya menempel pada lempeng aluminium, kertas, atau permukaan kayu. Agar dapat tampak, para ahli dapat menggunakan zat kimia, seperti lem (sianoakrilat), iodin, perak klorida, dan ninhidrin. Lem sianoakrilat digunakan untuk mengidentifikasi sidik jari dengan cara mengoleskannya pada permukaan benda aluminium yang disimpan di dalam wadah tertutup, misalnya stoples. Dalam stoples tersebut, ditaruh juga permukaan benda yang diduga mengandung sidik jari yang telah diolesi minyak. Tutup rapat stoples. Sianoakrilat bersifat mudah menguap sehingga uapnya akan menempel pada permukaan benda berminyak yang diduga mengandung sidik jari. Semakin banyak sianoakrilat yang menempel pada permukaan berminyak, semakin tampaklah sidik jari sehingga dapat diidentifikasi secara mudah.10
Cara lainnya dengan menggunakan iodin. Iodin dikenal sebagai zat pengoksidasi. Jika dipanaskan, iodin akan menyublim, yaitu berubah wujud dari padat menjadi gas. Kemudian, gas iodin ini akan bereaksi dengan keringat atau minyak pada sidik jari. Reaksi kimia ini menghasilkan warna cokelat kekuningkuningan. Warna yang dihasilkan tidak bertahan lama sehingga harus segera dipotret agar dapat didokumentasikan. Zat kimia lain yang biasa digunakan adalah perak nitrat dan larutan ninhidrin. Jika perak nitrat dicampurkan dengan natrium klorida, akan dihasilkan natrium nitrat yang larut dan endapan perak klorida. Keringat dari pelaku mengandung garam dapur (natrium klorida, NaCl) yang dikeluarkan melalui poripori kulit. Pada praktiknya, larutan perak nitrat disemprotkan ke permukaan benda yang diduga tersentuh pelaku. Setelah 5 menit, permukaan benda akan kering dan perak nitrat pun terlihat. Lalu, sinar terang atau ultra violet yang disorotkan ke permukaan benda akan membuat sidik jari yang mengandung perak nitrat terlihat. Seperti halnya iodin, warna yang dihasilkan tidak bertahan lama sehingga harus segera dipotret agar dapat didokumentasikan. Ninhidrin merupakan zat kimia yang dapat bereaksi dengan minyak dan keringat menghasilkan warna ungu. Jika jari pelaku kejahatan mengandung minyak atau keringat, lalu tertempel pada permukaan benda, sidik jarinya akan terlihat dengan cara menyemprotkan larutan ninhidrin. Setelah dibiarkan selama 10-20 menit, akan tampak warna ungu. Proses ini dapat dipercepat dengan memanfaatkan panas lampu.10 Metode paling mutakhir yang digunakan untuk mengidentifikasi sidik jari adalah teknik micro-X-ray fluorescence (MXRF). Teknik ini dikembangkan oleh Christopher Worley, ilmuwan asal University of California yang bekerja di Los Alamos National Laboratory. Dibandingkan dengan metode lainnya yang biasa digunakan, teknik MXRF mempunyai beberapa kelebihan. MXRF dapat mengidentifikasi sidik jari yang tidak dapat diidentifikasi metode lain.10,11 Beberapa alat yang digunakan dalam pengambilan sidik jari, yang diantaranya adalah :
1. Stamping Kit 2. Kartu Sidik Jari AK-23 3. Kartu Tik atau Kartu Sidik Jari AK-24 4. Tinta Daktiloskopi 5. Roller 6. Magnifier/Loop 7. Sinyalemen Terdapat pula berbagai macam alat yang berhubungan dengan sidik jari yang digunakan dalam identifikasi dan penyidikan, alat-alat tersebut antara lain: 1. Fingerprint Magnifier 2. Forensic Comparator Type FC-281 3. Forensic Opsical Comparator Type FX-8A 4. Laboratory Fuming Cabinet 5. Fingerprint Development Station 6. Laser Photonics Printfinder
2.4.
Kegunaaan Trace Evidence Membantu penyelidikan Dalam membantu penyidikan interpretasi trace evidence dari seorang ahli dapat membantu menetukan sampel yang tidak diketahui asal sampelnya, tanggal kejadian dan memberikan informasi yang berguna dalam mengeliminir tersangka.
Barang bukti asosiatif Berguna dalam mencara adanyan hubungan contak antara individual dengan objek ataupun tempat setelah pelaku ditunjuk.
Rekonstruksi Trace evidence dapat memberikan informasi bagaimana suatu kejadian itu terjadi, sebagai contah, pada kasus kecelakaan lalulintas dihubungkan bukti pada kendaraan koraban, korban dan tempat kejadian.
Trace evidence memiliki konsep dasar dari istilah tersebut dimana dapat didefinisikan sebagai barang bukti pada pemeriksaan forensic yang berukuran kecil dan bersifat sisa peninggalan dari sesuatu. Trace evidence dapat dibagi menjadi material yang mengalami kontak langsung, material yang tidak mengalami kontak langsung, dan pola material tersebut. Material yang termasuk dalam trace evidence adalah darah, rambut, kuku, gigi, swab oral, spema, air liur, urin, sidik jari, dan lain-lain. Setiap material yang berperan sebagai trace evidence memiliki cara analisis bahan yang berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dahlan, sofwan. 2004. Ilmu Kedokteran Forensik. Pedoman Bagi Dokter dan Penegak Hukum. Badan penerbit Universitas Diponegoro Semarang. Chapter 18. Hal 255-269 2. Amir, A., Ilmu Kedokteran Forensik, 2011. Percetakan Ramadan; edisi 2
3. Nelson,
Emily.
2011.
Trace
Evidence.
Available
from
: Mei,
http://www.myforensicsciencedegree.com/trace-evidence/ 2011]
[Accesed
4. Forest, P., R., D., What is Trace Evidence, In: Caddy B., Forensic Examination of Glass and Point Analysis and Interpretation. 2001. Taylor France Chapter I. 5. Division of Forensic Sciences Georgia Crime Lab. Trace Evidence. Georgia Bureau of Investigation.
6. Indries, Abdul Munim., Tjiptomartono, Agung Legowo. 2011. Penerpan ilmu kedokteran forensik dalam proses penyidikan. Sagung Seto. Hal 9-30. 7. Gani, M Husni. 2003. Ilmu kedokteran forensik Fakultas Kedokteran universitas andalas.109-111. 8. Franklin, C. A. 1988. Modis Textbook of Medical Jurisprudence And Toxicology 21th ed. Bombay N.M. Tripathi Private Limited. Chapter VII. Hal 104-152. 9. Wheeler, Barbara P., Wilson, Lori J. 2008. Practical Forensic Microscopy. A laboratory Manual. Experiment 21 : semen examinations. Wiley-Blackwell. Page 289-293 10. Nandy, Apurba. 2001. Principles of Forensic Medicine. India : New Central Book Agency. Page 129-132. 11. Chadha, P.V. 2003. Catatan Kuliah Ilmu Forensik dan Toksikologi edisi V. Jakarta: Medika.