Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh : Kelompok VII Rudini mulya Herlian Saputra M.kasroniyanto Eza Efriza Paulus Fortunake Fake (41610010035) (41610010037) (41610010009) (41610010007) (41610010004)
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2012
Asisten Praktikum
Hal 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Dalam rangka memantapkan dan meningkatkan pemahaman Ilmu Teknik Industri, khususnya dalam bidang Sistem Produksi maka diadakannya praktikum Supply Chain Management (yang terintegrasi pada mata kuliah Supply Chain Management). Diharapakan dapat berguna untuk penerapan di perusahaan produsen dan menjadi acuan untuk menjalankan suatu system di perusahaan dalam produksinya untuk dipasarkan di masyarakat umum. Dalam kesempatan kali ini praktikum mengambil kasus sebuah perusahaan Tamiya Car Corp. yang sedang mengalami kesulitan dalam merencanakan produksinya guna memenuhi permintaan konsumen. Permintaan Tamiya Car Corp. berbeda beda untuk masing masing daerah. Distributor telah memberikan laporan kepada perusahaan untuk pengadaan Tamiya Car harus dapat tersedia mulai periode Januari 2012. 1.2 Tujuan Praktikum Melalui praktikum mata kuliah Supply Chain Management ini diharapkan pada akhirnya kami mampu untuk memahami prosedur proses perencanaan produksi serta dapat mengimplementasinya secara nyata di dunia kerja nanti. 1.3 Alat dan Bahan Berikut adalah alat alat yang digunakan dalam Praktikum Sistem Produksi : 1. 2. 3. Alat Tulis Software Ms. Excel Komputer
Hal 2
1.4 Pelaksanaan Praktikum Praktikum Sistem Produksi untuk mahasiswa Jurusan Teknik Industri Universitas Mercu Buana dilaksanakan pada : Waktu Rutinitas Tempat : Jumat, 2 Desember 2011 : 1x Pertemuan : Lab. Computer D-208 (Universitas Mercu Buana)
1.5 Sistematika Laporan Laporan yang berkaitan dengan Perencanaan Produksi pelanggan ini, akan dibagi menjadi empat bab utama. Melalui pembagian ini diharapkan akan dapat memudahkan pembaca untuk pemahaman lebih lanjut secara sistematis. Keempat bab tersebut akan diperinci sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Pada bab pertama ini akan dibahas mengenai latar belakang dari dilakukannya pembahasan terhadap topik mengenai praktikum Supply Chain Management. Kemudian dibahas pula mengenai tujuan dilakukannya penyusunan terhadap laporan dengan topik terkait. Serta penambahan sub bab sistematika pembahasan. BAB II : LANDASAN TEORI Kemudian pada bab kedua akan mulai dilakukan pembahasan mengenai topik tekait Perencanaan Produksi. Materi pembahasan akan mengacu pada pokok permasalahan yang telah dberikan. BAB III : PENGOLAHAN DATA Pada bab ketiga dalam makalah ini, penyusun akan melakukan pengolahan data sehubungan dengan permasalahan yang telah diberikan sebelumnya. BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam makalah ini, penyusun akan menarik kesimpulan dari penyusunan data mengenai hal hal terkait analisa Perancangan Produksi yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya
Hal 3
Aggregate Planning (AP) adalah suatu aktivitas operasional untuk menentukan jumlah dan waktu produksi pada waktu dimasa yang akan datang.AP juga didefinisikan sebagai usaha untuk menyamakan antara supply dan demand dari suatu produk atau jasa dengan jalan menentukan jumlah dan waktu input, transformasi, dan output yang tepat. Dimana keputusan AP dibuat untuk produksi, staffing, inventory, dan backorder level. Tujuan dari Aggregate Planning adalah untuk meminimasi biaya akhir pada periode perencanaan dengan mengatur : Production rates, Labor levels, Inventory levels, Overtime work, Subcontracting, dan variabel yang terkontrol lainnya. Bisa dikatakan bahwa tujuan Aggregate Planning pada dasarnya adalah membangkitkan (generate) suatu rencana produksi dalam tingkatan top level production plans. Hasil dari Aggregate Planning adalah tercapainya suatu rencana produksi yang menggunakan sumber daya organisasi secara efektif untuk memenuhi demand yang telah diperkirakan. Dalam perusahaan manufaktur, Aggregate Planning dihubungkan dengan strategi tujuan suatu perencanaan untuk individual product (Master production Schedule/MPS).Sedangkan pada perusahaan service / jasa. Aggregate Planning terkait dengan strategi untuk menghasilkan suatu penjadwalan tenaga kerja yang terperinci. Dasar analisis dalam Aggregate Planning adalah hasil ramalan permintaan produk (Forecast) dan target produksi perusahaan.Hasil ramalan permintaan merupakan input utama dalam proses Aggregate Planning. Selain peramalan, semua input untuk permintaan produk juga harus dimasukkan dalam proses Aggregate Planning, misalnya pesanan-pesanan aktual yang telah dijanjikan, kebutuhan persediaan gudang, dan penyesuaian tingkat persediaan. Target produksi ditentukan oleh Top Level Business Plan yang memperhatikan kapasitas & kapabilitas perusahaan. Keterlibatan manajemen puncak sangat diperlukan pada tahap perencanaan produksi, khususnya perencanaan mengenai penentuan pabrikasi, pemasaran, dan keuangannnya.
Hal 4
Aggregate Planning dikembangkan untuk merencanakan kebutuhan produksi bulanan atau triwulanan bagi kelompok-kelompok produk sebagaimana yang telah diperkirakan dalam peramalan permintaan. Analisis dalam proses Aggregate Planning dilakukan dalam kelompok produk (product family) dengan unit agregat, disamping itu proses Aggregate Planning juga melibatkan pemilihan srategi manufaktur. Dalam suatu ruang lingkup yang lebih luas lagi, peran Aggregate Planning adalah sebagai interface antara perusahaan atau sistem manufaktur dan pasar produknya. Secara garis besar ada 4 jenis strategi yang dapat dipilih dalam membuat AP. 1. Capacity Options Strategi Capacity Options menggunakan besar kapasitas produksi sebagai pilihan untuk membuat Aggregate Planning tergantung seberapa besar kapasitas produksi yang diinginkan. Strategi Capacity Options dapat dijalankan dengan beberapa metode sebagai berikut : Mengubah-ubah tingkat inventory (level production) Mengubah-ubah ukuran tenaga kerja: hiring/lay off (chase strategy) Chase Strategy diartikan juga sebagai suatu strategi perencanaan dalam Aggregate Planning dengan jalan melakukan penyesuaian kapasitas terhadap demand; perencanaan output untuk suatu periode dibuat sesuai dengan permintaan yang diperkirakan pada periode tersebut. Mengubah-ubah production rate: over time/under time Menggunakan part time workers 2. Demand Options Dengan adanya jumlah permintaan (demand) yang stabil, maka proses perencanaan produksi akan lebih mudah dilakukan. Perusahaan akan lebih siap dalam menyusun kebutuhan material dan tenaga kerja yang harus disiapkan untuk memenuhi kapasitas produksi sesuai dengan demand yang telah ditentukan sebelumnya. Berikut ini beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk strategi demand options : Mempengaruhi demand: advertensi, promosi, personal selling, discount, diskriminasi harga
Hal 5
Backordering : Membuat agar pelanggan setuju untuk menunggu pengiriman pesanan berikutnya jika terjadi kondisi dimana perusahaan tidak bisa memenuhi permintaan pelanggan dari persediaan yang ada. 3. Pure Strategies Bila yang diubah-ubah hanya satu variabel. Variabel disini adalah variabelvariabel dalam perencanaan produksi yang bisa dikontrol dan ditentukan sesuai dengan target produksi yang ditetapkan oleh top level business plan. Ada beberapa variabel yang dapat kita ubah, yang sering disebut dengan Controllable (Decision) Variable. Berikut di bawah ini merupakan variable - variable tersebut : Inventory Production rate Manpower Kapasitas: over time/recruitment/layoff (tenaga kerja/work force) Subcontract 4. Mixed Strategies Melibatkan pengubahan beberapa variabel, misalnya bila pure strategy tidak feasible. Beberapa kombinasi pengubahan dari beberapa contollable (decision) variable bisa menghasilkan suatu strategi Aggregate Planning yang terbaik dan feasible untuk dijalankan. Berikut ini beberapa jenis biaya / cost yang berhubungan dengan perencanaan Aggreate Planning : a. Hiring/Layoff Cost (biaya penambahan/pemberhentian tenaga kerja) b. Overtime/Under Time Cost (biaya lembur/ongkos menganggur) c. Inventory Carrying Cost (biaya Persediaan) d. Subcontracting Incremental Cost (biaya Subkontrak) e. Part Time Labor Cost (biaya kerja paruh waktu) f. Backorder Cost (biaya yang terjadi akibat permintaan pelanggan tidak dapat dipenuhi dari persediaan yang ada dan pelanggan menyetujui untuk menunggu pengiriman pesanan berikutnya) g. Stock Out Cost (biaya kekurangan stok/persediaan)
Hal 6
Dalam proses pembuatan Aggregate Planning, ada beberapa hal yang perlu dijadikan pertimbangan. Berikut ini adalah beberapa pokok persoalan penting yang perlu dijadikan pertimbangan dalam merancang suatu Aggregate Planning. Production Capacity Demand Material cost Labor cost Overhead cost Workforce Minimum level Maximum level Subcontracting Overtime Hiring cost Inventory Minimum level Maximum level Holding cost
Berikut terdapat tujuh strategi yang digunakan dalam Perencanaan Agregat, khususnya pada Level Strategic: 1. Melakukan Variasi Tingkat Persediaan Pada strategi ini jumlah karyawan dan waktu kerja dipertahankan tetap sehingga rata rata tingkat produksi akan tetap. Kelebihan produksi yang terjadi pada periode permintaan rendah disimpan sebagai persediaan yang nantinya digunakan untuk menutupi kekurangan produksi pada waktu terjadi permintaan yang lebih tinggi dari tingkat produksi. Kelemahan strategi ini adalah timbulnya biaya penyimpanan persediaan berupa biaya sewa gudang, administrasi, asuransi, kerusakan material, dan bertambahnya modal yang tertanam. 2. Melakukan Variasi Jam Kerja. Dalam strategi ini jumlah karyawan dijaga tetap untuk suatu tingkat produksi tertentu, perubahan hanya dilakukan terhadap jumlah jam kerja. Jika permintaan naik, diadakan penambahan jam kerja (lembur, overtime) untuk menambah produksi, sedangkan jika permintaan turun dilakukan pengurangan jam kerja (undertime).
Hal 7
Apabila terjadi permintaan tingi maka dilakukan penambahan tenaga kerja. Sebaliknya pada waktu permintaan rendah dilakukan pengurangan tenaga kerja (lay off). Biaya yang timbul mencakup biaya pengadaan tenaga kerja atau pesangon bagi tenaga kerja yang dikrangi.
4. Sub kont ra k
Subkontrak dilakukan apabila terjadi permintaan yang bertambah sementara kapasitas produksi tidak cukup untuk memenuhinya, sedangkan perusahaan tidak menghendaki hilangnya permintaan atau pelanggan penting. Subkontraktor yang dipilih tentunya yang dapat memenuhi standart mutu yang disyaratkan dan dapat memenuhi jadwal pengiriman. Kerugian strategi subkontra adalah harga pokok produksi menjadi lebih tinggi, bisa memberikan kesmpatan pada pesaing untuk maju, dan adanya risiko karena tidak dapat langsung mengontrol mutu produk dan penjadwalan.
5. Menggunakan Pekerja Paruh Waktu
Dalam sektor jasa pekerja paruh waktu (part time) dapat memenuhi kebutuhan kebutuhan tenaga kerja berketerampilan rendah. Kelemahan metode ini, mengakibatkan perputnran (turn over) tenaga kerja dan biaya pelatihan yang tinggi, serta mempengaruhi konsistensi mutu produk.
6. Mempengaruhi Permi ntaan
Jika permintaan menurun, perusahaan berusaha menaikkan permintaan melalui iklan, promosi, pemotongan harga, atau menggalakkan bentuk kegiatan pemasaran lain. 7. Pemesan Yang Tertunda
Hal 8
Sebuah perusahaan pembuat mobil mainan, Tamiya Car Corp. menghadapi kesulitan di dalam merencanakan produksinya guna memenuhi permintaan konsumen. Permintaan mobil mainan ini berbeda- beda untuk masing masing daerah. Distributor telah memberikan laporan kepada perusahaan untuk pengadaan agar harus dapat tersedia mulai periode Januari 2012. Berikut data yang dapat diberikan : Jumlah permintaan dan hari kerja tiap bulannya Month
January February March April May June July August September October November December
Demand
13125 14115 15095 14900 14250 13125 12950 13950 15025 14890 13955 12895
Hari Kerja
23 20 21 22 22 21 23 21 22 23 20 23
Biaya - biaya Biaya Kerja Operasional Biaya Lembur Biaya Rekruit Biaya Pecat Biaya Inventory : Rp 20.000 : Rp 3.000 : Rp 100.000 : Rp 150.000 : Rp 500 Per Orang Per Hari Per Orang Per Jam Per Orang Per Orang Per Unit
Lain - lain Beginning Inventory Jam Kerja Siklus Tenaga Kerja : 23.500 : 12 : 0.716 : 50 Unit Jam Per Hari Jam Per Hari Orang
Pertanyaan :
Hal 9
Jenis perencanaan produksi mana (Level Strategic atau Chase Strategic) yang harus Tamiya Car Corp. pilih ?
Jawab : Dengan menggunakan a. Level Strategic Berikut merupakan rumus rumus yang dapat dipergunakan dalam mengerjakan persoalan Perencanaan Agregat dengan menggunakan Level Strategic : Net Requirement Produksi Kapasitas Produksi per Pekerja Surplus Shortage Biaya Tenaga Kerja Biaya Inventory Biaya Shortage Biaya Total = Demand Beginning Inventory = Kapasitas Produksi Per Pekerja x Jumlah Pekerja = Jam Efektif : Waktu Siklus = Ending Inventory Yang Bernilai Positif (+) = Ending Inventory Yang Bernilai Negative (-) = Jumlah Tenaga Kerja x Gaji per Orang =Surplus x Ongkos Simpan = Banyaknya Shortage x Biaya Lembur = Biaya Lembur + Biaya Inventory + Biaya Tenaga Kerja
Hal
Berikut di bawah ini merupakan tabel hasil pengolahan data yang telah dilakukan : Tabel Level Strategic
Month Demand Jam Produksi Hari Kerja Jam Efektif Unit / Workers Beg. Inventory Net Requirement Requrements workers Production Ending Inventory Surplus Storage Jan 13125 325.27 23 166.75 232.89 23500 10375 50 11645 1270 1270 0 Feb 14115 282.84 20 145 202.51 1270 12845 50 10126 -2720 0 2720 Mar 15095 296.98 21 152.25 212.64 2720 12375 50 10632 -1743 0 1743 Apr 14900 311.12 22 159.5 222.77 1743 13157 50 11138 -2018 0 2018 May 14250 311.12 22 159.5 222.77 2018 12232 50 11138 -1093 0 1093 Jun 13125 296.98 21 152.25 212.64 1093 12032 50 10632 -1400 0 1400 Jul 12950 325.27 23 166.75 232.89 1400 11550 50 11645 94 0 94 Aug 13950 296.98 21 152.25 212.64 94 13856 50 10632 -3224 0 3224 Sep 15025 311.12 22 159.5 222.77 3224 11801 50 11138 -663 0 663 Oct 14890 325.27 23 166.75 232.89 663 14227 50 11645 -2582 0 2582 Nov 13955 282.84 20 145 202.51 2582 11373 50 10126 -1247 0 1247 Dec 12895 325.27 23 166.75 232.89 1247 11648 50 11645 -4 0 4 Dalam 1 Th. Periode 168275 3691.071596 261 1892.25 2642.807263 41554.38547 147470.6145 600 132140.3631 -15330.2514 1270 16788
Hal 11
b. Chase Strategic Berikut merupakan rumus rumus yang dapat dipergunakan dalam mengerjakan persoalan Perencanaan Agregat dengan menggunakan Chase Strategic : Demand Net Requirement Requirement Workers Kapasitas Produksi Per Pekerja Biaya Tenaga Kerja Biaya Pemecatan Biaya Perekrutan Biaya Total = Demand Yang Ditabel = Demand Beginning Inventory = Net Requirement : Kapasitas Produksi Per Pekerja = Jam Efektif : Waktu Siklus = Jmlh Tng Kerja x Gaji/Orang =Jml Tng Krja Yang Dipecat x Uang Pemecatan = Jmlh Yang Direkrut x Uang Perekrutan = Biaya Pemecatan + Biaya Perekrutan + Biaya Tenaga Kerja
Hal 12
Berikut merupakan bawah ini merupakan tabel hasil pengolahan data yang telah dilakukan : Tabel Chase Strategic
Month Demand Unit Per Workers Hari Kerja Jam Efektif Beg. Inventory Net Requirement Requrements workers Requrements workers (Pembulatan) Fired Hired Ending Inventory (Unit) Ending Inventory ($)
Feb 14115 202.5 20 145 10375 3740 18.47 19 31 0 0 Rp Rp 7,600,000 Rp 4,650,000 Rp Rp 12,250,000
Dalam 1 Th. Periode 168275 2409.916201 261 1892.25 23500 144775 658.9063318 662 115 17 10375 Rp 6,484,375 Rp 287,300,000 Rp 17,250,000 Rp 1,700,000 Rp 312,734,375
Hal 13
4.1 Kesimpulan Dengan menggunakan metode Level Strategic dan Chase Strategic dapat dirangkum data sebagai berikut :
Dalam 1 Periode Level S. 168275 261 1892.25 23500 147470.61 50 132140.36 1270 16788 Rp 261,000,000 Rp Rp 58,759,427 793,471 Rp Rp Rp Chase L. 168275 261 1892.25 23500 144775 55 115 17 144775.00 10375.00 6,484,375 Rp 287,300,000.00 17,250,000 1,700,000 -
Variables
Demand Hari Kerja Jam Efektif Beg. Inventory Net Requirement Requrements Workers per Month Fired Hired Production Ending Inventory Ending Inventory ($) Surplus Storage Biaya tenaga kerja Biaya Pemecatan Biaya Rekrut Biaya Lembur Biaya Inventory
Total Biaya
Rp
320,552,898
Rp
312,734,375
Hal 14
Dari data pada table halaman sebelumnya terdapat point point penting yang dapat kita amati sebagai rujukan dalam memilih jenis strategi mana yang akan kita laksanakan dalam perencanaan produksi Tamiya Car Corp. yakni : Melalui penerapan Level Strategic diprediksi akan terdapat surplus sebanyak 1270 unit dan 16.788 unit storage. Dalam kurun satu periode diprediksi terjadi 115 kali pemecatan dan 17 kali perekrutan tanaga kerja pada penerapan Chase Strategic. Total biaya pemecatan dan perekrutan pada Chase Strategic lebih rendah sebesar Rp 40.602.898 ,- dibandingkan dengan total biaya lembur dan inventory yang terjadi pada Level Strategic. Total biaya keseluruhan pada Chase Strategic lebih rendah sebesar Rp 7.818.523,dibanding dengan menggunakan Level Strategic. 4.2 Saran Merujuk pada kesimpulan di table di atas, kami menyarankan agar Tamiya Car Corp. memilih Chase Strategic dalam Perencanaan Produksi mobil mainan tersebut karena memiliki total biaya yang lebih rendah sebesar Rp 7.818.523,- yang akan berdampak terhadap biaya produksi yang akan dikeluarkan.
Hal 15
Daftar Pustaka
http://bagus-coy.blogspot.com/2010/04/tujuan-mrp-material-requirement.html
Hal 16