Anda di halaman 1dari 5

HEAT TREATMENT

OLEH NAMA : MUHAMMAD IQBAL NIM : J520110022

FAKUTAS KEDOKTERAN PRODI KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

HEAT TREATMENT

Heat Treatment ( perlakuan panas ) adalah salah satu proses untuk mengubah struktur logam dengan jalan memanaskan specimen pada elektrik terance ( tungku ) pada temperature rekristalisasi selama periode waktu tertentu kemudian didinginkan pada media pendingin seperti udara, air, air garam, oli dan solar yang masing-masing mempunyai kerapatan pendinginan yang berbeda-beda. Heat treatment juga proses pemanasan atau pendinginan dari suatu material yang terkontrol, untuk mengubah sifat sifat fisik atau mekanik tetapi tanpa mengubah bentuk dari produk. Heat treatment kadang dilakukan saat proses manufacturing, seperti membengkokkan atau membentuk.(Sakaguchi and Powers,2006) Heat treatment pada aloi akan merubah kekerasan, kekuatan dan kelemahan. Pemberian perlakuan panas (heat treatment) dilakukan untuk mengkontrol kekuatan mekanik kawat. Pada kawat austenitic, adanya nikel mencegah transformasi austenit menjadi cementite dan ferrite saat pendinginan, sehingga kawat menjadi lebih stabil pada saat proses pendinginan cepat. Hal ini dapat terjadi karena ketika kawat austenitic ini didinginkan dalam air, ferrrite dan cementite tidak dapat terbentuk karena kurangnya waktu untuk difusi dan pembentukan atom. Derajat konversi dapat dikendalikan dengan mengatur temperatur dan durasi pemanasan yang dikenal dengan tempering. Pemanasan pada austensitic stainless steel tidak dapat mengubah kekuatannya, tetapi pendinginan cepat dapat digunakan untuk meningkatkan yield stress nya. ( Van Noort, 2007 ) Metal telah digunakan dalam bidang kedokteran gigi selama ribuan tahun untuk menggantikan struktur gigi yang hilang. (Powers et Wataha: 2008). Macam-macam restorasi yang terbuat dari logam, seperti crown, inlay, onlay, partial denture dan bridge. (van Noort: 2007). Beberapa logam murni, termasuk emas (Au) dan platinum (Pt) masih digunakan dalam bidang kedokteran gigi sampai saat ini. Namun, logam tersebut sifatnya kurang sesuai untuk digunakan dalam bidang kedokteran gigi. Untuk alasan tersebut, maka metal dan non metal dicampur sehingga terbentuk alloy. Alloy memiliki sifat fisik dan mekanik yang sesuai dan banyak digunakan dalam bidang kedokteran gigi. (Powers et Wataha: 2008). Alloy memiliki sifat yang khas yaitu ketika diberikan tekanan, pada awalnya menyebabkan perubahan bentuk secara elastis (dapat kembali ke bentuk semula), kemudian ketika tekanan menjadi lebih besar, sebagian dari material yang diberi tekanan ini berubah bentuk menjadi permanen. Awalnya, tekanan yang diberikan dilawan dengan ikatan antar atom dan material menjadi elastis, dan bentuk semula didapatkan kembali setelah tekanan

dihilangkan. Pemberian tekanan yang lebih besar dan melewati batas elastis menyebabkan rusaknya ikatan antar atom dan perpindahan antar satu atom dengan atom yang lain, sehingga bentuknya berubah secara permanen dan material menjadi mudah dibentuk atau bersifat plastis. (Anderson, 1977) Pada suatu percobaan dilakukan untuk mengetahui kekerasan alloy yang diberikan tiga perlakuan. Kawat pertama ditekuk dengan bantuan tang tanpa pelakuan apa-apa. Kawat kedua dipanaskan selama 5 menit kemudian didingankan di udara terbuka selama 5 menit baru kemudian ditekuk. Kawat ketiga dipanaskan selama 5 menit kemudian dimasukkan kedalam air selama 5 menit baru ditekuk dengnan bantuan tang. Masing-masing percobaan dilakukan selama tiga kali. Pada waktu pemanasan kawat, kawat dipanaskan pada api zona reduksi. Karena zona reduksi adalah zona terpanas dan tidak bersifat oksidasi. Kawat kedua dan kawat ketiga yang diberi perlakuan pemanasan memiliki elastisitas yang lebih lentur jika dibandingkan dengan kawat yang normal. Hal ini disebabkan karena peningkatan sifat elastis dari kawat stainless steel dapat diperoleh dengan memanaskan pada suhu antara sekitar 400o C dan 500o C setelah pendinginan. Perlakuan ini meningkatkan tahap pemulihan, menghilangkan residual stress selama manipulasi dari kawat, yang demikian menstabilkan bentuk kawat. Hal ini penting karena residual stress klinis dapat menyebabkan fraktur bila alat sedang disesuaikan oleh dokter untuk pasien (Anusavice, KJ. 2003. hal. 642). Faktor yang mempengaruhi kemampuan alloy untuk dipanaskan dan melepaskan stress, yaitu komposisi alloy, prosedur pengerjaan, durasi temperatur (Craig, RG., Powers, JM. 2002. Hal 496). Pada hasil percobaan didapatkan bahwa kawat tanpa perlakuan apa-apa memiliki jumlah tekukan yang lebih sedikit, sedangkan pada kawat ke 2 dan kawat ke 3 memiliki jumlah tekukan yang lebih banyak. Hal ini disebabkan jika alloy dipanaskan pada temperatur di atas temperatur kritis tetapi di bawah temperatur solidus, maka akan membentuk campuran austenit solid. Jika alloy kemudian didinginkan, terdapat tidak cukup waktu bagi alloy untuk menjalani transisi dari struktur austenit ke struktur perlit. Kawat lebih mudah patah karena susunan atomnya rapat dan tidak teratur, sehingga kawat tersebut bersifat getas. ( Combe, 1992)

Pada suatu jurnal yang melakukan penelitian efek oksidasi heat treatment terhadap ikatan logan dan keramik. Spesimen bar Empat puluh lima dari masing-masing dua logam yang sudah tersedia paduan dasarnya adalah Mealloy dan Wirorn-99 (Dimensi spesimen masing-masing adalah 15,0 2,0 0,5 mm (sesuai dengan ISO 6872-1984). Menurut permukaan pretreatments sampel dari dua kelompok dikategorikan menjadi tiga subkelompok: pertama dengan OHT saja, kedua dengan sandblasting hanya (dengan Al O dari 110 pM) dan ketiga dengan OHT dan sandblasting. Penerapan porselen Duceram tersedia dalam ketebalan 2,00 mm diaplikasikan di atas permukaan logam dengan pretreatments. Kemudian sampel ditempatkan di bawah SEM untuk pemeriksaan EDX untuk mengevaluasi perubahan ion yang terjadi pada antarmuka logam-keramik. kekuatan ikatan lentur dari setiap sampel dihitung di bawah Universal Testing Machine dan hasilnya adalah ANOVA satu arah menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan dari kedua jenis logam (P = 0,811) atau pretreatment permukaan (P = 0.757) pada kekuatan ikatan logam-keramik. Jadi disimpulkan bahwa OHT mengakibatkan peningkatan jumlah oksida pada antarmuka logam-keramik. namun, baik jenis logam ataupun pretreatments mempengaruhi kekuatan ikatan logam dan keramik. Lain lagi pada percobaan Pengaruh heat treatment kristalisasi pada struktur mikro niobium-doped keramik kaca-fluorapatite yang menghasilkan kaca kaca dalam pemisahan fase amorf terjadi dalam sistem kaca-keramik dan menentukan evolusi struktur mikro setelah melakukan heat treatment, karena pertumbuhan fluorapatite sub-mikrometer kristal pertama kali dibatasi oleh ukuran dari fase-tetesan dipisahkan. Kedua tingkat pemanasan dan temperatur heat treatment sangat dipengaruhi ukuran kristal, kepadatan jumlah kristal dan fase kristal. Hanya tingkat pemanasan lambat dan suhu antara 950 dan 1100 C menyebabkan pengembangan mikro ganda dengan sub-mikrometer kristal fluorapatite dan poligonal forsterit kristal. Tingkat pemanasan yang tinggi menyebabkan peningkatan ukuran sub-mikrometer kristal fluorapatite. Kisaran suhu untuk kristalisasi dalam sistem ini harus tetap di bawah 1100 C, bersama dengan pemanasan lambat dan tingkat pendinginan, untuk mencegah sub-mikrometer pembubaran kristal, dan melestarikan mikro ganda tanpa pertumbuhan flourapatite jarum berbentuk Kristal. Pekerjaan lebih lanjut sedang berlangsung untuk menyelidiki potensi ini niobium-doped kaca-keramik sebagai bahan sintetis perancah berpori untuk cangkok tulang.

Sumber : 1. Laporan praktikum Departemen Material Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga 2011. 2. Modul mahasiswa blok 9 BIOMATERIAL Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta edisi kedua 2012. 3. http://www.scribd.com/doc/51707028/pembahasan-IM-heat-treatment.

4. http://temonsoejadi.wordpress.com/2011/12/04/heat-treatment/. 5. Indian J Dent Res. 2011 Nov-Dec;22(6):877-8. oxidation heat treatment affect metal-ceramic bonding Department of Prosthodontics, Dr. Z A Dental College, Aligarh Ali Muslim , Aligarh, India. drsharaddharathi@gmail.com 6. J Biomed Mater Res B Appl Biomater. 2012 July; 100(5): 11981205. Published online 2012 March 27. doi: 10.1002/jbm.b.32684 effect of cryztallizaiton heat treatment on the microstructure of niobium-dopet flourapatite glass ceramics I. Denry,a,* J.A. Holloway,a and P.K. Guptab

Anda mungkin juga menyukai