Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN KONSENTRASI Hg AIR SUMUR GALI TERHADAP KADAR MERKURI DARAH PADA MASYARAKAT DI SEKITAR PENAMBANGAN EMAS TANPA

IJIN DI DESA JENDI KECAMATAN SELOGIRI KABUPATEN WONOGIRI.

Disusun Oleh : Muhamad Fahmi Sugiarto 29112569 J Sakarias Nardus 29112571 J

PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA 2012

Bilirubin Auto Total

Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari hemoglobin dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel retikuloendotel. Di samping itu sekitar 20% bilirubin berasal dari perombakan zat-zat lain. Sel retikuloendotel membuat bilirubin tidak larut dalam air; bilirubin yang disekresikan dalam darah harus diikatkan kepada albumin untuk diangkut dalam plasma menuju hati. Di dalam hati, hepatosit melepaskan ikatan itu dan mengkonjugasinya dengan asam glukoronat sehingga bersifat larut air. Proses konjugasi ini melibatkan enzim glukoroniltransferase. Bilirubin total merupakan jumlah dari bilirubin direct dengan bilirubin indirect. Tingginya harga bilirubin total tida'k mempunyai nilai khas untuk jenis ikterus tertentu. Kadar bilirubin total bukanlah suatu petunjuk yang peka dari adanya penyakit hati, karena cadangan hati untuk membersihkan bilirubin dalam darah sangat besar (Anonim, 1996). Bilirubin terkonjugasi (bilirubin glukoronida atau hepatobilirubin) masuk ke saluran empedu dan diekskresikan ke usus. Selanjutnya flora usus akan mengubahnya menjadi urobilinogen dan dibuang melalui feses serta sebagian kecil melalui urin. Bilirubin terkonjugasi bereaksi cepat dengan asam sulfanilat yang terdiazotasi membentuk azobilirubin (reaksi van den Bergh), karena itu sering dinamakan bilirubin direk atau bilirubin langsung. Bilirubin tak terkonjugasi (hematobilirubin) yang merupakan bilirubin bebas yang terikat albumin harus lebih dulu dicampur dengan alkohol, kafein atau pelarut lain sebelum dapat bereaksi, karena itu dinamakan bilirubin indirek atau bilirubin tidak langsung. Peningkatan kadar bilirubin direk menunjukkan adanya gangguan pada hati (kerusakan sel hati) atau saluran empedu (batu atau tumor). Bilirubin terkonjugasi tidak dapat keluar dari empedu menuju usus sehingga akan masuk kembali dan terabsorbsi ke dalam aliran darah.

Peningkatan kadar bilirubin indirek sering dikaitkan dengan peningkatan destruksi eritrosit (hemolisis), seperti pada penyakit hemolitik oleh autoimun, transfusi, atau eritroblastosis fatalis. Peningkatan destruksi eritrosit tidak diimbangi dengan kecepatan kunjugasi dan ekskresi ke saluran empedu sehingga terjadi peningkatan kadar bilirubin indirek. Hati bayi yang baru lahir belum berkembang sempurna sehingga jika kadar bilirubin yang ditemukan sangat tinggi, bayi akan mengalami kerusakan neurologis permanen yang lazim disebut kenikterus. Kadar bilirubin total pada bayi baru lahir bisa mencapai 12 mg/dl; kadar yang menimbulkan kepanikan adalah > 15 mg/dl. Ikterik kerap nampak jika kadar bilirubin mencapai > 3 mg/dl. Kenikterus timbul karena bilirubin yang berkelebihan larut dalam lipid ganglia basalis. Dalam uji laboratorium, bilirubin diperiksa sebagai bilirubin total dan bilirubin direk. Sedangkan bilirubin indirek diperhitungkan dari selisih antara bilirubin total dan bilirubin direk. Metode pengukuran yang digunakan adalah fotometri atau spektrofotometri yang mengukur intensitas warna azobilirubin.

A. Nilai Rujukan DEWASA : total : 0.1 1.2 mg/dl, direk : 0.1 0.3 mg/dl, indirek : 0.1 1.0 mg/dl ANAK : total : 0.2 0.8 mg/dl, indirek : sama dengan dewasa. BAYI BARU LAHIR : total : 1 12 mg/dl, indirek : sama dengan dewasa.

B. Masalah Klinis Bilirubin Total

PENINGKATAN KADAR : ikterik obstruktif karena batu atau neoplasma, hepatitis, sirosis hati, mononucleosis infeksiosa, metastasis (kanker) hati, penyakit Wilson. Pengaruh obat : antibiotic (amfoterisin B, klindamisin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, oksasilin, tetrasiklin), sulfonamide, obat antituberkulosis ( asam para-aminosalisilat, isoniazid), alopurinol, diuretic (asetazolamid, asam etakrinat), mitramisin, dekstran,

diazepam (valium), barbiturate, narkotik (kodein, morfin, meperidin), flurazepam, indometasin, metotreksat, metildopa, papaverin, prokainamid, steroid, kontrasepsi oral, tolbutamid, vitamin A, C, K.

PENURUNAN KADAR : anemia defisiensi besi. Pengaruh obat : barbiturate, salisilat (aspirin), penisilin, kafein dalam dosis tinggi.

Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :

Makan malam yang mengandung tinggi lemak sebelum pemeriksaan dapat mempengaruhi kadar bilirubin.

Wortel dan ubi jalar dapat meningkatkan kadar bilirubin. Hemolisis pada sampel darah dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Sampel darah yang terpapar sinar matahari atau terang lampu, kandungan pigmen empedunya akan menurun.

Obat-obatan tertentu dapat meningkatkan atau menurunkan kadar bilirubin.

C. Pemeriksaan Bilirubin Total Pemeriksaan bilirubin total merupakan pengukuran jumlah total bilirubin dalam darah, meliputi bilirubin tak terkonjugasi dan terkonjugasi. Bilirubin dibentuk dari pemecahan haem pada sistem retikuloendotelial. Bilirubin akan terikat dengan albumin dan bersikulasi di dalam darah, kemudian dikonjugasi dan disekresi oleh hati. Bilirubin terkonjugasi bersifat larut dalam air, sehingga dapat ditemukan di dalam urin. Sementara, bilirubin tak terkonjugasi tidak dapat larut di dalam air. 1. Manfaat Pemeriksaan Deteksi berbagai kondisi seperti : 1) penyakit hepatobilier, hepatitis, sirosis, dan penyakit hati lainnya; 2) malnutrisi dan anoreksia; 3) anemia pernisiosa, anemia hemolitik, neonatal jaundice, hematoma, dan fetal aritoblastosis; 4) pulmonary embolism; 5) congestive heart failure (CHF).

2. Persyaratan & Jenis Sampel 500 (250) uL Serum, Plasma EDTA/heparin 3. Stabilitas Sampel 1 hari pada 15-25 C; 4 hari pada 2-8 C; 3 bulan pada -20 C 4. Metode DCA 5. Nilai Rujukan Laki-laki > 10 tahun : < 1,3 mg/dL; Perempuan > 10 tahun : < 1,1 mg/dL; Usia < 10 tahun : < 0,9 mg/dL; Usia < 2 minggu : < 11,7 mg/dL

D. Uji Kadar Bilirubin Total : Metode Jendrassik & Grof Metode yang digunakan dalam penentuan kadar bilirubin total yaitu Jendrassik & Grof. 1. Prinsip Pemeriksaan Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari hemoglobin dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel retikulo endotel. Disamping itu sekitar 20% bilirubin berasal dari perombakan zatzat lain. Sel retikulo endotel membuat bilirudbin tidak larut dalam air; bilirubin yang disekresikan dalam darah harus diikatkan pada albumin untuk diangkut dalam plasma untuk menuju hati. Di dalam hati, sel hepatosit melepaskan ikatan itu dan mengkonjugasikannya dengan asam glukoronat sehingga bersifat larut air, dimana reaksi ini melibatka enzim glukoroni transferase (Joy ce, 2007). Bilirubin terkonjugasi masuk ke saluran empedu dan dieksresikan ke usus. Selanjutnya flora usus akan mengubahnya menjadi urobilinogen dan dibuang melalui feses serta sebagian kecil dibuang melalui urine. Bilirubin yang terkonjugasi akan dengan cepat bereaksi dengan asam sulfanil yang terdiazotasi membentuk azobilirubin atau bilirubin langsung (direct bilirubin). Bilirubin terkonjugasi yang merupakan bilirubin bebas yang terikat albumin harus terlebih dahulu dicampur dengan alcohol,

kafein, atau pelarut lain sebelum dapat bereaksi, dan sering disebut sebagai bilirubin tidak langsung (indirect bilirubin) (Joy ce, 2007). Peningkatan kadar bilirubin direct menunjukan adanya gangguan pada hati berupa kerusakan pada sel hati atau kerusakan pada saluran empedu (batu atau tumor). Bilirubin terkonjugasi tidak dapat keluar dari empedu menuju usus sehinga akan masuk kembali dan terabsorbsi ke dalam aliran darah. Sedangkan peningkatan kadar bilirubin indirect sering dikaitkan dengan peningkatan destruksi eritrosit (hemolisis), seperti pada penyakit hemolitik oleh autoimun, transfuse, atau eritroblastosis fatalis. Peningkatan destruksi eritrosi tidak diimbangi dengan kecepatan konjugasi dan ekresi ke saluiran empedu sehingga terjadi peningkatan kadar

bilirubin indirect (Joy ce, 2007). Peningkatan kadar bilirubin yang berlebih dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu : a. Hemolisis akibat inkompaktibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus, defisiensi G6PD, sferositosis herediter dan pengaruh obat. b. Infeksi, septicemia, sepsis, meningitis, infeksi saluran kemih, infeksi intrauterine. c. Polisitemia. d. Ekstravasasi sel darah merah, sefalhematom, kontusio, trauma lahir. e. Ibu diabetes. f. Asidosis. g. Hipoksia/asfiksia. h. Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik. Dalam uji laboratorium, bilirubin diperiksa sebagai bilirubin total dan bilirubin direct. Sedangkan bilirubin indirect diperhitungkan dari selisih antara bilirubin total dengan bilirubin direct. Metode pengukuran yang digunakan adalah fotometri atau spektrofotometri yang mengukur intensitas warna azobilirubin.

Peningkatan kadar dari bilirubin total dan direct dapat terjadi akibat ikterik obstruktif karena batu atau neoplasma empedu, hepatitis, sirosis hati, mononucleosis infeksiosa, metastasis hati, penyakit Wilson. Selain terjadi akibat penyakit dapat pula terjadi akibat penggunaan obat misalnya yaitu : antibiotik (amfoterisin B, klindamisin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, oksasilin, tetrasiklin), sulfonamide, obat antituberkulosis (asam paraaminosalisilat, isoniazid), alupurinol, diuretic (asetazolamid, asametakrinat), mitramisis, dekstran, diazepam (valium), barbiturate, narkotik (kodein, morfin, meperidin), flurazepam, indometasin,

metotreksat, metildopa, papaverin, prokainamid, steroid, kontrasepsi oral, torbutamid, serta vitaminA,C,K. sedangkan penurunan kadar dari bilirubin total dan direct dapat disebabkan karena anemia defisiensi besi dan pengaruh obat seperti barbiturate, salisilat (aspirin), penisilin, kafein dalam dosis tinggi (Joy ce, 2007). Metode pengukuran kadar bilirubin dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam metode yaitu : a. Van den Bergh, Malloy dan Reaksi Evelyn Metode ini digunakan reagen Ehlirch diazo, dimana reagen ini bila direaksikan dengan bilirubin direct dalam larutan berair akan membentuk kompleks senyawa berwarna merah muda sampai ungu dalam waktu 1 menit, sedangkan dalam larutan metil alcohol 50%, reagen Ehlirch diazo akan bereaksi dengan bilirubin total membentuk warna merah muda sampai ungu pada waktu penangguhan 30 menit. b. Jendrassik & Grof Pada metode ini, serum atau plasma ditambahkan ke dalam larutan natrium asetat dan kefein-natrium benzoat. Natrium asetat berfungsi sebagai buffer pH pada reaksi diazo, sedangkan natrium benzoate-kafein berfungsi mempercepat kopling bilirubin dengan diazotized asam sulfanilic. Warna azobilirubin muncul dalam waktu 10 menit.

c. ASTRA Metode ini merupakan modifikasi dari metode Jendrassik & Grof d. ACA Untuk bilirubin terkonjugasi : bilirubin terkonjugasi bereaksi dengan DSA dalam suasana asam membentuk kromofor merah. Absorbansi kromofor sebanding dengan bilirubin terkonjugasi yang terdapat di dalam serum. Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 540-600 nm. Conjugated bilirubin + DSA + H+ 6 Red chromophore (non-absorbing at 540 nm) (absorbs at 540 nm)

Untuk bilirubin total : bilirubin total akan bereaksi dengan DSA dalam suasana asam membentuk kromofor berwarna merah. Lithium deodesil sulfat (OSZA) digunakan untuk melarutkan bilirubin tak terkonjugasi. Absorbansi kromofor berbanding lurus dengan bilirubin dalam sampel dan diukur dengan menggunakan panjang gelombang 540-600 nm. Prinsip pemeriksaan dari uji kadar bilirubin ini adalah reaksi bilirubin dengan asam sulfanilic diazotized akan membentuk kompleks azobilirubin. Kompleks warna yang terbentuk sangat tergantung pada pH, pada suasana asam atau netral akan terbentuk kompleks warna merah muda, sedangkan pada suasana basa akan terbentuk kompleks warna biru atau ungu.

E. Metabolisme Bilirubin Secara Umum Metabolisme bilirubin dalam hati berlangsung dalam 3 tahap : 1. Bilirubin indirect yang terikat albumin Tempat-tempat pengikatan spesifik untuk bilirubin yang terikat albumin terdapat pada permukaan sel. Hepar mengandung suatu protein yang mengikat bilirubin di dalamnya dan bertanggung jawab atas transfer bilirubin yang terikat albumin ke dalam sel hepar.

Pada proses pengikatan dalam sel hepar, bilirubin berubah dari terikat kuat pada albumin menjadi terikat sedikit lebih kuat pada ligandin. Banyak molekul memberikan tempat-tempat pengikatan yang sama pada albumin dan bilirubin dalam konsentrasi yang cukup dapat menggeser bilirubin. Kecepatan transfer bilirubin bebas ke dalam sel hati tergantung oleh: a). Konsentrasi bilirubin dalam darah. b). Konsentrasi albumin dalam darah. c). Aliran darah ke hati. d). Konsentrasi ligandin di dalam sel hati. e). Konsentrasi bilirubin pada ligandin di dalam sel hati. f). Tempat-tempat pengikatan pada sel hati. 2. Penggabungan bilirubin indirect dengan glukuronida menjadi bilirubin direct Konjugasi terjadi di dalam sel hepar. Proses ini menggabungkan dua asam propionat rantai samping pada molekul bilirubin dengan molekul glukuronida. Dengan cara ini, susunan intramolekuler kuat pada bilirubin dirusak dan dihasilkan suatu molekul larut dalam air yang disebut bilirubin direct. (Sodeman, 1995). Konjugasi terjadi pada retikulum endoplasmik halus dan memerlukan asam glukuronida yang telah diaktifkan untuk bergabung dengan bilirubin melalui intervensi suatu enzim yang disebut glukuronil transferase. .(Sodeman, 1995). 3. Sekresi aktif bilirubin direct ke dalam empedu Sesudah konjugasi bilirubin di ekskresikan dengan cepat ke sistem empedu kemudian ke usus, di dalam usus bilirubin direct tidak semua diabsorbsi, sebagian kecil bilirubin direct diubah menjadi bilirubin indirect dan direabsorbsi kembali dan siklus ini disebut siklus enterohepatik. (Sodeman, 1995).

DAFTAR PUSTAKA

D.N. Baron, alih bahasa : P. Andrianto, J. Gunawan, Kapita Selekta Patologi Klinik (A Short Text Book of Clinical Pathology), Edisi 4, EGC, Jakarta, 1990. E.N. Kosasih & A.S. Kosasih, Tafsiran Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik, Edisi 2, Tangerang, 2008. Frances K. Widmann, alih bahasa : S. Boedina Kresno, dkk., Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, EGC, Jakarta, 1992. Joyce LeFever Kee, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik, edisi 6, EGC, Jakarta, 2007. Ronald A. Sacher & Richard A. McPherson, alih bahasa : Brahm U. Pendit & Dewi Wulandari, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Edisi 11, EGC, Jakarta, 2004.

Anda mungkin juga menyukai