Anda di halaman 1dari 36

Stasiun 1 FIELD TRIP PALEONTOLOGI

HARI/TANGGAL : SABTU, 13 DES 2008 LOKASI : SEBELAH BARAT BOTTOSOWA CUACA : CERAH LOITOLOGI : BATU GAMPING

1.

DATA SINGKAPAN

PADA STASIUN INI DIJUMPAI SINGKAPAN BATUAN SEDIMEN DIPINGGIR JALAN SEBELAH BARAT BUO BOTTOSOWA DENGAN ARAH PENYEBARANNYA DARI TIMUR KE BARAT MERUPAKAN BATUAN SEDIMEN YANG INSITU. 2. DATA LITOLOGI

LITOLGI BATUAN PADA STASIUN INI BERUPA BATU SEDIMEN YANG MEMILIKI WARNA LAPUK COKELAT KEHITAM-HITAMAN DAN WARNA SEGAR COKELAT DAN MEMILIKI TEKSTUR KLASTIK DAN BERLAPIS. DENGAN KOMPOSISI KIMIA KARBONAT (CACO3). BATUAN INI DISIMPULKAN SEBAGAI BATUAN GAMPING.

3.

DATA GEOMORFOLOGI

KENAMPAKAN GOMORFOLOGI DARI LOKASI PADA STASIUN 1 INI ADALAH BERUPA DAERAH YANG TIDAK TERLALU TERJAL DENGAN KONDISI LERENG KIRA-KIRA 45 DERAJAT. 4. DATA STRUKTUR

STRUKTUR PENYUSUN DARI BATUAN PADA STASIUN 1 INI SENDIRI BERUPA STRUKTUR PENYUSUN BATU GAMPING ITI SENDIRI DENGAN KEDUDUKAN N2510E/180

Satasiun 2 FIELD TRIP PALEONTOLOGI


HARI/TANGGAL : SABTU, 13 DESEMBER 2008 LOKASI : SEBELAH UTARA BOTTOSOWA CUACA HUJAN LOITOLOGI PASIR : : BATU

1.

DATA SINGKAPAN STASIUN INI DIJUMPAI SINGKAPAN BATUAN PASIR

PADA

DIPINGGIR JALAN SEBELAH BARAT BULU BOTTOSOWA DENGAN ARAH PENYEBARANNYA DARI TIMUR KE BARAT MERUPAKAN BATUAN SEDIMEN YANG INSITU. 2. DATA LITOLOGI

LITOLGI BATUAN PADA STASIUN INI BERUPA BATU SEDIMEN YANG MEMILIKI WARNA LAPUK COKELAT DAN WARNA SEGAR COKELAT KEPUTIH-PUTIHAN DAN MEMILIKI TEKSTUR KLASTIK DAN BERLAPIS. DENGAN KOMPOSISI KIMIA KARBONAT (CACO3). BATUAN INI DISIMPULKAN SEBAGAI BATUAN PASIR.

3.

DATA GEOMORFOLOGI

KENAMPAKAN GOMORFOLOGI DARI LOKASI PADA STASIUN INI ADALAH BERUPA DAERAH YANG TERLALU TERJAL DENGAN

KONDISI LERENG KIRA-KIRA 80 DERAJAT. 4. DATA STRUKTUR

STRUKTUR PENYUSUN DARI BATUAN PADA STASIUN 2 INI SENDIRI BERUPA STRUKTUR PENYUSUN BATU KEDUDUKAN N60E/210 DENGAN

Satasiun 3 FIELD TRIP PALEONTOLOGI


HARI/TANGGAL : SABTU, 13 DESEMBER 2008 LOKASI : SEBELAH BARAT BOTTOSOWA CUACA HUJAN LOITOLOGI GAMPING : : BATU

1.

DATA SINGKAPAN

PADA STASIUN INI DIJUMPAI SINGKAPAN BATUAN SEDIMEN DIPINGGIR JALAN SEBELAH BARAT BUO BOTTOSOWA DENGAN ARAH PENYEBARANNYA DARI TIMUR KE BARAT MERUPAKAN BATUAN SEDIMEN YANG INSITU. 2. DATA LITOLOGI

LITOLGI BATUAN PADA STASIUN INI BERUPA BATU SEDIMEN YANG MEMILIKI WARNA LAPUK COKELAT DAN WARNA SEGAR COKELAT KEPUTIH-PUTIHAN DAN MEMILIKI TEKSTUR KLASTIK DAN BERLAPIS. DENGAN KOMPOSISI KIMIA KARBONAT (CACO3). BATUAN INI DISIMPULKAN SEBAGAI BATUAN PASIR. 3. DATA GEOMORFOLOGI

KENAMPAKAN GOMORFOLOGI DARI LOKASI PADA STASIUN 3 INI ADALAH BERUPA DAERAH YANG TIDAK TERLALU TERJAL DENGAN KONDISI LERENG KIRA-KIRA 50 DERAJAT. 4. DATA STRUKTUR

STRUKTUR PENYUSUN DARI BATUAN PADA STASIUN 3 INI SENDIRI BERUPA STRUKTUR PENYUSUN BATU GAMPING.

Adapun deskripsi fosil dari hasil penelitian di lapangan adalah sebagai berikut:

FIELD TRIP PALEONTOLOGI


HARI/TANGGAL : SABTU, 13 DES 2008 CUACA : BERAWAN LOKASI : BARAT B.BOTTOSOWA LOITOLOGI : BATUAN GAMPING

KETERANGAN : 1. 2. 3. 4. Suture Septa Aperture Test

No. Urut No. Stasiun Phylum Kelas Ordo Family Genus Spesies Komposisi Kimia Bentuk Umur Keterangan

:1 : I, III : Mollusca : Gastropoda : Mesogastropoda : Turritellanidae : Turritella : Turritella sp. : Karbonat (CaCO3) : Conical : Eosen Tengah :

Proses Pemfosilan : Petrifikasi

Fosil ini adapun bagian tubuh yang masih dapat diamati yaitu berupa suture yaitu garis yang membatasi antara kamar yang satu dengan kamar yang lainnya, sepata yaitu kamar-kamar yang taerdapat pada fosil, dan aperture yaitu berupa garis tumbuh. Berdasarkan cirri-ciri fisiknya maka fosil ini tergolong

dalam filum Mollusca, kelas Gastropoda, ordo Mesogastropoda, family Turritellanidae, genus Turritella, dan spesies Turritella sp. Serta memilki bentuk conica yaitu berpusat pada satu titik.. Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme mati yang kemudian tertranspotasikan yaitu terbawa oleh media geologi berupa air, angin, dan lain-lain yang dapat mengubah bentuk dan kedudukannya. Kemudian fosil ini akan terendapkan pada daerah yang lebih rendah berupa cekungan. Setelah itu akan terakumulasikan yaitu tertutupi oleh lapisan-lapisan batuan sedimen pada tempat asalnya yakni berupa cekungan, khususnya pada pratikum kali ini berada pada daerah pegunungan. Lapisan tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang mengakibatkan faktor luar berupa sinar matahari tidak dapat menembus lapisan tersebut dan faktor dalam berupa bakteri pembusuk tidak dapat bekerja, sehinga mempermudah proses pemfosilan yang sebelumnya mengalami leaching yakni proses pencucian fosil dan terjadi pergantian secara keseluruhan oleh mineral yang lebih resisten berupa mineral karbonat (CaCO3). Kemudian mineral tersebut menjadi lebih kompak yang kemudian mengalami pemadatan (kompaksi) yang dilanjutkan proses sementasi yakni pengikatan material-material, sehingga terlitifikasi menjadi batu (fosil). Akibat adanya tenaga endogen berupa vulkanik, tektonik, dan gempa bumi dan tenaga eksogen berpa air, es, udara, dan erosi mengakibatkan fosil yang awalnya berada dalam sebuah lapisan tersingkapkan ke permukaan. Setelah ditetesi HCl fosil ini bereaksi, sehingga dapat diidentifikasikan bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah laut dangkal. Selain itu, kita juga

dapat melihat dari letak daerah pada saat praktikum. Adapun fungsi dari fosil ini adalah untuk menentukan umur relatif suatu batuan, menentukan lingkungan pengendapan, menentukan top dan bottom, dan menentukan geomorfologi suatu daerah, sebagai bukti adanya kehidupan pada masa lampau, dengan fosiltersebut kita dapat mengetahui keadaan iklim yang berlangsun pada masa lampau.

Referensi : Sap Praktikum Paleontology Haruna Mappa. Makro dan Mikro Paleontologi Budi Rochmanto. Diktat Mata Kuliah Geologi Fisik.

FIELD TRIP PALEONTOLOGI


HARI/TANGGAL : SABTU, 13 DES 2008 CUACA : HUJAN DAN CERAH LOKASI : BARAT B. BOTTOSOWA LOITOLOGI : BATUAN GAMPING

KETERANGAN : 1. Suture 2. 3. 4. 5. Umbo Aperture Oral Disk Test

No. Urut No. Stasiun Phylum Kelas Ordo Family Genus Spesies Komposisi Kimia Bentuk Umur Keterangan

:2 : III : Coelenterata : Anthozoa : Rugosa : Porpitesidae : Porpites : Porpites sp. : Karbonat (CaCO3) : Discoidal : Silur Tengah (kurang lebih dari 423-435 Juta Tahun yang Lalu) :

Proses Pemfosilan : Petrifikasi

Fosil ini masih memiliki bagian tubuh yang masih dapat diamati berupa suture yaitu garis yang membatasi antara kamar yang satu dengan kamar yang lainnya, aperture yaitu berupa garis tumbuh, oral disk yaitu mulut anus, dan test atau bagian keseluruhan dari fosil . Berdasarkan cirri-ciri fisiknya maka fosil ini

tergolong dalam filum Coelenterata, kelas Anthozoa, ordo Rugosa, family Porpitesidae, genus Porpites, dan spesies Porpites sp. Discoidal yaitu berpusat pada satu titik.. Proses pemfosilan pada organism ini dimulai dari organisme mati yang kemudian tertranspotasikan yaitu terbawa oleh media geologi berupa air, angin, dan lain-lain yang dapat mengubah bentuk dan kedudukannya. Kemudian fosil ini akan terendapkan pada daerah yang lebih rendah berupa cekungan. Setelah itu akan terakumulasikan yaitu tertutupi oleh lapisan-lapisan batuan sedimen pada tempat asalnya yakni berupa cekungan, khususnya pada pratikum kali ini berada pada daerah pegunungan. Lapisan tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang mengakibatkan faktor luar berupa sinar matahari tidak dapat menembus lapisan tersebut dan faktor dalam berupa bakteri pembusuk tidak dapat bekerja, sehinga mempermudah proses pemfosilan yang sebelumnya mengalami leaching yakni proses pencucian fosil dan terjadi pergantian secara keseluruhan oleh mineral yang lebih resisten berupa mineral karbonat (CaCO3). Kemudian mineral tersebut menjadi lebih kompak yang kemudian mengalami pemadatan (kompaksi) yang dilanjutkan proses sementasi yakni pengikatan material-material, sehingga terlitifikasi menjadi batu (fosil). Akibat adanya tenaga endogen berupa vulkanik, tektonik, dan gempa bumi dan tenaga eksogen berpa air, es, udara, dan erosi mengakibatkan fosil yang awalnya berada dalam sebuah lapisan tersingkapkan ke permukaan. Berdasarkan SWG (Skala Waktu Geologi) atau penarikan umur scara relatif fosil ini tergolong dalam zaman Silur Tengah atau sekitar 423-435 Juta Serta memilki bentuk

Tahun yang lalu. Setelah ditetesi HCl fosil ini bereaksi, sehingga dapat diidentifikasikan bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah laut dangkal. Selain itu, kita juga dapat melihat dari letak daerah pada saat praktikum. Adapun fungsi dari fosil ini adalah sebagai brikut : sebagai bukti adanya kehidupan pada masa lampau, dengan fosil tersebut kita dapat mengetahui keadaan iklim yang berlangsung pada masa lampau, untuk menentukan umur relatif suatu batuan, menentukan lingkungan pengendapan, menentukan top dan bottom, dan menentukan geomorfologi suatu daerah.

Referensi : Sap Praktikum Paleontology Haruna Mappa. Makro dan Mikro Paleontologi Budi Rochmanto. Diktat Mata Kuliah Geologi Fisik.

FIELD TRIP PALEONTOLOGI


HARI/TANGGAL : SABTU, 13 DES 2008 CUACA : CERAH LOKASI : BARAT B. BOTTOSOWA LOITOLOGI : BATUAN GAMPING

KETERANGAN : 1. Hipostema 2. 3. 4. Enteron Calix Test

No. Urut No. Stasiun Phylum Kelas Ordo Family Genus Spesies Komposisi Kimia Bentuk Umur Keterangan

:3 : I, II, III : Coelenterata : Zoontaria : Rugosa : Turbinolianidae : Turbinolia : Turbinolia sp. : Karbonat (CaCO3) : Conical : Devon Tengah (kurang lebih 360-370 Juta Tahun yang lalu) :

Proses Pemfosilan : Mineralisasi

Fosil ini masih memiliki bagian tubuh yang masih dapat diamati berupa hipostema yaitu tempat tertambatnya, enteron yaitu sekat atau ruas, dan calyx yaitu kamar yang beada diantara enteron. Berdasarkan cirri-ciri fisiknya maka fosil ini tergolong dalam filum Coelenterata, kelas Zoontaria, ordo Rugosa, family

Turbinolianidae, genus Turbinolia, dan spesies Turbinolia sp. bentuk conica yaitu berpusat pada satu titik..

Serta memilki

Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme mati yang kemudian tertranspotasikan yaitu terbawa oleh media geologi berupa air, angin, dan lain-lain yang dapat mengubah bentuk dan kedudukannya. Kemudian fosil ini akan terendapkan pada daerah yang lebih rendah berupa cekungan. Setelah itu akan terakumulasikan yaitu tertutupi oleh lapisan-lapisan batuan sedimen pada tempat asalnya yakni berupa cekungan, khususnya pada pratikum kali ini berada pada daerah pegunungan. Lapisan tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang mengakibatkan faktor luar berupa sinar matahari tidak dapat menembus lapisan tersebut dan faktor dalam berupa bakteri pembusuk tidak dapat bekerja, sehinga mempermudah proses pemfosilan yang sebelumnya mengalami leaching yakni proses pencucian fosil dan terjadi pergantian secara keseluruhan oleh mineral yang lebih resisten berupa mineral karbonat (CaCO3). Kemudian mineral tersebut menjadi lebih kompak yang kemudian mengalami pemadatan (kompaksi) yang dilanjutkan proses sementasi yakni pengikatan material-material, sehingga terlitifikasi menjadi batu (fosil). Akibat adanya tenaga endogen berupa vulkanik, tektonik, dan gempa bumi dan tenaga eksogen berpa air, es, udara, dan erosi mengakibatkan fosil yang awalnya berada dalam sebuah lapisan tersingkapkan ke permukaan. Berdasarkan SWG (Skala Waktu Geologi) atau penarikan umur scara relatif fosil ini tergolong dalam zaman Devon Tengah atau sekitar 360-370 Juta Tahun yang lalu. Setelah ditetesi HCl fosil ini bereaksi, sehingga dapat

diidentifikasikan bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah laut dangkal. Selain itu, kita juga dapat melihat dari letak daerah pada saat praktikum. Adapun fungsi dari fosil ini adalah sebagai berikut; sebagai bukti adanya kehidupan pada maasalampau, dengan fosil tersebut kita dapat mengetahui keadaan iklim yang a berlangsung pada masa lampau, untuk menentukan umur rlatif suatu batuan, menentukan maslingkungan pengendapan, menentukan top dan bottom, dan

menentukan geomorfologi suatu daerah.

Referensi : Sap Praktikum Paleontology Haruna Mappa. Makro dan Mikro Paleontologi Budi Rochmanto. Diktat Mata Kuliah Geologi Fisik.

FIELD TRIP PALEONTOLOGI


HARI/TANGGAL : SABTU, 13 DES 2008 CUACA : BERAWAN LOKASI : BARAT B. BOTTOSOWA LOITOLOGI : BATUAN GAMPING

KETERANGAN : 1 .Spive 2. 3. 4. 5 Septa Suture Aperture Test

No. Urut No. Stasiun Phylum Kelas Ordo Family Genus Spesies Komposisi Kimia Bentuk Umur Keterangan

:4 : II, III : Mollusca : Gastropoda : Mesogastropoda : Cheliconusnidae : Cheliconus : Cheliconus sp. : Karbonat (CaCO3) : Conical : Eosen Tengah (kurang lebih 44-50 Juta Tahun yang lalu) :

Proses Pemfosilan : Mineralisasi

Fosil ini masih memiliki bagian tubuh yang masih dapat diamati berupa suture yaitu garis yang membatasi antara kamar yang satu dengan kamar yang lainnya, sepata yaitu kamar-kamar yang taerdapat pada fosil, dan aperture yaitu

berupa garis tumbuh. Berdasarkan cirri-ciri fisiknya maka fosil ini tergolong dalam filum Mollusca, kelas Gastropoda, ordo Mesogastropoda, family Cheliconusidae, genus Cheliconus, dan spesies Cheliconus sp Serta memilki bentuk conical yaitu berpusat pada satu titik.. Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme mati yang kemudian tertranspotasikan yaitu terbawa oleh media geologi berupa air, angin, dan lain-lain yang dapat mengubah bentuk dan kedudukannya. Kemudian fosil ini akan terendapkan pada daerah yang lebih rendah berupa cekungan. Setelah itu akan terakumulasikan yaitu tertutupi oleh lapisan-lapisan batuan sedimen pada tempat asalnya yakni berupa cekungan, khususnya pada pratikum kali ini berada pada daerah pegunungan. Lapisan tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang mengakibatkan faktor luar berupa sinar matahari tidak dapat menembus lapisan tersebut dan faktor dalam berupa bakteri pembusuk tidak dapat bekerja, sehinga mempermudah proses pemfosilan yang sebelumnya mengalami leaching yakni proses pencucian fosil dan terjadi pergantian secara keseluruhan oleh mineral yang lebih resisten berupa mineral karbonat (CaCO3). Kemudian mineral tersebut menjadi lebih kompak yang kemudian mengalami pemadatan (kompaksi) yang dilanjutkan proses sementasi yakni pengikatan material-material, sehingga terlitifikasi menjadi batu (fosil). Akibat adanya tenaga endogen berupa vulkanik, tektonik, dan gempa bumi dan tenaga eksogen berpa air, es, udara, dan erosi mengakibatkan fosil yang awalnya berada dalam sebuah lapisan tersingkapkan ke permukaan. Berdasarkan SWG (Skala Waktu Geologi) atau penarikan umur scara

relatif fosil ini tergolong dalam zaman Eosen Tengah atau sekitar 44-50 Juta Tahun yang lalu. Setelah dtetesi HCl fosil ini bereaksi, sehingga dapat diidentifikasikan bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah laut dangkal. Selain itu, kita juga dapat melihat dari letak daerah pada saat praktikum. Adapun fungsi dari fosil ini adalah sebagai berikut: sebagai bukti adanya kehidupan pada masa lampau, d untuk menentukan umur relatif suatu batuan, menentukan lingkungan pengendapan, menentukan top dan bottom, dan menentukan geomorfologi suatu daerah. Dengan fosil tersebut kita dapat mengetahui keadaan iklim yang berlangsung pada masa lampau.

Referensi : Sap Praktikum Paleontology Haruna Mappa. Makro dan Mikro Paleontologi Budi Rochmanto. Diktat Mata Kuliah Geologi Fisik.

FIELD TRIP PALEONTOLOGI

HARI/TANGGAL : SABTU, 13 DES 2008 CUACA : BERAWAN LOKASI : BARAT B. BOTTOSOWA LOITOLOGI : BATUAN GAMPING

KETERANGAN : 1. Growth line 2. 3. 4. 5. 6. Suture Aperture Septa Beak Test

No. Urut No. Stasiun Phylum Kelas Ordo Family Genus Spesies Komposisi Kimia Bentuk Umur Keterangan

:5 : I, III : Mollusca : Pelecypoda : Myoida : Medialusidae : Medialus : Medialus sp. : Karbonat (CaCO3) : Conveks : Eosen Tengah (kurang lebih 44-50 Juta Tahun yang lalu) :

Proses Pemfosilan : Mineralisasi

Fosil ini masih memiliki bagian tubuh yang masih dapat diamati berupa suture yaitu garis yang membatasi antara kamar yang satu dengan kamar yang lainnya, sepata yaitu kamar-kamar yang taerdapat pada fosil, dan aperture yaitu berupa garis tumbuh, groeth line yaitu garis tumbuh dan beak yaitu Tonjolan yang terdapat pada bagian beakang . Berdasarkan cirri-ciri fisiknya maka fosil ini

tergolong dalam filum Mollusca, kelas Pelecypoda, ordo Myodia, family Medialusidae, genus Medialus, dan spesies Medialus sp. Serta memilki bentuk conveks yaitu menyerupai mangkok. Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme mati yang kemudian tertranspotasikan yaitu terbawa oleh media geologi berupa air, angin, dan lain-lain yang dapat mengubah bentuk dan kedudukannya. Kemudian fosil ini akan terendapkan pada daerah yang lebih rendah berupa cekungan. Setelah itu akan terakumulasikan yaitu tertutupi oleh lapisan-lapisan batuan sedimen pada tempat asalnya yakni berupa cekungan, khususnya pada pratikum kali ini berada pada daerah pegunungan. Lapisan tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang mengakibatkan faktor luar berupa sinar matahari tidak dapat menembus lapisan tersebut dan faktor dalam berupa bakteri pembusuk tidak dapat bekerja, sehinga mempermudah proses pemfosilan yang sebelumnya mengalami leaching yakni proses pencucian fosil dan terjadi pergantian secara keseluruhan oleh mineral yang lebih resisten berupa mineral karbonat (CaCO3). Kemudian mineral tersebut menjadi lebih kompak yang kemudian mengalami pemadatan (kompaksi) yang dilanjutkan proses sementasi yakni pengikatan material-material, sehingga terlitifikasi menjadi batu (fosil). Akibat adanya tenaga endogen berupa vulkanik, tektonik, dan gempa bumi dan tenaga eksogen berpa air, es, udara, dan erosi mengakibatkan fosil yang awalnya berada dalam sebuah lapisan tersingkapkan ke permukaan. Berdasarkan SWG (Skala Waktu Geologi) atau penarikan umur scara relatif fosil ini tergolong dalam zaman Eosen Tengah atau sekitar 44-50 Juta

Tahun yang lalu. Setelah ditetesi HCl fosil ini bereaksi, sehingga dapat diidentifikasikan bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah laut dangkal. Selain itu, kita juga dapat melihat dari letak daerah pada saat praktikum. Adapun fungsi dari fosil ini adalah untuk menentukan umur relatif suatu batuan, menentukan lingkungan pengendapan, menentukan top dan bottom, dan menentukan geomorfologi suatu daerah. Selain itu fosil ini juga berfungsi sebagai bukti adanya kehidupan pada masa lampau. Dan melalui fosil tersebut kita dapat mengetahui keadaan iklim yang berlangsung pada masa lampau.

Referensi : Sap Praktikum Paleontology Haruna Mappa. Makro dan Mikro Paleontologi Budi Rochmanto. Diktat Mata Kuliah Geologi Fisik.

FIELD TRIP PALEONTOLOGI


HARI/TANGGAL : SABTU, 13 DES 2008 CUACA : BERAWAN LOKASI : BARAT B. BOTTOSOWA LOITOLOGI : BATUAN GAMPING

KETERANGAN : 1. Suture 2. 3. 4. 5. Septa Aperture Growth line Test

No. Urut No. Stasiun Phylum Kelas Ordo Family Genus Spesies Komposisi Kimia Bentuk Umur Keterangan

:6 : III : Mollusca : Pelecypoda : Veneroida : Trigonianidae : Trigonia : Trigonia sp : Karbonat (CaCO3) : Conical : Eosen Tengah (sekitar 44-50 Juta Tahun yang lalu) :

Proses Pemfosilan : Mineralisasi

Fosil ini masih memiliki bagian tubuh yang masih dapat diamati berupa suture yaitu garis yang membatasi antara kamar yang satu dengan kamar yang lainnya, sepata yaitu kamar-kamar yang taerdapat pada fosil, dan aperture yaitu berupa titik tumbuh dan growth line yaitu garis tumbuh. Berdasarkan cirri-ciri

fisiknya maka fosil ini tergolong dalam filum Mollusca, kelas Pelecypoda, ordo veneroida, family Trigonianidae, genus Trigonia, dan spesies Trigonia sp. Serta memilki bentuk conical yaitu berpusat pada satu titik.. Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme mati yang kemudian tertranspotasikan yaitu terbawa oleh media geologi berupa air, angin, dan lain-lain yang dapat mengubah bentuk dan kedudukannya. Kemudian fosil ini akan terendapkan pada daerah yang lebih rendah berupa cekungan. Setelah itu akan terakumulasikan yaitu tertutupi oleh lapisan-lapisan batuan sedimen pada tempat asalnya yakni berupa cekungan, khususnya pada pratikum kali ini berada pada daerah pegunungan. Lapisan tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang mengakibatkan faktor luar berupa sinar matahari tidak dapat menembus lapisan tersebut dan faktor dalam berupa bakteri pembusuk tidak dapat bekerja, sehinga mempermudah proses pemfosilan yang sebelumnya mengalami leaching yakni proses pencucian fosil dan terjadi pergantian secara keseluruhan oleh mineral yang lebih resisten berupa mineral karbonat (CaCO3). Kemudian mineral tersebut menjadi lebih kompak yang kemudian mengalami pemadatan (kompaksi) yang dilanjutkan proses sementasi yakni pengikatan material-material, sehingga terlitifikasi menjadi batu (fosil). Akibat adanya tenaga endogen berupa vulkanik, tektonik, dan gempa bumi dan tenaga eksogen berpa air, es, udara, dan erosi mengakibatkan fosil yang awalnya berada dalam sebuah lapisan tersingkapkan ke permukaan. Berdasarkan SWG (Skala Waktu Geologi) atau penarikan umur scara relatif fosil ini tergolong dalam zaman Eosen Tengah atau sekitar 44-50 Juta

Tahun yang lalu. Setelah ditetesi HCl fosil ini bereaksi, sehingga dapat diidentifikasikan bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah laut dangkal. Selain itu, kita juga dapat melihat dari letak daerah pada saat praktikum. Adapun fungsi dari fosil ini adalah untuk menentukan umur relatif suatu batuan, menentukan lingkungan pengendapan, menentukan top dan bottom, dan menentukan geomorfologi suatu daerah. Selai itu fosil ini juga berfungsi sebagai bukti adanya kehidupan pada masa lampau.

Referensi : Sap Praktikum Paleontology Haruna Mappa. Makro dan Mikro Paleontologi Budi Rochmanto. Diktat Mata Kuliah Geologi Fisik.

FIELD TRIP PALEONTOLOGI


HARI/TANGGAL : SABTU, 13 DES 2008 CUACA : BERAWAN LOKASI : BARAT B. BOTTOSOWA LOITOLOGI : BATUAN GAMPING

KETERANGAN : 1. 2. 3. 4. 5. 6. No. Urut No. Stasiun Phylum Kelas Ordo Family Genus Spesies Komposisi Kimia Bentuk Umur Keterangan :7 : III : Mollusca : Pelecypoda : Myodia : Poropeanidae : Poropea : Poropea sp : Karbonat (CaCO3) : Conveks : Eosen Tengah (sekitar 44-50 Juta Tahun yang lalu) : Fosil ini masih memiliki bagian tubuh yang masih dapat diamati berupa suture yaitu garis yang membatasi antara kamar yang satu dengan kamar yang lainnya, sepata yaitu kamar-kamar yang taerdapat pada fosil, dan aperture yaitu berupa garis tumbuh, umbo yaitu tempat keluarnya sisa sisa makanan, growth line Suture Septa Aperture Umbo Valve Growth line

Proses Pemfosilan : Mineralisasi

yaitu garis tumbuh dan valve yaitu bagian keras yang berfungsi sebagai penutup dan pelindung dari faktorluar. Berdasarkan cirri-ciri fisiknya maka fosil ini tergolong dalam filum Mollusca, kelas Pelcyoda, ordo Myodia, family Poropeanidae, genus Poropea, dan spesies Poropea sp. Serta memilki bentuk conveks yaitu menyerupai mangkok.. Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme mati yang kemudian tertranspotasikan yaitu terbawa oleh media geologi berupa air, angin, dan lain-lain yang dapat mengubah bentuk dan kedudukannya. Kemudian fosil ini akan terendapkan pada daerah yang lebih rendah berupa cekungan. Setelah itu akan terakumulasikan yaitu tertutupi oleh lapisan-lapisan batuan sedimen pada tempat asalnya yakni berupa cekungan, khususnya pada pratikum kali ini berada pada daerah pegunungan. Lapisan tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang mengakibatkan faktor luar berupa sinar matahari tidak dapat menembus lapisan tersebut dan faktor dalam berupa bakteri pembusuk tidak dapat bekerja, sehinga mempermudah proses pemfosilan yang sebelumnya mengalami leaching yakni proses pencucian fosil dan terjadi pergantian secara keseluruhan oleh mineral yang lebih resisten berupa mineral karbonat (CaCO3). Kemudian mineral tersebut menjadi lebih kompak yang kemudian mengalami pemadatan (kompaksi) yang dilanjutkan proses sementasi yakni pengikatan material-material, sehingga terlitifikasi menjadi batu (fosil). Akibat adanya tenaga endogen berupa vulkanik, tektonik, dan gempa bumi dan tenaga eksogen berpa air, es, udara, dan erosi mengakibatkan fosil yang awalnya berada dalam sebuah lapisan tersingkapkan ke permukaan.

Berdasarkan SWG (Skala Waktu Geologi) atau penarikan umur scara relatif fosil ini tergolong dalam zaman Eosen Tengahatau sekitar 44-50 Juta Tahun yang lalu. Setelah ditetesi HCl fosil ini bereaksi, sehingga dapat diidentifikasikan bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah laut dangkal. Selain itu, kita juga dapat melihat dari letak daerah pada saat praktikum. Adapun fungsi dari fosil ini adalah untuk menentukan umur relatif suatu batuan, menentukan lingkungan pengendapan, menentukan top dan bottom, dan menentukan geomorfologi suatu daerah. Selain itu dengan fosil ini kta dapat mengetahui keadaan iklim pada masa lampau.

Referensi : Sap Praktikum Paleontology Haruna Mappa. Makro dan Mikro Paleontologi Budi Rochmanto. Diktat Mata Kuliah Geologi Fisik.

FIELD TRIP PALEONTOLOGI


HARI/TANGGAL : SABTU, 13 DES 2008 CUACA : BERAWAN LOKASI : BARAT B. BOTTOSOWA LOITOLOGI : BATUAN GAMPING

KETERANGAN : 1. Suture 2. 3. 4. 5. Septa Aperture Spin Test

No. Urut No. Stasiun Phylum Kelas Ordo Family Spesies Komposisi Kimia Bentuk Umur Keterangan

:8 : I, II, III : Mollusca : Gastropoda : Mesogastropoda : Destila : Destila sp : Karbonat (CaCO3) : Conical : Trias (sekitar 215-230 Juta Tahun yang lalu) :

Proses Pemfosilan : Petrifikasi

Fosil ini masih memiliki bagian tubuh yang masih dapat diamati berupa suture yaitu garis yang membatasi antara kamar yang satu dengan kamar yang lainnya, sepata yaitu kamar-kamar yang taerdapat pada fosil, dan aperture yaitu berupa garis tumbuh, spin fosil yaitu ornament berupa duri dan test yaitu bagian

keseluruhan dar. Berdasarkan cirri-ciri fisiknya maka fosil ini tergolong dalam filum Mollusca, kelas Gastropoda, ordo Mesogastropoda, family Destilanidae, genus Destila, dan spesies Destila sp. Serta memilki bentuk conicl yaitu berpusat pada satu titik.. Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme mati yang kemudian tertranspotasikan yaitu terbawa oleh media geologi berupa air, angin, dan lain-lain yang dapat mengubah bentuk dan kedudukannya. Kemudian fosil ini akan terendapkan pada daerah yang lebih rendah berupa cekungan. Setelah itu akan terakumulasikan yaitu tertutupi oleh lapisan-lapisan batuan sedimen pada tempat asalnya yakni berupa cekungan, khususnya pada pratikum kali ini berada pada daerah pegunungan. Lapisan tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang mengakibatkan faktor luar berupa sinar matahari tidak dapat menembus lapisan tersebut dan faktor dalam berupa bakteri pembusuk tidak dapat bekerja, sehinga mempermudah proses pemfosilan yang sebelumnya mengalami leaching yakni proses pencucian fosil dan terjadi pergantian secara keseluruhan oleh mineral yang lebih resisten berupa mineral karbonat (CaCO3). Kemudian mineral tersebut menjadi lebih kompak yang kemudian mengalami pemadatan (kompaksi) yang dilanjutkan proses sementasi yakni pengikatan material-material, sehingga terlitifikasi menjadi batu (fosil). Akibat adanya tenaga endogen berupa vulkanik, tektonik, dan gempa bumi dan tenaga eksogen berpa air, es, udara, dan erosi mengakibatkan fosil yang awalnya berada dalam sebuah lapisan tersingkapkan ke permukaan. Berdasarkan SWG (Skala Waktu Geologi) atau penarikan umur scara

relatif fosil ini tergolong dalam zaman Trias atau sekitar 215-230 Juta Tahun yang lalu. Setelah ditetesi HCl fosil ini bereaksi, sehingga dapat diidentifikasikan bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah laut dangkal. Selain itu, kita juga dapat melihat dari letak daerah pada saat praktikum. Adapun fungsi dari fosil ini adalah untuk menentukan umur relatif suatu batuan, menentukan lingkungan pengendapan, menentukan top dan bottom, dan menentukan geomorfologi suatu daerah. Selain itu fosil ini berfungsi sebagai bukti adanya kehidupan pada masa lampau.

Referensi : Sap Praktikum Paleontology Haruna Mappa. Makro dan Mikro Paleontologi Budi Rochmanto. Diktat Mata Kuliah Geologi Fisik.

FIELD TRIP PALEONTOLOGI


HARI/TANGGAL : SABTU, 13 DES 2008 CUACA : BERAWAN LOKASI : BARAT B. BOTTOSOWA LOITOLOGI : BATUAN GAMPING

KETERANGAN : 1. Pori/ Ostia 2. 3. Test Oskulum

No. Urut No. Stasiun Phylum Kelas Ordo Family Genus Spesies Komposisi Kimia Bentuk Umur Keterangan

:9 : II, III : Porifera : Demospongia : Monaxonida : Favositesidae : Favosites : Favosites sp : Karbonat (CaCO3) : Globular : Eosen Tengah (50-44 juta tahun lalu) :

Proses Pemfosilan : Petrifikasi

Fosil ini masih memiliki bagian tubuh yang masih dapat diamati berupa Pori yaitu tempat keluar masuknya air , Tempat keluarnya air Test yaitu bagian keseluruhan dari fosil.. Berdasarkan cirri-ciri fisiknya maka fosil ini tergolong dalam filum Porifera, kelas Demospongia, ordo Monaxnida, family Favositesiae, genus Favosites , dan spesies Favosites sp. Serta memilki bentuk globular yaitu

menyerupai bola namaun pada fosil ini telah megalami rombakan. Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme mati yang kemudian tertranspotasikan yaitu terbawa oleh media geologi berupa air, angin, dan lain-lain yang dapat mengubah bentuk dan kedudukannya. Kemudian fosil ini akan terendapkan pada daerah yang lebih rendah berupa cekungan. Setelah itu akan terakumulasikan yaitu tertutupi oleh lapisan-lapisan batuan sedimen pada tempat asalnya yakni berupa cekungan, khususnya pada pratikum kali ini berada pada daerah pegunungan. Lapisan tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang mengakibatkan faktor luar berupa sinar matahari tidak dapat menembus lapisan tersebut dan faktor dalam berupa bakteri pembusuk tidak dapat bekerja, sehinga mempermudah proses pemfosilan yang sebelumnya mengalami leaching yakni proses pencucian fosil dan terjadi pergantian secara keseluruhan oleh mineral yang lebih resisten berupa mineral karbonat (CaCO3). Kemudian mineral tersebut menjadi lebih kompak yang kemudian mengalami pemadatan (kompaksi) yang dilanjutkan proses sementasi yakni pengikatan material-material, sehingga terlitifikasi menjadi batu (fosil). Akibat adanya tenaga endogen berupa vulkanik, tektonik, dan gempa bumi dan tenaga eksogen berpa air, es, udara, dan erosi mengakibatkan fosil yang awalnya berada dalam sebuah lapisan tersingkapkan ke permukaan. Berdasarkan SWG (Skala Waktu Geologi) atau penarikan umur scara relatif fosil ini tergolong dalam zaman Eosen Tengah Setelah ditetesi HCl fosil ini bereaksi, sehingga dapat diidentifikasikan bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah laut dangkal. Selain itu, kita juga dapat melihat dari letak daerah pada

saat praktikum. Adapun fungsi dari fosil ini adalah untuk menentukan umur relatif suatu batuan, menentukan lingkungan pengendapan, menentukan top dan bottom, dan menentukan geomorfologi suatu daerah. Sebagai bukti adanya kehidupan pada masa lampau.

Referensi : Sap Praktikum Paleontology Haruna Mappa. Makro dan Mikro Paleontologi Budi Rochmanto. Diktat Mata Kuliah Geologi Fisik.

FIELD TRIP PALEONTOLOGI


HARI/TANGGAL : SABTU, 13 DES 2008 CUACA : BERAWAN LOKASI : BARAT B. BOTTOSOWA LOITOLOGI : BATUAN GAMPING

KETERANGAN : 1. Suture 2. 3. 4. 5. Septa Aperture Umbo Test

No. Urut No. Stasiun Phylum Kelas Ordo Family Genus Spesies Komposisi Kimia Bentuk Umur Keterangan

: 10 : II,III : Mollusca : Gastropoda : Mesogastropoda : Viviparusidae : Viviparus : Viviparus sp. : Karbonat (CaCO3) : Spherical : Eosen Tengah (sekitar 44-50 Juta Tahun yang lalu) :

Proses Pemfosilan : Petrifikasi

Fosil ini masih memiliki bagian tubuh yang masih dapat diamati berupa suture yaitu garis yang membatasi antara kamar yang satu dengan kamar yang lainnya, sepata yaitu kamar-kamar yang taerdapat pada fosil, dan aperture yaitu

berupa garis tumbuh umbo, yaitu tempat keluarnya sisa makanan dan test yaitu bagian keseluruhan dari organisme . Berdasarkan cirri-ciri fisiknya maka fosil ini tergolong dalam filum Mollusca, kelas Gastropoda, ordo Mesogastropoda, family Viviparusidae, genus Viviarus, dan spesies Viviparus sp. Serta memilki bentuk spherical yaitu berpusat pada satu titik.. Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme mati yang kemudian tertranspotasikan yaitu terbawa oleh media geologi berupa air, angin, dan lain-lain yang dapat mengubah bentuk dan kedudukannya. Kemudian fosil ini akan terendapkan pada daerah yang lebih rendah berupa cekungan. Setelah itu akan terakumulasikan yaitu tertutupi oleh lapisan-lapisan batuan sedimen pada tempat asalnya yakni berupa cekungan, khususnya pada pratikum kali ini berada pada daerah pegunungan. Lapisan tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang mengakibatkan faktor luar berupa sinar matahari tidak dapat menembus lapisan tersebut dan faktor dalam berupa bakteri pembusuk tidak dapat bekerja, sehinga mempermudah proses pemfosilan yang sebelumnya mengalami leaching yakni proses pencucian fosil dan terjadi pergantian secara keseluruhan oleh mineral yang lebih resisten berupa mineral karbonat (CaCO3). Kemudian mineral tersebut menjadi lebih kompak yang kemudian mengalami pemadatan (kompaksi) yang dilanjutkan proses sementasi yakni pengikatan material-material, sehingga terlitifikasi menjadi batu (fosil). Akibat adanya tenaga endogen berupa vulkanik, tektonik, dan gempa bumi dan tenaga eksogen berpa air, es, udara, dan erosi mengakibatkan fosil yang awalnya berada dalam sebuah lapisan tersingkapkan ke permukaan.

Berdasarkan SWG (Skala Waktu Geologi) atau penarikan umur scara relatif fosil ini tergolong dalam zaman Eosen Tengah atau sekitar 44-50 Juta Tahun yang lalu. Setelah ditetesi HCl fosil ini bereaksi, sehingga dapat diidentifikasikan bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah laut dangkal. Selain itu, kita juga dapat melihat dari letak daerah pada saat praktikum. Adapun fungsi dari fosil ini adalah untuk menentukan umur relatif suatu batuan, menentukan lingkungan pengendapan, menentukan top dan bottom, dan menentukan geomorfologi suatu daerah.

Referensi : Sap Praktikum Paleontology Haruna Mappa. Makro dan Mikro Paleontologi Budi Rochmanto. Diktat Mata Kuliah Geologi Fisik.

Anda mungkin juga menyukai