Anda di halaman 1dari 3

cerita dari desa ngibikan

Kali ini cerita dari desa ngibikan Seusai gempa berkekuatan 5,9 Skala Richter yang meluluhlantahkan rumah warga hingga datar serata tanah, seorang arsitek eko prawoto- kemudian pergi ke desa. Desa yang dikunjunginya terletak di daerah parangkritis, bantul. Ngibikan, nama desa salah satu desa yang terkena gempa kemudian menjadi tujuan eko prawoto pergi meninggalkan kota lalu masuk ke desa dengan niat kepedulian terhadap kemanusiaan (arsitektur untuk kemanusiaan). Ketika memasuki desa ngibikan, di situ, sang arsitek eko prawoto- tahu; ia telah menemukan apa yang dicarinya. Adapun ia tengah mencari satu segi cara membangun yang dikembangkan berdasarkan semangat kesatuan gotong royong warga untuk bangkit (arsitektur desa ngibikan adalah warga, kemanusiaan) membangun kembali kehidupan yang telah luluhlantah oleh gempa. Dari desa ini, saya menjadi sadar bahwa yang saya lihat adalah suatu visi arsitektur sebelum kejatuhan; sebelum uang, industri, dan keserakahan yang telah mereguhkan arsitektur dari akar sejatinya dalam alam. Begitulah, hingga karya arsitektur desa ngibikan ini mengisi 19 daftar nominasi peraih Aga Khan Award for Architecture 2010. Eko prawoto mungkin hanya seorang yang romantis, yang mencintai apa yang kuno (bagi orang modern), kekampung-kampungan, dan seakan tak berarti? Mungkin. Tapi sebagaimana terbukti dalam salah satu tulisan pak galih dalam buku arsitektur untuk kemanusiaan yang melontarkan cerita dibalik karya-karya eko prawoto, yakni bagaimana memecahkan permasalahan persoalan arsitektur yang menghantui setiap negeri yang mayoritas rakyatnya melarat. Caranya; ia belajar dari rakyat. Lulusan s1 UGM dan s2 berlage institue kemudian belajar dari dari tukang kayu bersahajah pak maryono- dari desa ngibikan. Ia membuktikan bahwa bahan tradisional dari alam; tanah liat, bambu, kayu, ranting bisa tahan lama dan dapat dipakai dengan gampang dan murah. Ia belajar dari pengalaman rakyat yang berabad-abad mengendap dalam suatu tradisi membangun yang telah lama dimiliki oleh bangsa kita, indonesia. Merdeka!

Arsitektur Desa Karya Masyarakat Bantul Masuk 16 besar Aga Khan Award
By

Budhi Agung Prasetyo K2A009102


April 23, 2011Posted in: Berita, Events, UNDIP

Tembalang, dipanews.undip.ac.id Setelah direkontruksi pasca gempa bumi 2006 lalu Arsitektur desa Ngibikan, Bantul Yogyakarta berhasil masuk kedalam nominasi Aga Khan Award 2010 di Doha belum lama ini. Pengusul yang juga dosen Arsitektur Undip Prof. Totok Resmanto, sebagai juri lokal dari Indonesia mengatakan bahwa Aga Khan award sendiri merupakan penghargaan bagi karya arsitek diseruluh dunia yang diselenggarakan 4 tahun sekali. Saya merekomendasikan desa ngibikan dikarenakan kekhasan dari bangunan yang mampu dikembangkan masyarakat secara otodidak, yang diawali oleh masukan dari arsitek Eko Prawoto. ujar Prof. Totok Selain desa ngibikan Bantul Saya juga mengusulkan 5 desa lainnya yakni pemukiman desa wonobodro Batang, Pemukiman batik laweyan solo, pemukiman batik kauman solo, pemukiman pancot tawangmangu dan pemukiman batik pekajangan,pekalongan. Namun memang hanya arsitektur desa Ngibikan yang berhasil masuk ke 16 besar kata Prof. Totok Dari sekitar 823 Karya yang masuk kedalam penjurian Aga Khan Award, desain desa ngibikan bantul mempunyai keunggulan karena merupakan karya yang dikembangkan secara bersamasama oleh masyarakat setempat pasca gempa bumi, hal inilah yang emnjadi menarik dan mampu menghasilkan karya yang fenomenal tambah Prof. Totok Kedepan arsitek juga harus melihat kearifan lokal sebagai faktor penting, jadi bukan hanya globalisasi tapi juga glokalisasi ujar Prof. Totok Selain Mengusulkan kami juga meninjau lokasi bersama dengan mahasiswa teknik arsitektur satu angkatan setiap semester ganjil ke desa-desa yang berbeda, dan saya juga memberikan tugas kepada setiap mahasiswa agar mendata setiap rumah yang ada. Sehingga mahasiswa mampu mempelajari apa yang ada dilapangan yang tidak didapatkan dibangku kuliah tambah beliau. (R) Sumber: http://www.undip.ac.id/index.php/arsitektur-desa-karya-masyarakat-bantul-masuk-16besar-aga-khan-award.html

Anda mungkin juga menyukai