Anda di halaman 1dari 5

EMPAT ERA TEORI MEDIA Teori media sudah banyak mengalami perubahan penting selama dua abad terakhir.

Para ahli telah mengidentifikasi empat era berbeda dalam perkembangan teori komunikasi massa, dimulai dari asal usul teori media pada abad ke-19 dan berakhir dengan kemunculan sederetan perspektif kontemporer. Pada setiap era, kemunculan perspektif penting yang bertentangan dapat dipandang sebagai pencapaian dari sebuah komunitas riset yang bekerja dalam berbagai hambatan yang disebabkan oleh nilainya sendiri, ide yang sudah ada, dan standar penelitian. ERA MASYARAKAT MASSA DAN BUDAYA MASSA Penjelasan mengenai era teori komunikasi massa dimulai dengan ulasan terhadap beberapa pemikiran awal mengenai media. Ide-ide ini awalnya dikembangkanpada pertengahan abad ke-19, pada masa ketika terjadi perkembangan yang cepat dari pabrik-pabrik besar di wilayah perkotaan yang kemudian menarik semakin banyak orang dari wilayah pedesaan untuk pindah ke kota. Pada saat yang sama,media cetak yang semakin kuat memungkinkan pembuatan surat kabar yang dapat dijual dengan harga yang lebih murah pada populasi pembaca yang bertumbuh dengan cepat. Walaupun sebagian teoretikus bersikap optimis dengan masa depan yang akan tercipta melalui industrialisasi, perluasan kota,dan peningkatan media cetak, teoretikus yang lainnya bersikap sangat pesimis. Mereka menyalahkan industrialisasi factor yang mengacaukan kedamaian, merusak komunitas pedesaan, serta memaksa masyarakat untuk hidup di kota demi sebuah pekerjaan yang menyenangkan di pabrik-pabrik besar, dipertambangan, atau di birokrasi. Para teoretikus ini mengkhawatirkan perkotaan karena tingkat kriminalitas, keragaman budaya, dan sistem politiknya yang tidak stabil. Bagi para pemikir sosial, media massa menjadi symbol segala sesuatu yang dianggap salah dengan kehidupan kota pada abad ke19. Sebagain besar teoretikus merupakan anggota dari elite dominan yang terpelajar. Tatanan sosial lama telah hancur, demikian pula dengan budaya dan politiknya. Perspektif yang dominan tentang media dan masyarakat yang muncul selama periode ini sering dihubungkan dengan teori masyarakat massa (mass society theory). Teori ini merupakan teori yang secara inheren kontradiktif dan berakar dari nostalgia masa emas kehidupan komunitas pedesaan yang tidak pernah ada. Sealain itu, teori ini mengantisipasi mimpi buruk masa depan ketika kita kehilangan semua individualitas kita dan semua menjadi budak dari mesin-mesin industri. Setiap versi terbaru dari teori masyarakatmassa memiliki kritik tersendiri mengenai media kontemporer. Suatu hal yang mengejutkan bahwa internet belum menjadi fokus dari versi terbaru teori komunikasi massa. Kritik tersebut memang benar adanya, namun belum begitu popular ketika complain mengenai televisi, radio, film,dan surat kabar muncul dalam wacana public pada era sebelumnya. Mungkin hal ini menjadi sebuah tanda bahwa konsep mengenai masyarakat massa tidak lagi relevan. Atau yang mungkin, Internet masih terlalu baru dan ancamannya terhadap tatanan sosial masih terlalu ambigu untuk dapat diperhatikan secara serius oleh para elite.

Dengan demikian, teori masyarakat massa dapat dianggap sebagai sebuah kumpulan dari konsep yang bertentangan, yang dikembangkan untuk memahami apa yang sedang terjadi ketika industrialisasi membuat kota-kota besar terus bertumbuh dan berkembang. Konsep mengenai masyarakat massa berasal dari kedua ujung spectrum politik. Sebagian dikembangkan oleh orang yang ingin mempertahan orde politik lama, dan sebagian yang lain diciptakan oleh para revolusioner yang ingin memaksakan perubahan radikal. Akan tetapi perseteruan abadi ini sering memiliki satu asumsi yang samabahwa media massa menjadi sulit jika tidak berbahaya sama sekali. Secara umum, ide masyarakat massa memiliki daya pikat yang kuat bagi setiap elite sosial yang memiliki kekuasaan yang terancam oleh perubahan. Industri media, seperti penny pers tahun 1830-an dan yellow journalism tahun 1890-an, merupakan target mudah bagi kritik dari para elite.mereka melayani kebutuhan khalayak yang inferiordengan menyajikan konten yang sederhana dan sering kali sensasional. Industri seperti inisering dengan mudah diserangsebagai sebuah gejala yang sakitsebuah masyarakatyang butuh untuk kembali pada nilai-nilai baru yang dibawa media.banyak konflik yang intenssangat memengaruhipemikiran media massa, dan konflik ini kemudian membentuk perkembangan teori komunikasi masyarakat massa. PERSEPEKTIF ILMIAH MENGENAI KOMUNIKASI MUNCULNYA PERSPEKTIF EFEK TERBATAS MASSA MENYEBABKAN

Di eropa, gerakan politik reaksioner dan revolusioner menggunakan media dalam perjuangan mereka untuk memperoleh kekuasaan politik. Kebanyakan bangsa eropa menggantikan kepemilikannya media swasta, khususnya media penyiaran, dengan control pemerintahan secara langsung. Tujuan dari kepemilikan tersebut adalah untuk memaksimalkan penggunaan media oleh pemerintahan adalah menempatkan kekuasaan yang begitu besar ditangan para pemimpin yang sangat kejam yang sangat yakin bahwa mereka secara personal mewujudkan ide yang terbaik untuk warga Negara mereka. Lazaresfeld sangat berdedikasi dalam menggunakan penelitian social empiris untuk untuk mendapatkan validitas teoti. Lazarsfeld menyatakan bahwa tidak cukup hanya dengan berspekulasi mengenai pengaruh media dalam masyarakat. Dan berasumsi bahwa propaganda politik sangat kuat-bukti nyata diperlukan untuk membuktikan keberadaan dari efek seperti itu. Interpretasi data ini menyebabkan Lazarsfeld dan koleganya untuk menyimpulkan bahwa media tidak lagi sedigdaya yang pernah ditakuti sebelumnya. Para meneliti menemukan bahwa masyarakat memiliki beragam cara untuk dapat menghindari pengaruh media, dan sikap mereka dibentuk oleh berbagai macam factor yang saling mempengaruhi seperti keluarga, teman, dan komunitas agama. Media lebih sering terlihat sebagai kekuatan yang mengukuh tren sosial yang dapat memperkuat status quo dari pada sebagai kekuatan yang menggangu. Teori efek terbatas mencakup sejumlah teori media yang lebih kecil. Perangkat teori ini memandang mediahanya memainkan peran kecil dan terbatas dalam kehidupan pribadi seseorang dan masyarakat yang lebih luas. Teori ini masih digunakan dalam mengarahkan penelitian walaupun kelemahan sudah

di ketahu. Selain itu, teori efek terbatas bermanfaat khususnya dalam menjelaskan pengaruh jangka pendek dari penggunaan rutin media oleh berbagai jenis khalayak. Konsep efek terbatas mendominasi wilayah baru penelitian komunikasi ketika berkembang pada tahun 1950-an dan 1960-an. Beberapa perselisihan sempat terjadi antara para pengikut teori ini dengan mereka yang mendukung ide masyarakat massa (Bauer dan Bauer, 1960). Pada tahun 1960, beberapa kajian klasik mengenai efek media (Campbell dkk., 1960; Deutshcmann dan Danielson, 1950; Klapper, 1960) sepertinya memberikan dukungan definitif bagi konsep efek terbatas ini. Sampai tahun 1961, V.O Key telah memubikasikan Public Opinion and American Democrazy, sebuah karya monumental (tour de force) secara teoritis dan metodologis yang mengintegrasikan konsep efek terbatas dengan teori sosial dan politik untuk menciptakan sebuah perspektif yang sekarang dikenal dengan pluralisme elite. Teori ini memandang masyarakat demokratis dibangun dari kelompok-kelompok pluralistis yang saling berkaitan, dipimpin oleh seorang opinion leader yang mengandalkan media untuk memperoleh informasi mengenai dunia sosial dan politik. Pada tahun 1950-an dan 1960-an , para pendukung konsep masyarakat massa menerima semakin banyak serangan dari pada teoritikus efek terbatas yang menyatakan bahwa teori masyarakat massa merupakan konsep yang tidak ilmiah atau tidak rasional karena mempertanyakan temuan ilmiah yang kompleks. Sebagai contoh, pada tahun 1960-an. PERGOLAKAN DILAPANGAN: PERSPEKTIF BUDAYA MENANTANG TEORI EFEK TERBATAS Konsep masyarakat massa terus menjamur di Eropa ketika kedua kelompok sayap kanan dan sayap kiri sama-sama sangat perhatian dengan kekuatan media sebagai akibat dari pengalaman mereka dengan propaganda selama perang dunia kedua. Mereka menyebutkan konsep ini sebagai Reduksionisme, yang adalah proses mereduksi fenomena sosial dan proses komunikasi yang rumit menjadi konsep yang lebih sempit yang dihasilkan dari penelitian dalam skala kecil. Beberapa akademisi Eropa merasa tidak setuju dengan pengaruh yang diberikan orang Amerika setelah perang dunia kedua. Mereka berpendapat bahwa empirisme orang Amerika sangat sederhana dan hampa secara intelektual. Satu kelompok teoritikus Eropa yang bersikeras menentang pengaruh Amerika pascaperang adalah neo-Marxis (Hall, 1982). Neo-Marxis berpendapat bahwa teori sosial yang menyatakan bahwa media memungkinkan kelompok elite dominan untuk mempertahankan kekuasan mereka. Selanjutnya pada tahun 1960-an, beberapa orang neo-Marxis di Inggris mengembangkan sebuah sekolah teori sosial ini menjadi British Cultual Studies, yang memiliki perspektif yang berfokus pada media dan peran media dalam mempromosikan pandangan hegemonik dan budaya dominan antara berbagai subkelompok dalam masyarakat. Walalupun kajian budaya Inggris dimulai dengan asumsi deterministik mengenai pengaruh media (yaitu media memiliki efek langsung yang sangat besar). Asumsi deterministik sendiri merupakan sebuah asumsi bahwa media memiliki kekuatan dan pengaruh. Selanjutnya kumpulan perspektif yang terkait dengan konflik kepentingan dalam masyarakat dan

cara komunikasi yang memperpanjang dominasi suatu kelompok terhadap yang lain, hal ini kita kenal sebagai analisi kultural yang secara berangsur-angsur tampil sebagai alternatif yang penting dan terpercaya terhadap konsep efek terbatas walaupun pada awalnya skeptisme yang sangat besar oleh mayoritas peneliti. KEMUNCUAN PERSPEKTIF PENCIPTAAN MAKNA PADA MEDIA Konsep efek terbatas telah melakukan berbagai transformasi penting. Yang selanjutnya kemudian timbul perspektif baru yang mentransformasikan bagaimana kita memandang efek media. Sebagai contoh, gerakan teori framing dan keterampian media yang menawarkan argumen yang sangat meyakinkan mengenai cara komunikasi massa yang mempengaruhi individu dan memainkan peran penting dalam dunia sosial. Teori framming sendiri merupakan pernyataan yang menyatakan bahwa orang menggunakan harapannya mengenai dunia sosial untuk memahami dunia sosial. Sedangkan keterampilan media sendiri merupakan kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan mengomunikasikan pesan media. Jantung dari perspektif ini adalah konsep mengenai khalayak aktif yang menggunakan konten media untuk menciptakan pengalaman yang bermakna (Bryant dan Street, 1988). Perspektif ini mengakui bahwa efek media yang penting dapat terjadi selama periode yang lama dan sering kali merupakan konsekuensi langsung dari niat penonton dan pembaca. Beragam perspektif penciptaan makna menyatakan bahwa ketika orang menggunakan media untuk menciptakan makna maka sering terdapat hasil yang penting. Perspektif efek terbatas tidak dapat memahami atau membuat prediksi mengenai peran media dalam perubahan budaya. Kemungkinan media dapat memainkan peran dalam perubahan tersebut, para teoritikus menjadi tidak dapat memahami beberapa contoh mencolok ketika kekuatan media muncul sebagai kekuatan yang nyata. Argumen dari teori efek terbatas/penguatan mungkin memang valid, namun dalam bentuk awalnya, teori terbatas tidak perlu dibatasi dalam lingkup seperti itu.

Four Eras Mass Communication Theory

Kelompok 2 : Stefani Kristina Amelia Prisilia P Adi Wardoyo Dian Ratnasari Kharisma Nanda 362009002 362011081 362011076 362011032 363011057

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

Anda mungkin juga menyukai