Anda di halaman 1dari 12

PRINSIP DESAIN UNTUK SISTEM PASAK DAN INTI DIREK FIBER-REINFORCED RESIN KOMPOSIT Douglas A.

Terry, DDS Institute of Esthetic and Restorative Dentistry Houston, Texas Sebuah sistem didefinisikan sebagai seperangkat komponen yang bekerja sama untuk mencapai keseluruhan tujuan dari sistem tersebut. Pada situasi klinis tertentu, pemilihan sitem pasak dan inti harus melalui evaluasi dari berbagai komponen dan interface dari sistem tersebut. Komponen sistem pasak direk fiber-reinforced resin komposit meliputi permukaan dentin akar, pasak intraradikular, core bulid up, luting cement, dan mahkota. Sitem ini dapat dianalisa dari empat regio yaitu permukaan intraradikular (permukaan dentin), interface pasak-gigi, inti, serta intrakoronal. Pada gigi yang telah dirawat endodonti, pemahaman mengenai perbedaan dan kompleksitas hubungan antara permukaan gigi yang telah dirawat endodonti dengan berbagai bahan restorasi sangatlah penting untuk keberhasilan perawatan. Evaluasi interface berbagai sistem yang penyebab kegagalan perawatan, memberikan dokter gigi pengetahuan mengenai prinsip desain yang dapat digunakan pada berbagai sistem restorasi pasak inti. Oleh karena itu prinsip-prinsip desain dibawah ini harus dipertimbangkan ketika akan menggunakan sistem pasak dan inti fiber reinforced resin komposit dalam merekonstruksi gigi restorasi yang komplek.

Retensi Maksimal Pasak dan Stabilitas Inti Tanggal dan fraktur gigi merupakan penyebab kegagalan restorasi pasak dan inti (gambar 1A sampai 1C). Stabilutas inti dan retensi pasak sangat penting untuk mencegah kegagalan perawatan pada gigi yang telah dirawat endodonti. Sistem pasak yang ideal seharusnya dapat menggantikan struktur gigi yang hilang dan menyediakan retensi dan

dukungan pada inti, dapat mendistribusikan beban oklusal baik selama fungsi maupun parafungsi untuk mencegah fraktur akar. Pasak fiber reinforced resin komposit menggunakan anatomi internal gigi, permukaan dentin dan bentuk saluran akar yang ireguler untuk meningkatkan ikatan permukaan gigi dan pasak sehingga dapat memperbaiki integritas struktur dentin akar yang tersisa serta menambah retensi dan resistensi.

Konservasi Struktur Gigi Sistem pasak cor tradisional dan pasak prepabrikasi sering memerlukan pembuangan undercut untuk kepentingan pemasangan dan adaptasi dari saluran akar. Pembuangan dentin di saluran akar selama atau setelah perawatan endodonti yang berlebihan dapat melemahkan gigi dan menyebabkan fraktur gigi secara horizontal maupun vertikal. Perkembangan bahan komposit dan teknologi adhesif menghasilkan konsep desain pasak dan inti yang lebih konservatif. Pasak fiber reinforced resin komposit memungkinkan pemeliharaan struktur saluran akar dan merupakan metode yang dapat digunakan pada perawatan gigi dengan bentuk saluran akar ireguler karena tidak memerlukan arah pemasangan yang konvergen.selain itu, preparasi pasak fiber reinforced resin komposit dilakukan dengan preparasi minimal karena menggunakan undercut dan bentuk saluran yang ireguler untuk meningkatkan ikatan pada permukaan. Konservasi dentin mengurangi kemungkinan fraktur gigi selama fungsi atau pada kejadian injuri traumatik.

Adaptasi Internal Luting cement konvensional (misalnya zinc oxyphosphate) hanya mengisi kekosongan antara permukaan restorasi tanpa melekatkan kedua permukaan. Penggunaan dual cure luting agent dengan pasak fiber reinforced resin komposit memiliki ikatan fisik dan ikatan kimia yang sangat baik yang dapat meningkatkan adhesifitas kedua permukaan. Penggunaan semen resin komposit diantara sistem adhesive dan bahan reinforced akan memastikan kontak yang lebih intimuntuk berikatan dengan dentin karena viskositas yang lebih rendah dan meningkatkan adaptasi morfologi intraradikular. Modulus komposit yang rendah, berperan sebagai buffer elastik yang dapat mengkompensasi polimerisasi shrinkage, mengelimiasi pembentukan celah, dan mengurangi kebocoran mikro. Jika modulus elastisitas rendah, komposit akan merengang untuk mengakomodasi modulus dari gigi. Viskositas semen resin yang rendah juga akan meningkatkan kelembaban sehingga dapat meningkatkan adaptasi yang akan mengurangi resiko kebocoran mikro dan permukaan gigi yang lemah. Selain itu, penggunaan semen resin untuk melapisi dan memperkuat dinding

saluran akar pada dasarnya akan memperkuat akar dan memberikan dukungan pada restorasi gigi yang komplek.

Estetik yang Optimal Ketika estetik menjadi perhatian, pemilihan bahan restorasi yang sesuai menjadi pertimbangan utama. Transmisi cahaya pada pasak prefabrikasi dan pasak logam cor tradisional berbeda dengan dengan gigi asli. Cahaya sepeuhnya terhalangi oleh pasak logam yang dapat menyebabkan adanya bayangan pada daerah subgingival (gambar 2). Ketika menggunakan restorasi full keramik, warna dan opasitas dari pasak logam akan menyebabkan perubahan warna dan berbayang pada gusi dan daerah servikal gigi. Sifat optik sekunder cahaya (misalnya translusensi, opasitas, opalescence, perubahan warna dan flouresence) dari resin komposit memungkinkan cahaya akan menembus gigi asli dan bahan restorasi untuk dipantulkan, dibiaskan diserap dan di teruskan sesuai sesuai dengan densitas dari kristal hidroksiapatit, enamel rods, dan tubuli dentin. Selain itu, untuk mendapatkan warna yang selaras dengan gigi sekitarnya, bahan restorasi yang digunakan secara langsung berpengaruh pada hasil akhir restorasi.

Tahan terhadap Kegagalan Akar Katastrofik Fraktur akar merupakan salah satu penyebab kegagalan perawatan restorasi gigi dengan sistem pasak dan inti. Apabila kegagalan perawatan pada gigi yang telah dirawat endodonti disebabkan oleh daya oklusal atau trauma gigi maka tujuan utama restorasi dilakukan dengan mengambangkan desain sistem pasak dan inti dimana daya oklusal yang diterima dapat didistribusikan secara merata sehingga dapat mempertahankan struktur gigi. Pasak logam cor tradisional memiliki modulus yang tinggi sekitar 10 kali lebih besar dari modulusitas dentin. Hal ini berpotensi dapat menyebabkan daya yang berkonsentrasi pada akar yang kurang kaku yang dapat menyebabkan pecahnya pasak dan kegagalan. Penyaluran daya oklusal pada inti logam terkonsentrasi pada region tertentu pada akar sehingga dapat menyebabkan fraktur (gambar 3). Pasak fiber reinforced resin komposit menunjukan dapat mencegah fraktur akar. Studi menunjukan bahwa resorasi pasak dengan ikatan dentin-resin secara signifikan kurang kuat dibandingkan dengan pasak-inti logam cor yang dibuat secara individual. Pada cetaip percobaan, pasak dengan ikatan dentin-resin patah terlebih dahulu sebelum terjadi fraktur akar. Selain itu kemampuan pasak fiber reinforce resin komposit untuk dapat di lakukan perawatan ulang menjadi perhatian. Tidak seperti pada pasak yang terbuat dari porselen, pasak

fiber reinforced resin komposit dapat dipotong secara intra oral dengan menggunakan bor diamond dan di angkat dari saluran akar untuk dilakukan perawatan ulang.

Korosifitas yang Rendah Kombinasi logam mulia dan logam tidak mulia pada lingkungan rongga mulut dapat menyebabkan reaksi elektrokimia seperti korosi logam. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan dan patahnya restorasi dan menyebabkan interakasi antara jaringan biologis dengan produk korosi yang dilepaskan logam. Kegagalan pasak prepabrikasi tradisional yang terbuat dari campuran logam disebabkan oleh korosi dari logam yang mungkin berasal dari aktivitas galvanis antara pasak yang terbuat dari stainless steel dengan inti yang terbat dari amalgam. Keuntungan lain dari desain struktur dengan sistem pasak fiber reinforced resin komposit yaitu tahan terhadap korosi dan kompatibiltas bahan restorasinya.

Antirotasi Pasak dapat terkena daya rotasi dari oklusal. Daya oklusal dapat ditahan dengan mengunci seluruh posisi internal koronal ruangan untuk pasak, atau membentuk lekukan disekitar ruangan pasak. Apabila akan dibuat inti build up, desain preparasi harus memperhatikan stabilitas mahkota untuk mencegah rotasi mahkota. Gambaran ant rotasi pasak dan inti yang komplek memerlukan penempatan 2 mm ferrule disekeliling preparasi pada struktur gigi. Studi klinis menunjukan dan membuktikan pentingnya collar di koronal gigi untuk resistensi mekanis pada gigi komplek yang telah dirawat endodonti.

Modulus Elastisitas yang Sama dengan Dentin Gigi Modulus elastisitas di definisikan sebagai kekakuan dari bahan restorasi dalam suatu rentang elastisitas. Selain itu modulus elastisitas juga digambarkan sebagai rasio dari tegangan uniaksial untuk meregang pada struktur atau bahan retorasi pada batas regangan terkecil. Desain retorasi ideal untuk pasak memerlukan modulus elastisitas sistem yang sama dengan dentin. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, pasak logam tradisionalcmemiliki modulus elastisitas yang tinggi. Sedangkan pasak fiber reinforced resin komposit memiliki modulus elastisitas yang sama dengan dentin. Jaringan keras memiliki rentang nilai modulus elastisitas dan penambahan bahan

restorasi dengan nilai modulus elastisitas yang berbeda akan mempengaruhi kekakuan restorasi gigi komplek dan menghasilkan perubahan tegangan permukaan. Tegangan permukaan yang dihasilkan oleh perbedaan modulus dapat menyebabkan peningkatan suhu, regangan mekanis dan penyusutan bahan retorasi. Sistem pasak fiber reinforced resin komposit memiliki beberapa keunggulan pada mekanisme komplek antara penyusutan polimerisasi dan adhesi. Karena modulus elastisitas bahan perekat dan semen resin rendah, maka komposit akan meregang untuk mengakomodasi modulus dari gigi. Lapisan internal akan mengabsorbsi tegangan penyusutan polimerisasi dari resin komposit dengan cara elongasi. Faktor-faktor ini akan mengurangi dan mendistribusikan tekanan pada dentin yang tersisa sehingga akan mengurangi resiko pecahnya pasak dan fraktur akar sehingga akan meningkatkan keberhasilan perawatan restorasi komplek.

Daya Tarik dan Regang yang Sesuai dengan Struktur Akar Desain dan bahan restorasi akan mempengaruhi resistensi terhadap fraktur pada gigi yang telah dirawat endodonti yang direstorasi dengan sistem pasak dan inti. Kelebihan yang luar biasa dari sistem pasak dan inti yaitu memiliki sifat biomekanis yang sama dengan jaringan gigi. Pasak logam cor bersifat isotropic yang berarti memiliki struktur homogen yang memiliki sifat yang sama ketika diukur dari berbagai segi (misalnya konduktivitas, kecepatan transmisi cahaya dll). Pasak fiber reinforced resin komposit bersifat anisotrpik yang berarti memiliki sifat yang berbeda. Sifat mekanis bahan fiber reinforced resin komposit tergantung pada arah beban dan struktur bahannya. sikap yang berbeda ditunjukan pula pada bahan anisotropik dibandingkan dengan bahan yang homogeny. Pada bahan homogen ketika kelebihan beban, apabila terjadi retakan, retakan akan meluas dengan cepat diikuti dengan kegagalan yang tiba-tiba. Sedangkan pada bahan anisotropic, struktur mikro bahannya akan mempengaruhi sikap bahan ketika kelebihan beban dan proses kerusakan pada bahan komposit yang komplek, meliputi retaknya matriks, lepasnya ikatan pada interface, meregang atau pecah serat-serat fiber atau kombinasi semuanya. Bahan reinforcement pada bahan pasak fiber reinforce resin komposit yang mengandung serat polietilen yang dibuat dengan gas plasma dingin. Serat reinforcement ini akan meningkatkan sifat mekanis dari restorasi gigi yang komplek dengan meningkatkan daya tarik dan regangnya. Beberapa jenis serat digunakan oleh pabrik yang dapat mempengaruhi kekuatan,

stabilitas dan daya tahan. Serat Leno pada RIBBOND (Ribbons Inc) dilaporkan tahan terhadap pergeseran dan peluncuran dibawah tekanan lebih baik dibandingkan dengan serat biasa, meminimalisasi retakan dilakukan dengan mengurangi koalesensi dari retakan mikro pada

matriks resin yang dapat menyebabkan kegagalan restorasi.jaringan penguat serat resin komposit memberikan transfer daya yang efisien pada kerangka internal dengan cara menyerap daya pada restorasi dan mengarahkan daya-daya tersebut sepanjang sumbu panjang gigi yang tersisa sehingga mengurangi resiko fraktur akar.

Tidak Hambatan Ikatan pada Seluruh Interface Luting cement konvensional seperti zinc oxyphosphate hanya mengisi kekosongan diantara permukaan restorasi tanpa melekatkan kedua permukaannya. Sistem pasak fiber reinforced resin komposit, memberikan ikatan yang tanpa hambatan pada permukaannya dan meghasilkan peningkatan resistensi terhadap kelelahan dan fraktur, meningkatkan retensi dan mengurangi kebocoran mikro dan infiltrasi bakteri. Integrasi ikatan antara lima komponen dari sistem direk fiber reinforced resin komposit (antara lain akar, dentin, luting cement, pasak intraradikular, inti build up, dan mahkota) memberikan integritas struktur pada rehabilitasi intraradikular. (gambar 4). Urutan restoratif berikut ini menggambarkan penggunaan prinsip-prinsip desain dalam pembuatan pasak fiber reinforce resin komposit untuk merehabilitasi anatomi intraradicular saluran akar pasca perawatan endodonti pada gigi seri lateral rahang atas

LAPORAN KASUS Pemilihan Bahan Restorasi Pengetahuan mengenai integritas dari prinsip-prinsip desain dengan bahan restorasi dan teknik adhesi telah mengubah desain preparasi pasak dan menghasilkan metode baru yang lebih sederhana diamana restorasi pasak dan inti dikerjakan dalam satu kali kunjungan. Metode pembuatan pasak ini menggunakan serat reinforcement yang dapat berikatan (Construct, KerLab; RIBBOND) sebagai bahan pasak dan bonding agent generasi keempat (Opti-Bond, KerrCoorporation) dan komposit dual cure hybrid (Nexus2, kerr Coorporation) sebagai luting agent, serta komposit dual cure hybrid CoreRestore2, Kerr Coorporation) sebagai inti build up.

Bahan Reinforcement yang digunakan pada pasak mengandung serat fiber polietilen yang dibuat dengan gas plasma dingin. Perawatan ini membentuk sudut kontak yang kecil dengan resin dan menyediakan permukaan yang lebih luas untuk berikatan sehingga dapat meningkatkan adhesi terhadap bahan restorasi sintetik lainnya. Serat reinforcement ini akan meningkatkan sifat fisik restorasi komplek gigi dengan cara meningkatkan daya tarik dan dengan cara mengurangi

regang. Serat Leno dilaporakan mampu meminimalisasi retakan koalesensi dari retakan mikro

pada matriks resin yang dapat menyebabkan kegagalan

restorasi.jaringan penguat serat resin komposit memberikan transfer daya yang efisien pada kerangka internal dengan cara menyerap daya pada restorasi dan mengarahkan daya-daya tersebut sepanjang sumbu panjang gigi yang tersisa.

Tahapan Restorasi Rubber dam dipasang untuk mengisolasi daerah kerjadan gigi telah selesai dirawat endodonti, gutta percha dan sealer pada saluran akar diambil menggunakan instrument panas atau Gates Glidden Drill nomor 3 (gambar 5). Saluran akar dipreparasi untuk menempatkan pasak dengan kedalaman hampir sama dengan preparasi saluran akar terakhir. Hal ini untuk memperluas permukaan kontak untuk meningkatkan adhesi. Pembuangan undercut tidak perlu dilakukan seperti pada preparasi konvensional. Struktur gigi yang tersisa di etsa menggunakan gel etsa 37,5% (Gel Etchan, Kerr Corporation) selama 15-30 detik kemudian dikeringkan (Gambar 6). Untuk ikkatan adhesif, dentin harus dalam keadaan lembab. Kelebihan air pada saluran dikeringkan dengan paper point. Bahan adhesif diaplikasikan setiap 5-20 detik untuk menjaga kelembabandengan menggunakan mikroaplikator dan paper points untuk menempatkan resin pada dasar preparasi dan untuk membuang sisa air. (gambar 7). Bahan adhesif (Opti-Bond Solo, Kerr Corporation) dikeringkan dengan lembut selama 5 detik dan disinari selama 20 detik. Jika ruang preparasi lebih dalam 4 mm dari pasak, direkomendaikan menggunakan bahan adhesif dual cure. Berdasarkan pembuatannya,serat reinforcement tersedia dengan lebar yang berbeda-beda antara lain 1mm, 2mm,3mm,4mm dan 9mm. ukuran yang sering dipakai adalah 2mm , akan tetapi yang berukuran 3mm juga mungkin digunakan untuk saluran yang lebih besar. Panjang serat yang tepat ditentukan dengan melipat bahan ketika didalam saluran dan dilipat kembali pada setiap ujungnya dan dibuat setidaknya enam kali panjang dari preparasi.serat ribbon yang

dilapisi plasmadiukur dan dilapisi bonding resin light cure tanpa filler atau sealant komposit dan kelebihannya dibuang dengan lin free 2x2 gauze (gambar 8A dan 8B). resin disinari dengan light cure dan fiber dipotong dengan pemotong yang disediakan pabrik (gambar 9A dan 9B). Selama pengerjaan harus menggunakan sarung tangan katun khusus sampai resin selesai diaplikasikan dan berpolimerisasi. Plasma yang melapisi fiber tidak boleh terkontaminasi oleh minyak dan keringat dari jari-jari atau serbuk dari sarung tangan latek atau vinil karena dapat mengganggu lapisan plasma dan akan mengurangi retensi. Baru-baru ini polietilen baru telah diperkenalkan dimana mengandungresin dan dapat ditangani langsung oleh jari tanpa sarung tangan. Sebelum meletakan bahan adhesif atau resin, dianjurkan utuk berlatih meletakan fiber pada saluran pasak. (gambar 10 A-10C). fiber diletakan pada dasar ruang saluran pasak dengan menggunakan modifikasi kondensor Luks gutta percha (Ribbond, Inc) yang berbentuk V yang terbalik diujungnya. Dual cure komposit atau semen resin (Nexus 2) di suntikan kedalam saluran akar dengan menggunakan siring (Centrix Inc) (Gambar 11). Bahan resin harus dapat mengalir dan waktu kerjanya harus lama. Hal ini sangat penting supaya dapat mencapai dasar saluran akar. Resin komposit disuntikan kemudian siring diangakt pelan-pelan. Hal ini dilakukan untuk mencegah terperangkapnya gelembung udara dan mendapatkan adaptasi yang optimal dari resin pada saluran akar. Fiber segera dimasukan ke saluran dengan menggunakan modifikasi kondensor gutta percha. Fiber kemudian di lipat pada ujung-ujungnya sehingga menghadap ke lubang saluran akar. Ujung fiber disusun sesuai dengan yang diinginkan untuk membentuk inti dan disinari dengan light cured selama 60 detik. Komposit dual cured atau light cured diaplikasikan dengan tangan atau disuntikan dengan siring diatas fiber koronal dan dibentuk menjadi koronal (Gambar 13A-13C). Pada preparasi dan tahap akhir fiber reinforced resin komposit sekitar 2mm ferulle sirkumferensial diletakan disekitar struktur gigi yang dapat meningkatkan retensi dan resistensi gigi komplek yang telah dirawat endodonti. Seluruh preparasi di lubrikasi dengan gliserin sebelum dilakukan pencetakan akhir. Keberhasilan perawatan rehabilitasi ruangan intraradikular merupakan gambaran bahwa prinsip dari desain dilakukan dengan baik (Gambar 16A-16C)>

Kesimpulan Mempersiapkan prosedur restoratif dengan menggunakan bahan dan teknik terbaru membutuhkan pemahaman yang baik. Contoh atau serangkaian prinsip-prinsip desain menuntun dokter untuk lebih memahami adaptasi yang tepat dan permasalahan nya. Prinsip dasar desain memberikan kerangka atau contoh dimana hal tersebut akan menjamin keberhasilan restorasi sehingga dokter mampu mengatasi situasi lain yang lebih sulit.

Daftar Pustaka

1. Smith CT, Schuman NJ, Wasson W. Biomechanical criteria for evaluating prefabricated post-and-core systems: a guide for the restorative dentist. Quintessence Int. 1998;29(5):305-312. 2. Blitz N. Adaptation of a fiber-reinforced restorative system to the rehabilitation of endodontically treated teeth. Pract Periodontics Aesthet Dent. 1998; 10(2):191-193. 3. Chalifoux PR. Restoration of endodontically treated teeth: review, classification, and post design. Pract Periodontics Aesthet Dent. 1998;10(2):247-254. 4. Freeman G. The carbon fibre post: metal free, postendodontic rehabilitation. Oral Health. 1996; 86(2):23-30. 5. Freedman G. Bonded post-endodontic rehabilitation. Dent Today. 1996;15(5):52-53. 6. Freedman G, Novak IM, Serota KS, et al. Intra-radicular rehabilitation: a clinical approach. Pract Periodontics Aesthet Dent. 1994;6(5):33-39. 7. Trope M, Maltz DO, Troustand L. Resistance to fracture of restored endodontically treated teeth. Endod Dent Traumatol. 1985;1(3):108-111. 8. Trabert KC, Caput AA, Abou-Rass M. Tooth fracture a comparison of endodontic and restorative treatments. J Endod. 1978;4(11):341-345. 9. Goracci G, Mori G. Scanning electron microscopic evaluation of resin-dentin and calcium hydroxidedentin interface with resin composite restorations. Quintessence Int.

1996;27(2):129-135. 10. Prager MC. Using flowable composites in direct posterior restorations. Dent Today. 1997;16(7):62-69. 11. Frankenberger R, Krmer N, Delka M, et al. Internal adaptation and overhang formation of direct Class II resin composite restorations. Clin Oral Investig. 1999;3(4):208-215. 12. Sirimai S, Riis DN, Morgano SM. An in vitro study of the fracture resistance and the incidence of vertical root fracture of pulpless teeth restored with six postand- core systems. J Prosthet Dent. 1999;81(3):262-269. 13. Lui JL. A technique to reinforce weakened roots with post canals. Endod Dent Traumatol. 1987;3(6):310- 314. 14. Yamamoto M. Metal Ceramics. Chicago: Quintessence Publishing Co.; 1985:219-291.

15. Vichi A, Ferrari M, Davidson CL. Influence of ceramic and cement thickness on the masking of various types of opaque posts. J Prosthet Dent. 2000; 83(4):412-417. 16. Tamse A. Iatrogenic vertical root fractures in endodontically treated teeth. Endod Dent Traumatol. 1988;4(5):190-196. 17. Winter R. Visualizing the natural dentition. J Esthet Dent. 1993;5(3):102-117. 18. Purton DG, Payne JA. Comparison of carbon fiber and stainless steel root canal posts. Quintessence Int. 1996;27(4):93-97. 19. Asmussen E, Peutzfeldt A, Heitmann T. Stiffness, elastic limit, and strength of newer types of endodontic posts. J Dent. 1999;27(4):275-278. 20. Bex RT, Parker MW, Judkins JT, et al. Effect of dentinal bonded resin post-core preparations on resistance to vertical root fracture. J Prosthet Dent. 1992; 67(6):768-772. 21. Arvidson K. Migration of metallic ions from screwposts into dentin and surrounding tissues. Scand J Dent Res. 1978;86:200-205. 22. Smith CT, Shuman N. Prefabricated post-and-core systems: An overview. Compend Contin Educ Dent. 1998;19(10):1013-1020. 23. Christensen GJ. Post and cores: state of the art. J Am Dent Assoc. 1998;129(1):96-97. 24. Christensen GJ. Post, cores and patient care. J Am Dent Assoc. 1993;124(9):86-90. 25. Paul SJ, Schrer P. Post and core reconstruction for fixed prosthodontic restoration. Pract Periodontics Aesthet Dent. 1997;9(5):513-520. 26. Christensen GJ. When to use fillers, build-ups or post and cores. J Am Dent Assoc. 1996;127(9): 1397-1398. 27. Dietschi D, Romelli M, Goretti A. Adaptation of adhesive posts and cores to dentin after fatigue testing. Int J Prosthodont. 1997;10(6):498-507. 28. Rosen H, Partida-Rivera M. Iatrogenic fracture of roots reinforced with a cervical collar. Oper Dent. 1986;11(2):46-50. 29. Barkhordar R, Radke R, Abbasi J. Effect of metal collars on resistance of endodontically treated teeth to root fracture. J Prosthet Dent. 1989;61(6):676-678. 30. Hemmings KW, King PA, Setchell DJ. Resistance to torsional forces of various post and core designs. J Prosthet Dent. 1991;66(3):325-329. 31. Combe EC, Shaglouf AM, Watts DC, Wilson NH. Mechanical properties of direct core build-up materials. Dent Mater. 1999;15(3):158-165.

32. Watts DC. Elastic moduli and visco-elastic relaxation. J Dent. 1994;22(3):154-158. 33. King PA, Setchell DJ. An in vitro evaluation of a prototype CFRC prefabricated post developed for the restoration of pulpless teeth. J Oral Rehabil 1990;17(6):599-609. 34. Assif D, Oren E, Marshak BL, et al. Photoelastic analysis of stress transfer by endodontically treated teeth to the supporting structure using different restorative techniques. J Prosthet Dent. 1989; 61(5):535-543. 35. Lindberg A, van Dijken JWV, Hrstedt P. Interfacial adaptation of a Class II polyacidmodified resin composite/ resin composite laminate restoration in vivo. Acta Odontol Scand. 2000;58(2):77-84. 36. Van Meerbeek B, Perdigao J, Lambrechts P, et al. The clinical performance of adhesives. J Dent. 1998; 26(1):1-20. 37. Akkayan B, Gulmez T. Resistance to fracture of endodontically treated teeth restored with different post systems. J Prosthet Dent. 2002;87(4):431-437. 38. Sorensen JA, Martinoff JT. Intracoronal reinforcement and coronal coverage: a study of endodontically treated teeth. J Prosthet Dent. 1984:51(6):780- 784. 39. Tjan AH, Grant BE, Dunn JR. Microleakage of composite resin cores treated with various dentin bonding systems. J Prosthet Dent. 1991;66(1):24-29. 40. Torbjrner A, Karlsson S, Syverud M, et al. Carbon fiber reinforced root canal posts: mechanical and cytotoxic properties. Eur J Oral Sci. 1996;104(5- 6):605-611. 41. Miller M. Composite reinforcement fibersthe ratings. In: Reality 2000. 14th ed. Houston, TX: Reality Publishing; 2000:121-124. 42. Duret B, Reynaud M, Duret F. A new concept of corono- radicular reconstruction, the Composipost (2). Chir Dent Fr. 1990;542:69-77. 43. Hornbrook DS, Hastings JH. Use of bondable reinforcement fiber for post and core buildup in an endodontically treated tooth: maximizing strength and aesthetics. Pract Periodontics Aesthet Dent. 1995;7(5):33-42. 44. Rudo DN, Karbahari VM. Physical behaviors of fiber reinforcement as applied to tooth stabilization. Dent

Anda mungkin juga menyukai