Anda di halaman 1dari 21

BAB I LANDASAN TEORITIS

1. ANATOMI DAN FISIOLOGI Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi termasuk sum-sum tulang dan nodus limfa. Darah merupakan organ berbentuk cairan homogen yang tampak seperti sirup yang berwarna gelap. Warna darah ditentukan oleh hemoglobin yang terkandung dalam sel darah merah. Volume darah manusia adalah 7-10% / berat badan normal atau sekitar 5 liter. Komposisi darah tersusun atas 2 bagian, yaitu: a. Partikel tersuspensi/komponen sel-sel darah merah, sel darah putih, trombosit, platelet 45% b. Partikel pensuspensi: plasma darah 55% adalah I. Hematokrit: prosentase volume total darah yang ditempati oleh eritrosit. Fungsi Darah: 1) Transportasi internal, pada metabolisme: Respirasi:O2 dan CO2 dibawa oleh molekul Hb dalam eritrosis dan plasing Nutrisi: Nutrisi diserap dari usus, dibawa plasma ke hati dan jaringan tubuh lainnya. Ekskresi: Sisa metabolisme dibawa plasma ke hati dan jaringan tubuh lain. Keseimbangan air, elektrolit dan asam basa melalui pertukaran zat-zat dalam jaringan. Pengaturan metabolisme: Hormon dan enzim yang berperan dalam metabolisme dibawa oleh plasma. 2) Pertahanan/perlawanan terhadap infeksi : sel darah putih. 3) Perlindungan terhadap pendarahan. 4) Mempertahankan suhu tubuh normal: darah membawa panas dan beredar sampai perifer tubuh yang memungkinkan pertukaran pada tubuh dan lingkungan.

Plasma Darah 90% 8% Albumia Filobulin : air : protein Cairan berwarna bening pucat 55% dari volume total darah (2,5 s/d 3 liter pada orang dewasa). Komposisinya: 0,9% : ion anorganik 1,1% : substansi organik Membentuk 20% cairan ekstrase tubuh yang mengandung zatzat sama dengan cairan intertisial. Cairan bening dari darah dan plasma beku disebut serum, isi serum sama dengan isi plasma kecuali faktor pembekuan. Protein yang ada dalam plasma adalah: : Berfungsi mempertahankan tekanan osmotik darah dan mengatur keseimbangan air dalam tubuh. : Berfungsi dalam pertahanan tubuh melawan infeksi dan transportasi lipid, stroid dan hormon. Fibrinogen : Blood dothing Ion anorganik disebut elektrolit: sodium (Na+), portasium (K+), kalsium (Ca++), clorida (Cl-), Hydrocarbonat (HCO3). Hematopoesis Trauma terjadi di sumsum tulang 1) Sumsum tulang : 4-5% dari berat badan normal. Merah Kuning : Penghasil terbanyak, hampir semua sel-sel darah : Terdiri dari lemak jika diperlukan dapat berubah menjadi jaringan hemopotetik. 2) Kelenjar limfe dan jaringan limfoid dalam usus halus dan kelenjar timus menghasilkan limfosit. Kelenjar limfe terdapat juga di leher, ketiak lengan bagian atas dalam, thorak abdomen, lipatan paha dan poplitea. 3) Hati dan limfe merusak sel darah yang sudah tua. Hati juga mensintesa protein plasma dan berapa faktor pembekuan. Zat organik : glukosa, urea, asam urat.

Sel Darah Merah Merupakan sel yang gampang yang bagian tengahnya cekung/lempeng bikonkaf : efisiensi pengangkutan O2 dan peningkatan permukaan bagi digusi O2, diameter 8 mikron, tebal 2-1 mikron. Berfungsi: a. Pengangkutan oksigen dari paru-paru ke jaringan. b. Sistesa Hb pada saat eritropoesis. c. Membentuk struktur molekul (hameoglobulin). Setiap molekul Hb dapat mengikat 4 unit O2 tiap gram Hb dapat mengikat 1,3 ml O2 atau 50 ml O2 tiap 100 ml darah. Pengaturan mengeluarkan eritropoesis: hormon distimulasi eritropoetin ke oleh penurunan darah. pengiriman oksigen ke ginjal yang merangsang ginjal dalam Eritropoetin merangsang eritropoesis dengan merangsang proliperans dan pematangan sel darah merah. Asam folat Zat besi Zat yang diperlukan untuk proses eritropoesis: : Pembentukan DNA : Pembentukan haemoglobin. Vitamin B12 : Sintesa DNA Jumlah : 5 juta/mm3 Usia : 120 hari Ciri khas : bentuknya mudah berubah/kelenturan/fleksibilitas tidak berhenti, organel/ribosom. Enzim yang ada pada sel darah merah: enzim glikdirik dan enzim karbonat anhidrase. Hemoglobulin: merupakan pigmen protein berwarna merah yang terdapat dalam sel darah merah.

Leukosit Unit-unit yang dapat bergerak dalam sistem pertahanan tubuh. 3

Setiap sel darah putih dikelilingi oleh 700-1000 sel darah merah. Bertugas: menahan invasi oleh patogen mikroorganisme penyebab penyakit, mengidentifikasi dan menghancurkan selsel kanker, membersihkan campak/ debris yang berasal dari sel mati atau cedera.

Jumlah SDP : 5.000-10.000/mm3 Jenis: a. Granulosit

Neutrofil: Fungsi menentukan bakteri dan melakukan pembersihan debris. Basofil: Fungsi membentuk dan menyimpan histamin dan heparin Eusinofil: Reaksi alergi dan investasi parasir. b. Agranulosit * Monosit: fagositosit aktif * Limfosit : L-B L-T : menghasilkan antibodi : menghancurkan sel sasaran

Usia 100-300 hari meningkat pada saat inpeksi kronis.

Trombosit Merupakan sel darah terkecil, tidak berwarna dan tidak berinti, berasal dari frogmen megakariotid jumlah (50.000350.000/mm3). Usia 20 hari. Fungsi: Hemosiosis (penggumpalan darah) melalui adnesi ke area pembuluh darah yang rusak.

2. PENGERTIAN Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut dengan kematian. (Kutipan Selekta Kedokteran, Jilid 2) DHF adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh serotif virus dengue ditandai dengan 4 gejala klinis utama yaitu ciri-ciri demam manifestasi pendarahan dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan

demam yang tinggi, manifestasi perdarahan, hepatologi dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian.

3. ETIOLOGI Virus dengue serotipe 1,2,3 dan 4 yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes Aegypti, nyamuk Aedes Aibupictus, Aedes Polynegiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotipe dalam menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe lain.

4. PATOFISIOLOGI Sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi. a. Aktipitos sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaksin yang menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler dan terjadi perembesan plasma dari ruang intravaskuler ke ruang ekstravaskuler. b. Agregasi trombosit menurut, apabila kelahiran ini berlanjut akan menyebabkan c. Kerusakan kehilangan sel fungsi trombosit pembuluh sebagai darah akibat akan mobilitas sel trombosit mudah dari sumsum tulang. endotel merangsang/mengaktivasi faktor pembekuan. Ketiga faktor di atas menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler kerusakan hemostosis, yang disebabkan oleh vaskulopati, trombositopenia dan koagulopati. Derajat Penyakit DHF (WHO dan Depkes, 2004) yaitu: a. Derajat I Demam disertai dengan gejala klinis tidak khas. pendarahan adalah uji torniquet (+). b. Derajat II Gejala yang timbul pada DBD derajat I, ditambah pendarahan spontan, biasanya dalam bentuk pendarahan kulit dan atau bentuk pendarahan lainnya. 5 Satu-satunya gejala

c. Derajat III Kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi yang cepat dan lemah menyempitnya tekanan nadi (20 mmHg atau kurang) atau ditandai dengan kulit dingin dan lembab pasien menjadi gelisah. d. Derajat IV Syok berat dengan tidak terabanya denyut nadi maupun tekanan darahnya.

5. MANIFESTASI KLINIK Gejala utama demam berdarah, yaitu: a. Demam Penyakit didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus-menerus, berlangsung 2-7 hari, naik turun tidak mempan dengan obat antipieretik. Saddle back kurve : demam naik mendadak 1-3 hari : turun naik + 3 hari Demam I : resah dada + muka : cepat hilang Malaise, nyeri epigastrium, nyeri kepala, bola mata, sendi Demam II : rash dada + esktramitas (papula) : hilang.

b. Manifestasi pendarahan Penyebab pendarahan pada DBD ialah vaskulopati, trombositpenia dan gangguan fungsi trombosit serta koagulasi intravaskuler yang menyeluruh. Jenis pendarahan terbanyak adalah pendarahan kulit seperti uji touniquet positif, peteki, purpura, ekimosis dan pendarahan kongjungtiva. merupakan tanda pendarahan yang sering ditemukan. Peteki Tanda ini dapat

ditemukan pada hari pertama demam dan hari ke 3,4,5 demam. Pendarahan lain yaitu epitaksis, pendarahan gusi, melena dan hemotemesis dan dapat pendarahan sub konjungtiva atau hematuria. c. Hepatomegali Ditemukan pada permukaan penyakit bervariasi dari hanya sekedar dapat teraba sampai 2-4 cm di bawah lingkungan iga kanan. Derajat pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit. Namun nyeri tekan pada daerah tepi hati berhubungan dengan adanya pendarahan, pada sebagian kecil kasus dapat dijumpai ikterus. d. Gangguan sirkulasi : Shock Awal: kulit lembab + ekstremitas dingin Hypovolemia: Nadi kecil + lemah : sehingga tidak teraba TD turun (S+D) Keringat dingin Ekstremitas dingin Tampak pucat : shock : demam turun hari 3-7

6. KOMPLIKASI

Gelisah

a. Pendarahan luas Infeksi virus dengue menyebabkan terbentuknya antigen, antibody yang dapat mengangtivasi sistem komplemen, juga menyebabkan agregasi trombosit dan mengaktivasi sistem koagulasi melalui kerusakan sel endotel pembuluh darah. Kedua faktor tersebut menyebabkan pendarahan pada DBD. Pendarahan masih pada DBD diakibatkan oleh trombositopenia, penurunan faktor pembekuan kelainan fungsi trombosit dan kerusakan hidung endotel kapiler. b. Shock Infeksi sekunder oleh virus dengue akan menyebabkan respon antibodi amnestic yang akan terjadi dalam waktu beberapa hari, mengakibatkan proliferasi dan transformasi imfosit dengan menghasilkan titer tinggi antibody lagi ganti dengue. Di samping itu, replikasi virus dengue terjadi juga di dalam limfosit yang bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah banyak. Kemudian terbentuknya virus komplek antigen-antibodi yang selanjutnya mengativitas sistem kamplemer. Pelepasan C3a dan Csa akibat aktivitas C3 dan Cs menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan merembesnya plasma dari ruang intravaskuler ke ruang ekstravaskuler. c. Efusi Pleura Disebabkan oleh infeksi virus dengue yang bisa memecahkan membran kapiler dan memungkinkan pengaliran protein plasma dan cairan yang kemudian masuk ke dalam rongga pleura secara cepat dan akumulasi cairan ini disebut efusi pleura. d. Penurunan kesadaran Saat terjadi infeksi virus dengue kemudian mengalami replikasi maka terbentuk komplek virus antibody yang menyebabkan efek salah satunya permeabilitas kapiler meningkat, sehingga terjadi penurunan transportasi O2 ke otak, sehingga terjadi penurunan kesadaran. e. Disseminated Intravaskuler Coagulantick (DIC) Pendarahan yang terjadi pada pasien DBD terjadi karena tranbostopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi. Pendarahan 9

hebat dapat terjadi trauma pada fraktus gastrointestinal. Perembesan plasma akan menyebabkan pembekuan intravaskuler yang mengaktifkan mekanisme gibrinditik, akibatnya enzim proteotik yaitu plasmin aktif. Sebagai substrat untuk plasmin fibrin dipecah menjadi beberapa polipeptida fibrin split product atau fibrin digredatic product (FDP). Pada keadaan fibrinolisis patologis terjadi pemecahan fibrinogen dan faktor beku lainnya, terutama faktor V, VII dan fibrin, FDP merupakan antikoagulasi yang menghambat reaksi trombin-fibrinogen. Gangguan pembekuan dapat terjadi karena antikoagulasi yang beredar di darah yang menyebabkan disseminated intravaskuler.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG Lakukan pemeriksaan hemoglobin, hemotokrit, hitung trombosit, uji seidolgi HI, Dengue Blot. Trombositopenia ringan sampai nyata bersamaan dengan hemo konsentrasi adalah gejala yang spesifik. Leukosit normal pada 1-3 hari pertama, menurun saat akan terjadi syok dan meningkatkan saat syok teratasi. Trombositopenia (<100.000/Ui) dan hemokonsentrasi (nilai hemotokrit lebih dari 20% dari normal). Indikator fase syok - Hari sakit ke 4-5 - Suhu turun - Nadi cepat tanpa demam - Tekanan nadi turun/hipotensi - Leukopenia < 5000 / mm3

8. PENATALAKSANAAN MEDIS Prinsip-prinsip penanganan DHF a. DHF tidak syok Penggunaan cairan peroral Obat-obatan : Antipiretik, Antikonvulsan Indikasi parential Observasi terhadap tanda-tanda shock

b. DHF dan Syok Atasi segera hipovolemik Lanjutkan penggunaan cairan dari pembuluh darah 12-24 jam / 48 jam Beri darah segera, bila terjadi pendarahan hebat.

9. TUMBUH KEMBANG ANAK Tumbuh kembang merupakan hal utama, hakiki, dan khas pada anak. Jenis tumbuh kembang anak: Tumbuh kembang fisik Tumbuh kembang intelektual Tumbuh kembang sosial emosional Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang digolongkan menjadi: Kebutuhan fisik-bianedis (asuh) Kebutuhan emosi/kasih sayang (asih) Kebutuhan atas stimulasi mental (asah) Penilaian tumbuh kembang meliputi: Evaluasi pertumbuhan fisik Evaluasi umur tulang Evaluasi pertumbuhan gigi Evaluasi neurogis dan perkembangan sosial Evaluasi keremajaan Pertumbuhan fisik

Menilai pertumbuhan fisik pada anak: a. Kurva/grafik BB/ panjang/TB (Growth Chart) b. Lingkar kepala (Grafik Nelhaus) susu) Erupsi gigi yang terlambat pada hipotiroidisme, gangguan gizi dan gangguan pertumbuhan. 11 Pertumbuhan gigi Klasifikasi gigi dimulai umur janin 5 bulan (seluruh gigi

Pembentukan struktur gigi yang sehat dan sempurna memerlukan gizi yang cukup, protein, kalsium, phosfor, vitamin.

Perkembangan Balita Sekala Yomi Mimi (IDAI) dan fisiologi anak a. Lahir 3 bulan b. 3-6 bulan c. 6-9 bulan d. 9-12 bulan Berdiri sendiri tanpa bantuan Dapat duduk tanpa bantuan Dapat tengkurap dan berbalik sendiri Memindahkan benda Mengeluarkan kata tanpa arti Mulai mengenal anggota keluarga Mengangkat kepala 90o dan mengangkat dada dengan bertopang pada tangan Mulai belajar meraih benda Menaruh benda di mulut Tertawa dan menjerit gambaran bila diajak bermain Belajar mengangkat kepala Belajar mengikuti objek dengan mata Melihat ke muka seseorang dan tersenyum Bereaksi terhadap suara dan bunyi Mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pandangan dan kontak Menahan barang yang dipegang Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh. Skema praktis perkembangan mental balita Yang dinilai: gerakan kasar-halus, emosi, perilaku, sosial, bicara.

e. 12-18 bulan f. 18-24 bulan g. 2-3 tahun h. 3-4 tahun i. 4-5 tahun -

Berjalan dengan dituntun Menirukan suara Mengerti perintah sederhana Ikut dalam permainan Menyusun 2 atau 3 kotak Dapat mengatakan 5-10 kata Memperlihatkan rasa cemburu Naik turun tangga Menyusun 6 kotak Belajar makan sendiri Mulai mengontrol BAB dan BAK Belajar meloncat, memanjat, melompat dengan 1 kaki Mampu menyusun kalimat Bermain dengan anak lain Menggambar lingkaran Berjalan sendiri menuju tangga Belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri Banyak bertanya Dapat melaksanakan tugas sederhana. Melompat dan menari Pandai bicara Dapat menyebutkan hari-hari dalam seminggu Memprotes bila dilarang.

Masa Remaja Ditandai dengan Kematangan fungsi seksual Tercapainya bentuk tubuh 13

Skema Tanner TMK 1 2 Perkembangan remaja diperlihatkan dengan tingkat maturasi kelainan TMK terdiri dari: TMK 1 dan 2 : masa remaja awal TMK 3 dan 4 : masa remaja menengah TMK : masa remaja lanjut dan maturitas seksual Buah dada pra remaja aveula membesar

Klasifikasi tingkat maturasi kelainan anak perempuan Rambut pubis Pra remaja atas media labia

jarang, berpigmen sedikit, lurus, menonjol seperti bukit,

10. DAMPAK HOSPITALISASI BAGI ANAK Hospitalisasi Usia sesuai perkembangan anak Pengalaman sebelumnya terhadap sakit Suport sistem yang tersedia Keterampilan koping yang tersedia

Reaksi Anak Terhadap Perkembangan a. Bayi (0-1 tahun) 1) Bayi > 6 bulan Menangis bila ditinggal orangtuanya Menangis keras bila ditinggal orangtuanya Ekspresi wajah tidak menyenangkan Pergerakan tubuh Menangis keras b. Todler (1-3 tahun) Sumber stress : perpisahan (15-30 tahun) 1) Tahap protes (protesi) Menangis keras, menjerit, memanggil ibu, terlalu agresif, menolak perhatian orang lain.

2) Respon terhadap rasa nyeri

2) Tahap putus asa (despair) Tenang, menangis, tidak aktif, nafsu makan menurun, kurang bermain, sedih, apatis, menarik diri. 3) Tahap menolak / Daniel (Derochment) Menerima perpisahan (samar), hubungan dangkal pada orang lain, menyesuaikan lingkungan. 4) Tahap menerima c. Pra Sekolah (3-6 tahun) 1) Reaksi terhadap perpisahan Menolak makan, sering bertanya, menangis pelan, tidak kooperatif. 2) Kehilangan kontrol Pembatasan aktivitas sehari-hari dan penurunan kekuatan diri RS : hukuman Bila dihukum : malu, takut bersalah, malu-takut. 3) Takut pada perlukaan: tindakan dan prosedur mengancam integritas tubuh. d. Usia Sekolah (6-12 tahun) 1) Reaksi perpisahan cemas berpisah dengan kelompok sosial 2) Kehilangan kontrol Perubahan peran dalam keluarga Kelemahan fisik Takut mati Kehilangan kegiatan dalam kelompok 3) Reaksi terhadap nyeri Mampu mengkomunikasikan Mampu mengontrol perilaku (menggigit bibir, menggenggam) e. Masa Remaja (12-19 tahun) 1) Reaksi perpisahan : Cemas berpisah dengan teman sebaya Tidak bebas Tidak kooperatif 2) Kehilangan kontrol : keterbatasan fisik 15

dan ketergantungan (menolak, tindak kooperatif, menarik diri).

Reaksi Keluarga Terhadap Anak yang Sakit dan Dirawat di Rumah Sakit a. Reaksi orang tua * * * Cemas meningkat Kurang informasi tentang prosedur dan pengobatan dampak pada masa depan Marah, merasa bersalah Tidak percaya Ketakutan, frustasi : penyakit serius, tipe dan prosedur medis b. Reaksi sibling/persaingan Marah, cemburu, benci Perhatian, berlebihan, sakit.

Peran Perawat dalam Mengurangi Stress Oleh Karena Hospitalisasi a. Mengurangi dampak perpisahan (< 5 tahun) 1) Rooting in : orang tua dapat menjaga anaknya 2) Partisipasi 3) Ruang : rumah 4) Mempertahankan kontak dengan sekolah, kunjungan teman, telepon, surat. b. Mencegah rasa kehilangan kontrol 1) Physical restriction : pembatasan fisik 2) Gangguan dalam memenuhi kegiatan sehari-hari c. Meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh dan nyeri d. Memaksimalkan manfaat hospitalisasi 1) Membantu perkembangan hubungan baik orang tua anak 2) Memberikan kesempatan untuk pendidikan 3) Meningkatkan self masternya (percaya diri) 4) Memberi kesempatan untuk sosialisasi

e. Memberi suport pada anggota keluarga Memberi infomasi dan melibatkan sibling

Bermain Untuk Mengurangi Stress Akibat Hospitalisasi a. Tujuan bermain di RS 1) Melanjutkan tumbuh kembang 2) Mengekspresikan pikiran dan fantasi 3) Mengembangkan kreatifitas 4) Beradaptasi lebih efektif terhadap stress b. Prinsip bermain di RS 1) Tidak banyak energi singkat 2) Memperhatikan keamanan 3) Kelompok umur 4) Tidak bertentangan dengan pengobatan 5) Alat permainan dapat dicuci 6) Melibatkan orang tua

17

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN a. Riwayat penyakit, nyeri kepala, mual/muntah, diare, intake output, keadaan lingkungan, makanm tidur, bermain lain dan sifat panas, imunisasi obat yang didapat. b. Keadaan fisik TTV, tanda pendarahan, status hidrasi c. Data psikososial : pola pertahanan diri d. Pengetahuan keluarga adalah gejala : dapat mengkaji dan tanda pendarahan, tanda-tanda yang lain, tingkat pengetahuan dan keinginan untuk belajar. 2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN a. Peningkatan suhu tubuh b.d proses penyakit b. Gangguan keseimbangan elektrolit b.d output yang berlebihan c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat d. Kurang pengetahuan keluarga b.d kurangnya informasi yang

didapatkan mengenai penyakit.

3. RENCANA KEPERAWATAN No Diagnosa 1. Peningkatan suhu tubuh b.d proses penyakit Intervensi 1. Observasi TTV tiap 4 jam R/ : Mengetahui keadaan pasien 2. Berikan minuman yang banyak serta kompres dingin. R/ : Menurunkan demam 3. Berikan pasien untuk memakai pakaian tipis dan menyerap keringat R/ : Memberi rasa nyaman 4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antipiretik dan antibiotik 2. Gangguan keseimbangan elektrolit b.d output yang berlebihan R/ : Menurunkan suhu tubuh dan membunuh bakteri. 1. Kaji TTV setiap 4 jam. R/ : Mengetahui keadaan umum pasien. 2. Kaji status cairan : Keseimbangan masuk dan haluan R /: Untuk membantu perubahan dan mengevaluasi intervensi. 3. Dorong masukan cairan dengan jumlah kecil tapi sering. R/ : Jumlah kecil biasanya ditolerir dengan baik. 4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan parenteral sesuai indikasi. 3. Nutrisi kurang dari R /: Mempertahankan hidrasi 1. Observasi TTV setiap 4 jam 19

kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat

R/ : Mengetahui keadaan umum pasien 2. Catat status nutrisi pasien dan timbang BB tiap hari. R/ : Memberikan informasi tentang keefektifan. 3. Beri diet yang tidak merangsang mual. R /: Menekan mual. 4. Berikan makanan hangat dalam porsi kecil tapi sering R /: Untuk meningkatkan nafsu makan. 5. Tindakan oral hygiene R/ : Oral hygiene mengurangi kekeringan membran mukosa mulut. 6. Kolaborasi dengan ahli gizi. R /: Menentukan diet sesuai dengan kondisi pasien. 1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga R /: Mengetahui tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit DHF. 2. Jelaskan penyebab penyakit serta tanda dan gejalanya. R /: Untuk mengantisipasi kemungkinan penyakit ini akan ada kembali dalam keluarga. 3. Jelaskan tanda pendarahan R/ : Mencegah komplikasi yang lebih parah. 4. Tanyakan kembali hal-hal yang sudah dijelaskan R /: Mengetahui apakah sudah paham tentang hal-hal yang sudah dijelaskan sebelumnya.

4.

Kurang pengetahuan keluarga b.d kurangnya informasi yang didapatkan mengenai penyakitnya.

4. EVALUASI a. Pasien tidak demam lagi b. Keseimbangan cairan terpenuhi c. Nutrisi pasien terpenuhi d. Pasien mengerti dan memahami tentang penyakitnya.

21

Anda mungkin juga menyukai