Anda di halaman 1dari 14

TRAUMA ABDOMEN

PENGERTIAN Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yangd a p a t m e n y e b a b k a n p e r u b a h a n f i s i o l o g i s e h i n g g a t e r j a d i g a n g g u a n m e t a b o l i s m e , kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ. ETIOLOGI Berdasarkan mekanisme trauma, dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium). Disebabkan oleh : Luka akibat terkena tembakan Luka akibat tikaman benda tajam Luka akibat tusukan 2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium). Disebabkan oleh : Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh Hancur (tertabrak mobil) Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI 1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium). Disebabkan oleh : luka tusuk, luka tembak. 2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium). Disebabkan oleh : pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (set-belt) (FKUI,

ETIOLOGI / FAKTOR PENYEBAB Kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari ketinggian. Menurut sjamsuhidayat, penyebab trauma abdomen adalah, sebagai berikut : 1. Penyebab trauma penetrasi Luka akibat terkena tembakan Luka akibat tikaman benda tajam Luka akibat tusukan 2. Penyebab trauma non-penetrasi Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh Hancur (tertabrak mobil) Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga

3. KLASIFIKASI Trauma pada dinding abdomen terdiri dari : 1. Kontusio dinding abdomen disebabkan trauma non-penetrasi. Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor. 2. Laserasi Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi. Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ.

patofisiologi
Jika terjadi trauma penetrasi atau non -pnetrasi kemungkinan terjadi pendarahanintra abdomen yang serius, pasien akan memperlihatkan tanda-tanda iritasi yang disertai penurunan hitung sel darah merah yang akhirnya gambaran klasik syok hemoragik. Bilasuatu organ viseral mengalami perforasi, maka tanda-tanda perforasi, tandatanda iritasi peritonium cepat tampak. Tanda -tanda dalam trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan, nyeri spontan, nyeri lepas dan distensi abdomen tanpa bising usus bila telah terjadi p e r i t o n i t i s u m u m . B i l a s y o k t e l a h l a n j u t p a s i e n a k a n m e n g a l a m i t a k i k a r d i d a n peningkatan suhu tubuh, juga terdapat leukositosis. Biasanya tanda -tanda peritonitismungkin belum tampak. Pada fase awal perforasi kecil hanya tanda -tanda tidak khas yang muncul. Bila terdapat kecurigaan bahwa masuk rongga abdomen, maka operasi harus dilakukan

. Komplikasi klinik Segera : hemoragi, syok, dan cedera.Lambat : infeksi TANDA DAN GEJALA 1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium) : Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ Respon stres simpatis Perdarahan dan pembekuan darah Kontaminasi bakteri Kematian sel 2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium). Kehilangan darah. Memar/jejas pada dinding perut. Kerusakan organ-organ. Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity) dinding perut. Iritasi cairan usus

PENATALAKSANAAN 1. Penatalaksanaan kedaruratan ; ABCDE. 2. Pemasangan NGT untuk pengosongan isi lambung dan mencegah aspirasi. 3. Kateter dipasang untuk mengosongkan kandung kencing dan menilai urin yang keluar (perdarahan). 4. Pembedahan/laparatomi (untuk trauma tembus dan trauma tumpul jika terjadi rangsangan peritoneal : syok ; bising usus tidak terdengar ; prolaps visera melalui luka tusuk ; darah dalam lambung, buli-buli, rektum ; udara bebas intraperitoneal ; lavase peritoneal positif ; cairan bebas dalam rongga perut) (FKUI,)

PENEGAKAN DIAGNOSA Anamnesa yang selengkap mungkin sehingga membantu d a l a m p e n e g a k k a n diagnosis. Anamnesa terutama mengenai cara terjadinya kecelakaan, arah tusukanatau tembakan, senjata yang digunakan dan deskripsi nyeri. Sering ditemukankesulitan dalam memperoleh anamnesa akibat penderita dalam keadaan syok, kesadaran menurun ataupun akibat gangguan emosi akibat trauma tersebut. -Pada pemerikasaan fisik: 1.Mungkin ditemukan syok dan penurunan s e h i n g g a m u n c u l kesulitan pemeriksaan abdomen.

kesadaran

2.Inspeksi mulai dari keadaan umum klien, ekspresi wajah, tanda t a n d a v i t a l , sikap berbaring, gejala dan tanda dehidrasi, perdarahan, syok, serta riwayatm e k a n i s m e c e d e r a ( t a n d a c e d e r a t u m p u l b e r u p a m e m a r a t a u j e j a s , c e d e r a tusuk, dan luka tembak serta tempat keluarnya peluru.). Pasien yang kurus jikaterjadi trauma abdomen akan tampak perut membesar. Pada trauma abdomen b i s a ditemukan kontusio, abrasio, lacerasi dan echimosis. E c h i m o s i s merupakan indikasi adanya perdarahan di intra abdomen.Terdapat Echimosis pada daerah umbilikal disebut Cullens Sign sedangkan echimosis yang d i t e m u k a n p a d a s a l a h s a t u p a n g g u l disebut sebagai Turners S i g n . Terkadang ditemukan adanya eviserasi yaitu menonjolnya organ abdomen keluar seperti usus, kolon yang terjadi pada trauma tembus atau tajam. 3.Auskultasi ada atau tidaknya bising usus pada ke empat kuadran a b d o m e n . Jika adanya ekstravasasi darah menyebabkan hilangnya bunyi bising usus, juga perlu didengarkan adanya bunyi bruits dari arteri renalis, bunyi bruits pada umbilical merupakan indikasi adanya trauma pada arteri renalis.

4.Perkusi untuk melihat apakah ada nyeri ketok. Selain itu b i s a d i t e m u k a n adanya bunyi timpani bila dilatasi lambung akut di kuadran atas atau bunyiredup bila ada hemoperitoneum. Pada waktu perkusi bila ditemukan Balance sign dimana bunyi resonan yang lebih keras pada panggul kanan ketika pasien b e r b a r i n g ke samping kiri menunjukkan tanda adanya rupture l i m p a . Sedangkan bunyi resonan lebih keras pada hati menandakan adanya udara bebas yang masuk. 5.Pada saat palpasi pasien mengeluh nyeri dari mulai nyeri r i n g a n s a m p a i dengan nyeri hebat pada seluruh regio abdomen, nyeri tekan dan kadang nyeril e p a s , d e f a n s m u s k u l a r ( k a k u o t o t ) m e n a n d a k a n a d a n y a p e r d a r a h a n i n t r a peritoneal. Adanya darah, cairan atau udara bebas dalam rongga abdomen p e n t i n g d i c a r i , t e r u t a m a p a d a t r a u m a t u m p u l . B i l a y a n g t e r k e n a o r g a n berlumen (gaster) gejala peritonitis d a p a t b e r l a n g s u n g c e p a t t e t a p i g e j a l a peritonitis akan timbul lambat bila usus halus dan kolon yang terkena.T a n d a r a n g s a n g p e r i t o n e u m s e r i n g s u k a r d i c a r i b i l a a d a t r a u m a p e n y e r t a , terutama pada kepala; dalam hal ini dianjurkan melakukan lavase peritoneal.

P e m e r i k a a n l a i n : 1. 1. Rectal toucher. Jika adanya darah menunjukkan kelainan usus besar. Colok dubur dilakukan pada obstrusi usus dengan disertai paralysis akan ditemukanampula melebar. Pada laki -laki terdapat prostate letak tinggi menandakan patah panggul yang siginifikan dan disertai perdarahan. 2.Kuldosentesis. Mencari adanya darah, cairan atau udara dalam rongga perut.. 3.Sonde lambung. Mencari adanya darah dalam lambung, sekaligus m e n c e g a h aspirasi bila muntah. 4.Kateterisasi untuk mencari lesi saluran kemih. Pada trauma ginjal b i a s a n y a ada hematuri, nyeri pada costa vertebra, dan pada inspeksi biasanya jejas (+). -Pemeriksaan penunjang: 1.Pemeriksaan darah meliputi Hb, Ht dan Leukosit; pada perdarahan Hb dan Htakan terus menurun, sedangkan jumlah leukosit terus meningkat; oleh karenaitu pada kasus yang meragukan sebaiknya dilakukan pemeriksaan berkala. Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi perdarahan terusm e n e r u s . D e m i k i a n p u l a d e n g a n p e m e r i k s a a n hematokrit. P e m e r i k s a a n leukosit yang melebihi 20.000/mm tanpa

terdapatnya infeksi menunjukkan a d a n y a p e r d a r a h a n c u k u p b a n y a k k e m u n g k i n a n r u p t u r a l i e n a l i s . S e r u m amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinantrauma pada hepar. 2.Pemeriksaan urin penting untuk mengetahui adanya lesi s a l u r a n k e m i h . Pemeriksaan urin rutin menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih biladijumpai hematuri. Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanyatrauma pada saluran 3.Pemeriksaan radiologi tidak perlu dilakukan bila indikasi l a p a r o t o m i s u d a h jelas. Pemeriksaan IVP atau sistogram hanya dilakukan bila ada kecurigaanterhadap trauma saluran kencing. Pemeriksaan plain abdomen posisi tegak

Pertolongan Pertama Pada Trauma Abdomen


Perdarahan rongga perut dpt ditimbulkan oleh luka terbuka dan atau luka tertutup, misalnya akibat kecelakaan Bahaya perdarahan rongga perut selain infeksi adalah shock dan kematian yg cepat menyusul Tanda-tanda perdarahan rongga perut tanpa luka terbuka 1. Nyeri hebat 2. Dinding perut menegang seperti papan 3. Bila disentuh penderita kesakitan Pertolongan pertama A. Bila ada luka terbuka Tutup luka dengan kain bersih atau kasa tebal Siramlah kain/kasa tersebut dengan cairan steril (NaCl) Bila ada usus yg keluar jangan berusaha memasukan kembali Balutlah luka dgn balutan yang menekan Jangan memberi minum atau makanan, bila penderita mengeluh haus, cukup basahi bibirnya dg air Segera kirim ke PUSYANKES B. Tanpa Luka Terbuka Jangan memberi minum atau makanan Balut luka dengan balut tekan Kirim segera ke PUSYANKES

SYOK

Syok adalah kondisi kompleks yang mengancam jiwa, yang ditandai dengan tidak adekuatnya aliran darah ke jaringan dan sel-sel tubuh ( rice 1991 ). Syok juga bisa diartikan sebagai sutu kondisi sebagai akibat dari cardiac output yang kurang mencukupi dengan diikuti penurunan dalam pengiriman oksigen bagi sel-sel tubuh. Penurunan cardiac output dapat disebabkan oleh : 1. Kegagalan jantung sebagai pompa 2. Penurunan sirkulasi darah 3. Penurunan tahanan parifer mengakibatkan tekanan darah menjai rendah

Etiologi Berdasarkan etiologinya syok dibedakan atas : a) Syok kardiogenik Kegagalan mempertahankan suplai darah kesistem sirkulasi dan jaringan karena curah jantung tidak kuat Penyebab : kegagalan akut ventrikel kiri atau ventrikel kanan b) Syok hipovolomik Penurunan volume intravascular diakibatkan oleh deficit volume darah sekurang-kurangnya 25% dan defecit cairan interstitial yang lebih besar. Penyebab: hemoragi, vemitus, diare, setiap kehilangan cairan tubuh yang berlebihan. C) syok anafilatik Dilatasi pembuluh darah, perpindahan cairan,edema dan spasme saluran nafas. Penyebab: reaksi alergi d) Syok septic kegagalan sirkulasi dan kerusakan metabolisme sel yang berhubungan dengan sepatisemia Penyebab: anastesia, cedera tulang belakang e) Syok neurogenik / perangsangan saraf Peningkatan kapasitas vascular akibat vasidilatasi habit. Penyebab: anastesia, bradikardia, kulit pucat, hangat dan kering Manifestasi klinik

v Kulit yang dingin dan lembab v Pucat v Peningkatan kecepatan denyutan jantung dan pernafasan v Penurunan drastic tekanan darah v Nadi lemah, cepat, dan sering hamper tidak teraba v Pusing dan lemah karena darah-darah keotak dan otot berkurang v Rasa haus menurun karena kandungan cairan dari darah berkurang

Manifestasi Klinis Secara umum manifestasi klinis syock yang muncul antara lain : pucat, bingung, coma tachicardy, Sianosis, Arithnia gagal jantung kongestif, Berkeringat, takipneu, Perubahan suhu, Oedem paru, Gelisah, Disorientasi. Sedang manifestasi klinis lain yang dapat muncul 1. Menurunnya filtrasi glomerulus 2. menurunnya urin out put 3. meningkatnya keeping darah 4. asidosis metabolic 5. hyperglikemi

JENIS SYOK

SYOK HIPOVOLEMIK Pengertian Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum ditandai dengan penurunan volume intravascular. Cairan tubuh terkandung dalam kompartemen intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler menempati hamper 2/3 dari air tubuh total sedangkan cairan tubuh ekstraseluler ditemukan dalam salah satu kompartemen intavaskular dan interstitial. Volume cairan interstitial adalah kira-kira 3-4x dari cairan intravascular. Syok hipovolemik terjadi jika penurunan volume intavaskuler 15% sampai 25%. Hal ini akan menggambarkan kehilangan 750 ml sampai 1300 ml pada pria dgn berat badan 70 kg. Etiologi Kondisi-kondisi yang menempatkan pasien pada resiko syok hipovolemik adalah (1) kehilangan cairan eksternal seperti : trauma, pembedahan, muntah-muntah, diare, diuresis, (2) perpindahan cairan internal seperti : hemoragi internal, luka baker, asites dan peritonitis Tahap Syok Hipovolemik 1) Tahap I : terjadi bika kehilangan darah 0-10% (kira-kira 500ml) terjadi kompensasi dimana biasanya Cardiak output dan tekanan darah masih dapat dipertahankan 2) Tahap II : terjadi apabila kehilanagan darah 15-20% tekanan darah turun, PO2 turun, takikardi, takipneu, diaforetik, gelisah, pucat.

3) Tahap III bila terjadi kehilengan darah lebih dari 25% terjadi penurunan : tekanan darah, Cardiak output,PO2, perfusi jaringan secara cepat terjadi iskemik pada organ

terjadi ekstravasasi cairan

SYOK KARDIOGENIK Pengertian Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang atau berhenti sama sekali. Etiologi Penyebab syok kardiogenik mempunyai etiologi koroner dan non koroner. Koroner, disebabkan oleh infark miokardium, Sedangkan Non-koroner disebabkan oleh kardiomiopati, kerusakan katup, tamponade jantung, dan disritmia.

SYOK DISTRIBUTIF Pengertian Syok distributif atau vasogenik terjadi ketika volume darah secara abnormal berpindah tempat dalam vaskulatur seperti ketika darah berkumpul dalam pembuluh darah perifer. Etiologi Syok distributif dapat disebabkan baik oleh kehilangan tonus simpatis atau oleh pelepasan mediator kimia ke dari sel-sel. Kondosi-kondisi yang menempatkan pasien pada resiko syok distributif yaitu (1) syok neurogenik seperti cedera medulla spinalis, anastesi spinal, (2) syok anafilaktik seperti sensitivitas terhadap penisilin, reaksi transfusi, alergi sengatan lebah (3) syok septik seperti imunosupresif, usia yang ekstrim yaitu > 1 thn dan > 65 tahun, malnutrisi Berbagai mekanisme yang mengarah pada vasodiltasi awal dalam syok distributif lebih jauh membagi klasifikasi syok ini kedalam 3 tipe :

1. Syok Neorugenik

Pada syok neurogenik, vasodilatasi terjadi sebagai akibat kehilangan tonus simpatis. Kondisi ini dapat disebabkan oleh cedera medula spinalis, anastesi spinal, dan kerusakan sistem saraf. Syok ini juga dapat terjadi sebagai akibat kerja obat-obat depresan atau kekurangan glukosa (misalnya : reaksi insulin atau syok). Syok neurogenik spinal ditandai dengan kulit kering, hangat dan bukan dingin, lembab seperti terjadi pada syok hipovolemik. Tanda lainnya adalah bradikardi. Manifestasi Klinis Hampir sama dengan syok pada umumnya tetapi pada syok neurogenik terdapat tanda tekanan darah turun, nadi tidak bertambah cepat, bahkan dapat lebih lambat (bradikardi) kadang disertai dengan adanya defisit neurologis berupa quadriplegia atau paraplegia . Sedangkan pada keadaan lanjut, sesudah pasien menjadi tidak sadar, barulah nadi bertambah cepat. Karena terjadinya pengumpulan darah di dalam arteriol, kapiler dan vena, maka kulit terasa agak hangat dan cepat berwarna kemerahan.

2. Syok Anafilaktik Syok anafilaktik disebabkan oleh reaksi alergi ketika pasien yang sebelumnya sudah membentuk anti bodi terhadap benda asing (anti gen) mengalami reaksi anti gen- anti bodi sistemik. 3. Syok Septik Syok septik adalah bentuk paling umum syok distributuf dan disebabkan oleh infeksi yang menyebar luas. Insiden syok septik dapat dikurangi dengan melakukan praktik pengendalian infeksi, melakukan teknijk aseptik yang cermat, melakukan debriden luka ntuk membuang jarinan nekrotik, pemeliharaan dan pembersihan peralatan secara tepat dan mencuci tangan secara menyeluruh. Tanda dan Gejala Sepsis merupakan respon sistemik terhadap bakteriemia. Pada saat bakteriemia menyebabkan perubahan dalam sirkulasi menimbulkan penurunan perfusi jaringan dan terjadi shock sepsis. Sekitar 40% pasien sepsis disebabkan oleh mikroorganisme grampositive dan 60% disebabkan mikroorganisme gram-negative. Pada orang dewasa infeksi

saluran kencing merupakan sumber utama terjadinya infeksi. Di rumah sakit kemungkinan sumber infeksi adalah luka dan kateter atau kateter intravena. Organisme yang paling sering menyebabkan sepsis adalah staphylococcus aureus dan pseudomonas sp

Pasien dengan sepsis dan shock sepsis merupakan penyakit akut. Pengkajian dan pengobatan sangat diperlukan. Pasien dapat meninggal karena sepsis. Gejala umum adalah: Demam Berkeringat Sakit kepala Nyeri otot

Penatalaksanaan Syock Target utama, pengelolaan syock adalah mencukupi penyediaan oksigen oleh darah, untuk jantung (oksigen deliverip) 1. Oksigenasi adekuat, hindari hyroksemia. Tujuan utama meningkatkan kandungan oksigen arteri (CaO 2) dengan

mempertahankan saturasi oksigen (SaO2) 98 100 % dengan cara : a. Membebaskan jalan nafas. b. Oksigenasi adekuat, pertahankan pada > 65 = 7 mmHg. c. Kurangi rasa sakit & auxietas. 2. Suport cadiovaskuler sistem. a. Therapi cairan untuk meningkatkan preload pasang akses vaskuler secepatnya.

resusitasi awal volume di berikan 10 30 ml/Kg BB cairan kastolord atau kalois secepatnya (< 20 menit). dapat diulang 2 3 kali sampai tekanan darah dan perfusi perifer baik. Menurut konsesus Asia Afrika I (1997).

cairan kaloid lebih dianjurkan sebagai therapi intiab yang dianjurkan kaloid atau kristoloid. therapi dopaadv berdasarkan respon klinis, perfusi perifer, cup, mep sesuai unsur. b. Obat-obatan inetropik untuk mengobati disretmia, perbaikan kontraklitas jantung tanpa menambah konsumsi oksigen miocard. Dopevin (10 Kg/Kg/mut) meningkatkan vasokmstrokuta. Epinoprin : Meningkat tekanan perfusi myocard. Novepheriphin : mengkatkan tekanan perfusi miocard. Dobtanine : meningkatkan cardiak output. Amiodarone : meningkatkan kontraklitas miocard, luas jantung, menurunkan tekanan pembuluh darah sitemik. Prognosis Prognosis syok akan baik ketika penanganan lbih cepat dan tepat, dan akan memburuk jiwa jika penanganannya terlambat.

Penatalaksanaan medis 1. 2. 3. Pemberian oksigen dan perbaikan jalan nafas Pemberian terapi cairan / obat-obatan intravena Cairan fisiologis atau ringer laktat Pemberian tambah darah Hentikan pendarahan kalau terjadi pendarahan

LAPAROTOMI Adalah insisi pembedahan melalui pinggang atau lebihumum melalui setiap dinding perut. Indikasi laparotomy: 1.Trauma abdomen dengan DPL positif atau ultrasound 2 . T r a u m a t u m p u l a b d o m e n d e n g a n h i p o t e n s i b e r u l a n g walaupun diadakan resusitasi yang adekuat 3.Peritonitis dini atau yang menyusul 4.Hipotensi dengan luka abdomen tembus 5.Eviscerasi (pengeluaran isi usus) 6 . P e r d a r a h a n d a r i g a s t e r , d u b u r a t a u d a e r a h g e n i t o u r i n a r i a k i b a t trauma tembus7 . L u k a t e m b a k m e l i n t a s r o n g g a p e r i t o n i u m a t a u retroperitoneal.
b.Berdasaran jenis organ yang cedera dapat dibagi dua : 1. Pada organ padat seperti hepar dan limpa dengan gejala utama perdarahan 2. Pada organ berongga seperti usus dan saluran empedu dengan gejala utama adalah peritonitisc .Berdasarkan daerah organ yang cedera dapat dibagi dua, yaitu : 1. Organ IntraperitonealIntraperitoneal abdomen terdiri dari organ-organ seperti hati, limpa, lambung, colontransversum, usus halus, dan colon sigmoid. 2. Organ RetroperitonealRetroperitoneal abdomen terdiri dari ginjal, ureter, pancreas, aorta, dan vena cava. T r a u m a p a d a s t r u k t u r i n i s u l i t d i t e g a k k a n diagnosis berdasarkan pemeriksaan fisik.E v a l u a s i regio ini memerlukan CT scan, angiografi, dan intravenous p y e l o g r a m . Retroperitoneal stuctures.

Anda mungkin juga menyukai