Anda di halaman 1dari 23

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

(Problem-based Learning)

MAKALAH

Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Inovasi Pembelajaran Matematika
Dosen Pengampu : Aryo Andri Nugroho, S.Pd, M.Pd.



Disusun oleh :
1. Renita Mulyani (11310318)
2. M. Iqbal Syahputra (11310328)
3. Dian Hapsari Gustifani (11310333)
Kelas : 3H

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
IKIP PGRI SEMARANG
2012
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada proses pembelajaran di kelas hingga saat ini masih juga ditemukan pengajar
yang memposisikan siswa sebagai objek belajar, bukan sebagai individu yang harus
dikembangkan potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat mematikan potensi siswa. Dan
dalam keadaan tersebut siswa hanya mendengarkan pidato guru di depan kelas, sehingga
mudah sekali siswa merasa bosan dengan materi yang diberikan. Akibatnya, siswa tidak
paham dengan apa yang baru saja disampaikan oleh guru.
Pada model pembelajaran berbasis masalah berbeda dengan model pembelajaran
yang lainnya, dalam model pembelajaran ini, peranan guru adalah menyodorkan berbagai
masalah, memberikan pertanyaan, dan memfasilitasi investigasi dan dialog. Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menetapkan topik masalah yang akan
dibahas, walaupun sebenarnya guru telah menetapkan topik masalah apa yang harus
dibahas. Hal yang paling utama adalah guru menyediakan perancah atau kerangka
pendukung yang dapat meningkatkan kemampuan penyelidikan dan intelegensi siswa
dalam berpikir. Proses pembelajaran diarahkan agar siswa mampu menyelesaikan
masalah secara sistematis dan logis. Model pembelajaran ini dapat terjadi jika guru dapat
menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan jujur, karena kelas itu sendiri
merupakan tempat pertukaran ide-ide siswa dalam menanggapi berbagai masalah.
Jika dilihat dari sudut pandang psikologi belajar, model pembelajaran ini berdasarkan
pada psikologi kognitif yang berakar dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan
tingkah laku berkat adanya pengalaman. Melalui model pembelajaran ini siswa dapat
berkembang secara utuh, artinya bukan hanya perkembangan kognitif, tetapi siswa juga
akan berkembang dalam bidang affektif dan psikomotorik secara otomatis melalui
masalah yang dihadapi.
Model pembelajaran berbasis masalah mengambil psikologi kognitif sebagai
dukungan teoritisnya. Fokus pembelajaran pada model ini menekankan pada apa yang
siswa pikirkan selama mereka terlibat dalam proses pembelajaran, bukan pada apa yang
mereka kerjakan dalam proses pembelajaran.
Seperti halnya model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran berbasisi masalah
ini menemukan akar intelektualnya dalam karya John Dewey. Di dalam Democracy and
Education (1916), Dewey mendiskripsikan pandangan tentang pendidikan dengan
sekolah sebagai cermin masyarakat yang lebih besar dan kelas akan menjadi
laboratorium untuk penyelidikan dan pengentasan masalah kehidupan nyata. Pedagogi
Dewey mendorong guru untuk melibatkan siswa dalam berbagai proyek berorientasi
masalah dan membantu mereka menyelidiki berbagai masalah sosial dan intelektual
penting.

B. Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah?
2. Bagaimanakah ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah?
3. Apa fitur-fitur yang mendukung Pembelajaran Berbasis Masalah?
4. Bagaimanakah konsep dasar Pembelajaran Berbasis Masalah?
5. Bagaimanakah langkah-langkah serta sintaks (implementasi/pelaksanaan) dalam
Pembelajaran Berbasis Masalah?
6. Bagaimanakah penilaian serta evaluasi Pembelajaran Berbasis Masalah?
7. Apa kelebihan serta kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah.
2. Mengidentifikasi ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah.
3. Mengetahui fitur-fitur yang mendukung Pembelajaran Berbasis Masalah.
4. Mengetahui konsep dasar Pembelajaran Berbasis Masalah.
5. Mengetahui langkah-langkah serta sintaks (implementasi/pelaksanaan) dalam
Pembelajaran Berbasis Masalah.
6. Mengetahui penilaian serta evaluasi Pembelajaran Berbasis Masalah.
7. Mengidentifikasi kelebihan serta kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah.


PEMBAHASAN

A. Pengertian
Pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey.
Menurut Dewey (dalam Trianto, 2009:91) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi
antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan
lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan
masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif
sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari
pemecahannya dengan baik.
Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-based
Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan
suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu siswa memerlukan pengetahuan
baru untuk dapat menyelesaikannya.
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning / PBL)
adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran
yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi siswa,
dan memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata).
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan siswa dalam proses pembelajaran
yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada siswa, yang mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi
tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks
sekarang ini. Pembelajaran Berbasis Masalah dapat pula dimulai dengan melakukan
kerja kelompok antar siswa. Siswa menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan,
kemudian menyelesaikan masalahnya di bawah petunjuk fasilitator (guru).
Pembelajaran Berbasis Masalah menyarankan kepada siswa untuk mencari atau
menentukan sumber-sumber pengetahuan yang relevan. Pembelajaran berbasis masalah
memberikan tantangan kepada siswa untuk belajar sendiri. Dalam hal ini, siswa lebih
diajak untuk membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit bimbingan atau arahan guru
sementara pada pembelajaran tradisional, siswa lebih diperlakukan sebagai penerima
pengetahuan yang diberikan secara terstruktur oleh seorang guru.
Pembelajaran berbasis masalah (Problem-based learning), selanjutnya disingkat
PBL, merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi
belajar aktif kepada siswa. PBL adalah suatu model pembelajaran vang, melibatkan
siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga
siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan
sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah.
Untuk mencapai hasil pembelajaran secara optimal, pembelajaran dengan
pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah perlu dirancang dengan baik mulai dari
penyiapan masalah yang yang sesuai dengan kurikulum yang akan dikembangkan di
kelas, memunculkan masalah dari siswa, peralatan yang mungkin diperlukan, dan
penilaian yang digunakan. Pengajar yang menerapkan pendekatan ini harus
mengembangkan diri melalui pengalaman mengelola di kelasnya, melalui pendidikan
pelatihan atau pendidikan formal yang berkelanjutan.
Oleh karena itu, pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang
efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa
untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan
mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk
mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.

B. Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah
1. Pertama, strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas
pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan siswa hanya
sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi
melalui strategi pembelajaran berbasis masalah siswa aktif berpikir, berkomunikasi,
mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkannya.
2. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi
pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses
pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran.
3. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir
secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir
deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris,
sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu,
sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan
fakta yang jelas.


C. Fitur-fitur Pembelajaran Berbasis Masalah
Fitur-fitur pembelajaran berbasisi masalah dikemkakan oleh Arends, diantaranya
adalah :
a. Permasalahan autentik. Model pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan
masalah nyata yang penting secara sosial dan bermanfaat bagi peserta didik.
Permasalah yang dihadapi peserta didik dalam dunia nyata tidak dapat dijawab
dengan jawaban yang sederhana.
b. Fokus interdisipliner. Dimaksudkan agar siswa belajar berpikir struktural dan belajar
menggunakan berbagai perspektif keilmuan.
c. Pengamatan autentik. Hal ini dinaksudkan untuk menemukan solusi yang nyata.
Siswa diwajibkan untuk menganalisis dan menetapkan masalahnya, mengembangkan
hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi,
melaksanakan eksperimen, membuat inferensi, dan menarik kesimpulan.
d. Produk. Siswa dituntut untuk membuat produk hasil pengamatan.produk bisa berupa
kertas yang dideskripsikan dan didemonstrasikan kepada oraang lain.
e. Kolaborasi. Dapat mendorong penyelidikan dan dialog bersama untuk
mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan sosial.

D. Konsep Dasar Pembelajaran Berbasisi Masalah
Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menekankan pada
proses penyelesaian masalah. Dalam implementasi model pembelajaran berbasis masalah,
guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan.
Model pembelajaran berbasis masalah ini dapat diterapkan dalam kelas jika :
a. Guru bertujuan agar siswa tidak hanya mengetahui dan hafal materi pelajaran saja,
tetapi juga mengerti dan memahaminya.
b. Guru mengiginkan agar siswa memecahkan masalah dan membuat kemampuan
intelektual siswa bertambah.
c. Guru menginginkan agar siswa dapat bertanggung jawab dalam belajarnya.
d. Guru menginginkan agar siswa dapat menghubungkan antara teori ynang dipelajari di
dalam kelas dan kenyataan yang dihadapinya di luar kelas.
e. Guru bermaksud mengembangkan kemampuan siswa dalam menganalisis situasi,
menerapkan pengetahuan, mengenal antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan
kemampuan dalam membuat tugas secara objektif.
E. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah
John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika memaparkan 6 langkah
dalam pembelajaran berbasis masalah ini :
a. Merumuskan masalah. Guru membimbing siswa untuk menentukan masalah yang
akan dipecahkan dalam proses pembelajaran, walaupun sebenarnya guru telah
menetapkan masalah tersebut.
b. Menganalisis masalah. Langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai
sudut pandang.
c. Merumuskan hipotesis. Langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan
pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.
d. Mengumpulkan data. Langkah siswa mencari dan menggambarkan berbagai informasi
yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
e. Pengujian hipotesis. Langkah siswa dalam merumuskan dan mengambil kesimpulan
sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan
f. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah. Langkah siswa menggambarkan
rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan
rumusan kesimpulan.
Sedangkan menurut David Johnson & Johnson memaparkan 5 langkah melalui
kegiatan kelompok :
a. Mendefinisikan masalah. Merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang
mengandung konflik hingga siswa jelas dengan masalah yang dikaji. Dalam hal ini
guru meminta pendapat siswa tentang masalah yang sedang dikaji.
b. Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah.
c. Merumuskan alternatif strategi. Menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan
melalui diskusi kelas.
d. Menentukan & menerapkan strategi pilihan. Pengambilan keputusan tentang strategi
mana yang dilakukan.
e. Melakukan evaluasi. Baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil.
Secara umum langkah-langkah model pembelajaran ini adalah :
a. Menyadari Masalah. Dimulai dengan kesadaran akan masalah yag harus dipecahkan.
Kemampuan yang harus dicapai siswa adalah siswa dapat menentukan atau
menangkap kesenjangan yang dirasakan oleh manusia dan lingkungan sosial.
b. Merumuskan Masalah. Rumusan masalah berhubungan dengan kejelasan dan
kesamaan persepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data-data yang harus
dikumpulkan. Diharapkan siswa dapat menentukan prioritas masalah.
c. Merumuskan Hipotesis. Siswa diharapkan dapat menentukan sebab akibat dari
masalah yang ingin diselesaikan dan dapat menentukan berbagai kemungkinan
penyelesaian masalah.
d. Mengumpulkan Data. Siswa didorong untuk mengumpulkan data yang relevan.
Kemampuan yang diharapkan adalah siswa dapat mengumpulkan data dan
memetakan serta menyajikan dalam berbagai tampilan sehingga sudah dipahami.
e. Menguji Hipotesis. Siswa diharapkan memiliki kecakapan menelaah dan membahas
untuk melihat hubungan dengan masalah yang diuji.
f. Menetukan Pilihan Penyelesaian. Kecakapan memilih alternatif penyelesaian yang
memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang
dapat terjadi sehubungan dengan alternatif yang dipilihnya.
F. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah

Tahap

Tingkah Laku guru
Tahap-1
Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran, menjelaskan logistik
yang dibutuhkan, mengajukan
fenomena atau demonstrasi atau
cerita untuk memunculkan
masalah, memotivasi siswa untuk
terlibat dalam pemecahan masalah
yang dipilih.
Tahap-2
Mengorganisasi siswa untuk
belajar
Guru membantu siswa untuk
mendefinisikan dan
mengorganisasi tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah
tersebut
Tahap-3
Membimbing penyelidikan
individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang
sesuai, melaksanakan eksperimen
untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
Tahap-4
Mengembangkan dan
Guru membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan
menyajikan hasil karya karya yang sesuai seperti laporan,
video, dan model serta membantu
mereka untuk berbagi tugas dengan
temannya.
Tahap-5
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk
melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses yang mereka
gunakan.

G. Penilaian dan Evaluasi
Prosedur-prosedur penilaian harus disesuaikan dengan tujuan pengajaran yang ingin
dicapai dan hal yang paling utama bagi guru adalah mendapatkan informasi penilaian
yang reliabel dan valid.
Prosedur evaluasi pada model pembelajaran berbasis masalah ini tidak hanya cukup
dengan mengadakan tes tertulis saja, tetapi juga dilakukan dalam bentuk checklist,
reating scales, dan performance. Untuk evaluasi dalam bentuk performance atau
kemampuan ini dapat digunakan untuk mengukur potensi siswa untuk mengatasi masalah
maupun untuk mengukur kerja kelompok. Evaluasi harus menghasilakan definisi tentang
masalah baru, mendiagnosanya, dan mulai lagi proses penyelesaian baru.

H. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Sebagai suatu model pembelajaran, model pembelajaran berbasis masalah memiliki
beberapa keunggulan, diantaranya :
1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi
pelajaran.
2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan
untuk menentukan pengetahuan baru bagi siswa.
3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
4. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentrasfer pengetahuan
mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan
barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
6. Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
7. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis
dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan
baru.
8. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
9. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus
belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah
harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahapan
ini guru membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan
oleh manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh siswa, pada
tahapan ini adalah siswa dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi
dari berbagai fenomena yang ada.
Disamping keunggulannya, model ini juga mempunyai kelemahan, yaitu :
1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan
untuk mencoba.
2. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup
waktu untuk persiapan.
3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang
sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.



PENUTUP
A. Simpulan
Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-based
Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan
suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu siswa memerlukan
pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya.
Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menekankan pada
proses penyelesaian masalah
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan siswa dalam proses pembelajaran yang
aktif, kolaboratif, berpusat kepada siswa, yang mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk
menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang
bertambah kompleks sekarang ini


DAFTAR PUSTAKA

Wirodikromo,S. 2006. Matematika JILID 1 untuk SMA kelas X. Jakarta : Erlangga.
Suryaningrat, Widodo, dkk. 2009. Bank Soal Matematika untuk SMA kelas X, XI, dan
XII. Bandung: M2S Bandung.
Woei Hung. 2010. The Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning. Spring.
Vol. 4, no. 2
Akmar, S. N., Sew, Lee. Integrating Problem-Based Learning (PBL) in Mathematics
Method Course. Spring. Vol. 4, no. 2
Sudarman. 2007. Problem Based Learning : Suatu Model Pembelajaran Untuk
Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah. Jurnal
Pendidikan Inovatif. Vol. 2 no. 2. PP. 68-73
Muhson, A. 2009. Peningkatan Minat Belajar dan Pemahaman Mahasiswa Melalui
Penerapan Problem-Based Learning. Jurnal Kependidikan. Vol. 39, No. 2. PP.
171-182.
Suci, N. M. 2008. Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan
Partisipasi Belajar dan Hasil Belajar Teori Akuntansi Mahasiswa Jurusan
Ekonomi Undiksha. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan. Vol. 2 no.
1. PP. 74-86.

T R I G O N O ME T R I ( K e l o mp o k I I )

Page 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Sekolah : SMP..
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : X / 2
Alokasi Waktu : 1 x 60 menit (1 pertemuan)
A. Standar Kompetensi : Menggunakan perbandingan, fungsi, persamaan, dalam
pemecahan masalah.
B. Kompetensi Dasar : 5.1. Melakukan manipulasi aljabar dalam perhitungan teknis
yang berkaitan dengan perbandingan, fungsi, dan tabel serta kakulator.
C. Indikator :
1. Menentukan nilai perbandingan trigonometri (sinus, cosinus, tangen)cotangen,
secan, dan cosecan suatu sudut) pada segitiga siku-siku.
2. Menentukan nilai perbandingan trigonometri (sinus, cosinus, dan tangen) dari
sudut istimewa.
3. Menentukan nilai perbandingan trigonometri (sinus, cosinus, dan tangen) dari
sudut di semua kuadran.
4. Menggunakan tabel dan kalkulator untuk menentukan nilai pendekatan fungsi
trigonometri dan besar sudutnya.
D. Tujuan Pembelajaran :
- Peserta didik mampu menentukan nilai perbandingan trigonometri (sinus,
cosinus, tangen, cotangen, secan, dan cosecan suatu sudut) pada segitiga siku-
siku.
- Peserta didik mampu Menentukan nilai perbandingan trigonometri (sinus,
cosinus, dan tangen)dari sudut istimewa.
- Peserta didik mampu Menentukan nilai perbandingan trigonometri (sinus,
cosinus, dan tangen) dari sudut di semua kuadran.
- Menggunakan tabel dan kalkulator untuk menentukan nilai pendekatan
fungsi trigonometri dan besar sudutnya.





T R I G O N O ME T R I ( K e l o mp o k I I )

Page 2
E. Proses Pembelajaran
Langkah
Kegiatan
Kegiatan Pembelajaran
Aktivitas
siswa
Media
Pembelajaran
Waktu
Pembukaan Kegiatan Pendahuluan
a. Apersepsi
Guru membuka kegiatan
pembelajaran dengan
mengucapkan salam.
Guru mengontrol kehadiran
peserta didik.
Guru memancing daya ingat
siswa mengenai materi yang
telah diajarkan sebelumnya.
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan
dicapai.
b. Motivasi
Guru menyampaikan
cakupan materi Sudut dan
Fungsi Trigonometri serta
penjelasan uraian kegiatan
yang akan dipelajari
Guru memotivasi peserta
didik tentang pelajaran yang
akan dilaksanakan.
menjawab
pertanyaan
tentang
materi
sebelumnya
dan bertanya
apabila ada
pertanyaan.
Materi
Tripel
Pythagoras
sudut 0 ,
30 , 45 ,
60 , 90
10
Kegiatan
inti
a. Eksplorasi
Guru melakukan tanya
jawab dengan peserta didik
dan mendiskusikan apa yang
dimaksud dengan Sudut dan
Fungsi Trigonometri.
Peserta didik diberikan
stimulus berupa pemberian
materi oleh guru mengenai
sudut-sudut istimewa
Trigonometri, kemudian
antara peserta didik dan
guru mendiskusikan materi
tersebut.
Guru membagi siswa
menjadi beberapa
kelompok.
b. Elaborasi
Guru memberikan pre-test
untuk mengulang kembali
ingatan siswa pada materi
Sudut dan Fungsi
Trigonometri.
Guru membagi 4 kelompok
untuk penelitian pada materi
Sudut dan Fungsi
Diskusi,
tanya
jawab
dengan
guru,
mendengar
kan,
presentasi.
35

T R I G O N O ME T R I ( K e l o mp o k I I )

Page 3
Trigonometri
Setiap kelompok
mendapatkan materi sudut
istimewa pada Kuadran I -
Kuadran IV
Guru mengawasi jalannya
diskusi
Guru meminta perwakilan
kelompok untuk
mempresentasikan tentang
hasil diskusi
Peserta didik
mengkomunikasikan secara
lisan atau mempresentasikan
mengenai nilai sudut
istimewa dan fungsi
trigonometri.
Guru meminta kelompok
lain untuk memberikan
tanggapan
c. Konfirmasi
Guru memberikan
penghargaan kepada peserta
didik yang berhasil.
Guru memberikan umpan
balik positif (dapat berupa
soal-soal dan tanya jawab)
kepada peserta didik untuk
mengecek sampai seberapa
besar tingkat keberhasilan
peserta didik dalam
memahami materi yang
telah disampaikan
Guru memotivasi peserta
didik yang kurang
berpartisipasi dalam
kegiatan pembelajaran

Penutupan Guru mengevaluasi
pekerjaan peserta didik.
Guru bersama peserta didik
membuat simpulan.
Guru memberikan tugas
kepada peserta didik pada
lembar soal
Guru menutup kegiatan
belajar mengajar dengan
mengucapkan salam
Menyimpul
kan materi
yang
dibahas,
diberikan
pekerjaan
rumah
15



T R I G O N O ME T R I ( K e l o mp o k I I )

Page 4
F. Model dan Metode Pembelajaran :
Model : Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Metode : ceramah dan diskusi.
G. Media dan Sumber Pembelajaran :
- Sumber :
Modul TRIGONOMETRI
Wirodikromo,S. 2006. Matematika JILID 1 untuk SMA kelas X. Jakarta :
Erlangga
- Media :
Laptop, whiteboard, spidol, lcd, dan penghapus
H. Penilaian :
Tugas individu : pretest dan postest (terlampir)
Tugas kelompok : soal diskusi (terlampir)

I. Uraian Materi (terlampir)

Semarang, November 2012

Guru Pamong,



........................................
NIP.
Mahasiswa,



........................................
NPM.
Mengetahui,
Kepala Sekolah



.
NIP. ..




T R I G O N O ME T R I ( K e l o mp o k I I )

Page 5
Uraian Materi :
MODUL
TRIGONOMETRI
1. Definisi Fungsi Trigonometri
Titik P(x,y) pada sisi batas XOP, dengan OP = r. < XOP dalam kedudukan baku.
Antara sudut selalu didapat satu hubungan (relasi) dengan bilangan nyata yang
dinyatakan dengan nilai perbandingan :

,

,
,

. Keenam nilai perbandingan


ini didefinisikan dengan enam fungsi trigonometri dari sudut atau sudut (- ).












(x, y) adalah koordinat dimana x adalah absis dan y adalah ordinat dari titik P, yaitu
sebarang titik pada sisi batas sudut , dengan OP = r. Sudut dalam keadaan baku.
Jadi untuk setiap sudut hanya didapat tepat satu nilai perbandingan

,

,
,


Enam fungsi trigonometri tersebut didefinisikan dengan :
Dengan x dan y masing-masing absis
x dan ordinat y dari titik P pada sisi
batas sudut , r = OP dengan







) , ( y x P
) , ( y x P
o
o
2 2
y x r + =

T R I G O N O ME T R I ( K e l o mp o k I I )

Page 6



2. Nilai Perbandingan Trigonometri untuk Sudut -Sudut Istimewa
Sudut istimewa adalah sudut yang perbandingan trigonometrinya dapat dicari tanpa
memakai tabel matematika atau kalkulator, yaitu: 0 , 30 , 45, 60, dan 90. Sudut-sudut istimewa
yang akan dipelajari adalah 30, 45, dan 60 .Untuk mencari nilai perbandingan trigonometri sudut
istimewa digunakan segitiga siku-siku seperti gambar berikut ini.












T R I G O N O ME T R I ( K e l o mp o k I I )

Page 7

Contoh 2 :
1)


2)







3. Rumus Perbandingan Trigonometri Sudut yang Berelasi
- Perbandingan trigonometri untuk sudut dengan

Titik bayangan dari
Akibat pencerminan garis y = x , sehingga diperoleh:
a) dan
b) dan




2
2 1
2
2
1
2
1
) 45 cos( ) 30 sin(
+
= + = +
3
3
1
. 2
2
1
3 . 2
2
1
60 cot 45 cos 60 tan 45 sin + = +
6
6
1
6
2
1
+ =
6
6
4
=
6
3
2
=
) 90 ( o
o
) (
1 1 1
y x P +
) , ( y x P
o = ZXOP
o = Z 90
1
XOP
y y x x = =
1 1
, r r =
1

T R I G O N O ME T R I ( K e l o mp o k I I )

Page 8
Dengan menggunakan hubungan di atas dapat diperoleh :






Maka dapat dituliskan :






- Perbandingan trigonometri untuk sudut dengan
Titik adalah bayangan dari
akibat pencerminan terhadap
sumbu y, sehingga
a) dan
b) dan








Maka dapat dituliskan :








o o
o o
o o
cot ) 90 tan(
sin ) 90 cos(
cos ) 90 sin(
1
1
1
1
1
1
= = =
= = =
= = =
y
x
x
y
r
y
r
x
r
x
r
y
o
) , (
1 1 1
y x P
) , ( y x P
) 180 ( o
o = ZXOP
o = Z 180
1
XOP
y y x x = =
1 1
, r r =
1
o o
o o
o o
tan ) 180 tan(
cos ) 180 cos(
sin ) 180 sin(
1
1
1
1
1
1
=

= =
=

= =
= = =
x
y
x
y
r
x
r
x
r
y
r
y

T R I G O N O ME T R I ( K e l o mp o k I I )

Page 9
4. Cara menggambar grafik fungsi trigonometri :
Langkah 1. Buat tabel yang menyatakan hubungan antara x dan f(x)
Langkah 2. Gambar titik-titik yang didapat pada koordinat Cartesius. Pilih nilai sudut pada
sumbu x dan nilai fungsi pada sumbu y.
Langkah 3. Hubungkan titik-titik yang didapat

Contoh :
Lukislah grafik Y = Sin x
o
untuk 0 s x s 360
o

Isi Tabel berikut :
X 0
o
30
o
45
o
60
o
90
o
120
o
135
o
150
o
180
o

Sin x 0
X 210 225 240 270 300 315 330 360
Sin x 0







90
o
180
o
270
o
360
o



5. Cara menggunakan calculator pada fungsi trigonometri







1
1
/2\3
1
/2
-
1
/2
-
1
/2\3
-1
ARC +
sin =
25 , 0
477 , 14 =

25 , 0 sin
1
ARC
+
cos =
25 , 0 522 , 75
=

25 , 0 cos
1
ARC +
tan =
25 , 0
036 , 14 =

25 , 0 tan
1


NAMA :
NPM :
PRE-TEST
1. Isilah table di bawah ini ! Sesuai dengan kemampuanmu !
30 45 60 90
Sin
Cos
Tan

2. Berilah tanda dari sudut 0 hingga 360 sesuai dengan aturan FUNGSI
TRIGONOMETRI !







NAMA :
NPM :
POS-TEST
ISILAH DENGAN MENGGUNAKAN CARA!
1. Cos 135 = ...
2. Sin 210 = ...
3. Tan 330 = ...
4. Gambarkan grafik fungsi tangen!
Lukislah grafik Y = cos x
o
untuk 0 x 180
o

Isi Tabel berikut :
X 0
o
30
o
45
o
60
o
90
o
120
o
135
o
150
o
180
o

tan x 1
1
3
3








30
o
45
o
60
o
90
o
120
o
135
o
150
o
180
o





5. Dengan menggunakan kalkulator tentukan!
a.
1
0,75 =
b.
1
0,84 =
1
1
/23
1
/2
-
1
/2
-
1
/23
-1


DISKUSI
1) Diskusikanlah tanda positif dan negatif dari nilai sinus, cosinus, tangensial, cotangen,
secan, dan cosecan diberbagai kuadran (kuadran I, II, III, IV).
2) Dengan cara yang sama yang diberikan oleh guru, diskusikanlah dengan Perbandingan
Trigonometri Sudut yang Berelasi pada , , , dan
3) Lukislah grafik Y = cos x
o
untuk 0 x 360
o

Isi Tabel berikut :
X 0
o
30
o
45
o
60
o
90
o
120
o
135
o
150
o
180
o

cos x 1
1
2
3

X 210 225 240 270 300 315 330 360
cos y 1





90
o
180
o
270
o
360
o





4) Carilah sudut menggunakan caculator:
a)
1
0,85 =
b)
1
1,73 =
c) cos 15 =
d)
1
0,65 =
e)
1
0,577 =
1
1
/23
1
/2
-
1
/2
-
1
/23
-1
) 90 ( ) 270 ( ) 180 ( ) (

Anda mungkin juga menyukai