Anda di halaman 1dari 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka 1. a. Desa Siaga Pengertian Desa Siaga Program Desa siaga digulirkan oleh Departemen Kesehatan. Program ini diluncurkan karena program Visi Indonesia Sehat 2010 terancam tak bisa tercapai tepat waktu. Sebanyak 69 ribu desa ditargetkan telah menjadi desa siaga pada akhir 2008 (Siswono, 2006) Desa siaga adalah desa yang memiliki kesiapan sumberdaya potensial dan kemampuan mencegah serta mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan secara mandiri (Hartono, 2006). Yang dimaksud dengan Desa pada desa siaga ini adalah desa atau kelurahan atau istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat , berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam system Pemerinatahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Dinkes Propinsi Jawa Tengah, 2006). b. Tujuan Desa Siaga Tujuan umum pencanangan desa siaga adalah mengembangkan kepedulian dan kesiapsiagaan masyarakat desa dalam mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana alam dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri (Depkes Propinsi Jawa Tengah, 2006)

Sedangkan tujuan khusus desa siaga menurut Dinkes Propinsi Jawa tengah (2006) adalah : 1) Optimalisasi PKD atau potensi sejenis dalam

pemberdayaan masyarakat dan mendorong pembangunan kesehatan di desa serta rujukan pertama pelayanan kesehatan bermutu bagi masyarakat 2) Terbentuknya forum kesehatan desa yang berperan aktif

menggerakkan pembangunan kesehatan di tingkat desa 3) untuk mencegah Berkembangnya kegiatan gotong royong masyarakat dan mengatasi masalah kesehatan, bencana, dan

kegawatdaruratan kesehatan 4) Berkembangnya upaya kesehatan baik promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan oleh mayarakat 5) Berkembangnya pengamatan dan pemantauan oleh

masyarakat dalam deteksi dini, kewaspandaan dini, dan kesiapsiagaan terhadap masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan. 6) Berkembangnya kemandirian masyarakat dalam

pembiayaan kesehatan Untuk mempermudah pencapaian tujuan tersebut diatas, maka Depkes RI mempunyai sasaran intervensi pengembangan desa siaga sebagai berikut: 1) Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku

individu dan keluarga atau dapat mencipatakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut seperti tokoh masyarakat termasuk tokoh agama, tokoh perempuan dan pemuda kader serta petugas kesehatan

2)

Semua individu dan keluarga di desa/kelurahan yang diharapkan

mampu melaksanakan hidup sehat serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desa 3) Pihak-pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan

peraturan perundang-undangan, dana, tenaga, sarana dan lain-lain seperti Kepala Desa, Camat, para pejabat terkait, swasta, para donatur, dan pemangku kepentingan lain Sebuah desa dapat dikembangkan menjadi desa siaga c. Kriteria Desa Siaga Sebuah desa dapat dikembangken menjadi desa siaga, apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (PKD) atau tenaga profesional kesehatan yang siap melaksanakan: 1) 2) kesehatan di desa 3) Rujukan pertama pelayanan kesehatan Pemberdayaan masyarakat Mendorong pembangunan berwawasan

bermutu bagi masyarakat dan kegawatdaruratan kesehatan d. Indikator Proses Pengembangan Desa Siaga Komponen yang dikembangkan dalam desa siaga dan merupakan indikator adanya proses pengembangan desa siaga adalah: 1) Terdapat PKD atau tenaga kesehatan profesional Pembina desa yang aktif memfasilitasi pemberdayaan masyarakat dan siap menerima rujukan pertama 2) Terdapat forum kesehatan desa yang aktif

3) Adanya kegiatan gotong royong yang dilakukan oleh masyarakat dalam mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana serta kegawatdaruratan kesehatan dengan pengendalian factor resikonya 4) Mempunyai upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) yang berkualitas 5) Mempunyai kegiatan pengamatan dan pemantauan terhadap masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat 6) Mempunyai pengembangan pembiayaan kesehatan oleh masyarakat Melihat indikator pengembangan desa siaga tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa inti utama pengembangan desa siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup sehat, mampu mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri (Dinkes Propindi Jawa Tengah, 2006). Upaya pemberdayaan masyarakat dilaksanakan dalam bentuk kegiatan fasilitasi yang bersifat persuasif yang tidak memerintah dan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan individu, keluarga dan

masyarakat. Untuk itu, sebaiknya pemberdayaan masyarakat menggunakan prinsip-prinsip dibawahi ini: 1) 2) Menumbuh-kembangkan kemampuan atau potensi masyarakat Menumbuh-kembangkan peran serta masyarakat dalam pembangunan

kesehatan 3) Mengambangkan semangat gotong royong dalam pembangunan

kesehatan 4) Bekerja bersama masyarakat

10

5)

Menggalang kemitraan dengan lembaga swadaya masyarakat dan

organisasi kemasyarakatan 6) Menyerahkan pengambilan keputusan kepada masyarakat

Adapun sasaran pemberdayaan masyarakat yang mendukung tercapainya program desa siaga dilakukan pada: 1) Individu, yaitu untuk mendorong agar individu mempunyai

kemampuan dalam memilih, menentukan atau mengupayakan segala aktifitas yang berhubungan dengan masalah kesehatan 2) Keluarga, yaitu untuk mendorong agar keluarga mempunyai

kemampuan untuk meningkatkan kesehatan keluarga serta mencegah dan mengatasi masalah kesehatan yang muncul di dalam keluarga dengan memanfaatkan potensi keluarga baik tanpa atau dengan bantuan pihak lain yang menghasilkan kemandirian. 3) Masyarakat atau kelompok masyarakat, yaitu untuk mendorong agar

masyarakat atau kelompok masyarakat berperan aktif didalam meningkatkan kesehatan kelompok masyarakat serta mecegah dan mengatasi masalah kesehatan yang muncul pada masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya dan potensi setempat yang menghasilkan kemadirian. 2. 1. Komponen Desa Siaga Poliklinik Kesehatan Desa Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) adalah suatu Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UBKM) yang dikelola oleh tenaga kesehatan professional kesehatan di desa yang diharapkan dapat memfasilitasi terwujudnya desa siaga dengan mengembangkan system kesehatan di desa

11

serta menjadi rujukan pertama dari berbagai upaya kesehatan oleh masyarakat (Dinkes Propinsi Jawa Tengah , 2006). PKD secara teknis dibina oleh oleh puskesmas dan lintas sektor terkait serta secara administrasi dibina oleh kepala desa. Untuk desa yang belum mempunyai PKD, maka pelaksanaan kegiatan kesehatan dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan professional yang siap sebagai fasilitator dan pembina desa/kelurahan yang melaksanakan tugas dan peran PKD. Adapun pengelola adalah Tenaga Kesehatan (Bidan/perawat), tenaga sanitarian dan tenaga adminstrasi (Dinkes Propinsi Jawa Tengah, 2006). Secara umum, PKD bertujuan untuk mendorong pembangunan

berwawasan kesehatan di desa, mendorong pemberdayaan masyarakt, dan memberikan pelayanan kesehatan sesuai kewenangan (Depkes RI, 2006). a. Kegiatan PKD Depkes RI (2006) menyatakan bahwa PKD diharapkan dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat desa yang sekurang-kurangnya meliputi: 1. Pengamatan epidemiologi sederhana terhadap

penyakit, khususnya penyakit menular yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa termasuk faktor-faktor resikonya (termasuk status gizi) serta kesehatan ibu hamil yang berisiko 2. Penanggulangan penyakit terutama penyakit menular

dan penyakit yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa serta faktor-faktor resikonya (termasuk status gizi)

12

3.

Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan

kegawatdaruratan kesehatan 4. 5. Pelayanan medis dasar, sesuai dengan kepentingannya Kegiatan-kegiatan lain, seperti promosi kesehatan

untuk peningkatan keluarga sadar gizi, peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, serta penyehatan lingkungan Dinkes Propinsi Jawa Tengah (2006), menyebutkan bahwa PKD mempunyai pernanan yang sangat penting didalam mensukseskan keberhasilan desa siaga dengan cara: 1. Mendorong pembentukan forum kesehatan desa

melalui kemitraan dengan berbagai potensi desa (aparat desa, lembaga swadaya masyarakat, lembaga desa, tokoh masyarakat dll) dan mendorong peran aktif forum kesehatan desa dalam pembangunan berwawasan kesehatan dengan mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana, serta kegawatdaruratan di desa 2. Bersama dengan forum kesehatan desa,

mendorong kegiatan gotong royong individu, keluarga dan masyarakat dalam rangka mencegah dan mengatasi masalah kesehatan di desa secara mandiri 3. Memfasilitasi peningkatan kualitas upaya

kesehatan yang dilaksanakan oleh masyarakat desa termasuk membina upaya UKBM dan memfasilitasi system rujukannn masalah kesehatan 4. Memfasilitasi upaya deteksi dini dan factor

resiko maslaah kesehatan di desa oleh masyarakat, serta mendorong upaya pengendalian factor resiko yang ada di desa

13

5.

Memfasilitasi

pengembangan

system

pengamatan dan pemantauan masalah kesehatan desa 6. Bersama forum kesehatan desa, mendorong

kemandirian masyarakat dalam pembiayaan kesehatan 7. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai

kewenangannya, dan meningkatkan kemampuan untuk menjadi rujukan pertama dari masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan. 2. Forum Kesehatan Desa Atau Kelurahan Forum kesehatan desa atau kelurahan merupakan wadah partisipasi bagi masyarakat dalam mengembangkan pembangunan kesehatan di tingkat desa atau kelurahan untuk merencanakan, menetapkan, koordinasi dan penggerak kegiatan, serta monitoring evaluasi pembangunan kesehatan di desa (Dinkes Propinsi Jawa Tengah, 2006). Forum kesehatan desa perlu didukung Surat keputusan (SK) Kepala Desa/Kelurahan untuk legalitas dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. a. Tugas Forum Kesehatan Desa Tugas yang diemban forum kesehatan desa guna menunjang berjalannya desa siaga meliputi (Dinkes Propinsi Jawa Tengah, 2006): 1). 2). Menyusun kebijakan Mengumpulkan informasi dan menggali

potensi dengan survey mawas diri 3). Memadukan antara potensi desa dengan

kegiatan yang ada didesa

14

4).

Merencanakan

(identifikasi

masalah

dan

penyebab masalah, identifikasi potensi, menyusun pemecahan masalah dan kesepakatan bersama, menetapkan dalam musyawarah masyarakat desa 5). 6). kegiatan 7). 8). Monitoring evaluasi kegiatan desa Penghubuangan berbagai kepentingan Koordinasi Penggerak, pembinaan, dan pengembangan

15

b. Desa

Kriteria Keberhasilan Forum Kesehatan

Suatu forum kesehatan desa dikatakan berhasil apabila memenuhi kriteria-kriteria di bawah ini: 1). 2). Ada forum yang melaksanakan tugas Ada rencana pembangunan kesehatan hasil

survey mawas diri dan musyawarah masyarakat desa (minimal tahunan) 3). 4). 5). kegiatan 6). 3. Ada dukungan secara berkelanjutan Kegiatan Gotong Royong Masyarakat Kegiatan gotong royong adalah kegiatan yang dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat secara mandiri sesuai dengan potensi setempat dan dilakukan untuk kepentingan masyarakat a. 1). 2). 3). Bentuk Kegiatan Gotong Royong Bentuk kegiatan gotong royong masyarakat dapat berupa: Gerakan perbaikan lingkungan Gerakan mendukung kelompok rentan (ibu hamil resiko tinggi, Ada kebijakan bidang kesehatan Ada kegiatan rapat rutin Adanya pelaksanaan terhadap rencana

balita resiko tinggi, lansia resiko tinggi, dll) 4). Ambulan desa atau penyediaan sarana transportasi utnuk

merujuk kasus dari desa ke unit rujukan kesehatan 5). Penggolongan donor darah pada kondisi gawat darurat

16

6).

Gerakan pengendalian factor resiko penyakit dan masalah

kesehatan 7). 8). 9). b. Gerakan pengendalian bencana dan factor resikonya Paguyuban penderita TB Paru Penggalakan tanaman obat keluarga Indikator Kegiatan Keberhasilan Kegiatan gotong royong dikatakan berhasil apabila memenuhi indikator-indikator di bawah ini: 1). 2). 3). 4. Ada kegiatan dari, oleh dan untuk masyarakat Ada kesinambungan kegiatan Ada peningkatan kegiatan gotong royong masyarakat Upaya Kesehatan Upaya kesehatan desa dilakukan oleh kader dan masyarakat untuk mengatasi maslah kesehatan masyarakat secaramandiri (Dinkes Propinsi Jawa Tengah, 2006). Tujuan upaya kesehatan desa adalah meuwujudkan tingkat kesehatan yang optimal sebagai kebutuhan dasar manusia yang

menitikberatkan pada upaya promotif dan preventif yang didukung oleh upaya kuratif dan rehabilitatif yang berkesinambungan. Sasaran utama upaya kesehatan desa adalah ibu hamil, bayi, balita, remaja, wanita usia subur dan masyarakat umum lainnya Dinkes Propinsi Jawa Tengah (2006) menyebutkan bahwa upaya kesehatan yang dilaksanakan masyarakat desa meliputi: a. Upaya promotif Penyuluhan kesehatan oleh masyarakat dan untuk masyarakat

17

b.

Pola asuh dan pola makan yang baik Kebersihan perorangan dan lingkungan Upaya preventif

Pemantauan kesehatan secara berkala (balita, ibu hamil, remaja, pekerja, usia lnjut)

c.

Imunisasi Deteksi dini factor resiko dan pencegahannya Upaya kuratif dan rehabilitatif Deteksi dini kasus (maternal, balita, penyakit) PPPK dan rujukan kasus Dukungan penyembuhan, perawatan, pamantauan pengobatan

Indikator keberhasilan upaya kesehatan oleh masyarakat antara lain adalah: a. b. Ada kegiatan upaya kesehatan berbasis masyarakat Ada kader aktif dan mampu melaksanakan upaya kesehatan

dengan baik c. Ada kegiatan upaya kesehatan berbasis masyarakat yang

berjalan rutin atau berkesinambungan d. Peningkatan rujukan masyarakat pada pelayanan kesehatan

yang ada (hasil deteksi dini, persalinan tenaga kesehatan di PKD) e.


5.

Ada peningkatan cakupan upaya kesehatan berbasi masyarakat Pengamatan dan Pemantauan (Survelans)

Surveilans adalah kegiatan pengamatan dan pemantauan secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah kesehatan serta kondisi

18

yang mempengaruhi risiko atau factor risiko terjadinya penyakit atau masalah kesehatan tersebut. Komponen pengamatan dan pemantauan dalam desa siaga dilakukan oleh masyarakat terhadap masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan di desa serta faktor risiko yang mempengaruhi atau yang menyebabkan masalah kesehatan tersebut (Dinkes Propinsi Jawa Tengah, 2006). Adapun tujuan pengamatan dan pemantauan oleh masyarakat adalah tercipta system kewaspadaan dan kesiapsiagaan dini masyarakat terhadap kemungkinan terjadinya penyakit yang dan akan masalah kesehatan, dan bencana, merugikan dan

kegawatdaruratan masyarakat

kesehatan dapat

mengancam tindakan

sehingga

dilakukan

pencegahan

penanggulangan secara efektif dan efisien. Indikator keberhasilan pengamatan dan pemantauan oleh masyarakat adalah: a. b. c. 6. Ada catatan dan laporan Ada penanggung jawab pengamatan dan pemantauan Ada pemanfaatan catatan dan informasi Pembiayaan Kesehatan Pembiayaan kesehatan adalah upaya pembiayaan yang berasal dari, oleh dan untuk masyarakat yang diselenggarakan berdasar asas gotong royong dalam rangka peningkatan kesehatan dan berbagai kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan serta factor resikonya (Dinkes Propinsi Jawa Tengah, 2006)

19

Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam pembiayaan kesehatan adalah: a. b. Pengalokasian dan pemanfaatan pembiayaan kesehatan Indentifikasi sumber dana yang sudah ada dan yang akan

dikembangkan c. Adanya kejelasan cara pengelolaan, pembelanjaan dan

mekanisme system kontrolnya d. Kesiapan keluarga dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam

pembiayaan kesehatan yang telah dan akan dikembangkan Indikator yang digunakan untuk penilaian kegiatan pembiayaan kesehatan meliputi: a. Terhimpun dana kesehatan dan ada daftar masyarakat yang

berpartisipasi dalam pembiayaan kesehatan yang telah dan akan dikembangkan b. c. Pengalokasian dana kesehatan yang tepat sasaran Pengelolaan dan pemanfaatan dana masyarakat yang tertib,

mudah dan lancer d. 3. Adanya kegiatan yang berkesinambungan Penentuan Strata Pengembangan Desa Siaga Penilaian dan pengembangan desa siaga dilakukan berdasarkan komponen yang ada dalam kerangka piker desa siaga, meliputi (Dinkes Propinsi Jawa Tengahm 2006): 1. Desa siaga strata 1 apabila:

20

Ada PKD yang berperan aktif dalam mendorong terwujudnya desa siaga (sesuai indicator keberhasilan PKD). 2. Desa siaga strata 2 apabila: Ada PKD aktif Ada forum kesehatan desa yang berperan aktif dalam

pembangunan kesehatan di desa dan menggerakkan berbagai kegiatan menuju desa siaga (sesuai indikator keberhasilan forum kesehatan desa) 3. Desa siaga strata 3 apabila: Ada PKD aktif Ada forum kesehatan desa Terdapat kegiatan yang meliputi 4 komponen desa siaga (kegiatan

gotong royong, upaya kesehatan, surveilans dan pembiayaan) Kesiapan masyarakat menghadapi bencana dan kegawatdaruratan

kesehatan System kesehatan desa berfungsi dengan baik yang dapat dinilai dari

indicator output 4. Tenaga Kesehatan Pada Desa Siaga Di dalam Rencana Pembangunan Menengah Jangka Panjang Nasional (RPJMN) bidang Kesehatan tahun 2004-2009 disebutkan bahwa salah satu sasaran yang harus dicapai oleh Pembangunan Kesehatan adalah meningkatkan umur harapan hidup dari 66,2 tahun menjadi 70,6 tahun, menurunkan angka kematian bayi dari 45/1000 kelahiran hidup menjadi 26/1000 kelahiran hidup, menurunkan angka kematian ibu dari 307/100.000 kelahiran hidup menjadi

21

226/100.000 kelahiran hidup dan menurunkan prevalensi gizi kurang pada anak dari 25,8% menjadi 20% (Depkes RI, 2006) Untuk memastikan tercapinya sasaran pembangunan kesehatan tersebut, maka pemerintah menetapkan pengembangan desa siaga dengan kriteria memiliki minimal sebuah PKD yang dintuk dari poplindes (Depkes RI, 2006). Adapun pelayanan di PKD meliputi upaya promotif, preventif, dan kuatif yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan terutama bidan dengan melibatkan kader atau tenaga sukarela lainnya. Pelibatan bidan dalam kegiatan poskesde ini dikarenakan pencapaian sasaran pembangunan kesehatan khususnya penurunan angka kematian bayi dan angka kematian ibu banyak melibatkan peran serta bidan dan selain itu, tenaga bidan sudah banyak tersebar di desa-desa (Depkes RI, 2006). Disamping melaksanakan tugas dan fungsinya di PKD, tenaga bidan diharapkan juga berperan sebagai penggerak pemberdayaan masyarakat,

penyuluh kesehatan, pelaksana pelayanan kesehatan dasar dan kegawatdaruratan kesehatan sehari-hari serta bencana, pengamat penyakit dan factor resiko, gizi dan sanitasi dasar (Depkes RI, 2006) a. Peran Bidan Dalam Pengembangan Desa Siaga

Peran bidan dalam pengembangan desa siaga meliputi: a. Pembimbing dan pelaksana penggerakan dan pemberdayaan

masyarakat melalui kemitraan b. Pembimbing dan pelaksana pelayanan kegawatdaruratan kesehatan sehari-hari serta bencana

22

c. Pembimbing masyarakat dalam menghadapi bencana d. Pelaksana pelayanan medis dasar b. a. Kompetensi Bidan Dalam Pengembangan Desa Siaga Selain melaksanakan pelayanan kebidanan, diharapkan bidan di PKD

mempunyai kompetensi sebagai berikut b. Mampu memfasilitasi pelaksanaan penggerakan dan pemberdayaan

masyarakat melalui kemitraan c. Mampu membimbing pelaksanaan pelayanan kegawatdaruratan

kesehatan sehari-hari dan bencana d. e. Mampu membimbing masyarakat dalam menghadapi bencana Mampu melaksanakan pelayanan medis dasar

Untuk itu, guna mempermudah pelaksanaan peran dan fungsinya, maka tenaga bidan diharapkan tinggal menetap di PKD tersebut. Dengan demikian pelaksanaan peran dan fungsi tenaga bidan khususnya sebagai pelaksana pelayanan medis dasar dan pelaksana kegawatdaruratan kesehatan sehari-hari dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga PKD yang ada menjadi aktif. Aktif atau tidaknya PKD pada desa siaga adalah sangat penting, karena keaktifan PKD adalah unsur pokok di dalam menentukan strata desa siaga B. Kerangka teori

Komponen Desa Siaga: Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) Forum Kesehatan Desa Kagiatan Gotong Royong Masyarakat Upaya Kesehatan Pengamatan dan Pemantauan Pembiayaan Kesehatan

Strata 1 Strata 2 Strata 3

Strata Desa Siaga

23

Gambar 2.1. Kerangka teori modifikasi Depkes RI (2006)

C. Kerangka Konsep

Tenaga Bidan Tinggal Menetap di PKD

Peningkatan Strata Desa Siaga

Komponen Desa Siaga: Forum kesehatan desa Kagiatan Gotong Royong Masyarakat Upaya Kesehatan Pengamatan dan Pemantauan Pembiayaan Kesehatan

Keterangan :

: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti Gambar 2.2. Kerangka konsep

24

D. Hipotesis Hipotesis yang muncul dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara keberadaan bidan yang menetap di poliklinik kesehatan desa dengan strata desa siaga di Kabupaten Blora

Anda mungkin juga menyukai