Anda di halaman 1dari 25

Pendahuluan Latar belakang Peristiwa pelanggaran hukum yang menyangkut tubuh dan nyawa manusia banyak kita temui

dalam kehidupan sehari-hari. Dalam menangani berbagai kasus ini diperlukan ilmu kedokteran forensic untuk membantu proses peradilan dalam arti luas meliputi tahap penyidikan sampai siding pengadilan. Diperlukan bantuan dokter untuk memastikan sebab, cara dan waktu kematian pada peristiwa kematian tidak wajar karena pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan atau kematian yang mencurigakan.

Dalam menjalankan fungsinya sebagai dokter yang diminta untuk membantu dalam melakukan pemeriksaan kedokteran oleh penyidik, seorang dokter itu dituntut oleh undangundang untuk melakukan dengan sejujurnya serta menggunakan pengetahuan yang sebaikbaiknya. Oleh yang demikian, perlulah seorang dokter itu mempelajari tata laksan medikolegal, tanatologi, traumatologi, toksikologi, teknik pemeriksaan dan segala suatu yang terkait agar dapat memperolehi hasil pemeriksaan yang lengkap dan hukum pidana dapat ditegakkan pada korban pembunuhan.

Skenario Seorang laki-laki ditemukan disebuah sungai kering yang penuh batu-batuan dalam keadaan mati tertelungkup. Ia mengenakan kaos dalam oblong dan celana panjang yang dibagian bawahnya digulung sehingga setengah tungkai bawahnya. Lehernya terikat lengan baju (yang kemudian diketahui sebagai baju miliknya sendiri) dan ujung lengan baju lainnya terikat ke sebuah dahan pohon perdu setinggi 60cm. Posisi tubuh relative mendatar namun leher memang terjerat oleh baju tersebut. Tubuh mayat tersebut telah membusuk namun masih dijumpai adanya satu luka terbuka didaerah ketiak kiri yang memperlihatkan pembuluh darah ketiak yang putus dan beberapa luka terbuka didaerah tungkai bawah kanan dan kiri yang memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan akibat kekerasan tajam. Perlu diketahui bahwa rumah terdekat dari TKP adalah sekitar 2km. TKP adalah suatu daerah perbukitan yang berhutan cukup berat. I. Identifikasi istilah yang tidak diketahui Tiada II. Rumusan masalah Seorang laki-laki ditemukan disebuah sungai kering yang penuh batu-batuan dalam keadaan mati tertelungkup. Ia mengenakan kaos dalam oblong dan celana panjang

yang dibagian bawahnya digulung sehingga setengah tungkai bawahnya. Lehernya terikat lengan baju (yang kemudian diketahui sebagai baju miliknya sendiri) dan ujung lengan baju lainnya terikat ke sebuah dahan pohon perdu setinggi 60cm. Posisi tubuh relative mendatar namun leher memang terjerat oleh baju tersebut. Tubuh mayat tersebut telah membusuk namun masih dijumpai adanya satu luka terbuka didaerah ketiak kiri yang memperlihatkan pembuluh darah ketiak yang putus dan beberapa luka terbuka didaerah tungkai bawah kanan dan kiri yang memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan akibat kekerasan tajam. III. Analisis masalah

aspek hukum

visum et repertum

prosedur medikolegal

skenario 1

interpretasi temuan

pemeriksaan media

IV.

Hipotesis Seorang laki-laki ditemukan disebuah sungai kering yang penuh batu-batuan dengna lehernya terikat lengan baju (yang kemudian diketahui sebagai baju miliknya sendiri) dan ujung lengan baju lainnya terikat ke sebuah dahan pohon perdu setinggi 60cm. Posisi tubuh relative mendatar namun leher memang terjerat oleh baju tersebut. Tubuh mayat tersebut telah membusuk namun masih dijumpai adanya satu luka terbuka didaerah ketiak kiri yang memperlihatkan pembuluh darah ketiak yang putus dan beberapa luka terbuka didaerah tungkai bawah kanan dan kiri yang memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan akibat kekerasan tajam ditemui mati diduga disebabkan oleh asfiksia akibat penjeratan.

Pembahasan Aspek hukum Dalam aspek hukum, kasus ini dapat tergolong pada kejahatan terhadap tubuh dan jiwa manusia yakni sesuai dengan pasal : Pasal 170:

1) Barang siapa dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan. 2) Yang bersalah diancam: 1. dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, jika ia dengan sengaja menghancurkan barang atau jika kekerasan yang digunakan mengakibatkan luka-luka; 2. dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, jika kekerasan mengakibatkan luka berat; 3. dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, jika kekerasan mengakibatkan maut. 3) Pasal 89 tidak diterapkan. Pasal 338 KUHP :

Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun. Pasal 339 KUHP :

Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya, atau untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang diperolehnya secara melawan hukum, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun. Pasal 351 KUHP

1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah, 2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun. 3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. 4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.

5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana. Pasal 353 KUHP

1) Penganiayaan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun. 2) Jika perbuatan itu mengakibatka luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun. 3) Jika perbuatan itu mengkibatkan kematian yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun Pasal 354 KUHP

1) Barang siapa sengaja melukai berat orang lain, diancam karena melakukan penganiayaan berat dengan pidana penjara paling lama delapan tahun. 2) Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun. Pasal 355 KUHP

1) Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana terlebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. 2) Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lams lima belas tahun. Pasal 356 KUHP

Pidana yang ditentukan dalam pasal 351, 353, 354 dan 355 dapat ditambah dengan sepertiga: 1. bagi yang melakukan kejahatan itu terhadap ibunya, bapaknya yang sah, istrinya atau anaknya; 2. jika kejahatan itu dilakukan terhadap seorang pejsbat ketika atau karena menjalankan tugasnya yang sah; 3. jika kejahatan itu dilakukan dengan memberikan bahan yang berbahaya bagi nyawa atau kesehatan untuk dimakan atau diminum.1,2

Prosedur medikolegal Prosedur medikolegal yaitu tata cara prosedur penatalaksanaan dan berbagai aspek yang berkaitan dengan pelayanan kedokteran untuk kepentingan umum. Secara garis besar prosedur medikolegal mengacu kepada peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia dan pada beberapa bidang juga mengacu kepada sumpah dokter dan etika kedokteran. Bagi

menangani kasus pidana prosedur medikolegal dapat dijalankan dengan langakah-langkah berikut : Penemuan : Seorang laki-laki ditemukan di sebuah sungai yang kering dalam kondisi terjerat dipohon dalam keadaan mati oleh orang yang menemukannnya. Pelaporan : Setelah penemuan mayat, orang yang melihat atau menemukan melakukan pelaporan ke pihak yang berwajib yaitu kepolisian RI. Penyelidikan : Polis yang dihantar ke TKP adalah penyelidik yang berperan dalam menidak-lanjuti suatu pelaporan untuk mengetahui apakah benar terdapat kejadian seperti yang dilaporkan. Penyidikan : Setelah penyelidik mengesahkan terjadi kejadian, maka penyidik akan melakukan tindak lanjut dengan melakukan penyidikan. Penyidik dapat meminta bantuan ahli dan dalam hal kejadian menegnai tubuh manusia maka penyidik dapat meminta bantuan dokter untuk dilakukan penanganan secara kedokteran forensic.1 Pasal 2 PP No 27/ 1983 :2 1. Penyidik adalah : a. Pejabat polisi Negara republic Indonesia tertentu yang sekurang-kurangnya berpangkat pembantu letnan dua polisi b. Pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang sekurang-kurangnya berpangkat pengatur muda tingkat 1 atau yang disamakan dengan itu. Pasal 3 PP No 27/ 1983 :2 1.Penyidik pembantu adalah : a. Pejabat polisi Negara republic Indonesia tertentu yang sekurang-kurangnya berpangkat Sersan Dua Polisi b. Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dalam lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia yang sekurang-kurangya pengatur muda atau yang disamakan dengan itu. Pasal 7 KUHAP : I. Penyidik sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 6 ayat (1) hurf a karena kewajibannya mempunyai wewenang :

a. Menerima laporan atau mengaduan dari seseorang tantang adanya tindak pidana b. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian. c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka. d. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledehan dan penyitaan e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat f. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang g. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi h. Mendatangkan seorang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara i. Mengadakan penghentian penyidikan j. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.2 II. Penyidik sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 6 ayat (1) huruf b mempunyai wewenang sesuai dengan undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing dan dalam pelaksanaan tugasnya berada dibawah korrdinasi dan pengawasan penyidik tersebut dalam pasal 6 ayat (1) huruf a. III. Dalam melakukan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2), penyidik wajib menjunjung tinggi hukum yang berlaku. Pasal 133 KUHAP : 1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya. 2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat. 3) Mayat yang dikirm kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan

Kewajiban dokter atau ahli membantu peradilan : Pasal 120 KUHAP : 1) Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus. 2) Ahli tersebut menangkat sumpah atau mengucapkan janji di muka penyidik bahwa ia akan member keterangan menurut pengetahuannya yang sebaikbaiknya kecuali bila disebabkan karena harkat serta martabat, pekerjaan atau jabatannya yang mewajibkan ia menyimpan rahasia dapat menolak untuk memberikan keterangan yang diminta. Sanksi hukum bagi pelanggaran kewajiban dokter dalam membantu peradilan : Pasal 216 KUHP : 1) Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya mengawasi sesuatu atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya demikian pula yang beri kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula barang siapa dengan sengaja mencegah mengahalang-halangi atau mengagalkan tindakan guna menjalakan ketentuan undang-undang yang dilakukan oelh salah seorang pejabat tersebut diancam dengan penjara paling lama empat bulan dua minggi atau pidana denda paling banyak Sembilan ribu rupiah. 2) Disamakan penjahat tersebut diatas setiap orang yang menurut ketentuan undang-undang terus-menerus atau untuk sementara waktu diserahi tugas menjalankan jabatan umum. 3) Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya pemindanaan yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga maka pidananya dapat ditambah sepertiga. Pasal 222 KUHP : Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan pemeriksaan mayat forensic, diancam dengan pidana paling lama Sembilan bulan atau pidana penjara paling lama Sembilan bulan atau pidanan denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Pasal 224 KUHP :

Barang siapa dipanggil menjadi saksi, ahli atau juru bahasa menurut undang-undang dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban berdasarkan undang-undang yang harus dipenuhi diancam : 1) Dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara paling lama Sembilan bulan 2) Dalam perkara lain dihukum dengan penjara paling lama enam bulan. Pemberkasan perkara : Dilakukan oleh penyidik, menghimpun semua hasil penyidikkan termasuk hasil pemeriksaan kedokteran forensic yang diminta kepada dokter. Hasil berkas perkara ini diteruskan ke penuntut hukum. Penututan : Dilakukan oleh penuntut umum disidang pengadilan setelah berkas perkara yang lengkap diajukan ke pengadilan. Persidangan : Persidangan pengadilan dipimpin oleh hakim atau majelis hakim. Dilakukan pemeriksaan terhadap terdakwa, para saksi dan juga para ahli. Dokter dapat dihadirkan disidang pengadilan untuk bertindak selaku saksi ahli atau dokter pemeriksa. Putusan keadilan : Vonis dijatuhkan oleh hakim dengan ketentuan : Keyakinan pada diri hakim bahwa memang telah terjadi suatu tindak pidana dan bahwa terdakwa memang bersalah dalam melakukan tindak pidana tersebut. Keyakinan hakim harus ditunjang oleh sekurang-kurangnya 2 alat bukti yang sah.1

Visum et Repertum Visum et repertum adalah keterangan yang dibuat oleh dokter atas permintaan penyidik yang berwenang, mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian dari tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan dibawah sumpah untuk kepentingan peradilan. Visum et repertum adalah salah satu alat bukti yang sah menurut pasal 184 KUHAP dan turut berperan dalam proses pembuktian suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia. Beberapa jenis visum et repertum yaitu: 1. visum et repertum perlukaan (termasuk keracunan) 2. visum et repertum kejahatan susila

3. visum et repertum jenasah 4. visum et repertum psikiatrik Visum et repertum terdiri dari 5 bagian yang tetap, yaitu: 1. kata Pro Justitia yang diletakkan di bagian atas. Kata ini menjelaskan bahwa visum et repertum khusus dibuat untuk tujuan peradilan. Visum et repertum tidak membutuhkan meterai untuk dapat dijadikan sebagai alat bukti di depan sidang pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum. 2. Bagian Pendahuluan. Kata pendahuluan sendiri tidak ditulis di dalam visum et repertum, melainkan langsung dituliskan berupa kalimat-kalimat di bawah judul. Bagian ini menerangkan nama dokter pembuat visum et repertum dan institusi kesehatannya, instansi penyidik pemintanya berikut nomor dan tanggal surat permintaannya, tempat, dan waktu pemeriksaan, serta identitas korban yang diperiksa. Dokter tidak dibebani pemastian identitas korban, uraiannya cukup sesuai dengan yang tertulis dalam surat permintaan visum et repertum. 3. Bagian Pemberitaan. Bagian ini berjudul Hasil Pemeriksaan dan berisi hasil pemeriksaan medis tentang keadaan kesehatan atau sakit atau luka korban yang berkaitan dengan perkaranya, tindakan medis yang dilakukan, serta keadaannya setelah pengobatan/perawatan selesai. Bila dilakukan autopsi, maka diuraikan keadaan seluruh keadaan alat dalam yang berkaitan dengan perkara dan matinya orang tersebut. Temuan hasil pemeriksaan medis yang bersifat rahasia dan tidak berkaitan dengan perkaranya tidak dituangkan dalam bagian pemberitaan dan dianggap tetap sebagai rahasia kedokteran. 4. Bagian Kesimpulan. Bagian ini berjudul Kesimpulan dan berisi pendapat dokter berdasarkan keilmuannya, mengenai jenis perlukaan/cedera yang ditemukan dan jenis kekerasan atau zat penyebabnya, serta derajat perlukaan atau sebab kematiannya. 5. Bagian Penutup. Bagian ini tidak berjudul dan berisikan kalimat baku Demikianlah visum et repertum ini saya buat dengan sesungguhnya berdasarkan keilmuan saya dan dengan mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana. Pada kasus ini visum yang dibuat adalah visum et repertum jenasah. Bila pemeriksaan autopsy yang diinginkan maka penyidik mestilah memberitahu kepada ahli keluarga korban dan menerangkan maksud dan tujuan pemeriksaan kepada ahli keluarga korban. Autopsy hanya dilakukan setelah ahli keluarga korban memberikan keizinan atau dalam dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga korban (pasal 134 KUHAP).

Oleh karena visum et repertum dibuat atas undang-undang, maka dokter tidak dapat dituntut karena membuka rahasia pekerjaan sebagaimana diatur dalam pasal 322 KUHP, meskipun dokter membuatnya tanpa seizing pasien. Pasal 50 KUHP mengatakan bahwa barangsiapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan ketentuan undang-undang, tidak dipidana, sepanjang visum et repertum tersebut hanya diberikan kepada instansi penyidik yang memintanya, untuk selanjutnya dipergunakan dalam proses peradilan.1

Identifikasi korban Identifikasi forensic merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan suatu masalah dalam kasus pidana maupun perdata. Menetukan identitas personal dengan tepat amat penting dalam penyidikan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan.

Identitas seseorang dipastikan apabila paling sedikit dua metode yang digunakan memberikan hasil positip (tidak meragukan). Semakin banyak data yang diperoleh semakin akurat identifikasi mayat. Antara metode yang digunakan dalam mengidentifikasi jenazah ialah : Visual : Cara visual ini efektif bagi jenazah yang belum membusuk, dalam kasus ini jenazah tuan T telah membusuk dan tidak dapat dilakukan identifikasi visual. Pakaian : Dari pakaian yang dipakai oleh jenazah dapat diketahui merek, ukuran dan apakah terdapat inisial nama pemilik bagi membantu mengidentifikasi walaupun telah terjadi pembusukan mayat. Perhiasan : Perhiasan yang dipakai korban adalah seutas jam tangan bermerek casio pada pergelangan tangan kiri. Surat dan dokumen : Pada korban sewaktu pemeriksaan tidak ditemukan sebarang dompet dan kartu identitas lainnya. Identifikasi medis : Pada pemeriksaan ditemukan jenazah adalah seorang laki-laki, berbangsa Indonesia, umur diperkirakan dalam lingkungan 35 tahun, kukit bersawo matang, gizi cukup,

panjang badan 165cm dan berat badan 62kg. Zakar disunat. Rambut kepala berwarna hitam, tumbuh kerinting tipis, panjang 15cm. Alis berwarna hitam, tumbuh lebat. Kumis berwarna hitam, tumbuh lebat. Hidung berbentuk normal. Telinga dan daun telinga normal. Alat kelamin berbentuk normal dalam keadaan terangkat (ereksi). Lubang dubur berbentuk biasa tidak terdapat kelainan. Odontologi (gigi) : Pada mayat didapati gigi korban lengkap 32 buah dan tidak terdapat kelainan. Dilakukan perbandingan data yang diperolehi / data temuan dengan data ante-mortem. Serologi : Memeriksa golongan darah jenazah dengan mengambil sampel ramhut, kuku atau tulang. Sidik jari : Membandingkan gambaran sidik jari jenazah dengan data sidik jari ante-mortem. Setelah mengambil sidik jari jenazah (cap) hasil diberikan kepada pihal berkuasa. Ekslusi : Metode ini digunakan pada kecelakaan missal yang melibatkan sejumkah orang yang tidak diketahui identitas. Pada kasus ini eklusi tidak dapat dilakukan.1,3

Pemeriksaan medis Pemeriksaan luar4 1. Label mayat : Terdapat sehelai karton berwarna merah dengan materai terikat pada ibu jari kaki kanan mayat. 2. Tutup mayat : Tiada 3. Bungkus mayat : Tiada 4. Pakaian: Korban menggunkan koas dalam (oblong) berwarna putih tanpa merek ukuran L yang terdapat lumuran darah pada bagian ketiak sebelah kiri dan bercak darah pada bagian dada. Pada daerah ketiak sebelah kiri, dua puluh centimetre di bawah jahitan bahu sebelah kiri dan delapan sentimeter dari garis pertengahan terdapat robekan berbentuk garis melintang sepanjang lima sentimeter. Celana panjang jeans berwarna hitam

dengan merek Levis dengan bagian atas kiri celana terdapar bercak berwarna merah serta bagian bawahnya digulung setengah tungkai bawah. Celana dalam berwarna biru tua dengan karet berwarna hitam pada pinggang dengan tulisan Crocodile berwarna biru, terdapat bercak berwarna merah di bagian depan atas sebelah kiri dan terdapat bercak berwarna putih. Lehernya terikat lengan baju dan ujung lengan baju lainnya terikat ke sebuah dahan pohon perdu setinggi 60cm. 5. Perhiasan : Korban memakai jam tangan di pergelangan tangan kiri yang diperbuat daripada besi berwarna silver dengan jam berbentuk bulat dan bermerek Casio. Terdapat bercak berwarna merah pada permukaan hadapan dan belakang jam. 6. Benda disamping mayat : Pohon perdu setinggi 60 cm dan batuan. 7. Tanda kematian : Lebam mayat : Dilakukan pencatatan letak dan distribusi lebam pada mayat. Pada posisi mayat tertelungkup, dapat ditemukan lebam mayat pada bagian perut, dada dan kepala. Lebam mayat tidak hilang pada penekanan dan tidak berpindah jika tubuh mayat dialihkan. Warna lebam mayat merah kebiruan. Ia biasanya timbul selepas 20-30 menit paska kematian dan akan menetap selepas 8-12 jam kematian. Kaku mayat : Pemeriksaan kaku mayat mendapati kaku mayat tiada. Kaku mayat mulai timbul kira-kira 2 jam setelah kematian dan distribusinya dari kepala ke kaki yang kemudiannya kaku akan menjadi lengkap setelah 12 jam dan dipertahankan selama 12 jam dan kemudia meghilang dalam urutan yang sama. Suhu tubuh mayat : Suhu tubuh menurun akibat terhentinya proses metabolisme. Selain itu, dapat juga dipengaruhi oleh suhu lingkungan sekitar korban dan keadaan korban yang hanya menggunakan kaos dalam dapat terjadi penurunan suhu yang mendadak. Pembusukan : Pembusukan baru tampak kira-kira 24 jam pasca mati yang berupa warna kehijauan pada perut kanan bawah yaitu daerah sekum yang isinya lebih cair

dan penuh dengan bakteri serta terletak dekat dinding perut. Secara bertahap warna hijau ini akan menyebar ke seluruh perut dan dada, bau busuk pun akan mulai tercium. Pembuluh darah bawah kulit akan tampak melebar dan berwarna kehijauan kehitaman. Rambut menjadi mudah dicabut dan kuku mudah terlepas, wajah mengembung dan berwarna ungu kehijauan, kelopak mata membengkak, pipi tembem dan keadaan ini berbeda dengan wajah asli korban. Kasus ini terdapat tanda pembusukan dan diperkirakan saat kematian korban adalah lebih dari 24 jam.1,5 8. Identifikasi umum : Jenis kelamin : laki-laki Bangsa : Indonesia Umur : 35 tahun Warna kulit : sawo matang Keadaan gizi : cukup Tinggi badan : 165cm Berat badan : 62kg

9. Identifikasi khusus : Tiada 10. Pemeriksaan rambut : Berwarna hitam dan tumbuh lebat lurus. 11. Pemeriksaan mata : Kedua mata terbuka dengan ukuran pembukaan masing-masing 5mm, ada gambaran perbendungan mata berupa pelebaran pembuluh darah konjungtiva bulbi dan palpebra dan timbul titik-titik perdarahan yaitu tardieus spot. 12. Pemeriksaan daun telinga dan hidung : Tidak terdapat cairan atau busa. 13. Pemeriksaan terhadap mulut dan rongga mulut : Tiada tanda kelainan dan gigi lengkap 32 buah. Tidak terdapat benda asing dalam mulut. Ditemukan busa halus berwarna putih didalam rongga mulut. Mulut terbuka empat milimiter. Kedua bibir tampak tebal. 14. Pemeriksaan alat kelamin dan lubang pelepasan : Alat kelamin telah disirkumsisi. Penis tampak seolah mengalami ereksi dengan posisi setengah terangkat akibat adanya kumpulan darah, terdapat bercak berwarna putih pada lubang kemaluan. Lubang pelepasan tidak ditemukan kelainan.

15. Lain-lain : Terdapat perbendungan pada daerah sebelah atas ikatan. 16. Pemeriksaan tanda-tanda kekerasan : Luka : a) Letak luka : ditemukan adanya satu luka terbuka didaerah ketiak kiri dan satu luka sayatan didaerah tungkai bawah kanan dan satu luka sayatan didaerah tungkai kiri. b) Jenis luka : luka terbuka yang memperlihatkan pembuluh darah ketiak yang putus dan luka sayatan didaerah tungkai bawah kanan dan kiri yang memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan luka akibat kekerasan benda tajam. c) Bentuk luka : d) Arah luka : melintang e) Tepi luka : rata dan teratur f) Sudut luka : kedua sudut luka lancip g) Dasar luka : dalam luka tidak melebihi panjang luka dan dasar berbentuk garis, ternampak arteri di bagian ketiak yang putus. Luka pada betis kiri dan kanan mempunyai dasar berbentuk garis dan tampak otot yang terpotong rata. h) Sekitar luka : luka dibagian tungkai bawah kanan dan kiri disekitar luka tidak menunjukkan kelainan hanya terdapat pasir disekitar luka. i) Ukuran luka : ukuran panjang luka 10cm, luas luka 6cm, dalam luka

4cm. Selepas dilakukan jahitan, ukuran luka ialah 10cm. Ukuran luka betis tungkai kanan 5cm x 2cm, selepas penjahitan luka berbentuk garis sepanjang 5cm. Luka pada betis tungkai kiri 10cm x 2 cm, setelah dilakukan penjahitan luka membentuk garis sepanjang 10cm. Jejas jerat : a) Letak jejas : terletak lebih tinggi pada leher b) Jenis jejas : luka lecet geser berwarna kuning kecoklatan disebabkan oleh tekanan linier pada kulit disertai gerakan bergeser oleh baju yang dililit di leher korban. c) Bentuk jejas : kulit mencekung kedalam sesuai dengan bahan penjerat yang didapati. Pada kasus ini bahan jerat yang digunakan adalah baju korban itu sendiri. d) Arah jejas : arah jejas pada leher mangsa mendatar.

e) Tepi jejas : tepi jejas rata dan teratur f) Sudut jejas : sudut jejas tumpul g) Dasar luka : h) Sekitar luka: ditemukan gelembung-gelembung dan pelebaran pembuluh darah yang merupakan tanda intravital. i) Ukuran luka : lebar jejas berukuran 1cm. j) Lain-lain : 17. Pemeriksaan terhadap patah tulang : Tidak ditemukan tanda patah tulang.1,4 Pemeriksaan dalam : 1 Lidah : Tidak ada bekas gigitan dan lidah masih utuh. 2 Tonsil : Tidak ada kelainan. 3 Kelenjar gondok : Terdapat resapan darah pada kelenjar gondok. 4 Kerongkongan (esophagus) : Tidak ditemukan benda asing. 5 Batang tenggorok (trachea) : Terdapat busa. 6 Tulang lidah (os hyoid), rawan gondok (cartilage thyroidea) dan rawan cincin (cartilage cricoidea) : Terdapat resapan darah di rawan gondok dan rawan cincin. 7 Arteria carotis interna : Terdapat kerusakan di bagian intima arteri carotis dan terdapat resapan darah. 8 Kelenjar kacang (thymus) : Ditemukan adanya thymic fat body dan tiada bintik-bontik perdarahan. 9 Paru-paru : Ditemukan paru-paru yang edema. Tersapat bintik-bintik perdaraha (petekie) pada subpleura viseralis paru terutama di lobus pars diafragmatika dan fissure interlobaris. 10 Jantung : Sebesar kepalan tangan kanan mayat. Selaput luar tampak licin, ditemukan bintikbintik perdarahan mukosa halus, epikardium pada belakang jantung daerah aurikuloventrikular.

11 Aorta thoracalis : Tidak terdapat kelainan. 12 Aorta abdominalis : Tidak terdapat kelainan. 13 Anak ginjal : Tidak nampak kelainan. 14 Ginjal,ureter dan kandung kencing : Tidak tampak kelainan. 15 Hati dan kandung empedu : Hati berwarna coklat gelap, permukaan rata, tepi tajam, berat hati lebih berat dari normal dan pada pengirisan hati banyak darah keluar. Kandung empedu berisi cairan berwarna hijau coklat, selaput lender berwarna hijau. Saluran empedu tidak menunjukkan penyumbatan. 16 Limpa dan kelenjar getah bening : Limpa berwarna merah hitam dan lebih berat daripada berat normal dan pada pengirisan, limpa banyak mengeluarkan darah. 17 Lambung, usus halus dan usus besar : Pada selaput mukosa halus terdapat bintik-bintik perdarahan. 18 Kelenjar liur perut (pancreas) Tiada kelainan. 19 Otak besar, otak kecil dan batang otak : Ditemukan bintik-bintik perdarahan pada kulit kepala sebelah dalam terutama di bagian otot temporal. 20 Alat kelamin dalam genitalia (genitalia interna) : Konsistensi testis normal, terdapat resapan darah. kelenjar prostat normal dan bentuk dan ukuran epididemis normal.1,4,5

Autopsi pada kasus kematian akibat asfiksi mekanik Asfiksi mekanik meliputi peristiwa pembekapan, penyumbatan, pencekikan, penjeratan dan gantung serta penekanan pada dinding dada. Pada pemeriksaan mayat, umumnya akan ditemukan tanda kematian akibat asfiksi berupa lebam mayat yang gelap dan luas, perbendungan pada bola mata, busa halus pada lubang hidung, mulut dan saluran pernafasan, perbendungan pada alat-alat dalam serta bintik perdarahan Tardieu. Tanda-tanda asfiksi tidak akan ditemukan bila kematian terjadi melalui mekanisme non-asfiksi. Untuk menentukan

peristiwa mana yang terjadi pada korban, perlu diketahui ciri khas bagi masing-masing peristiwa tersebut. Mati akibat pembekapan tanda kekerasan di sekitar lubang hidung, mulut, dan permukaan belakang bibir, berupa luka memar atau luka lecet tekan. Kadang dapat ditemukan tanda kekerasan pada daerah belakang kepala atau tengkuk sebagai akibat tertekannya kepala ke belakang. Sering merupakan peristiwa pembunuhan, dimana korban adalah orang dengan fisik lemah atau dalam keadaan tidak berdaya. Mati akibat pencekikan tanda-tanda kekerasan pada kulit daerah leher oleh ujung jari atau kuku berupa luka memar dan luka lecet tekan. Pada pembedahan ditemukan resapan darah bawah kulit daerah leher serta otot atau alat leher. Tulang lidah kadang ditemukan patah unilateral. Mati akibat penjeratan ditemukan jerat pada leher korban. Jerat harus diperlakukan seperti barang bukti dan dilepaskan dari leher korban dengan jalan menggunting secara miring pada jerat di tempat yang paling jauh dari simpul sehingga simpul pada jerat tetap utuh. Jejas jerat berupa luka lecet tekan melingkari leher, berjalan mendatar, dan letaknya di bawah rawan gondok. Catat keadaan jejas jerat dengan teliti dengan menyebutkan arah, lebar, serta letak jerat yang tepat. Perhatikan apakah jejas jerat menunjukkan pola (pattern) tertentu yang sesuai dengan permukaan jerat yang bersentuhan dengan kulit leher. Pada umumnya, simpul mati ditemukan pada kasus pembunuhan sedangkan simpul hidup pada kasus bunuh diri, namun perkecualian selalu terjadi. Mati akibat tergantung pada kasus gantung, jerat pada leher menahan berat badan korban dan mengakibatkan tertekannya leher. Jerat pada leher menunjukkan ciri khas berupa arah yang tidak mendatar, tetapi membentuk sudut yang membuka ke arah bawah serta letak jerat yang tinggi. Bila korban berada cukup lama dalam posisi gantung, distribusi lebam mayat akan menunjukkan pengumpulan darah di ujung tangan dan kaki. Pada pembedahan, akan dapat ditemukan resapan darah bawah kulit serta pada otot dan alat leher di tempat yang sesuai dengan letak jejas jerat pada kulit. Mati akibat dada tertekanterdapat tanda asfiksi yang jelas disertai tanda-tanda penekanan pada dada berupa luka memar atau lecet. Dapat ditemukan pada korban yang tertimbun tanah atau bangunan runtuh.1,5

Autopsi pada kasus kematian akibat pembunuhan menggunakan kekerasan tajam Pada pembunuhan dengan menggunakan kekerasan tajam, luka harus dilukiskan dengan baik, dengan memperhatikan bentuk luka, tepi luka, sudut luka, keadaan sekitar luka, serta lokasi luka. Dalam peristiwa pembunuhan, dicari kemungkinan adanya luka tangkis di daerah ekstensor lengan bawah serta telapak tangan. Luka biasanya terdapat beberapa buah yang distribusinya tidak teratur, sekalipun tidak jarang ditemukan kasus pembunuhan hanya terdiri dari 1 luka saja tanpa si korban sempat melakukan perlawanan apapun. Dengan menentukan arah kekerasan pada luka yang ditemukan, dapat dilakukan rekonstruksi peristiwa.4

Interprestasi temuan Ditemukan mayat yang sudah membusuk, sehingga saat kematian korban dapat diperkirakan lebih daripada 24 jam karena pembusukan hanya tampak selepas 24 jam selepas kematian. Secara bertahan badan mayat akan berubah menjadi warna kehijauan dan ini akan menyebar keseluruh tubuh dan bau busuk pun akan mula tercium. Ditemukan lebam mayat pada bagian dada, perut, kaki dan hujung-hujung jari karena korban ditemukan dalam keadaan tergantung posisi tubuh relative mendatar. Lebam mayat terjadi disebabkan eritrosit akan menempati tempat terbawah akibat gaya tarik bumi (gravitasi). Mayat diposisikan telentang, lebam mayat masih tidak berubah posisi, menunjukkan lebam mayat sudah menetap disebabkan sel-sel darah sudah banyak menimbun, dan terjadi kekakuan otot-otot dinding pembuluh darah sehingga mempersulit darah untuk berpindah. Menetapnya lebam mayat timbul setelah 8-12 jam pasca kematian. Korban tidak ditemukan kaku mayat (rigor mortis) karena korban sudah meninggal lebih daripada 24jam. Sebab kematian : Asfiksia akibat korban dijerat. Cara kematian : Pada kasus ini, cara kematian korban adalah tidak wajar dengan dugaan pembunuhan oleh seseorang di hutan dengan mengantung korban yang dilemah sehingga mati. Hal ini juga berdasarkan hasil temuan pada korban yang ditemukan tanda-tanda jejas jerat dan juga kekerasan yaitu luka terbuka pada bagian ketiak dan luka benda tajam pada

kedua tungkai bawah dengan tujuan untuk melemahkan mangsa sebelum membunuhnya. Mekanisme kematian : Asfiksia karena udara pernafasan terhalang untuk memasuki saluran pernafasan akibat leher dijerat menggunakan baju si korban.

Visum et Repertum Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510

Nomor: 7891-SK.IV/1234/3-96

Jakarta, 27 Desember 2012

Lamp : Satu sampul tersegel----------------------------------------------------------------------------Perihal: Hasil Pemeriksaan Pembedahan---------------------------------------------------------------atas jenasah Tn. Tono----------------------------------------------------------------------------

PROJUSTITIA Visum Et Repertum Yang bertanda tangan di bawah ini, Soemardi, dokter ahli kedokteran forensik pada Bagian Ilmu Kedokteran Forensik FakultasKedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta, menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari Kepolisian Resort Polisi Jakarta Barat No.Pol: C/456/VR/XIV/96/Serse tertanggal 24 Desember 2012, maka pada tanggal dua puluh enam tahun dua ribu dua belas, pukul dua puluh lewat tiga puluh menit Waktu Indonesia bagian Barat, bertempat di ruang bedah jenazah Bagian Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana telah melakukan pemeriksaan atas jenazah yang menurut surat permintaan tersebut adalah: Nama : Tono-----------------------------------------------------------------------------

Jenis Kelamin : Laki-laki------------------------------------------------------------------------Umur Kebangsaan Agama : 35 tahun------------------------------------------------------------------------: Indonesia-----------------------------------------------------------------------: Budha----------------------------------------------------------------------------

Pekerjaan Alamat

: petani---------------------------------------------------------------------------: Jl. Subur-------------------------------------------------------------------------

Mayat telah diidentifikasi dengan sehelai label berwarna merah muda, dengan material lak merah, terikat pada ibu jari kaki kanan-----------------------------------------Hasil Pemeriksaan I. Pemeriksaan Luar. 1. Mayat tidak terbungkus--------------------------------------------------------------------------------2. Mayat berpakaian sebagai berikut--------------------------------------------------------------------a. Kaos oblong lengan panjang bahan katun warna putih, tidak bermerek. Kaus berlumuran darah pada bagian ketiak sebelah kiri. Pada daerah ketiak sebelah kiri, dua puluh sentimeter di bawah jahitan bahu sebelah kiri dan delapan sentimeter dari garis pertengahan terdapat robekan berbentuk garis melintang sepanjang lima sentimeter--------------------------------------b. Celana panjang berbahan jeans bermerek Levis warna hitam dengan satu buah saku masing-masing pada sisi kanan dan kiri. Pada bagian atas kiri celana ini terdapat bercak darah--------------------------------------------------------------------------------------------------------c. Celana dalam dari kaus berwarna biru tua dengan karet berwarna hitam bermerek crocodile. Pada bagian depan celana dalam ini terdapat bercak berwarna putih------------------3. Pada pergelangan tangan kiri yang diperbuat daripada besi berwarna silver dengan jam berbentuk bulat dan bermerek Casio. Terdapat bercak berwarna merah pada permukaan hadapan dan belakang jam 4. Kaku mayat tidak ditemukan pada seluruh tubuh. Lebam mayat terdapat pada bagian wajah, dada, dan tungkai, berwarna merah kebiruan-gelap, tidak hilang pada penekanan------5. Mayat adalah seorang laki-laki bangsa Indonesia, umur kurang lebih tiga puluh lima tahun, kulit berwarna sawo matang, gizi sedang, panjang badan seratus enam puluh lima sentimeter dan berat badan enam puluh dua kilogram dan zakar disunat---------------------------------------6. Rambut kepala berwarna hitam, tumbuh lebat lurus, panjang tiga belas sentimeter. Alis berwarna hitam, tumbuh lebat. Bulu mata berwarna hitam, tubuh kurus, panjang enam milimeter. Kumis berwarna hitam, tumbuh lebat dengan panjang delapan milimeter-----------7. Kedua mata terbuka masing-masing lima milimeter. Selaput bening mata keruh, kedua teleng mata bundar dengan garis tengah lima milimeter. Tirai mata berwarna coklat. Selaput bola mata dan selaput kelopak mata kanan dan kiri berwarna putih, tampak titik-titik perdarahan dan pelebaran pembuluh darah------------------------------------------------------------8. Hidung berbentuk biasa. Kedua daun telinga berbentuk biasa------------------------------------

9. Mulut terbuka empat milimeter. Kedua bibir tampak tebal. Lidah terjulur keluar. Gigi geligi lengkap tiga puluh dua buah----------------------------------------------------------------------10. Dari lubang hidung dan mulut keluar busa halus berwarna putih------------------------------11. Alat kelamin setengah terangkat--------------------------------------------------------------------12. Pada tubuh terdapat luka-luka sebagai berikut:---------------------------------------------------a. Pada daerah ketiak sebelah kiri, dua puluh sentimeter di bawah bahu, delapan sentimeter di kiri garis pertengahan badan depan, dan seratus dua puluh lima sentimeter dari tumit, terdapat sebuah luka terbuka melintang, tepi dan dinding luka rata, kedua sudut luka lancip, dasar luka berbentuk garis pada sela iga ke empat kiri yang terlihat terpotong melintang, luka bila dirapatkan berbentuk garis lurus sepanjang sepuluh sentimeter. Kulit sekitar luka tidak menunjukkan kelainan------------------------------------------------------------------------------------b. Pada daerah tungkai bawah pada bagian betis sebelah kanan, sepuluh sentimeter di bawah lipat lutut, dua puluh sentimeter diatas tumit, terdapat sebuah luka terbuka melintang, tepi dan dinding luka rata, kedua sudut luka lancip, dasar luka berbentuk garis, pada dasar luka tampak oto-otot yang terpotong rata, bila dirapatkan berbentuk garis lurus sepanjang lima sentimeter. Kulit sekitar luka tidak menunjukkan kelainan------------------------------------------c. Pada daerah tungkai bawah pada bagian betis sebelah kiri, lima sentimeter di bawah lipat lutut, dua puluh lima sentimeter diatas tumit, terdapat sebuah luka terbuka melintang, tepi dan dinding luka rata, kedua sudut luka lancip, dasar luka berbentuk garis, pada dasar luka tampak oto-otot yang terpotong rata, bila dirapatkan berbentuk garis lurus sepanjang sepuluh sentimeter. Kulit sekitar luka tidak menunjukkan kelainan------------------------------------------d. Pada leher terdapat luka lecet geser berwarna kuning kecoklatan dengan perabaan seperti kertas perkamen dengan lebar jejas berukuran satu sentimeter, dengan batas depan tepat di garis pertengahan depan tiga sentimeter daripada jakun, lapan sentimeter dibawah liang telinga kanan, dan lapan sentimeter dibawah liang telinga kiri. Jejas menghilang pada garis pertengahan belakang satu sentimeter diatas batas tumbuh rambut belakang---------------------13. Tidak terdapat patah tulang--------------------------------------------------------------------------II. Pemeriksaan dalam (bedah jenazah) 14. Jaringan lemak bawah kulit daerah dada dan perut berwarna kuning kecoklatan, tebal di daerah dada lima milimeter sedangkan di daerah perut sebelas sentimeter. Otot-otot berwarna coklat dan cukup tebal------------------------------------------------------------------------------------15. Sekat rongga badan sebelah kanan setinggi sela iga keempat dan yang kiri setinggi sela igakelima-----------------------------------------------------------------------------------------------------

16. Pada sela iga kelima kiri, delapan sentimeter dari garis pertengahan depan terdapat luka berbentuk garis lurus melintang sepanjang tiga setengah sentimeter-------------------------------Iga lain serta tulang dada tidak menunjukkan kelainan----------------------------------------------17. Jaringan bawah kulit daerah leher dan otot leher terdapat resapan darah---------------------18. Kandung jantung tampak tiga jari di antara kedua tepi paru. Pada kandung jantung terdapat bintik-bintik perdarahan------------------------------------------------------------------------Rongga dada tidak terdapat perdarahan. Paru kanan dan kiri cukup mengembang--------------19. Dinding rongga perut tampak licin, berwarna kelabu mengkilat. Pada lapisan mukosa terdapat bintik-bintik perdarahan. Tirai usus tampak menutupi sebagian besar usus------------20. Lidah terjulur berwarna kelabu, perarbaan lemas, tidak terdapat bekas tergigit maupun resapan darah. Tonsil tidak membesar dan penampangnya tidak menunjukkan kelainan. Kelenjar gondok berwarna coklat merah, tidak membesar dan terdapat bintik-bintik perdarahan--------------------------------------------------------------------------------------------------21. Batang tenggorok dan cabangnya berisi sedikit darah dan busa. Selaput lendirnya berwarna putih kemerahan dan tidak menunjukkan kelainan...................................................... 22 Kerongkongan kosong, selaput lendirnya berwarna putih...................................................... 23. Paru kanan terdiri dari tiga baga, berwarna kemerahan gelap dan perabaan seperti karet busa. Penampang tampak paru-paru membengkak dan terdapat bintik-bintik perdarahan------Paru kiri terdiri dari dua baga, berwarna kemerahan gelap dan perabaan agak kenyal. Paru kiri membengkak dan terdapat bintik-bintik perdarahan---------------------------------------------24. Jantung tampak sebesar tinju kanan mayat. Selaput luar jantung tampak licin, terdapat bintik perdarahan------------------------------------------------------------------------------------------Katup jantung tidak menunjukkan kelainan. Lingkaran katup serambi bilik kanan sebelas sentimeter sedangkan yang kiri sembilan setengah sentimeter. Lingkaran katup nadi paru sepanjang enam setengah sentimeter dan katup batang nadi sepanjang enam sentimeter. Tebal otot bilik jantung kanan empat milimeter dan yang kiri dua belas milimeter otot puting cukup tebal. Pembuluh nadi jantung tidak tersumbat dan dindingnya tidak menebal. Sekat jantung tidak menunjukkan kelainan------------------------------------------------------------------------------. Berat jantung tiga ratus lima puluh gram--------------------------------------------------------------25. Hati berwarna coklat gelap, permukaannya rata, tepinya tajam, dan perabaan kenyal padat. Penampang hati berwarna merah coklat dan gambaran hati tampak jelas. Berat hati adalah seribu empat ratus gram--------------------------------------------------------------------------26. Kandung empedu berisi cairan berwarna hijau coklat, selaput lendirnya berwarna hijau seperti beludru. Saluran empedu tidak menunjukkan penyumbatan---------------------------------

27. Limpa berwarna merah gelap, permukaannya keriput dan perabaan lembek. Penampangnya berwarna merah hitam dengan gambaran limpa jelas. Berat limpa dua ratus sepuluh gram-----------------------------------------------------------------------------------------------28. Kelenjar liur perut berwarna putih kekuningan, permukaan menunjukkan belah-belah dan penampangnya tidak menunjukkan kelainan. Berat kelenjar liur perut delapan puluh lima gram---------------------------------------------------------------------------------------------------------29. Lambung berisi makanan yang setengah tercema terdiri dari nasi dan sayur. Selaput lendirnya berwarna putih dan menunjukkan lipatan yang biasa, tidak terdapat kelainan. Usus dua belas jari, usus halus, dan usus besar, pada dindingnya terdapat bintik-bintik perdarahan-30. Anak ginjal kanan berbentuk trapesium dan yang kiri berbentuk bulan sabit. .................... Gambaran kulit dan sumsum jelas, tidak menunjukkan kelainan. Berat anak ginjal kanan delapan gram dan yang kiri sembilan gram. ...................................................................... 31. Ginjal kanan dan kiri bersimpai lemak tipis. Simpai ginjal kanan dan kiri tampak rata dan licin, berwarna coklat dan mudah dilepas. Berat ginjal kanan sembilan puluh gram dan yang kiri seratus gram. Penampang ginjal menunjukkan gambaran yang jelas, piala ginjal dan saluran kemih tidak menunjukkan kelainan------------------------------------------------------------32. Kandung kencing berisi cairan berwarna kekuningan dan selaput lendirnya berwarna putih, tidak menunjukkan kelainan----------------------------------------------------------------------33. Kulit kepala bagian dalam bersih, tulang tengkorak utuh, selaput keras otak tidak menunjukkan kelainan. Terdapat bintik-bintik perdarahan di atas dan di bawah selaput keras otak. Permukaan otak besar menunjukkan gambaran lekuk otak yang biasa, terdapat bintik perdarahan. Penampang otak besar tidak menunjukkan kelainan. Otak kecil dan batang otak menunjukkan bintik perdarahan baik pada permukaan maupun penampangnya-----------------34. Selanjutnya dapat ditentukan saluran luka pada ketiak sebelah kiri, menembus kulit, jaringan bawah kulit, otot, dan tampak pembuluh darah ketiak kiri putus, dan beberapa luka terbuka daerah tungkai bawah kanan dan kiri akibat kekerasan benda tajam dan posisi tubuh relatif mendatar serta ditemukan jeratan pada leher oleh baju.....................................................

Kesimpulan Pada mayat laki-laki ini ditemukan luka terbuka di daerah ketiak kiri yang memperlihatkan pembuluh darah ketiak yang putus, dan beberapa luka terbuka daerah tungkai bawah kanan dan kiri akibat kekerasan benda tajam dan posisi tubuh relatif mendatar serta ditemukan jeratan pada leher menggunakan baju------------------------------------------------

Luka terbuka pada ketiak kiri menunjukkan ciri-ciri yang sesuai dengan tusukan benda tajam bermata dua dan jeratan pada leher memberikan gambaran luka lecet geser------Sebab mati orang ini adalah terjadinya kekerasan penjeratan pada leher menyebabkan terjadinya tekanan pada jalan napas sehingga mengakibatkan kekurangan oksigen untuk bernafas yaitu asfiksia-------------------------------------------------------------------------------------Demikianlah saya uraikan dengan sebenar-benarnya berdasarkan keilmuan saya yang sebaik-baiknya mengingat sumpah sesuai dengan KUHAP-----------------------------------------Dokter yang memeriksa,

dr. Soemardi NIP 130----

Penutup Kesimpulan Berdasarkan scenario di atas perlu dilakukan pemeriksaan TKP dan pemeriksaan jenasah yang meliputi pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam dan pemeriksaan laboratoium untuk menentukan sebab kematian dan mekanisme mati korban. Segala informasi yang diperolehi mestilah dicatat didalam visum et repertum untuk dijadikan sebagai alat bukti dalam kasus pidana. Laki-laki yang ditemui mati pada kasus ini memiliki hasil pemeriksaan yang sesuai dengan kematian yang disebabkan asfiksia akibat digantung karena terdapat jejas jerat pada leher korban. Oleh itu hipotesis diterima.

Daftar pustaka 1) Budiyanti A, Widiatmaka W, Sudiono S, Winardi T, Abdul Munim, Atmadja DS, et al. Ilmu kedokteran forensik. Edisi pertama. Cetakan ke-2. Jakarta: FK UI; 1997.h.364, 177-206 2) Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran. 2nd ed. Pub bagian kedokteran forensic FKUI. Jakarta UI; 1994: 1-39 3) James JP. Jones R. Karch SB. Manlove J. Simpsons forensic medicine. In: identification of the living and the dead. 13th ed; 2011: 35-41 4) Teknik autopsi forensic. 4th ed. Bagian kedokteran forensic FKUI pub. Jakarta; 2000: 1-44, 74-81 5) James JP. Jones R. Karch SB. Manlove J. Simpsons forensic medicine. In: Asphyxia.. 13th ed; 2011:151-62

Anda mungkin juga menyukai