Anda di halaman 1dari 57

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA DALAM MENGHITUNG LUAS LINGKARAN MENGGUNAKAN MEDIA LCD PROYEKTOR PADA SISWA KELAS

V SDN 01 JOSENAN KOTA MADIUN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh: REZA RIEZKY FEBRIYANTI NPM 09141179

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN IKIP PGRI MADIUN 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan bimbingan-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi Program S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Madiun Tahun 2012. Adapun judul tugas akhir ini adalah Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Dalam Menghitung Luas Lingkaran Menggunakan Media LCD Proyektor Pada Siswa Kelas V SDN 01 Josenan Kota Madiun Tahun Pelajaran 2012/2013. Tugas inidiharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan dalam peningkatan proses pembelajaran matematika sehingga dapat memebrikan kontribusi dalam upaya meningkatkan kompetensi kualitas sumber daya pendidikan. Saya menyadari bahwa tidak mungkin penulis tugas akhir ini dapat berjalan dengan lancer tanpa bantuan dari abnyak pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. H. Parji, M.Pd., Rektor IKIP PGRI Madiun yang telah banyak membimbing penulis selama ini. 2. Bapak Drs, Vitalis Djarot Sumarwoto, M.Pd., dekan Fakultas Ilmu Pendidikan. 3. Bapak Drs. Ibadullah Mallawi, M.Pd., Ketua Program Studi Guru Sekolah Dasar IKIP PGRI Madiun.

4.

Bapak Drs. Edy Siswanto, M.Pd, pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis.

5.

Semua dosen dan segenap civitas akademika IKIP PGRI Madiun yang telah banyak memberikan pengajaran dan bimbingan selama perkuliahan ini.

6.

Bapak Suprijadi, S.Pd., selaku kepala SDN 01 Josenan Kecamatan taman Kota Madiun dan seluruh staf pengajar yang telah banyak memberikan bantuan sehingga penulis dapat emlakukan penelitian ini dengan lancer.

7.

Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan, bantuan dan semangat yang telah diberikan. Dengan harapan semoga Tuhan Ynag Maha Esa emlimpahkan anugerah

yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak tersebut di atas. Saya emnyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karenanya segala saran dan kritik yang emmebangun dari manapun akan saya terima dengan senang hati dan terima kasih yang sebesar-besarnya. Akhirnya saya berharap agar tugas akhir ini memberikan manfaat bagi para pembaca dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam upaya meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di SD.

Magetan,

Januari 2013

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii DAFTAR ISI .................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1 B. Batasan Masalah .................................................................................. 6 C. Rumusan Masalah ............................................................................... 7 D. Tujuan penelitian ................................................................................. 7 E. Manfaat penelitian ............................................................................... 7

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Hasil Belajar Matematika .................................................................... 9 B. Media Pembelajaran LCD Proyektor .................................................. 19 C. Motivasi Belajar .................................................................................. 28 D. Kerangka Berfikir ................................................................................ 33 E. Hipotesis Tindakan .............................................................................. 35

BAB III A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ......................................................... 36 B. Subjek Penelitian ................................................................................. 36

C. Desain dan Prosedur Penelitian ........................................................... 37 D. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 44 E. Metode Analisis Data .......................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 47

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk mencetak generasi bangsa yang cerdas, berwawasan luas, serta mampu mengatasi permasalahan baik yang terjadi sekarang maupun yang akan datang. Mengingat begitu pentingnya peran pendidikan, maka sudah seharusnya mutu pendidikan terus ditingkatkan agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Sekolah sebagai lembaga pendidikan dituntut untuk mampu memperbaiki mutu pendidikan dan mencetak bibit unggul bangsa yang mampu berkembang dalam kehidupan global. Selain itu, guru sebagai sumber sekaligus aktor dalam dunia pendidikan, juga dituntut untuk mampu meningkatkan mutu pembelajaran. Peningkatan mutu pembelajaran harus dilakukan oleh para guru, hal ini akan memberi dampak terhadap mutu pendidikan nasional. Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kualitas pembelajaran yang dilaksanakannya. Kualitas pembelajaran yang baik akan meningkatkan kualitas hasil pendidikan. Oleh karena itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan guna meningkatkan kualitas mengajarnya. Guru dalam membuat perencanaan dituntut untuk lebih inovatif dalam pengorganisasian kelas, penggunaan strategi pembelajaran,

metode pembelajaran, media pembelajaran, serta sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di tingkat Sekolah Dasar (SD), dan juga merupakan salah satu mata pelajaran yang dimasukkan dalam ujian nasional. Matematika bagi siswa SD berguna untuk mengembangkan pola pikir siswa, dan untuk mempelajari ilmu-ilmu lain dikemudian hari. Mempelajari matematika merupakan sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mempelajari matematika, diharapkan dapat membentuk pola pikir siswa yang mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang sistematis, logis, dan kritis dengan penuh kecermatan. Berdasarkan pengamatan selama kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL), dalam pembelajaran matematika siswa kelas V di SDN 01 Josenan Kota Madiun banyak yang kurang semangat dan termotivasi dalam kegiatan pembelajaran. Pada saat pembelajaran berlangsung, banyak siswa yang tidak memperhatikan guru ketika menyampaikan materi. Mereka asik bermain, menggambar, bercanda dengan temannya bahkan ada yang berjalan-jalan. Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan. Menurut pendapat peneliti, hal ini dapat terjadi karena guru dalam menyampaikan materi cenderung menyampaikannya melalui ceramah saja. Guru jarang menggunakan media pembelajaran yang menarik. Guru hanya memanfaatkan papan tulis (white board) untuk memberikan contoh soal. Tidak jarang pula guru meminta siswa untuk belajar sendiri, setelah itu

dilanjutkan mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS). Hal inilah yang menyebabkan siswa merasa bosan bahkan tidak senang dengan pelajaran matematika. Ketidaksenangan siswa terhadap pelajaran matematika juga dikarenakan, mereka beranggapan bahwa pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sulit diantara pelajaran lainnya. Anggapan ini muncul karena matematika adalah pelajaran yang mempelajari rumus, angka dan berhitung yang terkadang rumit untuk dipelajari siswa. Bahkan ada juga yang menganggap pelajaran matematika sebagai mata pelajaran yang menyeramkan, sehingga mengurangi motivasi dan menyebabkan hasil belajar matematika belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari nilai ulangan harian, nilai tugas, nilai tes semester dan nilai ujian akhir nasional yang pada umumnya belum sesuai dengan harapan guru dan siswa. Ditambah lagi dengan ketidakmampuan guru dalam menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan bermakna bagi siswa, semakin membuat siswa tidak senang dengan pelajaran matematika. Hal inilah yang mengakibatkan hasil belajar matematika siswa rendah. Padahal matematika akan menjadi suatu pelajaran yang menyenangkan jika guru mengoptimalkan peran siswa dalam proses pembelajaran. Jadi siswa tidak hanya aktif mendengarkan apa yang disampaikan guru, namun siswa juga dituntut untuk ikut serta secara aktif membangun pemahaman

tentang materi yang akan dipelajari. Hal inilah peran media pembelajaran yang menarik sangatlah dibutuhkan. Di dalam proses belajar mengajar, media pembelajaran mempunyai fungsi tidak hanya sekedar alat bantu guru, melainkan sebagai pembawa informasi atau pesan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa (Susilana dan Riyana, 2008: 8). Mengingat pentingnya peran media dalam pembelajaran, khususnya pada pembelajaran matematika, maka sudah seharusnya guru matematika dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan bermakna bagi siswa dengan memanfaatkan media pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan perkembangan jaman, seperti memanfaatkan media Liquid Crystal Display (LCD) Proyektor. Media LCD Proyektor merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran matematika. Media LCD Proyektor adalah sebuah alat yang merupakan gabungan dari LCD Proyektor dengan perangkat elektronik seperti Komputer, Laptop, TV, Kamera, VCD/DVD Player, dan Video Player, dimana LCD Proyektor merupakan hardwarenya sedangkan program dalam perangkat elektronik merupakan softwarenya yang dapat digunakan untuk kegiatan presentasi dan pembelajaran. Dalam penelitian ini media LCD Proyektor ini dimanfaatkan untuk menampilkan materi berupa power point tentang menghitung luas lingkarang. Power point ini menyajikan bagaimana proses terbentuknya lingkaran dan bagaimana sampai di dapatkan rumus luas lingkaran. Jadi dalam pembelajaran yang digunakan dalam penelitian

ini siswa tahu dan mengalami langsung melalui penjelasan power point yang ditampilkan dalam LCD Proyektor. Dengan tampilan yang menarik dari power point juga pemanfaatan media LCD Proyektor yang sebelumnya belum pernah dimanfaatkan untuk pembelajaran matematika diharapkan motivasi belajar matematika siswa kelas V SDN 01 Josenan akan meningkat yang juga akan berpengaruh pada perolehan hasil belajar yang memuaskan. Penggunaan media LCD Proyektor diharapkan dapat

membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar. Selain itu, penggunaan media LCD Proyektor juga diharapkan mampu

mempermudah guru dalam penyampaian materi pelajaran agar dapat terserap dengan baik oleh siswa, sehingga nantinya akan diikuti dengan peningkatan hasil belajar matematika. Hasil belajar matematika adalah hasil belajar siswa yang berupa nilai yang diperoleh dari hasil tes setelah mengikuti pembelajaran matematika. Untuk memperoleh hasil belajar matematika yang baik, selain menggunakan media pembelajaran yang menarik, motivasi belajar juga sangat berperan dalam keberhasilan belajar matematika siswa. Motivasi merupakan penggerak atau pendorong untuk melakukan tindakan tertentu yang dapat meningkatkan dan mengaktifkan kegiatan belajar. Gembong (2010: 33) berpendapat bahwa siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Ini berarti motivasi akan menentukan intensitas usaha belajar siswa. Semakin tinggi

motivasi belajar siswa, maka semakin tinggi usaha siswa untuk belajar. Usaha belajar yang baik memungkinkan hasilnya juga akan baik. Oleh karena itu bagi siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi akan mempunyai hasil belajar yang lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. Motivasi sangat diperlukan dalam belajar. Seperti yang dikatakan Sardiman (2011: 84), Motivation is essential condition of learning, yang berarti motivasi merupakan kondisi yang penting dari belajar. Adanya motivasi dapat mempengaruhi hasil belajar. Hasil belajar akan optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, maka akan makin berhasil pula pelajaran itu. Motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, akan tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar, sehingga siswa tidak berusaha mengerahkan semua kemampuannya. Oleh karena itu, guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar siswa agar dapat berupaya mengerahkan segala kemampuannya dalam proses belajar matematika. Demikian, diharapkan hasil belajar matematika mereka menjadi lebih baik. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan melakukan penelitian Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Dalam Menghitung Luas Lingkaran Menggunakan Media LCD Proyektor Pada Siswa Kelas V SDN 01 Josenan Kota Madiun Tahun Pelajaran 2012/2013.

B. Batasan Masalah Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini, maka perlu adanya suatu lingkup atau batasan masalah sebagai berikut: 1. Objek penelitian adalah hasil belajar matematika. Hasil belajar matematika ini diperoleh dari nilai tes yang diberikan peneliti setelah proses belajar mengajar; 2. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelajaran matematika dengan pokok bahasan menghitung luas lingkaran; 3. Media pembelajaran dalam penelitian ini adalah media LCD Proyektor; 4. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika sedangkan penggunaan media LCD Proyektor dan motivasi belajar siswa sebagai variabel bebas.

C. Rumusan Masalah Apakah dengan penggunaan media LCD Proyektor dapat meningkatkan motivasi belajar matematika dalam menghitung luas lingkaran pada siswa kelas V SDN 01 Josenan Kota Madiun tahun pelajaran 2012/2013?

D. Tujuan Penelitian Untuk meningkatkan motivasi belajar matematika dalam menghitung luas lingkaran menggunakan media LCD Proyektor pada siswa kelas V SDN 01 Josenan Kota Madiun Tahun pelajaran 2012/2013.

E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan. Adapun kegunaan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagi kepala sekolah a. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan kepala sekolah dalam pengembangan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa; b. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. 2. Bagi guru a. Sebagai bahan masukan dalam pemilihan dan penggunaan media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang diajarkan; b. Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan proses pembelajaran di kelas. 3. Bagi peneliti lain a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam melakukan penelitian yang sejenis.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Hasil Belajar Matematika 1. Pengertian Matematika Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu mthma, yang berarti pengkajian, pembelajaran, ilmu, yang ruang lingkupnya menyempit, dan arti teknisnya adalah pengkajian

matematika (Ismunamto 2011: 15). Menurut Van de Wall 2007 terjemahan Suyono (2008: 13) matematika adalah sesuatu yang memiliki pola keteraturan dan urutan yang logis. Hal ini sejalan dengan pernyataan Gembong dan Sanusi (2007: 198) bahwa hakekat matematika yaitu kumpulan ide-ide yang bersifat abstrak dan terstruktur yang hubungannya diatur menurut aturan logis dan berdasarkan pola pikir deduktif. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI nomor 14, 22, 24 tahun 2007 (2007: 209) matematika merupakan ilmu universal yang menjadi dasar perkembangan teknologi modern, yang berperan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan dapat memajukan daya pikir manusia. Selain itu, Uno (2007: 129) juga berpendapat bahwa matematika adalah suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, alat berkomunikasi, dan alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsurunsurnya meliputi: logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalitas dan individualitas serta mempunyai cabang-cabang ilmu antara lain:

aritmatika, karakteristik

aljabar, yang

geometri terletak

dan

analisis. pada

Matematika

memiliki dalam

kekhususannya

mengkomunikasikan ide matematika melalui bahasa numerik. Soedjadi (dalam Gembong dan Sanusi, 2007: 198) memberikan ciri khusus matematika yaitu: (a) objek kajiannya abstrak; (b) bertumpu pada kesepakatan; (c) berpola berfikir deduktif; (d) memiliki simbol yang kosong dari arti; (e) memperhatikan semesta pembicaraan; (f) konsisten dalam sistemnya. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu bidang ilmu tentang sesuatu yang memiliki pola keteraturan, urutan yang logis dan berdasarkan pola pikir deduktif yang bahasanya diwujudkan dalam bentuk simbol dan mempunyai cabangcabang yaitu aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis. Matematika memiliki karakteristik atau ciri khusus seperti memiliki objek kajian yang abstrak, dan juga memiliki pola berfikir deduktif. Karakteristik yang dimiliki oleh matematika, membuat matematika berbeda dari ilmu lainnya. 2. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Matematika Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan

menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar, peluang dan statistika, kalkulus dan trigonometri (Nurhadi, 2005: 203). Selain itu, matematika juga berfungsi untuk mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan

bahasa melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram grafik, atau tabel. Selain memiliki fungsi, matematika juga memiliki tujuan pembelajaran. Menurut Nurhadi (2005: 203) tujuan pembelajaran matematika adalah: a. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikian, eksperimen, eksplorasi, menunjukkan kesamaan dan perbedaan, serta menunjukkan konsisten dan inkonsistensi. b. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba. c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah (problem solving). d. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau

mengkomunikasikan gagasan melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, dan diagram. Berdasarkan pemaparan tentang fungsi dan tujuan matematika di atas, menunjukkan bahwa matematika merupakan ilmu yang sangat penting, yang harus diberikan baik dalam pendidikan formal maupun non formal. Hal ini dikarenakan, dengan mempelajari matematika siswa mampu mengembangkan kemampuannya dalam berbagai hal sehingga nantinya diharapkan siswa mampu mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi di masa yang akan datang.

3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Matematika Menurut Permendiknas Nomor 14, 22, 24 tahun 2007 (2007: 210) mata pelajaran matematika SD meliputi aspek-aspek, yaitu: (a) bilangan (b) geometri dan pengukuran dan (c) pengolahan data. 4. Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Matematika Menurut Permendiknas Nomor 14, 22, 24 tahun 2007 (2007: 210) standar kompetensi lulusan untuk mata pelajaran matematika sebagai berikut: a. Memahami konsep bilangan bulat dan pecahan, operasi hitung dan sifatsifatnya, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan seharihari; b. Memahami bangun datar dan bangun ruang sederhana, unsur-unsur dan sifatsifatnya, serta menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan seharihari; c. Memahami konsep ukuran dan pengukuran berat, panjang, luas, volume, sudut, waktu, kecepatan, debit, serta mengaplikasikannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari; d. Memahami konsep koordinat untuk menentukan letak benda dan

menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari; e. Memahami konsep pengumpulan data, penyajian data dengan tabel, gambar dan grafik (diagram), mengurutkan data, rentangan data, rerata hitung, modus, serta menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari; f. Memiliki sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan; g. Memiliki kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif.

Siswa yang mempelajari matematika diharapkan mampu mencapai standar kecakapan matematika, yang meliputi: pemahaman konsep matematika, keterkaitan antar konsep matematika, dan juga menerapkan konsep matematika secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah di kehidupan sehari-hari. Selain itu, siswa juga harus mampu mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, gambar, maupun grafik (diagram) untuk memperjelas keadaan atau masalah. Setelah siswa mencapai kecakapan matematika tersebut, nantinya siswa akan mampu berpikir secara logis, kritis, dan kreatif, serta memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. 5. Pengertian Hasil Belajar Matematika Hasil belajar terdiri dari dua kata yaitu hasil dan belajar. Hasil merupakan sesuatu yang menjadi akibat dari proses atau usaha. Sedangkan belajar menurut Slameto (2010: 2) adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Belajar dihasilkan dari pengalaman dengan lingkungan yang di dalamnya terjadi hubungan antara stimulus dan respon (Dahar, 2011: 3). Pengalaman yang terjadi berulang kali akan melahirkan pengetahuan (Suyono dan Hariyanto, 2011: 9). Hal ini sejalan dengan pendapat Syah (2010) yang mendefinisikan belajar sebagai

tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Seseorang dikatakan belajar jika terjadi perubahan perilaku dalam dirinya, yang semula tidak mengetahui menjadi mengetahui, yang semula tidak mengerti menjadi mengerti. Menurut Sudjana (2010: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur.. (Hamalik, 2009: 155). Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Walaupun tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar, akan tetapi aktivitas belajar pada umumnya disertai perubahan tingkah laku. Kemudian Dimyati dan Mujiono (2009: 250) berpendapat bahwa hasil belajar merupakan hasil proses belajar atau proses pembelajaran. Sedangkan menurut Wingkel (dalam Purwanto, 2011: 45), hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pembelajaran yang dikembangkan oleh Bloom dan telah direvisi Krathwohl dan Anderson yaitu dimensi proses kognitif yang meliputi: mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis,

mengevaluasi, dan mencipta. Sedangkan untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai suatu materi yang disampaikannya. Pada umumnya hasil belajar siswa dalam sekolah dinyatakan dengan

angka, huruf, atau kalimat, dan terdapat dalam periode tertentu. Biasanya hasil belajar dapat dilihat dari nilai ulangan harian (formatif), nilai ulangan tengah semester (subsumatif) dan nilai ulangan semester (sumatif). Berdasarkan paparan tentang pengertian hasil belajar dan matematika yang sudah dijelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pengertian hasil belajar matematika adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam menguasai bahan, kecakapan, sikap dan pengertian untuk mengembangkan pengetahuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan seharihari.

6. Dimensi Proses Kognitif dalam Hasil Belajar Dalam proses pembelajaran, untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan, maka evaluasi hasil belajar memiliki sasaran berupa ranah kognitif yang terkandung dalam tujuan. Ranah kognitif berorientasi pada kemampuan berpikir intelektual, dari yang paling sederhana sampai yang komplek. Taksonomi tujuan ranah kognitif yang dikemukakan oleh Anderson dan Krathwohl, merupakan hal yang sangat penting diketahui oleh guru sebelum melakukan evaluasi. Menurut Anderson dan Krathwohl (2001: 99-133) dalam pembaruan dimensi proses kognitif, ada enam kategori dimulai dari yang kurang komplek (mengingat) sampai ke yang lebih komplek (menciptakan).

a. Mengingat Mengingat yaitu mendapatkan kembali pengetahuan yang dibutuhkan dari ingatan jangka panjang. Pengetahuan mengingat penting sebagai bekal dalam belajar yang bermakna dan menyelesaikan masalah, karena pngetahuan tersebut dipakai dalam tugas-tugas yang lebih komplek. Ada dua proses kognitif dalam kategori mengingat, yaitu proses mengenali dan mengingat kembali. Proses mengenali yaitu mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari ingatan jangka panjang untuk membandingkan dengan informasi yang baru saja diterima. Dalam proses mengingat, siswa mencari suatu informasi yang mirip dengan informasi yang baru saja diterima di memori jangka panjang. Sedangkan proses mengingat kembali yaitu mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari jangka panjang ketika soalnya mengehendaki diulang kembali. Dalam mengingat kembali, siswa mencari informasi di memori jangka panjang dan membawa informasi tersebut kerja untuk diproses. b. Memahami Memahami yaitu membentuk makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru. Siswa memahami ketika mereka menghubungkan pengetahuan baru dan pengetahuan lama mereka. Siswa dikatakan memahami jika mereka dapat mengkonstruksikan makana dari pesanpesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan atau grafis yang telah disampaikan melalui pengajaran maupun buku yang berkaitan dengan pelajaran. Dalam kategori memahami, ada tujuh dalam proses kognitif yaitu: menafsirkan,

mencontohkan,

mengklarifikasikan,

merangkum,

menyimpulkan,

membandingkan, dan menjelaskan. c. Mengaplikasikan Mengaplikasikan yaitu menjalankan atau menggunakan prosedur dalam situasi tertentu untuk menyelesaikan masalah atau mengerjakan soal latihan. Dalam kategori memahami, ada dua dalam proses kognitif yaitu: mengesekusi dan mengimplementasikan. Dalam mengeksekusi, siswa menerapkan prosedur ketika mengahadapi tugas yang sudah familier secara rutin. Mengeksekusi lebih sering diasosiasikan dengan penggunaan keterampilan dan algoritme. Ketrampilan dan algoritme memiliki dua sifat yang sesuai dengan proses mengeksekusi, yaitu: (1) ketrampilan dan algoritme berisikan rangkaian langkah dengan urutan yang tetap; (2) rangkaian langkah tersebut dilakukan dengan benar dan hasilnya adalah jawaban yang sudah diketahui sebelumnya. Sedangkan dalam mengimplementasikan, siswa memilih dan

menggunakan sebuah prosedur untuk menyelesaikan tugas yang tidak familier. Mengimplementasikan lebih sering diasosiasikan dengan penggunaan teknik dan metode. Dalam mengimplementasikan, siswa harus memahami jenis masalahnya dan alternatif-alternatif prosedur. d. Menganalisis Menganalisis yaitu memecah materi menjadi bagian-bagian komponennya dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut berhubungan dengan satu sama lain dan dengan tujuan atau struktur keseluruhan. Dalam kategori

menganalisis meliputi tiga proses kognitif, yaitu: membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan. Membedakan lebih melibatkan proses memilah-milah bagian-bagian yang relevan atau penting dari sebuah struktur, yang terjadi ketika siswa mendiskriminasikan informasi yang relevan dan tidak relevan, yang penting dan yang tidak penting, dan kemudian memerhatikan informasi yang lebih relevan dan penting. Sebagai contoh dalam proses pembelajaran siswa mampu memilih pengetahuan mana yang lebih penting untuk diambil. Mengorganisasi melibatkan proses mengidentifikasi elemen-elemen komunikasi atau situasi dan proses mengenali bagaimana elemen-elemen itu membentuk sebuah struktur yang koheren. Siswa membangun hubunganhubungan yang sistematis dan koheren antar potongan informasi. Sedangkan dalam proses mengatribusikan melibatkan proses dekonstruksi yang di dalamnya siswa menentukan tujuan pengarang suatu tulisan yang diberikan oleh guru. Mengatribusikan melampaui pemahaman dasar untuk menarik kesimpulan tentang tujuan dibalik suatu tulisan, itu terjadi ketika siswa dapat menentukan sudut pandang, pendapat, nilai, atau tujuan di balik komunikasi. e. Mengevaluasi Mengevaluasi yaitu membuat penilaian berdasarkan pada kriteria dan standar. Kriteria-kriteria yang sering digunakan adalah kualitas, efektifitas, dan konsistensi. Kriteria-kriteria ini ditentukan oleh siswa. Siswa membuat keputusan tentang kesesuaian suatu prosedur untuk menyelesaikan masalah tertentu. Kategori mengevaluasi mencakup proses kognitif memeriksa dan mengkritik.

Memeriksa melibatkan proses menguji inkonsistensi atau kesalahan internal dalam suatu operasi atau produk. Sedangkan mengkritik melibatkan proses penilaian suatu produk atau proses berdasarkan kriteria dan standar eksternal. Dalam mengkritik, siswa mencatat ciri-ciri positif dan negatif dari suatu produk dan membuat keputusan berdasarkan ciri-ciri tersebut. Mengkritik disebut juga dengan menilai. f. Menciptakan Menciptakan yaitu menyatukan elemen-elemen untuk membentuk kesatuan yang koheren atau fungsional; menyusun ulang elemen-elemen ke dalam pola atau struktur baru (membuat hipotesis untuk memperhitungkan fenomena yang diobservasi). Mencipta meminta siswa membuat produk yang semua siswa dapat dan akan melakukannya. Kategori mencipta mencakup proses kognitif merumuskan dan merencanakan. Merumuskan melibatkan proses menggambarkan masalah dan membuat pilihan yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Siswa diminta untuk

menggambarkan suatu masalah. Sedangkan merencanakan melibatkan proses merencanakan metode penyelesaian masalah yang sesuai dengan kriteria-kriteria masalahnya, yaitu membuat rencana untuk menyelesaikan masalah. Dalam proses merencanakan, siswa menentukan sub-sub tujuan atau memerinci tugas dari subsub tugas yang harus dilakukan ketika menyelesaikan masalahnya.

Tabel 2.1 Indikator Dimensi Proses Kognitif Bloom yang Telah Direvisi Anderson dan Krathwohl

No 1 2

Level Kecakapan Mengingat Memahami

Indikator Kecakapan mengenali, mengingat kembali. menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menjelaskan. menyimpulkan, membandingkan,

3 4 5 6

Mengaplikasikan Menganalisis Mengevaluasi Mencipta

mengeksekusi, mengimplementasikan. membedakan, mengorganisasi, mengatribusikan. memeriksa, mengkritik. Merumuskan, merencanakan, memproduksi.

Sumber: Anderson dan Krathwohl, 2001: 100-102

B. Media Pembelajaran LCD Proyektor 1. Pengertian Media Pembelajaran Menurut Heinich (dalam Susilana dan Riyana, 2008: 6), kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver). Sedangkan

Sadiman, dkk (2010: 6) menyebutkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan

minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Menurut Sabri (dalam Musfiqon, 2012: 27), Asosisasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Asssociation of Education and Communication Technology/AECT) di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk yang diprogramkan untuk suatu proses penyaluran informasi. Sedangkan Assosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) memiliki pengertian yang berbeda. Menurutnya media merupakan benda yang dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan pembelajaran, dapat, mempengaruhi efektifitas program

instruksional.

Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran (Arsyad, 2011: 4). Apabila dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran maka media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi dari pengajar ke siswa (Heinich,et al dalam Uno, 2007: 113). Gerlach (dalam Sanjaya, 2009: 204-205) mengatakan secara umum media itu meliputi orang, bahan, peralatan atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh

pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Menurut Angkowo dan Kosasih

(2007: 10), media adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, dapat membangkitkan semangat, perhatian, dan kemauan siswa dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa. Menurut Daryanto (2011: 5), media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan peserta didik dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dari berbagai pendapat yang telah disampaikan oleh para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dari pengajar kepada siswa sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga tujuan belajar dapat tercapai. 2. Klasifikasi Media Pembelajaran Menurut Brets (dalam Ibrahim dan Syaodih, 2010: 114), mengemukakan beberapa kelompok media sebagai berikut: 1. Media audio-motion-visual, yakni media yang mempunyai suara, ada gerakan dan bentuk objektif dapat dilihat. Media semacam ini paling lengkap. Jenis media yang termasuk kelompok ini adalah televisi, video tape dan film bergerak.

2. Media audio-still-visual, yakni media yang mempunyai suara, objeknya dapat dilihat, namun tidak ada gerakan, seperti film strip bersuara, dan rekaman televisi dengan gambar tak bergerak (television still recordings). 3. Media audio-semi motion, mempunyai suara dan gerakan, namun tidak dapat menampilkan suatu gerakan secara utuh. Salah satu contoh dari media jenis ini ialah papan tulis jarak jauh atau tele-blackboard. 4. Media motion-visual, yakni media yang mempunyai gambar objek bergerak, tapi tanpa mengeluarkan suara, seperti film bisu yang bergerak. 5. Media still-visual,yakni ada objek namun tidak ada gerakan, seperti film strip dan slide tanpa suara. 6. Media audio, hanya menggunakan suara, seperti radio, telepon, dan audiotape. 7. Media cetak, yang tampil dalam bentuk bahan-bahan tercetak/tertulis seperti buku, modul, dan pamflet. Dari penggolongan media pembelajaran berdasarkan Brets, diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Brets membagi media pembelajaran berdasarkan tampilan dan apa yang dihasilkan dari media tersebut. Sedangkan Susilana dan Riyana (2008: 13-21), membagi media berdasarkan penyajian dan cara penyajiannya yang meliputi tujuh kelompok media penyaji yaitu: 1. Kelompok kesatu yang terdiri dari : a. Media grafis: grafik, diagram, bagan, sketsa, poster, papan flannel, dan bulletin board;

b. Media bahan cetak: buku teks, modul, dan bahan pengajaran terprogram; c. Media gambar diam: foto. 2. Kelompok kedua yang terdiri dari: a. Media proyeksi diam: OHP/OHT, Opaque Proyektor, slide, dan film strip. 3. Kelompok ketiga yang terdiri dari: a. Media audio: radio, alat perekam pita magnetik. 4. Kelompok keempat yang terdiri dari: a. Media audio visual diam: media soundslide (slide bersuara), film strip bersuara, dan halaman bersuara. 5. Kelompok kelima yang terdiri dari: a. Media film (motion pictures): film bisu, film bersuara, dan film gelang. 6. Kelompok keenam yang terdiri dari: a. Media televisi: televisi terbuka, televisi siaran terbatas (TVST), dan Video Cassete Recorder (VCR). 7. Kelompok ketuju yang terdiri dari: a. Media multimedia: modul belajar yang terdiri atas bahan cetak, bahan audio, dan bahan audio visual. 3. Fungsi Media Pembelajaran Menurut Musfiqon (2012: 35), fungsi media pembelajaran yaitu: (1) meningkatkan efektifitas dan efesiensi pembelajaran; (2) meningkatkan gairah belajar siswa; (3) meningkatkan minat dan motivasi belajar; (4) menjadikan siswa berinteraksi langsung dengan kenyataan; (5) mengatasi

modalitas belajar siswa yang beragam; (6) mengefektifkan proses komunikasi dalam pembelajaran; (7) meningkatkan kualitas pembelajaran. Media pembelajaran selain memiliki fungsi juga memiliki manfaat. Menurut Susilana dan Riyana (2008: 10), manfaat media yaitu: (1) mengkonkritkan sesuatu yang abstrak; (2) menghadirkan objek-objek yang terlalu bahaya atau sukar didapat kedalam lingkungan belajar; (3) menampilkan objek yang terlalu besar dan terlalu kecil; (4)

memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat. Dari penjabaran tentang fungsi media diatas, dapat disimpulkan bahwa fungsi dari media yang utama adalah sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa) dalam proses pembelajaran dan sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif. 4. Pemilihan Media Pembelajaran Dalam memilih media pembelajaran yang akan digunakan pada proses pembelajaran, guru dalam hal ini dituntut untuk lebih teliti dan selektif. Dengan mengetahui kriteria dalam pemilihan suatu media pembelajaran, guru dapat mengetahui media mana yang dianggap tepat untuk membantu dalam proses pembelajaran. Ibrahim dan Syaodih (2010: 120-121), mengemukakan beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih media pembelajaran yang tepat yaitu: (1) kemampuan apa yang ingin dicapai dan kesesuaian media pembelajaran dengan tujuan pembelajaran; (2) kegunaan dari jenis media

itu sendiri; (3) kemampuan guru dalam menggunakan suatu jenis media pembelajaran; (4) keluwesan dan fleksibilitas dari media itu sendiri; (5) kesesuaian dengan sarana pendukung yang ada dan alokasi waktunya; (6) ketersediaannya mudah; (7) biayanya dapat dijangkau. Menurut Sanjaya (2009: 224), ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pemilihan media, yaitu: (1) pemilihan media harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai; (2) pemilihan media harus berdasarkan konsep yang jelas; (3) pemilihan media harus disesuaikan dengan karakteristik siswa; (4) pemilihan media harus disesuaikan dengan gaya belajar siswa serta gaya dan kemampuan guru; (5) pemilihan media harus sesuai dengan kondisi lingkungan, fasilitas dan waktu yang tersedia untuk kebutuhan pembelajaran. Sedangkan menurut Kasmadi (dalam Harjanto, 2010: 241) bahwa di dalam memilih media pembelajaran perlu dipertimbangkan adanya 4 hal, yaitu: a. Pertimbangan produksi, yang meliputi: availability (tersedianya bahan), cost (harga), physical condition (kondisi fisik), accessibility to student (mudah dicapai), emotional impact. b. Pertimbangan peserta didik, yang meliputi: student characteristics (watak peserta didik), student relevance (sesuai dengan peserta didik), student involvement (keterlibatan peserta didik). c. Pertimbangan isi, yang meliputi: curriculair-relevance (sesuai isi kurikulum), content-soundness (konten suara), presentation (penyajian).

d. Pertimbangan guru, yang meliputi: teacher-utilization (penggunaan guru), teacher peace of mind (pikiran tenang guru). Dari berbagai pendapat ahli mengenai kriteria dalam pemilihan media, dapat disimpulkan bahwa kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih media yaitu: (1) relevansi; (2) fleksibilitas; (3) kemanfaatan; (4) kemampuan guru dalam menggunakan media; (5) ketersediaan dan biaya. 5. Pengertian LCD Proyektor Untuk melakukan mengajar sudah sangat memungkinkan guru untuk menggunakan Multimedia Proyektor atau lebih dikenal dengan LCD Proyektor (Susilana dan Riyana, 2008: 198). Menurut Haryono (dalam Humaniora, 2010:12), LCD adalah media pembelajaran LCD Proyektor merupakan penggabungan Note Book atau laptop dengan LCD Proyektor. LCD Proyektor sebagai hardwarenya, sedangkan program yang sudah terdesain dan tersusun di dalam laptop adalah softwarenya. LCD Proyektor termasuk ke dalam kategori media audio visual gerak karena dapat menyajikan berbagai tampilan informasi baik berupa audio, visual diam, visual gerak, maupun gabungan berupa audio visual gerak. Menurut Daryanto (2011: 123), media LCD Proyektor atau Multimedia Proyektor adalah alat yang mampu menampilkan unsur-unsur media seperti gambar, teks, video, animasi, baik secara terpisah maupun gabungan dan dapat dikoneksikan dengan perangkat elektronika lainnya seperti Komputer, Laptop, TV, Kamera, VCD/DVD Player, dan Video

Player. Multimedia Proyektor dapat digunakan untuk kegiatan presentasi, pembelajaran, pemutaran film, dan lain-lain. Dari beberapa pendapat tentang pengertian media LCD Proyektor di atas, dapat disimpulkan bahwa media LCD Proyektor atau Multimedia Proyektor adalah sebuah alat yang merupakan gabungan dari LCD Proyektor dengan perangkat elektronik seperti Komputer, Laptop, TV, Kamera, VCD/DVD Player, dan Video Player, dimana LCD Proyektor merupakan hardwarenya sedangkan program dalam perangkat elektronik merupakan softwarenya yang dapat digunakan untuk kegiatan presentasi dan pembelajaran. 6. Karakteristik LCD Proyektor Media LCD Proyektor memiliki karakteristik yang berbeda dengan media pembelajaran lainnya. Menurut Daryanto (2011: 124-125), LCD Proyektor memiliki karakteristik yaitu: (1) semakin tinggi resolusi atau jumlah pixel yang dihasilkan, semakin tinggi detail gambar yang dapat ditampilkan; (2) keefisienan desain proyektor sangat menentukan seberapa besar brightness loss (hilangnya tingkat kecerahan) secara internal; (3) proyektor yang baik harus mampu mereproduksi secara akurat warnawarna (ukuran dari corak dan saturasi cahaya) yang dikirim dari sumber; (4) tingkat Contras Ratio (ukuran perbandingan antara warna hitam

dan putih) yang lebih tinggi merupakan indikasi mengenai seberapa baik suatu gambar dapat tampil baik di layar proyeksi, khususnya dalam hal kehalusan detail warna.

7. Penggunaan LCD Proyektor Dalam menggunakan media LCD Proyektor harus memperhatikan tata cara penggunaannya. Hal ini dikarenakan LCD Proyektor merupakan sebuah perangkat yang rawan untuk mengalami kerusakan apabila salah dalam penggunaannya. Dengan memperhatikan tata cara penggunaannya, akan dapat meminimalisir kerusakan pada LCD Proyektor. Menurut Daryanto (2011: 126-129), cara penggunaan LCD Proyektor antara lain: a. Dalam menginstalasi proyektor sebelum digunakan, posisi proyektor dan komputer (laptop) harus dalam keadaan mati. Kalau komputer yang menyala terlebih dahulu sebaiknya di restart untuk kemudian dipasang dan baru dinyalakan lagi; b. Untuk mematikan proyektor, dapat menggunakan remote atau menekan tombol on/off, ditekan dua kali sampai muncul pertanyaan turn of your projector. Kemudian tekan, maka lampu akan mati. c. Apabila mencabut saluran listrik dari proyektor, lampu proyektor harus berwarna merah. Jangan mencabut listrik apabila lampu proyektor berwarna hijau atau kipas blower yang ada dalam proyektor masih aktif; d. Lensa proyektor yang ada di depan harus dalam keadaan bersih. Hindari sentuhan langsung dengan tangan tanpa diberi alas; e. Untuk menghindari lensa tidak cepat kotor atau terhindar dari benturan, sebaiknya tutup lensa dalam keadaan tertutup. Mengingat ukuran tutup lensa kecil, sebaiknya ditali agar tidak hilang;

f. Ventilasi dalam LCD Proyektor sebaiknya dibiarkan terbuka, jangan ditutupi oleh apapun. Ventilasi inilah yang berfungsi mengatur sirkulasi udara yang keluar masuk; g. Dalam membawa LCD Proyektor, sebaiknya tidak sembarangan

menggunakan tas. Tas yang digunakan adalah tas yang didesain khusus dan dilapisi busa tebal, sehingga apabila terjadi benturan LCD Proyektor tetap terjaga; h. Koneksi kabel harus dibersihkan agar serat kabel tidak rusak. Dalam membuka dan memasang kabel juga harus berhati-hati, karena apabila serat kabelnya putus akan berakibat fatal terhadap tampilan proyeksi; i. Saat melipat kabel LCD Proyektor sebaiknya tidak terlalu menukik atau melipat. Cara melipat kabel ini akan memengaruhi kekuatan kabel; j. LCD Proyektor akan rusak apabila keseringan mati listrik secara mendadak. Maka dari itu, koneksi listrik sebaiknya menggunakan UPS/stabilizer untuk menyimpan arus listrik sementara. Hal ini dikarenakan apabila listrik mati masih sempat mematikan secara normal.

C. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar Istilah motivasi berasal dari kata motif, yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Sardiman, 2011: 73). Sedangkan menurut Woodworth dan Marques (dalam Mustaqim dan Wahib, 2010: 72), motif adalah suatu tujuan jiwa

yang mendorong individu untuk aktivitas-aktivitas tertentu dan untuk tujuan-tujuan tertentu terhadap situasi disekitarnya. Kuat lemahnya usaha yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu tujuan akan ditentukan oleh kuat lemahnya motif yang dimiliki. Motif dan motivasi adalah dua hal yang sangat berkaitan. Motivasi merupakan penjelmaan dari motif yang bisa dilihat dari tingkah laku yang ditunjukkan oleh seseorang (Sanjaya, 2009: 250). Pada dasarnya motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan dan menggarahkan tingkah laku seseorang agar terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Motivasi sebagai proses internal yang mengaktifkan, menuntun, dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu (Murphy et al dalam Slavin, 2009: 105). Sedangkan Barelson dan Steiner (dalam Anggraheni, 2011: 150151) mendefinisikan motivasi sebagai suatu keadaan dalam diri seseorang yang mendorong, mengaktifkan atau menggerakkan, dan yang

mengarahkan atau menyalurkan perilaku ke arah tujuan. Pendapat di atas menunjukkan bahwa seseorang akan merubah tingkah lakunya untuk mencapai suatu tujuan tertentu dikarenakan ada faktor pendorong dari dalam diri seseorang tersebut. Makin kuat dorongan tersebut, maka makin optimal ia berupaya agar sesuatu yang dituju dapat tercapai, dimana kalau sesuatu yang diinginkan dapat tercapai, maka ia akan merasa berhasil dan puas. Hakekat motivasi belajar adalah dorongan

internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung yaitu meliputi: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik (Uno, 2007: 23). Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong siswa untuk belajar dengan senang dan belajar secara sungguh-sungguh, yang pada gilirannya akan terbentuk cara belajar siswa yang sistematis dan penuh konsentrasi. Besar kecilnya semangat seseorang untuk belajar sangat ditentukan oleh besar kecilnya motivasi yang dimilikinya. Jadi, motivasi memiliki peranan yang sangat penting dalam proses

pembelajaran, baik dalam proses maupun pencapaian hasil. Seorang siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi, akan belajar dengan baik dan sungguh-sungguh sehingga hasil belajarnya akan tinggi. Sebaliknya siswa yang memiliki motivasi belajar rendah, tidak sungguh-sungguh dalam belajar, sehingga hasil belajarnya pun akan rendah. Tinggi rendahnya motivasi seseorang dapat dipengaruhi oleh dua faktor, baik faktor yang datang dari dalam (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik).

2. Jenis-Jenis Motivasi Berdasarkan pengertian motivasi yang telah dibahas di atas, maka motivasi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik a. Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik adalah motivasi untuk belajar yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri (Gintings, 2008: 89). Adapun sifat-sifat yang dimiliki motivasi ekstrinsik yaitu: (1) walaupun motivasi intrinsik sangat diharapkan, namun justru tidak selalu timbul dari dalam diri siswa; (2) karena munculnya atas kesadaran sendiri, maka motivasi intrinsik akan bertahan lebih lama dibandingkan dengan motivasi ekstrinsik (Gintings, 2008: 89). Berikut ini adalah beberapa tanda-tanda adanya motivasi intrinsik dalam diri siswa menurut (Gintings, 2008: 90) yaitu: (1) adanya keterlibatan, kreativitas, dan rasa menikmati pelajaran dalam diri siswa selama pembelajaran berlangsung; (2) adanya suasan hati yang positif seperti keseriusan dan keceriaan; (3) munculnya pertanyaan dari siswa yang mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata; (4) adanya diskusi personal lanjutan setelah selesainya jam pelajaran; (5)

menyerahkan tugas tanpa diingatkan oleh guru; (6) berusaha keras dan tidak mudah menyerah dalam mengatasi kesulitan belajar atau komunikasi serta penyelesaian tugas; (7) mengusulkan atau menetapkan tugas yang relevan untuk dirinya sendiri; (8) mengupayakan penguasaan materi secara

mandiri dengan memanfaatkan berbagai strategi dan sumber belajar yang ada. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam seseorang yang tidak perlu dirangsang dari luar. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik, maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan sesuai dengan hati nuraninya yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya, sehingga memiliki kecenderungan yang lebih kuat serta tahan lama. b. Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motivasi untuk belajar yang berasal dari luar diri siswa itu sendiri (Gintings, 2008: 88-89). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman Santrock (2008: 514). Adapun sifat-sifat motivasi ekstrinsik menurut Gintings (2008: 89) yaitu: (1) karena munculnya bukan atas kesadaran sendiri, maka motivasi ekstrinsik mudah hilang atau tidak dapat bertahan lama; (2) motivasi ekstrinsik jika diberikan terus menerus akan menimbulkan motivasi intrinsik dalam siswa. Motivasi ektrinsik menunjukkan bahwa seseorang mau melakukan sesuatu karena untuk mendapatkan sesuatu yang lain dan bukan berasal dari keinginan seseorang itu sendiri. Berikut ini yang tergolong bentuk motivasi belajar ekstrinsik antara lain: (1) belajar hanya untuk memenuhi kewajiban seorang siswa; (2) belajar hanya untuk menghindari hukuman dari orang lain; (3) belajar hanya untuk

memperoleh hadiah; (4) belajar hanya untuk memperoleh pujian dari orang lain, misalnya guru dan orang tua. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar siswa disebabkan adanya perangsang dari luar, misalnya adanya persaingan untuk mencapai nilai yang tinggi agar mendapat pujian atau pun hadiah dari orang lain. 3. Fungsi Motivasi Sanjaya (2009: 251-253) berpendapat ada dua fungsi motivasi yaitu: (1) mendorong siswa untuk beraktivitas, yang artinya bahwa tanpa adanya motivasi tidak mungkin seseorang mau melakukan sesuatu; (2) motivasi berfungsi sebagai pengarah, yang artinya bahwa motivasi bukan hanya dapat menggerakkan seseorang untuk beraktivitas, tetapi melalui motivasi juga seseorang akan mengarahkan aktivitasnya secara

bersungguh-sungguh untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Hamalik (2008: 161) ada tiga fungsi motivasi yaitu: (1) mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan, yang artinya bahwa tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar; (2) motivasi berfungsi sebagai pengarah, yang artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan; (3) motivasi berfungsi sebagai penggerak, yang diibaratkan sebagai mesin mobil, bahwa besar kecilnya gas yang diberikan akan menentukan cepat atau lambatnya suatu perjalanan, begitu pula dengan motivasi, besar

kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu perbuatan atau tingkah laku. Berdasarkan pendapat ahli mengenai fungsi motivasi di atas, maka peneliti menyimpulkan fungsi motivasi yaitu: (1) mendorong siswa untuk melakukan suatu perbuatan; (2) mengarahkan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan; (3) menggerakkan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

D. Kerangka Berpikir Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar matematika siswa di SD, salah satunya adalah penggunaan media pembelajaran di kelas. Dalam pembelajaran matematika di SDN 01 Josenan Kota Madiun, banyak didapati siswa yang kurang termotivasi untuk belajar. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya siswa yang tidak memperhatikan guru ketika menyampaikan materi pelajaran. Mereka asik bermain sendiri, bercanda dengan temannya, bahkan berjalan-jalan. Kondisi ini dapat terjadi karena guru tidak dapat menciptakan pembelajaran yang menarik, mnyenangkan, dan bermakna bagi siswa. Seharusnya guru matematika harus lebih kreatif dan inovatif dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran matematika yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa sehingga dapat menghilangkan anggapan siswa tentang matematika merupakan pelajaran yang sulit dan menakutkan. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang

menyenangkan dan bermakna bagi siswa adalah dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik dan modern sesuai dengan

perkembangan teknologi seperti menggunakan media LCD Proyektor. LCD Proyektor adalah salah satu media pembelajaran yang bisa digunakan untuk mempengaruhi siswa agar tertarik dalam proses pembelajaran matematika di kelas. Dengan adanya LCD Proyektor, dapat memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran matematika yang selama ini dianggap sebagai pelajaran yang sulit diantara pelajaran lainnya. Penggunaan media LCD Proyektor dengan berbagai variasi tampilan visual, sangat baik untuk merangsang penalaran siswa dalam proses pembelajaran. Sehingga dengan menggunakan media LCD

Proyektor dapat melatih siswa untuk mampu berpikir kreatif, kritis, dan inovatif, yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Selain itu, faktor lain yang juga mempengaruhi hasil belajar matematika adalah motivasi belajar siswa. Motivasi belajar memiliki peranan yang besar terhadap usaha belaja siswa. Motivasi belajar merupakan pendorong untuk melakukan suatu tindakan dalam proses pembelajaran. Tinggi rendahnya motivasi dapat menentukan tinggi rendahnya usaha siswa dalam belajar, dan tentu juga tinggi rendahnya usaha siswa dalam belajar akan menentukan hasil belajar yang diperolehnya. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi cenderung hasil

belajarnya pun akan tinggi. Sebaliknya, siswa yang memiliki motivasi belajar rendah, cenderung hasil belajarnya pun akan rendah.

E. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka penulis merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Ada peningkatan motivasi belajar matematika dalam menghitung luas lingkaran menggunakan media LCD Proyektor pada siswa kelas V SDN 01 Josenan Kota Madiun tahun pelajaran 2012/2013. 2. Tidak ada peningkatan motivasi belajar matematika dalam menghitung luas lingkaran menggunakan media LCD Proyektor pada siswa kelas V SDN 01 Josenan Kota Madiun tahun pelajaran 2012/2013.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan 1. Tempat Pelaksanaan Penelitian diadakan di SDN 01 Josenan Kota Madiun Tahun pelajaran 2012/2013.Pemilihan tempat ini didasarkan atas beberapa alasan diantaranya: a. b. Letaknya yang strategis dan mudah dijangkau. Sejauh ini belum ada penelitian serupa yang diadakan di SDN 01 Josenan Kota Madiun sehingga penelitian ini dharapkan mampu memberikan inovasi bagi sekolah dalam proses pembelajaran. c. Prestasi belajar siswa di sekolah ini masih belum sesuai dengan yang diharapkan. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013 dan pengumpulan data dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juni 2013.

B. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 01 Josenan Kota Madiun Tahun pelajaran 2012/2013. Pemilihan subjek ini didasarkan pada pertimbangan guru kelas V, bahwa kelas V memiliki motivasi belajar yang

kurang utamanya pada mata pelajaran matematika. Diharapkan dengan media LCD Proyektor ini, motivasi belajar matematika siswa kelas V lebih meningkat. Jumlah siswa kelas 5 ada 27 siswa yang terdiri dari 13 siswa lakilaki dan 17 siswa perempuan.

C. Desain dan Prosedur Penelitian 1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. Menurut Basrowi dan Suwandi (2008: 28) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas pembelajaran. Suharsimi Arikunto dkk (2006: 58) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan sebuah penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang mengkaji masalah pembelajaran di dalam kelas bertujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas pembelajaran. Pelaksanaan pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam beberapa siklus. Pada setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu: tahap perencanaan (planning), tahap tindakan (acting), tahap

pengamatan (observing), dan tahap refleksi (reflecting). Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut: Perencanaan SIKLUS I Pengamatan Perencanaan Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan Pelaksanaan

Refleksi

Pengamatan

? Gambar Skema Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi Arikunto dkk, 2006:16) Agar lebih jelas berikut ini menurut Suharsimi Arikunto dkk (2006: 17-22) penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut: a. Tahap1: Menyusun Rancangan Tindakan (planning) Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.

b.

Tahap 2: Pelaksanaan Tindakan (acting) Dalam tahap ke-2 ini adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenai tindakan di kelas.

c.

Tahap 3: Pengamatan (observing) Dalam tahap ke-3 ini, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat

d.

Tahap 4: Refleksi (reflecting) Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan.

2. Prosedur penelitian a. Siklus I 1) Tahap 1: Menyusun Rancangan Tindakan (planning) Secara rinci rancangan tindakan ini akan dijabarkan dalam uraian berikut ini: a) Membuat jadwal kegiatan proses belajar mengajar. b) Penyusunan instrumen pembelajaran yang meliputin pembuatan format pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan dari lembar observasi aktivitas siswa yang berupa check list. c) Mempersiapkan silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) sebagai acuan dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas.

d) Menyediakan media pembelajaran. e) Mempersiapkan alat-alat yang menunjang seperti komputer dan LCD Proyektor. f) Mempersiapkan soal tes secara individu. 2) Tahap 2: Pelaksanaan Tindakan (acting) Pelaksanaan tindakan dalam siklus I ini dijabarkan sebagai berikut: 1. Kegiatan Awal: a) Guru mengucapkan salam b) Guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan

memberikan informasi kepada siswa mengenai media LCD Proyektor yang menampilkan power point berkaitan dengan materi menghitung luas lingkaran yang berbeda dengan kebiasaan belajar di kelas sebelumnya. c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 2. Kegiatan Inti: a) Siswa diperlihatkan melalui media LCD Proyektor materi berupa power point berkaitan dengan menghitung luas lingkaran. b) Siswa diminta melakukan kegiatan seperti yang

diperlihatkan dalam media. c) Siswa dijelaskan tentang asal mula lingkaran.

d) Siswa diberikan penjelasan tentang bagaimana diperoleh rumus luas lingkaran seperti yang ada dalam media pembelajaran. e) Siswa diminta untuk mengerjakan soal menghitung luas lingkaran. f) Salah beberapa siswa diminta mengerjakan soal di papan tulis. g) Siswa bersama dengan guru mengoreksi tugas yang sudah dikerjakan. 3. Kegiatan Akhir: a) Guru menyimpulkan materi pembelajaran yang sudah dilakukan. b) Guru memberikan reward kepada siswa yang aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung. c) Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan

mengucapkan salam penutup. 3) Tahap 3: Pengamatan (observing) Pada saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar, peneliti mengamati semua aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Tujuan dilaksanakannya pengamatan ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan media LCD Proyektor dapat meningkatkan motivasi belajar matematika dalam menghitung luas

lingkaran pada siswa kelas V SDN 01 Josenan Kota Madiun tahun pelajaran 2012/2013. 4) Tahap 4: Refleksi (reflection) a) Peneliti menganalisa data hasil pengamatan terhadap siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. b) Mendiskusikan masalah yang muncul selama proses belajar mengajar. c) Peneliti menganalisa hasil tes pada siklus I untuk menentukan kekurangan dan kelebihan jalannya pembelajaran pada siklus I dan merencanakan tindakan selanjutnya pada siklus II. d) Membuat kesimpulan sementara hasil siklus I dan

merumuskan tindakan selanjutnya pada siklus II.

b. Siklus II Pada siklus ini rancangan peneliti mengacu pada siklus pertama dengan memperbaiki kekurangan pada siklus pertama

1) Tahap 1: Menyusun Rancangan Tindakan (planning) a) Menyusun RPP perbaikan. b) Memperbaiki kekurangan pada siklus I dan menyusun tindakan selanjutnya agar pelaksanaan tindakan pada siklus II berjalan lebih baik.

2) Tahap 2: Pelaksanaan Tindakan (acting) Pada tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran menurut Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah diperbaiki dari kekurangan yang terjadi saat proses pembelajaran pada siklus I. Untuk langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan hampir sama dengan siklus I disertai perbaikan dari kekurangan yang ada pada siklus I. 3) Tahap 3: Pengamatan (observing) Dalam pelaksanaan pemberian tindakan tidak berbeda dari siklus I, mengamati dengan berpedoman pada instrumen yang ditetapkan. Peneliti melakukan tindakan ulang pada siklus II, setelah melihat hasilnya, maka dilakukan observasi dengan check list observasi. 4) Tahap 4: Refleksi (reflection) Peneliti menganalisis semua tindakan pada siklus I dan siklus II, kemudian melakukan refleksi terhadap media yang digunakan dalam tindakan kelas. Siswa mengalami peningkatan motivasi belajar matematika. Melalui media yang diterapkan dalam tindakan kelas berhasil meningkatkan motivasi belajar matematika dalam menghitung luas lingkaran.

D. Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas: observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik observasi digunakan untuk mengamati gejala-gejala yang tampak dalam proses pembelajaran tentang kesungguhan siswa ketika mengikuti pelajaran, keseringan siswa bertanya, kemauan dan kemampuan siswa menanggapi pertanyaan teman sekelasnya, keterlibatan siswa berfikir, berbicara, mendengarkan, mengamati, dan melakukan tugas-tugas dalam proses pembelajaran. Teknik observasi juga dilakukan untuk emngamati dan merekam ucapan-ucapan siswa ketika bertanya, menjawab, mendebat, menanggapi, menganalisis dan berargumentasi dalam proses pembelajaran. Teknik wawancara digunakan untuk wawancara dengan siswa tentang kesan-kesan dan pengungkapan perasaan siswa ketika belajar menghitung luas bangun datar dengan menggunakan power point. Ungkapan rasa senang siswa dilakukan dengan teknik wawancara. Wawancara juga digunakan untuk mengungkap perasaan siswa tentang kesulitan-kesulitan siswa ketika belajar menghitung luas bangun datar dengan bantuan media power point. Teknik dokumentasi digunakan untuk mendokumentasikan data tentang proses pembelajaran yang menggambarkan langkah-langkah

pembelajaran menggunakan media power point yang digunakan guru selama proses pembelajaran. Data focus masalah tentang keaktifan, kreatifitas, dan rasa senang siswa dikumpulkan dengan teknik dokumentasi. Dokumen yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup dokumentasi foto dan dokumentasi

fortofolio siswa. Peristiwa-peristiwa yang tampak dan sesuai focus masalah ini: misalnya ketika siswa menunjukkan acungan jari, ketika bertepuk tangan yang menggambarkan suasana menyenangkan, ketika mereka asyik bekerja secara kelompok, dan lainnya, akan didokumentasikan. Teknik lainnya adalah tes. Tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan siswa mengerjakan soal-soal tes untuk menghitung luas lingkaran.

E. Metode Analisis Data Data yang telah terkumpul akan dianalisis secara deskriptif, baik deskriptif kuantitatif maupun deskriptif kualitatif. Data yang akan dianalisis secara deskriptif adalah data tentang keaktifan siswa yang dikumpulkan melalui cek list pada rubric pengamatan keaktifan siswa dan data tentang kemampuan menghitung luas bangun datar yang dinyatakan dengan nilai (score) yang dicapai siswa atas penilaian latihan dan penugasan menghitung luas bangun datar dan hasil tes kemampuan siswa menghitung luas bangun datar. Data kualitatif berupa catatan pengamatan, dokumen portofolio siswa, dokumen foto, dan rekaman wawancara akan dianalisis dengan analisis kualiitatif dengan tahapan: pemaparan data, penyederhanaan data,

pengelompokan data sesuai focus masalah, dan pemaknaan. Dalam proses analisis data, untuk memperoleh data yang ebnar-benar dapat dipercaya kebenarannya maka peneliti akan melakukan membercheck

(pengecekan anggota/subjek penelitian), trianggulasi-check and recheck dari segi sumber data/subjek dan metode, perpanjangan pengamatan, dan pelacakan data secara mendalam, dst.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson dan Krathwohl. 2001. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Terjemahan oleh Agung Prihantoro. 2010. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Anggraheni, I., S. 2011. Motivasi Belajar dan Faktor-Faktor yang Berpengaruh: Sebuah Kajian pada Interaksi Pembelajaran Mahasiswa. Premiere Educandum, 1 (2):148-162. Angkowo, R dan Kosasih, A. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta: Grasindo. Arsyad, A. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press. Dahar, R.,W. 2011. Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Bandung: Erlangga. Daryanto. 2011. Media Pembelajaran: Peranannya Sangat Penting Dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media. Dimyati dan Mujiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Gembong, S. 2007. Kesulitan-Kesulitan yang Dihadapi Guru dan Siswa Sekolah Dasar dalam Pembelajaran Matematika dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (Studi Kasus di Sekolah Dasar Karesidenan Madiun). Jurnal Pendidikan, 13(2):193-215. Gembong, S. 2010. Efektifitas Pembelajaran Matematika Model Kooperatif Jigsaw dengan pendekatan Matematisasi Berjenjang dan Tanpa Pendekatan Matematisasi Berjenjang Ditinjau dari Motivasi Belajar dan Inteligensi Siswa pada Siswa SMA di Kota Madiun. Jurnal Pendidikan, 16 (1): 29-44. Gintings, A. 2008. Esensi Praktis: Belajar & Pembelajaran, Disiapkan untuk Pendidikan Profesi dan Sertifikasi Guru-Dosen. Bandung: Humaniora. Hamalik, O. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hamalik, O. 2009. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara. Harjanto. 2010. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Ibrahim, R dan Syaodih, N.,S. 2010. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Ismunamto, A. 2011. Ensiklopedia Matematika 1. Jakarta: PT. Lentera Abadi. Musfiqon, H., M. 2012. Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya. Mustaqim dan Wahib, A. (Ed.). 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Nurhadi. 2005. Kurikulum 2004 Pertanyaan & Jawaban. Jakarta: Grasindo. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 14 tahun 2007, Nomor 22 Tahun 2007, Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar dan Menengah (SD/MI) SMP/MTs (SMA/MA). Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sadiman, A.S., Raharjo, R., Haryono, A., Rahardjito. 2010. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Sanjaya, W. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana. Sanjaya, W. 2009. Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group. Santrock, J., W. 2004. Psikologi Pendidikan. Terjemahan oleh Tri Wibowo. 2008. Jakarta: Kencana. Sardiman. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Slameto. 2010. Belajar & Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Slavin, R., E. 2006. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktek. Terjemahan oleh Marianto Samosir. 2009. Jakarta: Indeks. Sudjana, N. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda. Susilana, R dan Riyana, C. 2008. Media Pembelajaran: Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian. Bandung: CV. Wacana Prima.

Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Rosda. Syah, M. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosda. Uno, H., B. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara. Uno, H., B. 2007. Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. Uno, H., B. 2007. Teori Motivasi & Pengukurannya:Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Van de Walle, J., A. 2007. Matematika Sekolah Dasar dan Menengah. Terjemahan oleh Suyono. 2008. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai