Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM AGROKLIMATOLOGI

DISUSUN OLEH

NAMA : JANUARY RIZKI NPM : E1D007055 JURUSAN : SOSEK JUDUL PRAKTIKUM : KLASIFIKASI IKLIM

LABORATORIUM AGROKLIMAT UNIVERSITAS BENGKULU 2008

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ragam iklim pada berbagai tempat di muka bumi ditentukan oleh beberapa gabungan proses atmosfer yang berbeda. Agar diperoleh pemerian dan pemetaan daerah iklim, maka perlu mengidentifikasi dan mengklasifikasikan jenis iklim. Masalah klasifikasi iklim dan batas-batasnya akan menajdi kompleks dengan tidak adanya defenisi yang sesuai dan kadang-kadang tidak ada garis tunggal yang dapat menggambarkan batas iklim antara daerah iklim yang satu dengan yang lain. Meskipun semua unsur iklim penting, hubungan yang menyatakan kecukupan panas dan air banyak mempengaruhi klasifikasi iklim. Tujuan klasifikasi iklim menurut Thorntwalte (1933) adalah menetapkan pemerian ringkas jenis iklim ditinjau dari segi unsur yang benar-benar aktif, terutama air dan panas. Unsur lain seperti angin, sinar matahari, atau perubahan tekanan ada kemungkinan merupakan unsur aktif untuk tujuan khusus. Klasifikasi iklim yang lengkap sebaiknya menetapkan sistem penggolongan piramid dengan tingkatan dari mikroiklim daerah kecil melalui jenis makroiklim sampai ke daerah luas pada skala dunia. Akan tetapi memerikan iklim dunia tidak dapat dilakukan dengan menjumlahkan mikroiklim. 1.2 Tujuan Menentukan kelas iklim suatu tempat dengan menggunakan cara klasifikasi Schmeith dan Ferguson, dan cara klasifikasi Oldeman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Iklim adalah perpaduan dari semua unsur dalam satu gabungan yang berasal dari proses iklim terkait. Setiap tempat mempunyai iklim yang berbeda dengan tempat lainnya sesuai dengan kondisi masing-masing unsur iklim. Ada beragam klasifikasi iklim dan dinamai sesuai dengan nama lain yang mengembangkannya. Contohnya yaitu : a. Klasifikasi menurut Koeppen dan Thornthwaite yaitu berdasarkan unsur iklim, yaitu curah hujan dan suhu. b. Klasifikasi metode Schmidt dan Ferguson. Schmidt dan Fergoson (1951) yang menerima metode Mohr dalam menentukan bulan kering dan bulan basah, tetapi cara perhitungannya berbeda. Schmidt dan Fergoson (1951) menghitung jumlah bulan kering dan bulan basah dari tiap-tiap tahun, kemudian baru diambil rata-ratanya. Periode pengamatan yang diikutsertakan di dalam perhitungan jumlah bulan kering dan bulan basah adalah pada tahun 1921 1940, stasiun yang datanya kurang dari 10 tahun dihilangkan. Untuk menentukan jenis iklimnya, Schmidt dan Fergoson (1951) menggunakan harga perbandingan Q yang didefenisikan sebagai berikut : Q = Jumlah Rata- rata Bulan Kering Jumlah Rata- rata Bulan Basah Berdasarkan persamaan di atas akan dapat digolongkan iklim sebagai berikut : 0 Q < 0,143 0,143 Q < 0,333 0,333 Q < 0,600 A : daerah sangat basah dengan vegetasi hutan hujan tropika B : daerah basah dengan vegetasi masih hutan hujan tropik C : daerah agak basah dengan vegetasi hutan rimba, diantaranya terdapat jenis vegetasi yang daunnya gugur pada musim kemarau, misalnya jati. 0,600 Q < 1,000 D : daerah sedang dengan vegetasi hutan musim

1,000 Q < 1,670 1,670 Q < 3,000 3,000 Q < 7,000 7,000 Q <

E : daerah agak kering dengan vegetasi hutan sabana F : daerah kering dengan vegetasi hutan sabana H : daerah luar biasa kering (ekstrim kering) dengan vegetasi padang ilalang

G : daerah sangat kering dengan vegetasi padang ilalang

c. Metode Oldeman Seperti halnya metode Schmidt dan Fergoson (1951), metode Oldeman (1975) hanya memakai unsur curah hujan sebesar 200 mm tiap bulan dipandang cukup untuk membudidayakan padi sawah, sedangkan untuk sebagian besar palawija maka jumlah curah hujan minimal yang diperlukan adalah 100 mm tiap bulan. Musim hujan selama 5 bulan dianggap cukup untuk membudidayakan padi sawah selama satu musim. Dalam metode ini, bulan basah didefenisikan sebagai bulan yang mempunyai jumlah curah hujan sekurang-kurangnya 200 mm. Meskipun lamanya periode pertumbuhan padi

terutama ditentukan oleh jenis yang digunakan, periode 5 bulan basah berurutan dalam satu tahun dipandang optimal untuk satu kali tanam. Jika lebih dari 9 bulan basah maka petani dapat menanam padi sebanyak 2 kali masa tanam. Jika kurang dari 3 bulan basah berurutan, maka tidak dapat membudidayakan padi tanpa irigasi tambahan. Dari tinjauan di atas, Oldeman membagi 5 daerah agroklimat utama, yaitu : A : jika terdapat lebih dari 9 bulan basah berurutan B : jika terdapat 7 9 bulan basah berurutan C : jika terdapat 5 6 bulan basah berurutan D : jika terdapat 3 4 bulan basah berurutan E : jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan.

Stratifikasi kedua adalah jumlah bulan kering berurutan. Bulan kering didefenisikan sebagai bulan yang mempunyai jumlah curah hujan kurang dari 100 mm, karena untuk pertumbuhan tanaman palawija diperlukan curah hujan sekurang-kurangnya 100 mm tiap bulan. Jika terdapat kurang dari 2 bulan kering, petani dengan mudah mengatasinya karena tanah cukup lembab. Jika periode B bulan kering antara 2 dan 4, maka petani harus hati-hati dalam membudidayakan tanaman, Periode 5 sampai 6 bulan kering berurutan dipandang sangat lama jika irigasi tanaman tidak tersedia. Tipe Iklim A1, A2 B1 B2 C1 C2, C3, C4 Penjabaran Sesuai untuk padi terus menerus tetapi produksi kurang karena pada umumnya kerapatan fluks surya rendah sepanjang tahun. Sesuai untuk padi terus menerus dengan perencanaan awal musim tanam yang baik. Produksi tinggi bila panen pada kemarau. Dapat tanam padi dua kali setahun dengan varietas umur pendek dan musim kering yang pendek cukup untuk tanaman palawija. Tanam padi dapat sekali dan palawija dua kali setahun. Setahun hanya dapat satu kali padi dan penanaman palawija yang kedua harus hati- hati jangan jatuh pada bulan kering.

D1

Tanam padi umur pendek satu kali dan biasanya produksi bisa tinggi kerana kerapatan fluks radiasi tinggi. Waktu tanam palawija cukup. Hanya mungkin satu kali padi atau satu kali palawija setahun, tergantung pada adanya persediaan air irigasi. Daerah ini umumnya terlalu kering, mungkin hanya dapat satu kali palawija, itu pun tergantung adanya hujan.

D2, D3, D4 E

BAB III METODOLOGI 3.1 Alat Dan Bahan Data hujan jangka panjang (14 tahun) 3.2 Prosedur Kerja 1) 2) 3) Data hujan dari berbagai stasiun dalam kawasan berdekatan dikumpulkan Dibuat rataan bulanan masing- masing data tersebut. Data iklim tersebut diklasifikasikan menurut cara klasifikasi Schmith dan yang mempunyai masa pendataan lebih dari dari 10 tahun.

Ferguson serta cara klasifikasi Oldeman.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengamatan


(Tahun) 1910 2642 2891 2386,8 2356 2119,3 2725 2594,5 2267,9 2962,2 2737,7 1608 2192 3043,8 Scmidth-Ferguson BB BK 9 2 9 1 10 2 9 1 9 1 7 2 9 2 8 2 8 3 8 1 10 0 8 4 8 2 9 0 BB=121 X = 8,643 BK=23 X = 1,643

Tahun 1981 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 Jumlah Rata- rata

J 372 377 295 286 334 365 90 250 264 594 360 217 311 495 4610 329

F 197 295 235 244 215 334 333 267 351 454 348 120 274 304 3971 284

M 121 389 492 405 378 82,3 393 369 499 294 250 146 186 272 4276 305

A 114 138 373 172 278 124 244 274 215 195 291 260 362 103 3143 225

M 118 163 199 107 103 180 218 274 106 194 83,7 262 254 145 2407 172

J 46 60 115 76,8 90 40 25 81,5 62,7 92,9 161 34 75 181 1141 81

J 80 70 28 40 40 50 15 20 15,2 87,3 90 55 40 80 710,5 51

A 45 19 32 60 68 62 188 50 25 40 120 16 80 78,8 883,8 63

S 168 140 145 140 150 132 150 70 19 80 120 20 50 80 1464 105

O 247 277 379 263 190 97 226 208 139 333 219 120 160 393 3251 232

N 168 390 314 297 220 322 280 390 281 303 218 194 200 408 3985 285

D 234 324 284 296 290 331 563 341 291 295 477 164 200 504 4594 328

Perhitungan Scmidth Ferguson Dik Dit : Rata- rata bulan kering : 1,643; Rata- rata bulan basah : 8,643 : % Q = ..........? %Q = Jumlah rata- rata bulan kering Jumlah rata- rata bulan basah = 1,643 8,643 = 19,01 % Oldeman Jumlah bulan basah yaitu 7 dan Jumlah bulan kering yaitu 3. 4.2 Pembahasan Pada pembahasan mengenai klasifikasi iklim ini, kami menggunakan dua cara atau pendapat yaitu klasifikasi iklim menurut Smith dan Ferguson dan klasifikasi iklim Oldemen. Pada data tersebut diperoleh hasil, menurut Smith dan Ferguson rata-rata bulan kering yaitu 1,643 dan bulan basah yaitu 8,643. Untuk mengetahui golongan-golongan iklim, maka Schmidh mengemukakan persamaan yaitu : Q = Jumlah Rata- rata Bulan Kering x 100 % Jumlah Rata- rata Bulan Basah x 100% x 100%

Jawab :

Dan diperoleh hasil sebesar 19,01, maka dari data tersebut dapat digolongkan jenis iklimnya adalah jenis iklim B, yaitu daerah basah dengan vegetasi masih hutan hujan tropik. Penentuan jenis iklim ini berdasarkan grafik segitiga yang dicantumkan pada Tinjauan Pustaka, pada bagian di atas laporan ini.

Selanjutnya pada data menurut Oldeman, diperoleh bulan basah yaitu 7 dan bulan kering 3. Oldeman mengemukakan beberapa zona iklim, dari hasil yang didapat tersebut dapat diketahui bahwa pada percobaan ini termasuk zona iklim B. Zona iklim B adalah suatu zona dimana, bulan basah berjumlah 7 sedangkan pada bulan kering berjumlah 3 maka termasuk subdivisi 2. Dari data dan penjelasan yang telah dipaparkan, di atas bahwa klasifikasi iklim yang dikemukakan Scmidth Ferguson dan klasifikasi iklim yang dikemukakan Oldeman sama yaitu tipe iklim B.

BAB V KESIMPULAN Berdasarkan percobaan dan pengamatan yang telah dilaksanakan, maka diperoleh kesimpulan, sebagai berikut : 1. a) Bulan basah menurut Scmidth dan Ferguson yaitu 8,643 dan bulan keringnya adalah 1,643. b) Bulan basah menurut Oldeman adalah 7 dan bulan keringnya adalah 3. 2. Tipe iklim menurut Scmidth Ferguson dan Oldeman sama yaitu Tipe B.

Anda mungkin juga menyukai