Anda di halaman 1dari 2

Benih-benih yang telah dikumpulkan dari sumber benih seringkali tidak langsung ditanam atau disemaikan karena tenggang

waktu antara musim berbuah dengan musim tanam yang cukup lama. Tujuan utama penimpanan benih untuk menjamin persediaan beni yang masih memliki mutu yang baik untuk suatu program penanaman (apabila penanaman tidak dilakukan segera). Dengan demikian benih yang disimpan berfungsi sebagai penyangga antara permintaan untuk penanaman dengan produksi. Dalam hal ini, penyimpanan benih lebih cenderung karena pengaruh waktu penanaman, musim, serta sifat dari pembuahan pohon induk. Dalam upaya penyimpanan benih sebelumnya harus diketahui karakteristik dari benih tersebut agar dalam perlakuan penyimpanannya sesuai terhadap karakteristik benih tersebut serta tidak menurunkan daya kecambah maupun tingkat hidup benih tersebut. Berdasarkan karakteristik benih terhadap penyimpanan, benih dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu benih rekalsitran dan orthodox. Benih rekalsitran tidak dapat dikeringkan sampai kadar air yang rendah dan hanya dapat disimpan sebentar. Benih rekalsitran harus segera disemaikan setelah diekstraksi. Benih orthodox dapat bertahan hidup bila dikeringkan sampai kadar air yang rendah (sampai 5 %) dan dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Benih orthodox dapat disimpan sampai 1 tahun bahkan ada yang lebih dan masih tetap baik (Mulawarman dkk 2002). Teknik yang dapat dijadikan indicator dalam pengelompokan jenis berdasarkan sifat penyimpanan adalah dapat diduga berdasarkna ukuran benih. Benih-benih dengan ukuran yang besar dapat diduga tergolong dalam jenis rekalsitran, ukuran benih yang sedang dapat diduga sebagai jenis benih yang semi rekalsitran serta benih dengan ukuran yang kecil dapat diduga sebagai benih ortodoks. Pada dasarnya teknik pendugaan jenis benih berdasarkan ukuran dapat berimplikasi kepada kandungan air benih. Benih dengan ukuran yang kecil cenderung untuk memiliki kadar air yang rendah, benih dengan ukuran yang sedang memiliki kadar air yamg sedang serta benih dengan ukuran besar dapat mengandung kadar air yang tinggi (Departemen Kehutanan 2006). Faktor yang mempengaruhi penyimpanan benih antara lain : Jenis pohon, ada tanaman yang tidak kehilangandaya kecambah bila disimpan lama,akan tetapi ada yang tahan cukup lama disimpan dan hanya mengalami sedikit penurunan daya kecambah Suhu, umumnya benih akan kebih tahan disimpan pada suhu yang stabil. Suhu yang naik turun akan mempercepat kerusakan benih. Kadar air, proses perusakan benih akan berlangsung cepat pada kadar air yang tinggi. Oleh sebab itu benih harus dikeringkan sebelum disimpan. Cahaya, cahaya dapat mempercepat atau memperlambat perkecambahan, tergantung dari jenis benih yang disimpan. Pada kondisi kelembaban yang

tinggi, tempat yang gelap dapat mencegah perkecambahan benih sehingga benih dapat disimpan lebih lama. Penyimpanan harus dilakukan dengan baikuntuk mempertahankan daya kecambah, menghindari serangan hama penyakit, dan menjaga agar benih tidak berkecambah di tempat penyimpanan. Ada dua factor yang pentingselama penyimpanan benih yaitu suhu dan kelembaban udara. Umumnya viabilitas benih dapat dipertahankan tetap tinggi dalam jangka waktu yang cukup lama bila suhu dan kelembaban udara dapat dijaga tidak naik turun.

Dapus : Mulawarman dkk. 2002. Pengelolaan Benih Pohon : Sumber Benih, Pengumpulan dan Penanganan Benih. Bogor : ICRAF & Winrock International. Departemen Kehutanan. 2006. Manual Penanganan Benih Tanaman Hutan. Sumedang : Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura. Bramasto Y. 2008. Teknik penanganan benih tanaman hutan hasil panen. Dalam Mitra Hutan Tanaman Vol 3, No 3, 131 140.

Rinaldo. 2007. Studi pembiakan vegetative pada Agathis loranthifolia R. A. Salisbury melalui stek pucuk. [skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Hani A. 2009. Pengembangan tannaman penghasil hutan bukan kayu melalui perbanyakan vegetative. Dalam Tekno Hutan Tanaman : Vol 2, No 2, 83 92. Djaman DF. 2009. Pembiakan vegetative sebagai alternative dalam pengadaan bibit tanaman hutan. Bogor : Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor. Huik E.M. 2004. Pengaruh rootone-f dan ukuran diameter stek terhadap pertumbuhan dari stek batang Jati (Tectona grandis L.F). [skripsi].

Anda mungkin juga menyukai