Anda di halaman 1dari 18

PENDAHULUAN

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit yang berbahaya karena dapat merusak beberapa organ penting dalam tubuh dan merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita masyarakat. Hipertensi yang menetap dapat merusak arteri jantung. Hipertensi yang tidak ditangani adalah penyebab terbesar stroke. Hipertensi berbahaya karena menyebabkan kelelahan jantung dan arteri, serta menimbulkan kerusakan jaringan halus. Jika dibiarkan tidak ditangani, tekanan darah tinggi akhirnya merusak mata dan ginjal. Penyakit ini dapat ditanggulangi dengan mengkonsumsi obat yang sesuai. Obat mengandung senyawa aktif yang berfungsi untuk mencegah, meringankan, dan menyembuhkan penyakit baik pada manusia maupun hewan. Dalam rangka penyediaan obat-obatan yang sesuai untuk menjaga kesehatan masyarakat maka, sangat dibutuhkan adanya industri farmasi. Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang farmasi yang menghasilkan berbagai macam produk obat adalah PT Pertiwi Agung Pharmaceutical Industry. Produk yang dihasilkannya salah satu yaitu Nifedipine. Nifedipine adalah obat yang berkhasiat dalam pencegahan dan pengobatan hipertensi. Obat ini berkerja dengan menghambat masuknya kalsium ke dalam sel-sel otot jantung dan sel-sel polos dinding arteri. Nifedipine merupakan tablet salut selaput, yaitu tablet yang disalut dengan zat penyalut yang relatif larut dalam asam lambung. Dalam rangka menjamin mutu obat yang dihasilkan PT Pertiwi Agung Pharmaceutical Industry, obat harus melalui proses pengujian yang intensif mulai dari bahan baku sampai produk jadi. Mutu suatu tablet salah satunya dapat

diketahui dengan uji penetapan kadar bahan aktif dan dibandingkan dengan standarnya. Percobaan ini bertujuan untuk menetapkan kadar Nifedipine secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dan uji disolusi Nifedipine secara spektrofotometer UV-visibel dalam tablet salut selaput Nifedipine 10 mg. Hasil percobaan dibandingkan dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh PT Pertiwi Agung Pharmaceutical Industry yang mengacu pada USP (United States Pharmacopeia).

TINJAUAN PUSTAKA

Obat

Obat adalah suatu zat yang dimaksudkan untuk dipakai dalam diagnosis, mengurangi rasa sakit, mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan (ANSEL, 1989). Obat dapat pula diartikan sebagai bahan atau campuran bahan yang dibuat, ditawarkan untuk dijual atau disajikan untuk digunakan dalam pengobatan, peredaan, pencegahan atau diagnosis suatu penyakit, kelainan fisik atau gejala-gejalanya pada manusia atau hewan, atau dalam pemulihan dan perbaikan fungsi organ pada manusia atau hewan (BADAN POM, 2003). Pada pembatan obat, sediaan obat yang berkualitas baik akan menunjang tercapainya efek terapeutik yang diharapkan Berdasarkan bentuk sediaannya, obat digolongkan menjadi tiga yaitu sediaan padat (contohnya tablet), sediaan cair (contohnya sirup), dan sediaan semi padat (contohnya krim).

Tablet

Tablet adalah sediaan padat kompak mengandung bahan obat dengan atau tanpa pengisi dan mengandung satu jenis zat aktif atau lebih. Tablet dibuat dengan cara kempa atau cetak, dalam tabung berbentuk pipih atau sirkuler, dan kedua permukaan rata atau cembung. Pada umumnya bahan pembantu tablet terdiri dari bahan pengikat, bahan penghancur, bahan pelicin, dan bahan pewarna. Tablet juga merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan, karena memiliki beberapa keuntungan antara lain: ketepatan dosis, mudah cara pemakaiannya, stabil dalam penyimpanan, mudah dalam transportasi dan dari segi ekonomi relatif murah dibanding dengan bentuk sediaan obat lainnya

Tablet Salut Selaput

Tablet salut selaput (film-coated tablet), adalah tablet kempa yang disalut dengan lapisan tipis berwarna atau tidak berwarna dari larutran bahan polimer yang hancur dengan cepat dalam saluran pencernaan seperti dengan hidroksi propil metil selulosa, metil selulosa, hidroksi propil selulosa, Na-CMC, dan campuran selulosa asetat ftalat dengan PEG yang tidak mengandung air atau mengandung air. Penyalut selaput ini memiliki fungsi tambahan keuntungan yang kurang lebih tahan lama.

Nifedipine Table Nifedipine merupakan salah satu sediaan obat yang sering digunakan dalam pengobatan hipertensi. Nifedipine zat aktif yang berwarna kuning ini memiliki rumus molekul C17H18N2O6 dengan nama kimia yaitu 3,5-dimetil 2,6-dimetil-4-(2nitrofenil)-1,4-dihidropiridin-3,5-dikarboksilat. Adapun rumus srtruktur Nifedipine, yaitu

Nifedipine memiliki sifat yang tidak stabil di bawah pengaruh cahaya akan mengalami tata ulang foto kimia menjadi turunan 4-(2-nitrofenil)-piridin (SCHUNACK, W., 1990). Farmakologi Nifedipine termasuk derivat dihidropiridin, yang merupakan kelompok dari antagonis kalsium (calcium entery blockers). Berkhaisat dalam pencegahan dan pengobatan hipertensi. Obat ini berkerja dengan menghambat masuknya kalsium ke dalam sel-sel otot jantung dan sel-sel polos dinding arteri. Nifedipine diabsorsi dengan cepat dan hampir sempurna (90 %) dalam lambung, kurang lebih 95 % terikat oleh plasma (SISWANDONO, 1995).

Kromatografi Kromatografi adalah suatu cara pemisahan dimana komponen-komponen yang akan dipisahkan didistribusikan antara 2 fase, salah satunya yang merupakan fase stasioner (diam), dan yang lainnya berupa fase mobil (fase gerak).Fase gerak dialirkan menembus atau sepanjang fase stasioner. Fase diam cenderung menahan komponen campuran, sedangkan fase gerak cenderung menghanyutkannya. Berdasarkan terikatnya suatu komponen pada fase diam dan perbedaan kelarutannya dalam fase gerak, komponen-komponen suatu campuran dapat dipisahkan. komponen yang kurang larut dalam fase gerak atau yang lebih kuat terserap atau terabsorpsi pada fase diam akan tertinggal, sedangkan komponen yang lebih larut atau kurang terserap akan bergerak lebih cepat. Prinsip kromatografi adalah pemisahan fisik suatu campuran zat-zat kimia yang berdasar pada perbedaan migrasi dari masing-masing komponen campuran yang terpisah pada fase diam di bawah pengaruh pergerakan fase gerak. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Kemajuan dalam teknologi kolom, sistem pompa tekanan tinggi, dan detektor yang sensitif telah menyebabkan perubahan kromatografi kolom cair menjadi suatu sistem pemisahan dengan kecepatan dan efisiensi yang tinggi. Metode ini dikenal sebagai Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) (DEPARTEMEN KESEHATAN RI, 1995). KCKT adalah metode kromatografi yang menggunakan fase gerak cair dan fase diam padat / bahan pendukung untuk melakukan pemisahan suatu jenis molekul. Terdapat dua variasi utama yaitu, KCKT yang terdiri dari eluen polar dan fase diam non-polar atau eluen non-polar dan fase diam polar. Keduanya diklasifikasikan sebagai metode reversed-phase dan normal-phase. Metode reversed-phase yang akan dipakai dalam eksperimen ini menggunakan kolom octadecylsilane (ODS) dan partisi absorptif (dapat menyerap) untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran (WIRYAWAN, 2011).

Teknik Pengaliran Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Menurut MULJA dan SUHARMAN (1995), sistem pompa KCKT dapat diprogram untuk mendukung proses pemisahan dengan satu atau lebih macam pelarut. Dikenal dua teknik pengaliran pada KCKT yaitu : 1. Sistem Isokratik Pada sistem ini, pemisahan dilakukan dengan satu macam pelarut atau lebih dari satu macam pelarut dengan perbandingan tetap. Hal ini berarti polaritas`fase gerak tetap sehingga untuk pemisahan contoh yang mengandung komponenkomponen dengan polaritas bervariasi akan memberikan hasil yang kurang memuaskan. 2. Sistem Gradien Pada sistem ini, pemisahan dilakukan dengan pelarut campuran yang perbandingannya berubah dalam waktu tertentu. Sistem ini dibangun untuk pemisahan contoh yang mengandung komponen-komponen dengan polaritas beragam sehingga menghasilkan pemisahan yang baik. Ada dua macam sistem gradien yaitu : Sistem Tekanan Tinggi, dalam sistem ini pencampuran pelarut dilakukan dengan memakai pompa-pompa tekanan tinggi dari masing-masing botol, setelah itu langsung dielusikan ke dalam kolom. Sistem Tekanan Rendah, dalam sistem ini pencampuran pelarut dilakukan dengan memakai pompa-pompa bertekanan rendah dari masing-masing botol. Setelah bercampur lalu dielusikan dengan pompa bertekanan tinggi ke dalam kolom.

Instrumentasi Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Instrumentasi Kromatografi Cair Kinerja Tinggi terdiri dari sistem penampung fase gerak, sistem pemompaan, sistem injeksi, kolom dan detektor. Skema alat KCKT dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Skema Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

1. Fase Gerak Fase gerak memiliki beberapa syarat sebagai pelarut yang baik untuk cuplikan yaitu, murni, jernih, tidak kental, sesuai dengan detektor. Komposisi fase gerak berpengaruh nyata terhadap kinerja kromatografi dan harus dikendalikan dengan cermat. Komposisi dapat mempunyai pengaruh yang jauh lebih besar terhadap faktor kapasitas dari pada suhu, (faktor kapasitas = k adalah perbandingan waktu yang diperlukan selama berada dalam fase diam terhadap waktu yang diperlukan selama berada dalam fase gerak). 2. Pompa Sistem pompa KCKT mengalirkan fase gerak dari bejana pelarut menuju kolom melalui pipa bertekanan tinggi. Setiap pompa KCKT yang baik harus dapat melaksanakan sistem elusi dari isokratik yang sederhana sampai sistem elusi dengan pemompaan otomatis yang sempurna. 3. Injektor Proses injeksi merupakan tindakan yang terpenting. Cuplikan harus dimasukkan kedalam pangkal kolom (kepala kolom), diusahakan agar sesedikit mungkin terjadi gangguan pada kemasan kolom. Ada tiga jenis dasar injektor, yaitu

a. Hentikan aliran/stop flow yaitu aliran dihentikan, injeksi dilakukan pada kinerja atmosfir, sistem tertutup, dan aliran dilanjutkan lagi. Teknik ini bisa digunakan karena difusi di dalam aliran kecil dan resolusi tidak dipengaruhi. b. Septum merupakan injektor-injektor langsung ke aliran fase gerak umumnya sama dengan yang digunakan pada kromatografi gas. Injektor ini dapat digunakan pada kinerja sampai 60-70 atmosfir. Tetapi septum ini tidak tahan dengan semua pelarut-pelarut kromatografi cair. Disamping itu, partikel kecil dari septum yang terkoyak (akibat jarum injektor) dapat menyebabkan penyumbatan. c. Katup putaran (loop valve) jenis injektor ini umumnya digunakan untuk menginjeksi volume lebih besar daripada 10 l dan sekarang digunakan dengan cara otomatis (dengan adaptor khusus, volume-volume lebih kecil dapat diinjeksikan secara manual). Pada posisi LOAD, sampel loop (cuplikan dalam putaran) diisi pada tekanan atmosfir. Bila katup difungsikan, maka cuplikan di dalam putaran akan bergerak ke dalam kolom.

4. Kolom Menurut MULJA dan SUHARMAN (1995), kolom dibuat dengan diameter sangat kecil (kolom mikro), dibuat dengan tujuan agar kepekaan menjadi lebih teliti, menghemat pelarut, memperluas kemampuan detektor, dan sampel analisis menjadi lebih sedikit. Kolom dibuat pendek agar menghasilkan resolusi yang baik, memperkecil harga diameter rata-rata fase diam, dan diperolehnya waktu retensi yang singkat.

5. Detektor Detektor KCKT akan memberikan informasi kepada kitaa tentang segala sesuatu yang diperlukan sehubungan dengan tujuan analisis kualitatif maupun kuantitatif. Menurut MULJA dan SUHARMAN (1995), beberapa persyaratan detektor adalah :

a.

Memiliki sensitivitas yang sangat tinggi, dengan rentang sensitivitas 10-8 10-15 g zat terlarut per detik.

b. c. d. e. f.

Dapat bekerja pada temperatur kamar sampai 400C. Memberikan respon yang linear terhadap konsentrasi solut. Kestabilan dan responsibilitas yang sangat baik. Dapat selektif terhadap macam-macam solut di dalam larutan pengembang. Tidak dipengaruhi perubahan temperatur dan kecepatan pelarut

pengembang. g. h. Tidak merusak sampel. Mudah didapat dan mudah pemakaiannya oleh operator.

6. Perekam Perekam pada KCKT berfungsi untuk mencatat atau merekam hasil pemisahan yang sedang berlangsung di dalam kolom. Pada umunya sinyal yang berasal dari detektor diperkuat terlebih dahulu sebelum disampaikan pada alat perekam otomatis yang sesuai. Dapat pula sinyal dikirimkan pada suatu integrator digital elektronik untuk mengatur luas pik kromatogram secara otomatis (DEPARTEMEN KESEHATAN RI, 1995).

Spektrofotometer Menurut SAPUTRA (2009), spektrofotometri merupakan suatu metode analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube. Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer spektrofotometri. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu ini, metode yang digunakan sering disebut dengan

sampel diukur pada berbagai panjang gelombang dan dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda. Hukum Beer-Lambert

Pengukuran serapan cahaya oleh larutan molekul diatur dengan Hukum BeerLambert. Beer-Lambert membuat formula secara matematik hubungan antara transmitan atau absorban terhadap intensitas radiasi atau konsentrasi zat yang dianalisis dan tebal larutan yang mengabsorpsi. Gambar 2 memperlihatkan absorbsi sinar oleh suatu larutan yang mengandung senyawa penyerap UV sebagai berikut:

Gambar 2. Absorbsi Sinar oleh Suatu Larutan.

Formula hukum Beer-Lambert adalah

A=
Keterangan : Io It a b c A = Intensitas sinar datang = Intensitas sinar yang diteruskan = Absorptivitas (L.g-1cm-1) = Panjang sel/kuvet (cm) = konsentrasi (g/L) = Absorban

10

Jenis Spektrofotometer berdasarkan teknik optika sinar menurut DAY dan UNDERWOOD (2002) dibagi menjadi dua: 1. Single-beam spectrophotometer (Spektrofotometer berkas tunggal) Spektrofotometer sinar tunggal hanya memiliki satu berkas cahaya dari sumber yang melalui monokromator. Berkas sinar konstan dari sumber akan melalui lensa pemfokus serta filter sehingga menjadi monokromatis, selanjutnya berkas sinar akan melalui larutan, sebelum menumbuk fotosel dimana berkas sinar tersebut diubah menjadi arus pada sirkuit dan akhirnya diperoleh nilai pada penampil data. Bila sampel diletakkan pada jalannya sinar, sinar melewati sampel dan kemudian menumbuk fotosel, maka akan terjadi suatu penyimpangan arus yang sebanding dengan konsentrasi larutan. 2. Double-beam spectrophotometer (Spektrofotometer berkas ganda) Pada spektrofotometer berkas ganda yang diukur adalah perbedaan intensitas antara dua berkas sinar, yaitu antar berkas sinar yang melalui larutan dan sinar yang melalui larutan sampel. Prinsip kerjanya adalah berkas sinar dari sumber sinar kontinyu dilewatkan ke filter dan dibagi menjadi dua bagian. Satu bagian sinar dilewatkan ke sel yang berisi sampel dan kemudian menumbuk permukaan fotosel. Bagian sinar yang lain setelah melalui diafragma iris yang dapat digerak-gerakkan baru melalui larutan pembanding untuk kemudian tiba pada sel pembanding.

Berdasarkan pada daerah spektrum yang akan dieksporasi terdiri dari dua bagian : 1. Spektrofotometer sinar tampak (Vis). Sumber cahaya yang digunakan adalah lampu tungsten halogen. Lampu tungsten halogen akan menghasilkan cahaya mtampak dalam daerah panjang gelombang 350-2200 nm. Lampu tersebut terbuat dari tabung kuarsa yang berisi filamen tungsten dan sejumlah kecil iodine. Lampu ini mirip dengan lampu yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari yaitu pada perumahan dan perkantoran.

11

2. Spektrofotometer sinar tampak (Vis) dan ultraviolet (UV) Sumber cahaya yang digunakan adalah kombinasi antara lampu tungsten halogen dan lampu deuterium (D2). Lampu deuterium (D2) dapat menghasilkan cahaya dalam daerah 160-380 nm.

Instrumentasi Spektrofotometer UV-Vis

Gambar 3. Instrumentasi Spektrofotometer UV-Vis Radiasi Berkas Ganda

1.

Sumber Sinar Sumber cahaya pada spektrofotometer harus memiliki panacaran radiasi yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber cahaya pada spektrofotometer UV-Vis ada dua macam : a. Lampu Tungsten (Wolfram)

Lampu ini digunakan untuk mengukur sampel pada daerah tampak. Bentuk lampu ini mirip dengan bola lampu pijar biasa. Memiliki panjang gelombang antara 350-2200 nm. Spektrum radiasianya berupa garis lengkung. Umumnya memiliki waktu 1000 jam pemakaian.

12

b. Lampu Deuterium Lampu ini dipakai pada panjang gelombang 160-380 nm. Spektrum energi radiasinya lurus, dan digunakan untuk mengukur sampel yang terletak pada daerah UV. Memiliki waktu 500 jam pemakaian. 2. Monokromator Monokromator digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis. Alatnya dapat berupa prisma ataupun grating. Untuk mengarahkan sinar monomonokromatis yang diinginkan dari hasil

penguraian ini dapat digunakan celah (slit). Jika celah posisinya tepat, maka prisma atau gratingnya dirotasikan untuk mendapatkan panjang gelombang yang diinginkan (KHOPKAR, 1990). Menurut MULJA dan SUHARMAN (1995), monokromator berfungsi untuk mendapatkan radiasi monokromatis dari sumber radiasi polikromatis. Monokromator pada spektrofotometer UV-Vis biasanya terdiri dari susunan: celah (slit) masuk filter prisma kisi (grating) celah keluar. 3. Kuvet Menurut MULJA dan SUHARMAN (1995), kuvet atau sel merupakan wadah sampel yang akan dianalaisis. Ditinjau dari pemakaian kuvet ada dua macam yaitu kuvet permanen terbuaat dari bahan gelas atau leburan silica dan kuvet disposibel untuk satu kali pemakaian yang terbuat dari teflon atau plastik. Ditinjau dari bahan yang dipakai membuat kuvet, ada dua macam yaitu, kuvet dari leburan silika (kuarsa) dan kuvet dari gelas. Kuvet dari leburan silika dapat dipakai untuk analisis kualitatif dan kuantitatif pada daerah pengukuran 190 1100 nm, dan kuvet dari bahan gelas dipakai pada daerah pengukuran 380-1100 nm karena bahan dari gelas mengabsorbsi radiasi UV.

13

4. Detektor MULJA dan SUHARMAN (1995) mengungkapkan bahwa detektor merupakan bagain spektrofotometer UV-Vis yang penting. Oleh sebab itu kualitas detektor akan menentukan kualitas spektrofotometer UV-Vis. Fungsi detektor dalam spektrofotometer adalah mengubah sinyal radiasi yang diterima menjasi sinyal elektronik. Beberapa syarat mengenai kualitas dan fungsi detektor antara lain: a. Detektor harus mempunyai kepekaan tinggi terhadap radiasi yang diterima, tetapi harus memberikan derau (noise) yang sangat minimum. b. Memiliki kemampuan memberikan respon terhadap radiasi pada daerah panjang gelombang yang lebar (UV-Vis). c. Dapat memberikan respon terhadap radiasi dalam waktu serempak . d. Sinyal elektronik yang diteruskan oleh detektor harus dapat

diamplifikasikan oleh penguat (amplifier) ke rekorder.

5.

Penguat (Amplifier) DAY dan UNDERWOOD (2002) mengemukakan bahwa amplifier berfungsi sebagai penguat sinyal yang berasal dari detektor menjadi suatu potensial yang cukup besar untuk dapat direkam. Suatu alat penguat sinyal merangkap isyarat masuk (input) dari rangkaian detektor dan melalui proses pengolahan sinyal menghasilkan isyarat keluaran (output) dan secara langsung dicatat sebagai absorbans atau transmitans.

6.

Pencatat Rangkaian terakhir dari skema instrumentasi spektrofotometer UV adalah pencatat (recorder), yaitu merupakan alat yang berfungsi untuk mencatat atau menginterpretasikan hasil analisis dalam bentuk absorbansi atau trasmitansi, baik secara digital, maupun dalam kertas printer. Prosesnya adalah energi listrik yang dihasilkan oleh detektor dapat direkam oleh recorder, yang hasilnya berupa sistem baca atau penyajian hasil pengukuran, baik dalam bentuk absorbansi, transmitan ataupun konsentrasi.

14

Uji Disolusi

Disolusi adalah jumlah persen zat aktif dari sediaan padat yang larut pada suatu waktu tertentu dalam suatu kondisi baku, seperti pada suhu, kecepatan, pengadukan, dan komposisi media tertentu dalam medium pencernaan buatan berupa medium yang mempunyai konsentrasi dan pH sesuai dengan lokasi aplikasi obat (ANSEL, 1989). Prinsip uji disolusi merupakan afinitas antara zat padat dengan pelarut yang dapat diartikan sebagai suatu metode in vitro yang digunakan untuk mengetahui waktu pelepasan obat dari bentuk sediaan menjadi bentuk terlarut atau suatu proses perpindahan molekul dari bentuk padat ke dalam larutan suatu media. Media disolusi menggunakan pelarut yang tertera pada masing-masing monografi. Volume media disolusi adalah 900 mL dan atur suhu media hingga suhu 37 0,5 0C. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya zat aktif yang terlarut dan memberikan efek terapi dalam tubuh.

Peralatan Uji Disolusi

Menurut DEPARTEMEN KESEHATAN RI (1995) alat untuk pengujian disolusi in vitro terdiri dari beberapa bagian utama yaitu : 1. Wadah Disolusi Wadah disolusi berbentuk silinder dengan dasar setengah bola, tinggi 160-170 mm, diameter dalam 98-106 mm, kapasitas nominal 1000 mL. Penguapan dapat dikurangi dengan menggunakan suatu penutup yang sesuai. Wadah disolusi berisi media disolusi yang sesuai dengan tempat melarutnya obat di dalam tubuh. Wadah disolusi terbuat dari kaca biosilikat atau bahan transparan lain yang inert dan wadah ini tercelup sebagian di dalam penangas air. 2. Penangas Air Penangas air merupakan suatu wadah berisi air yang mampu menampung 6 wadah media disolusi. Penangas air berfungsi mempertahankan suhu bagian dalam wadah disolusi pada 37C 0,5C selama pengujian berlangsung dan menjaga agar gerakan air dalam penangas halus dan tetap.

15

3.

Motor Penggerak atau Pengaduk Motor penggerak dilengkapi dengan alat pengatur kecepatan rotasi berhubungan langsung dengan pengaduk yang berupa batang logam yang inert dan keranjang logam berbentuk silinder.

Proses Disolusi

Proses disolusi berawal dari ketika obat dimasukkan kedalam saluran cerna atau kedalam medium disolusi untuk disolusi secara in vitro. Obat tersebut mulai masuk kedalam larutan dari bentuk padatnya dan mengalami disintegrasi menjadi granul-granul dan selanjutnya menjadi partikel-partikel halus. Pada saat partikel obat mengalami disolusi, molekul-molekul obat pada permukaan mula-mula masuk kedalam larutan menciptakan suatu lapisan jenuh obat-larutan yang membungkus permukaan partikel obat padat atau disebut juga lapisan difusi. Melalui lapisan difusi ini, molekul-molekul obat keluar melewati cairan yang melarut dan berhubungan dengan membran biologis kemudian absorpsi mulai terjadi. Jika molekul-molekul obat terus meninggalkan lapisan difusi, molekul-molekul tersebut diganti oleh obat yang dilarutkan dari permukaan partikel obat sehingga proses absorpsi terus berlanjut masuk kedalam sirkulasi sistemik untuk didistribusikan ke seluruh tubuh untuk memperoleh efek terapi yang diharapkan.

Metode Disolusi

Penggunaan metode disolusi tergantung pada sifat zat aktif dalam obat dan peruntukan obat untuk melarut dan diserap dalam tubuh. Dalam pengujian disolusi terdapat dua metode disolusi, yaitu :

16

1.

Metode Rotating Basket (Keranjang Berputar)

Gambar 4. Alat Uji Disolusi Metode Rotating Basket (Keranjang Berputar) Pada metode ini sediaan obat dimasukkan ke dalam keranjang yang kering berbentuk tabung dan terbuat dari logam anti karat, dengan tinggi 3,68 3,0 mm, diameter dalam 20,2 1,0 mm, dan terdiri atas kasa berukuran 40 mesh. Keranjang ini kemudian dicelupkan pada wadah yang sudah berisi medium dengan volume tertentu. Jarak antara dasar bagian dalam wadah dan keranjang adalah 25 2 mm dengan kecepatan konstan yang harus dipertahankan selama pengujian berlangsung (DEPARTEMEN KESEHATAN RI, 1995).

17

2.

Metode Paddle (Dayung)

Gambar 5. Alat Uji Disolusi Metode Paddle (Dayung) Pada metode ini alat yang digunakan berbentuk dayung yang terdiri dari daun dan batang. Batang dan daun terbuat dari baja anti karat dan dilapisi dengan polyfluorcarbon yang berfungsi untuk mencegah korosi dan masuknya ion-ion kontaminan ke dalam medium. Metode ini pada prinsipnya tidak berbeda dengan metode keranjang berputar, hanya saja pada metode ini digunakan dayung yang terdiri dari daun dan batang logam sebagai pengaduknya. Daun melewati diameter batang sehingga dasar daun dan batang rata. Posisi batang dibuat sedemikian rupa sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada setiap titik dari sumbu vertikal wadah dan berputar dengan halus tanpa goyangan yang berarti. Selama pengujian berlangsung, spesifikasi jarak antara daun dan dasar wadah sejauh 25 mm 2 mm harus tetap dipertahankan. Setelah suhu tercapai, sediaan obat

18

dimasukkan kedalam medium disolusi dan dibiarkan tenggelam ke dasar wadah sebelum dayung mulai berputar (DEPARTEMEN KESEHATAN RI, 1995). Media Disolusi

Berdasarkan DEPARTEMEN KESEHATAN RI (1995), media disolusi yang digunakan merupakan pelarut yang sesuai seperti yang tetera pada masing-masing monografi, pemilihan zat pelarut disesuaikan pada sifat larutan zat itu sendiri. Beberapa jenis media yang bisa digunakan pada uji disolusi adalah : 1. Pelarut Air Air suling biasanya digunakan untuk senyawa aktif yang kelarutannya tidak dipengaruhi oleh pH. 2. Larutan ionik a. Larutan HCl 0,1 N Jenis pelarut ini paling banyak digunakan karena lebih mendekati keadaan cairan saluran pencernaan makanan. Pelarut HCl dibuat dengan melakukan pengenceran terhadap HCl pekat, dengan atau tanpa penambahan garam (NaCl atau KCl) untuk mendekati keadaan cairan lambung. b. Larutan Dapar Terdapat beberapa macam larutan dapar yang dapat digunakan untuk pengujian disolusi antara lain : dapar asetat, dapar sitrat, dan dapar fosfat. pH dapar yang dipakai tergantung dari sediaan yang akan diperiksa, yang bervariasi antara pH 4 sampai pH 8. c. Cairan Lambung dan Usus Buatan Medium ini dibuat lebih mendekati keadaan cairan saluran pencernaan makanan yang sebenarnya dengan melakukan pendekatan pH, penambahan elektrolit, dan dengan penambahan enzim (pepsin untuk cairan lambung dan pankreatin untuk cairan usus).

Anda mungkin juga menyukai