Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

JUDUL : ANALISIS HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN INSTALASI BANGUNAN SEDERHANA DENGAN MENGGUNAKAN METODE E-LEARNING DAN QUANTUM TEACHING (Studi Di SMK Karya Guna Jakarta)

DISUSUN OLEH : ELI HARIRI 5215097034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2012

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan. Perubahanperubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami kemajuan. Sejalan dengan kemajuan tersebut, maka dewasa ini pendidikan di sekolah-sekolah telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan itu terjadi karena terdorong adanya pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun guru selalu ingin menemukan metode dan peralatan baru yang dapat memberikan semangat belajar bagi semua siswa. Bahkan secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pembaharuan dalam sistem pendidikan yang mencakup seluruh komponen yang ada. Pembangunan d bidang pendidikan barulah ada artinya apabila dalam pendidiakn dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bangsa Indonesia yang sedang membangun. Pada hakekatnya kegiatan beiajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar menganjar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran. Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebeh efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut. Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta terhadap tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia-manusia pembangunan dan rnembangun dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Depdikbud (1999). Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor di antaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksirnal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan.

Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran salah satunya adalah dengan memilih strategi atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan prestasi belajar siswa. Misalnya dengan membimbing siswa untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan lebih menguatkan pemahaman siswa terhadap konsep konsep yang diajarkan. Pemahaman ini memerlukan minat dan motivasi. Tanpa adanya minat menandakan bahwa siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Untuk itu, guru harus memberikan suntikan dalam bentuk motivasi sehingga dengan bantuan itu anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar. Sehingga nilai rata-rata mata pelajaran yang diharapkan oleh guru tercapai. Untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan upaya membangkitkan motivasi belajar siswa, misalnya dengan membimbing siswa untuk terlibat langsung dalam kegiatan yang melibatkan siswa serta guru yang berperan sebagai pembimbing dan juga dengan menggunakan metode metode pembelajaran yang ada seperti E-Learning dan Quantum Teaching Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan salah satu metode pembelajaran, yaitu metode pembelajaran E-Learning dan Quantum Teaching dalam hal ini untuk menganalisis perbedaan hasil belajar dengan menggunakan metode metode tersebut agar dapat diketahui metode apakahyang paling tepat dalam proses belajar tersebut. Penulis memilih metode pembelajaan E-Learning ini agar siswa untuk terbiasa menemukan, mencari, mendikusikan sesuatu yang berkaitan dengan pengajaran melalui internet dengan bantuan PC atau laptop karana lebih menghemat waktu dan efisien serta dapt mengakses dari berbagai sumber dari belahan dunia dan tidak terpaku pada buku pegangan siswa dan perpustakaan. Dalam metode pembelajaran quantum teaching kita sebagai guru lebih berperan aktif dalam mengubah kondisi belajar supaya meriah dengan segala nuansanya. Dalam quantum teaching juga menyertakan segala kaitan interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Quantum teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas. Interaksi yang menjadikan landasan dan kerangka untuk belajar (De porter. B, 2004). Dari latar belakang tersebut di atas maka penulis dalam penelitian ini mengambil judul " Analisis Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Instalasi Bangunan Sederhana Dengan Menggunakan Metode E-Learning Dan Quantum Teaching ".

B.

Rumusan Masalah Berdasarkan latar helakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya pembelajaran ELearning dan Quantum Teaching di SMK Karya Guna Jakarta ? 2. Bagaimanakah perbedaan hasil belajar dengan metode E-Learning dan Quantum Teaching ?

C.

Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran E-Learning dan Quantum Teaching di SMK Karya Guna Jakarta ? 2. Ingin mengetahui perbedaan hasilbelajar antara E-Learning dan Quantum Teaching ?

D.

Manfaat Penelitian Penulis mergharapkan dengan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi : 1. Guru memberikan informasi tentang metode pembelajaran yang sesuai dengan materi IPA. 2. Siswa meningkatkan motivasi dan prestasi pada mata pelajaran instalasi bangunan sederhana.

BAB II HIPOTESIS TINDAKAN, RUANG LINGKUP PENELITIAN, DEFINISI OPERASIONAL

A. HipotesisTindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan adalah sebagai berikut: 1. Perbedaan hasil belajar dengan pembelajaran E-Learning dan Quantum Teaching di SMK Karya Guna Jakarta. B. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: 1. Permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah masalah perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan dua metode yang berbeda. 2. Penelitian tindakan kelas ini dikenakan pada siswa kelas X 3. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMK Karya Guna Jakarta 4. Dalam penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2012/2013. 5. Penelitian tindakan kelas ini dibatasi pada kompetensi dasar menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap.

C. Definisi Operasional Variabel Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut: 1. Metode pembelajaran E-Learning adalah : Sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media Internet, jaringan komputer,maupun komputer standalone 2. Metode pembelajaran Quantum Teaching adalah: pengubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya. Dalam quantum teaching juga menyertakan segala kaitan interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. D. Kajian Pustaka A. Metode Pembelajaran E-Learning Istilah e-learning Banyak para ahli yang mendefinisikan e-learning sesuai sudut pandangnya. Karena e-learning kepanjangan dari elektronik learning ada yang menafsirkan e-

learning sebagai bentuk pembelajaran yang memanfaatkan teknologi elektronik (radio, televisi, film, komputer, internet). Jaya Kumar C. Koran (2002), mendefinisikan e-learning sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Ada pula yang menafsirkan elearning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan melalui media internet. Sedangkan Dong (dalam Kamarga, 2002) mendefinisikan e-learning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik komputer untuk memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya. Rosenberg (2001) menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Hal ini senada dengan Cambell (2002), Kamarga (2002) yang intinya menekankan penggunaan internet dalam pendidikan sebagai hakekat elearning. Bahkan Onno W. Purbo (2002) menjelaskan bahwa istilah e atau singkatan dari elektronik dalam e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet. Sementara itu, dari sisi materi pembelajaran e-learning yang ada saat ini dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu : 1. E-learning tutorial, baik berupa teks maupun video. Contohnya adalah learningelectric.com yang merupakan e-learning berisi tutorial kemampuan dasar komputer seperti word, excel dan lain-lain. 2. E-learning latihan (exercise) Jenis e-learning ini menampilkan soal-soal latihan suatu materi, untuk kemudian dikerjakan oleh user secara online sehingga user dapat langsung mengetahui tingkat kemampuan terhadap materi tersebut. Contohnya adalah English test net yang berisi latihan-latihan TOEFL. 3. E-learning simulasi, pada jenis ini digunakan simulasi untuk menggambarkan suatu prose atau kejadian. Contohnya adalah falstad.com yang berisi simulasi-simulasi untuk memvisualkan berbagai macam konsep pada bidang matematika, fisika dan teknik. 4. Game e-learning, pada jenis ini game digunaka sebagai media penyimpan materi. Penggunaan game ini dapat sebagai tutorial, exercise, simulasi maupun sebagai permainan. Menyadari bahwa di internet dapat ditemukan berbagai informasi dan informasi itu dapat diakses secara lebih mudah, kapan saja dan dimana saja, maka pemanfaatan internet menjadi suatu kebutuhan. Bukan itu saja, pengguna internet bisa berkomunikasi dengan pihak lain dengan cara yang sangat mudah melalui teknik e-moderating yang tersedia di internet.

Teknik E-Leraning ini pun memiliki keuntungan sebagai berikut : 1. Tersedianya fasilitas e-moderating di mana guru dan siswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara reguler atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu. 2. Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari. 3. Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan di mana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer. 4. Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet. 5. Baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas. 6. Berubahnya peran siswa dari biasanya pasif menjadi aktif. 7. Relatif lebih efisien. Misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari perguruan tinggi atau sekolah konvensional, bagi mereka yang sibuk bekerja, bagi mereka yang bertugas di kapal, di luar negeri, dan sebagainya. Walalupun demikian baiknya teknik ini toh masih ada pula kelemahan yang perlu diperhatikan ialah: 1. Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar-siswa itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar dan mengajar. 2. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis / komersial. 3. Berubahnya peran guru dari semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT. 4. Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal. 5. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon, ataupun komputer) 6. Kurangnya mereka yang mengetahui dan memiliki keterampilan soal-soal internet, dan 7. Kurangnya penguasaan bahasa komputer. B. Metode Pembelajaran Quantum Teaching Quantum Teaching adalah pengubahan belajar yang meriah, dengan menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan yangmemaksimalkan moment belajar serta berfokus pada hubungan dinamisdalam lingkungan kelas serta interksi yang mendirikan landasan dankerangka untuk belajar. Quantum Teaching berusaha mengubah suasana belajar yangmonoton dan membosankan ke dalam suasana belajar yang meriah dan gembira dengan memadukan potensi fisik, psikis, dan emosi. Siswa menjadi suatu kesatuan yang integral. Quantum Teaching berisi prinsipprinsip system perancangan pengajaran yang efektif, efisien, dan progrersif, berikut

metode penyajiannya untuk mendapatkan hasilbelajar yang mengagumkan dengan waktu yang sedikit. Dalam praktek Quantum Teaching bersandar pada asas utama Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Dengan demikian, pembelajaran merupakan kegiatan fullcontact yang melibatkan semua aspek kepribadian siswa (pikiran perasaan, dan bahasa tubuh) disamping pengetahuan, sikap dan keyakinan sebelumnya, serta persepsi masa mendatang. Semua ini harus dikelola dengan sebaik-baiknya, diselaraskan hingga mencapai harmoni (Diorkestrasi). Quantum disini adalah interaksi mengubah energi menjadi cahaya. Quantum Teaching dengan demikian, adalah pengubahan bermacam-macam yang ada di dalam dan sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain. Jadi Quantum Teaching adalah perubahan belajar yang meraih dengan segala nuansanya. Dan Quantum Teaching juga menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Adapun pemantapan dalam menguasai materi atau suatu keterampilan yang diajarkan dapat dilihat dari adanya pengulangan terhadap sesuatu yang sudah dikuasai si anak. 1. Arti Quantum Teaching Menurut De porter. B (2004), kata quantum berarti interaksi antara paket-paket energi dalam energi foton yang terquantisasi, sedangkan quantum teaching dalam pembelajaran merupakan interaksi yang terjadi di dalam kelas antara siswa dengan lingkungan belajar yang efektif. Dalam quantum teaching bersandar pada konsep bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Hal ini menunjukkan, betapa pengajaran dengan quantum teaching tidak hanya menawarkan materi yang mesti dipelajari siswa. Tetapi jauh dari itu, siswa juga diajarkan bagaimana menciptakan hubungan emosional yang baik dalam dan ketika belajar. Dengan quantum teaching kita dapat mengajar dengan memfungsikan kedua belahan otak kiri dan otak kanan pada fungsinya masing-masing. Otak kiri menangani angka, susunan, logika, organisasi, dan pemikiran rasional dengan pertimbangan yang deduktif dan analitis. sedangkan otak kanan mengurusi masalah pemikiran yang abstrak dengan penuh imajinasi. Misalnya warna, ritme, musik, dan proses pemikiran lain yang memerlukan kreativitas, orisinil, daya cipta dan bakat artistik (De porter. B, 2004). 2. Asas Utama Quantum Teaching Menurut De porter. B (2004), asas utama quantum teaching adalah bawalah dunia mereka kedunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Dari asas utama ini, dapat disimpulkan bahwa langkah awal yang harus dilakukan dalam pengajaran yaitu mencoba memasuki dunia yang dialami oleh peserta didik. Cara yang dilakukan seorang pendidik meliputi: untuk apa mengajarkan dengan sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, musik, seni, rekreasi atau akademis mereka. Setelah kaitan itu terbentuk, maka dapat membawa mereka kedalam dunia kita dan memberi mereka pemahaman mengenai isi

dunia itu. Dunia kita dipeluas mencakup tidak hanya para siswa, tetapi juga guru. Akhirnya dengan pengertian yang lebih luas dan penguasaan lebih mendalam, siswa dapat membawa apa yang mereka pelajari kedalam dunia mereka dan menerapkannya pada situasi baru. 3. Prinsip-Prinsip Quantum Teaching Menurut De porter. B (2004), prinsip-prinsip quantum teaching adalah struktur chort dasar dari simfoni. Prinsip-prinsip tersebut adalah:

Segalanya berbicara; Segalanya bertujuan; Pengalaman sebelum pemberian nama; Akui setiap usaha; dan Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan.

Dengan demikian, segalanya berbicara seperti yang ada dari lingkungan kelas dan bahasa tubuh, serta rancangan pembelajaran, semuanya mengirim pesan tentang belajar. Sedangkan segalanya bertujuan dapat digambarkan melalui segala sesuatu yang terjadi dalam proses belajar mengajar memiliki tujuan tertentu. Oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk yang mereka pelajari. Belajar pada hakikatnya mengandung konsekuensi ketika peserta didik mulai melangkah untuk belajar yang bagaimanapun untuk setiap usaha dan pekerjaan untuk belajar yang dilakukan selalu dianggap perlu dan akan berpengaruh terhadap hasil pekerjaan yang lebih baik, maka pengakuan dari setiap usaha akan berperan menciptakan perasaan nyaman dan percaya diri, serta dapat menciptakan lingkungan paling baik untuk membantu mengubah diri menuju arah yang diinginkan. Pengakuan tersebut akan lebih lengkap dengan dibuktikan melalui sebuah perayaan sebab perayaan merupakan ungkapan kegembiraan atas keberhasilan yang diperoleh dan juga dengan perayaan akan memberikan umpan balik mengenai kemajuaan dan akan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar (De porter B, 2003).

4. Model Quantum Teaching Menurut De porter, B (2004), quantum teaching mempunyai dua bagian penting yaitu dalam seksi konteks dan dalam seksi isi. Dalam seksi konteks, akan menemukan semua bagian yang dibutuhkan untuk mengubah: suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis. Sedangkan dalam seksi isi, akan menemukan keterampailan penyampaian untuk kurikulum apapun, disamping strategi yang dibutuhkan siswa untuk bertanggung jawab atas apa yang mereka pelajari: penyanjian yang prima, fasilitas yang luwes, keterampilan belajar untuk belajar, dan keterampilan hidup.

5. Sintaks Pembelajaran Quantum Teaching Sintaks pembelajaran quantum teaching adalah tumbuhkan, alami, namai, demostrasikan, ulangi dan rayakan (TANDUR). Adapun maksudnya adalah: 1. Menumbuhkan minat dengan memuaskan apakah manfaatnya bagiku (pelajar) dan memanfaatkan kehidupan pelajar; 2. Menciptakan atau mendatangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh semua pelajar; 3. Menamai kegiatan yang akan dilakukan selama proses belajar mengajar dengan menyediakan kata kunci, konser, model, rumus, strategi, sebuah masukan; 4. Menyediakan kesempatan bagi pelajar untuk menunjukkan (mendemonstrasikan) bahwa mereka tahu; 5. Menunjuk beberapa pelajar untuk mengulangi materi dan menegaskan aku tahu bahwa aku memang tahu ini; 6. Merayakan atas keberhasilan yang sudah dilakukan oleh pelajar sebagai pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan (De porter B, 2003).

E. Metode Penelitian a. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang bersifat reflektif, partisipatif, kolaboratif, dan spiral, bertujuan untuk melakukan perbaikan perbaikan terhadap sistim, cara kerja, proses, isi, dan kompetensi atau situasi pembelajaran. PTK yaitu suatu kegaitan menguji cobakan suatu ide ke dalam praktik atau situasi nyata dalam harapan kegiatan tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar ( Riyanto, 2001). b. Kehadiran Peneliti Pada penelitian ini, peneliti sebagai guru dan merencanakan kegiatan berikut : 1. Menyusun angket untuk pembelajaran dan menyusun rencana program pembelajaran 2. Mengumpulkan data dengan cara mengamati kegiatan pembelajaran dan wawancara untuk mengetahui proses pembelajaran yangdilakukan oleh guru kelas 3. Melaksanakan rencana program pembelajaran yang telah dibuat 4. Melaporkan hasil penelitian

c.

Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMK Karya Guna Jakarta

d. Data dan Sumber 1. Data dalam penelitian ini adalah kemampuan berfikir siswa yang diperoleh dengan mengamati munculnya pertanyaan dan jawaban yang muncul selama diskusi berlangsung dan diklasifikasikan menjadi C1 C6. Data untuk hasil penelian diperoleh berdasarkan nilai ulangan harian (test). 2. Sumber data penelitian adalah siswa kelas X (sepuluh) sebagai obyek penelitian e. Prosedur pengumpulan data Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik sebagai berikut : 1. Wawancara Wawancara awal dilakukan pada guru dan siswa untuk menentukan tindakan. Wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi awal siswa 2. Angket Angket merupakan data penunjang yang digunakan untuk mengumpulkan informasi terkait dengan respon atau tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran kooperatif 3. Observasi Observasi dilaksanakan untuk memperoleh data kemampuan berpikir siswa yang terdiri dari beberapa deskriptor yang ada selama pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun. Obsevasi dilakukan oleh 3 orang observer. 4. Test Test dilaksanakan setiap akhir siklus, hal ini dimaksudkan untuk mengukur hasil yang diperoleh siswa setelah pemberian tindakan. Test tersebut berbentuk multiple choise agar banyak materi tercakup 5. Catatan lapangan Catatan lapangan digunakan sebagai pelengkap data penelitian sehingga diharapkan semua data yang tidak termasuk dalam observasi dapat dikumpulkan pada penelitian ini

f. Analisis data 1. Kemampuan Berfikir Kualitas pertanyaan dan jawaban siswa dianalisis dengan rubric. Kemudian untuk mengetahui peningkatan skor kemampuan berfikir, pertanyaan dan janwaban yang telah dinilai dengan rubric pada siklus I dibandingkan dengan pertanyaan dan jawaban yang telah dinilai dengan rubric pada siklus II.

Rumus untuk mencari skor klasikal kemampuan bertanya siswa Skor riil X 4 Skor maks Keterangan: Skor riil : skor total yang diperoleh siswa. Skor maksimal : Skor total yang seharusnya diperoleh siswa 4 : Skor maksimal dari tiap jawaban( pedoman penskoran lihat lampiran )

2. Hasil Belajar Hasil belajar pada aspek kognetif dari hasil test dianalisis dengan teknik analisis evaluasi untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa. Caranya adalah dengan menganalisis hasil test formatif dengan menggunakan criteria ketuntasan belajar. Secara Aswirara individu, siswa dianggap telah belajar tuntas apabila daya serapnya mencapai 65 %, Secara kelompok dan anggap tuntas jika telah belajar apabila mencapai 85 % dari jumlah siswa yang mencapai daya serap minimal 65 % (Dedikbud 2000 dalam Aswirda 2007) g. Tahap-tahap penelitian Berdasarkan observasi awal yang dilakukan proses pembelajaran yang dilakukan adalah model pembelajaran E-Learning dan Quantum Teaching. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 2 siklus . Setiap siklus tediri dari perencanaan, tindakan, penerapan tindakan, observasi, refleksi. Siklus I 1. Perencanaan Sebelum melaksanakan tindakan maka perlu tindakan persiapan. Kegiatan pada tahap ini adalah :

Penyusunan RPP dengan model pembelajaran yang direncanakan dalam PTK. Penyusunan lembar masalah/lembar kerja siswa sesuai dengan indikator pembelajaran yang ingin dicapai Membuat soal test yang akan diadakan untuk mengetahui hasil pemebelajaran siswa. Membentuk kelompok yang bersifat heterogen baik dari segi kemampuan akademis, jenis kelamin,maupun etnis. Memberikan penjelasan pada siswa mengenai teknik pelaksanaan model pembelajaran yang akan dilaksanakan

2. Pelaksanaan Tindakan

Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan penelitian guru menjadi fasilitator selama pembelajaran, siswa dibimbing untuk belajar Instalasi bangunansederhana dengan metode E-Learning dan dengan

metode Quantum Teaching. Adapun langkah langkah yang dilakukan adalah (sesuaikan dengan scenario pembelajaran) Kegiatan penutup, di akhir pelaksanaan pembelajaran pada tiap siklus, guru memberikan test secara tertulis untuk mengevalausi hasil belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

3. Observasi Pengamatan dilakukan selama proses proses pembelajaran berlangsung dan hendaknya pengamat melakukan kolaborasi dalam pelaksanaannya. 4. Refleksi Pada tahap ini dilakukan analisis data yang telah diperoleh. Hasil analisis data yang telah ada dipergunakan untuk melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil yang ingin dicapai. Refleksi daimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah atau belum terjadi, apa yang dihasilkan,kenapa hal itu terjadi dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya unttuk menghasilkan perbaikan pada siklus II. Silus II, kegiatan pada siklus dua pada dasarnya sama dengan pada siklus I hanya saja perencanaan kegiatan mendasarkan pada hasil refleksi pada siklus I sehingga lebih mengarah pada perbaikan pada pelaksanaan siklus I.

DAFTAR RUJUKAN Departemen Pendidikan Dan Jakarta: Balai Pustaka Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
http://edukasi.kompasiana.com/2010/03/04/bagaimanakah-membuat-proposal-ptk/

Anda mungkin juga menyukai