0 1
Maka fungsi gelombang dari celah yang ke n adalah
( ) ( ) [ ] sin 1
0
a n k t i
n
e E E
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Menyusun peralatan seperti gambar di bawah. Menggunakan lengan extender
celah dan kedua reflector untuk menyusun celah vertical. Mengatur lebar
celah sebesar 4 cm dan meluruskan celah sesimetri mungkin.
2. Menyusun skala rotasional pada belakang transmitter maupun receiver untuk
polarisasi (0 derajat). Mengatur control receiver untuk mendapatkan
pembacaan skala penuh pada intensitas serendah mungkin.
3. Memutar lengan goniometer yang dapat berputar (dimana receiver tetap diam)
secara perlahan sekitar sumbunya. Mengamati pembacaan meter.
4. Mengatur kembali lengan goniometer sehingga receiver secara langsung
berhadapan dengan transmitter. Mengatur control receiver untuk memperoleh
pembacaan meter 1.0. Sekarang memasang sudut lengan goniometer pada
masing-masing harga yang ditunjukkan dalam tabel. Merekam pembacaan
meter pada tabel di setiap posisi, dan mungkin juga diperlukan peningkatan
setting intensitas untuk melihat semua maksimum dam minimum secara jelas.
Jika sudah, meyakinkan dengan mengalikan semua data dengan harga yang
cocok (yakni 30, 10, 5, atau 1) sehingga hasilnya benar-benar proporsional
dengan intensitas sinyal.
5. Mengubah lebar celah menjadi 10 cm. Menggerakkan transmitter menjauhi celah.
Mengulangi pengukuran pada langkah 4. Mencoba lebar celah yang lain.
E. DATA
1. Lebar celah ; 4 cm
Sudut (
o
) Pembacaan Meter (mA) Sudut (
o
) Pembacaan Meter (mA)
0 0.34 50 0,03
10 0,70 55 0,02
15 0,42 60 0,02
20 0,52 65 0,02
25 0,22 70 0,02
30 0,08 75 0,02
35 0,04 80 0,02
40 0,04 85 0,02
45 0,04
2. Lebar celah : 6 cm
Sudut (
o
) Pembacaan Meter (mA) Sudut (
o
) Pembacaan Mater (mA)
0 0,72 50 0,02
10 0,62 55 0,02
15 0,70 60 0,02
20 0,26 65 0,02
25 0,08 70 0,02
30 0,02 75 0,02
35 0,02 80 0,02
40 0,02 85 0,02
45 0,02
F. ANALISIS DATA
1. Lebar Celah : 4 cm = 0.04 m
Grafik hubungan sudut lengan Gonoimeter (
0
) dengan pembacaan ammeter (mA)
GRAFIK HUBUNGAN SUDUT VS
PEMBACAAN AMPERMETER
0
0.2
0.4
0.6
0.8
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
SUDUT
P
E
M
B
A
C
A
A
N
A
M
P
E
R
M
E
T
E
R
Interferensi minimum Interferensi maksimum
Rumus : Rumus:
1
sin
2
d n
_
+
,
sin d n
Untuk n = 1
0
0
1
0.04sin15 1
2
3
0.04sin15
2
0.007
_
+
,
_
0
0.04sin10 1
0.007
Untuk n = 2
0
0
1
0.04si 35 1
2
3
0.04sin35
2
0.015
_
+
,
_
0
0.04sin 20 2
0.006
o
0.007 0.015
2
0.011
maks
m
min
0.006 0.007
2
0.0065m
( )
( )
2
5 5
5
2
1
1, 6.10 1, 6 10
2 1
1.6 10
1.3 10
S
n n
m
( )
( )
2
5 5
5
3
1
2, 5.10 2, 5 10
2 1
2, 5 10
0.5 10
S
n n
m
Ralat relatif:
3
max 100%
1.3 10
100%
0.011
11.81%
S
R
3
min 100%
0.5 10
100%
0.0065
7.65%
S
R
Jadi
( )
3
11 1.3 10
maks
m
t
Jadi
( )
3
min
6.5 0.5 10 m
t
2. Lebar Celah : 6 cm = 0.06 m
Grafik hubungan sudut lengan Gonoimeter (
0
) dengan pembacaan ammeter (mA)
GRAFIK HUBUNGAN SUDUT VS
PEMBACAAN AMPERMETER
0
0.2
0.4
0.6
0.8
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
SUDUT
P
E
M
B
A
C
A
A
N
A
M
P
R
M
E
T
E
R
Interferensi minimum Interferensi maksimum
Rumus : Rumus:
1
sin
2
d n
_
+
,
sin d n
Untuk n = 1
0
0
1
0.06sin10 1
2
3
0.06sin10
2
0.007
_
+
,
_
0
0.06sin15 1
0.015
Untuk n = 2
0
0
1
0.06si 30 1
2
3
0.06sin30
2
0.02
_
+
,
_
0
0.06sin35 2
0.017
o
0.007 0.02
2
0.012
maks
m
min
0.015 0.017
2
0.016m
( )
( )
2
5 5
5
2
1
2, 5.10 0, 35 10
2 1
1.26 10
1.13 10
S
n n
m
( )
( )
2
4 4
5
2
1
10.10 10 10
2 1
10 10
3,16 10
S
n n
m
Ralat relatif:
3
max 100%
1.13 10
100%
0.012
9.42%
S
R
2
min 100%
3.16 10
100%
0.016
1.2%
S
R
Jadi
( )
3
12 1.13 10
maks
m
t
Jadi
( )
3
min
16 3.16 10 m
t
G. PEMBAHASAN
Dari analisis data di atas, grafik hubungan sudut lengan Gonoimeter (
0
)
dengan pembacaan ammeter (mA) hampir sama dengan grafik yang ada di dasar
teori. Dalam dasar teori grafiknya antara sudut dengan intensitas, namun dalam
analisis data praktikum ini, grafik antara sudut dengan pembacaan ammeter. Dalam
hal ini, pembacaan meter dianalogikan dengan intensitas.
Adapun yang mengakibatkan kedua grafik yang diperoleh dari hasil praktikum ini
kurang begitu bagus. Hal ini disebabkan :
1. kurang dapat meggunakan alat-alat yang digunakan dalam praktikum
2. Praktikan kurang memahami konsep dasar
3. Kesalahan paralaks praktikan dalam membaca skala
Sedangkan asumsi bahwa lebar celah dengan panjang gelombang adalah seorde.
Secara teori panjang gelombang mikro mempunyai panjang gelombang antara 30 cm
hingga 1.0 mm. dan berfrekuensi dari 10
9
Hz hingga lebih kurang 3x10
11
Hz.
Sedangkan berdasarkan praktikum pada celah 4 cm,
( )
3
11 1.3 10
maks
m
t
dan.
( )
3
min
6.5 0.5 10 m
t
Pada celah 6 cm,
( )
3
12 1.13 10
maks
m
t
dan
( )
3
min
16 3.16 10 m
t
. Jadi panjang gelombang yang diperoleh dari percobaan
sesuai dengan panjang gelombang mikro karena berada pada selang 30 cm -1 mm.
G. Kesimpulan
1. Difraksi merupakan gejala pembelokan ( penyebaran ) gelombang
ketika menjalar melalui celah sempit dan difraksi tersebut terjadi bila
ukuran celah lebih kecil dari panjang gelombang yang melaluinya.
2. berdasarkan Praktikum yang telah dilakukan, diperoleh data sebagai
berikut:
pada lebar celah : 4 cm,
( )
3
11 1.3 10
maks
m
t
dan.
( )
3
min
6.5 0.5 10 m
t
pada lebar celah : 6 cm,
( )
3
12 1.13 10
maks
m
t
dan
( )
3
min
16 3.16 10 m
t
Eksperimen 3 : FABRY-PEROT INTERFEROMETER
A. TUJUAN
Menentukan panjang gelombang dari radiasi gelombang mikro
B. DASAR TEORI
Sebuah Interferometer Febry-Perot terdiri dari dua reflector parsial parallel
diantara sebuah sebuah sumber gelombang dan sebuah detector. Gelombang dari
sumber memantul bolak balik di antara dua reflector parsial. Namun
demikian, pada setiap lintasan, beberapa radiasi melintas reflector
menuju detector. Jika jarak antara reflector parsial sama dengan
n /2, dimana adalah panjang gelombang radiasi dan n bilangan
bulat, maka semua gelombang yang melintasi detector pada suatu
saat akan sefase. Dalam kasus ini, sebuah sinyal maksimum akan
terdeteksi oleh receiver. Jika jarak antara reflector parsial bukan
kelipatan dari /2, maka interferensi destruktif akan terjadi, dan
sinyal akan tidak maksimum.
Pada interferometer Fabry Perot pembelahan intensitas berkas gelombang
dilakukan melalui pemantulan ganda ( multiple reflections ), pada dua keping
cermin pantul sebagian C
1
dan C
2
yang identik dan dipasang sejajar. Berkas sinar
yang datang pada cermin C
1
, sebagian dipantulkan dan sebagian lagi diteruskan.
Berkas sinar yang diteruskan oleh cermin C
2
sebagian dipantulkan lagi dan sebagian
diteruskan ke titik P yang jauh. Seterusnya berkas sinar diantara kedua cermin C
1
dan C
2
, mengalami beberapa kali pemantulan dan pembiasan. Pola interferensi
merupakan perpaduan dari berkas-berkas sinar di titik P, yang berasal dari
pembiasan oleh cermin C
2
.
Perbedaan jarak lintasan antara berkas-berkas yang berdampingan yang
keluar dari cermin C
2
adalah
( )
( )
( )
( )
cos 2
cos
sin
cos
1
2
2
d r
d r
'
Dan beda fasenya adalah
( )
cos 2kd
r k
C. ALAT DAN BAHAN
1. Transmitter 4. Holder (2)
2. Receiver 5. Reflektor parsial
3. Goniometer
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Menyusun peralatan seperti ditunjukkan oleh
gambar di bawah ini. Menghubungkan transmitter
dan mengatur control receiver untuk sinyal yang
dapat dibaca.
2. Mengatur jarak antara jarak reflector dan
mengamati minimum dan maksimum relative
3. Mengatur jarak antara reflector parsial untuk
mendapatkan pembacaan maksimum. Merekam
d1, Jarak antar reflector.
4. Sambil mengamati meter, secara perlahan
menggerakkan salah satu reflector menjauhi
lainnya. Menggerakkan reflector hingga
pembacaan meter melewati paling tidak 10
minimum yang dilewati. Juga merekam d2, jarak
baru di antara reflector.
5. Menggunakan data tersebut untuk menghitung
panjang gelombang radiasi gelombang
mikro.
6. Mengulangi pengukuran dengan
memulai dengan jarak antar parsial
reflector berbeda dan menghitung -
nya.
E. DATA PENGAMATAN
1. d1 = 34 cm
Minimum yang dilewati : 10 kali
d2 = 46 cm
2. d1 =38 cm
Minimum yang dilewati : 10 kali
d2 = 52 cm
F. ANALISIS DATA
2
2.
10
2.(46 34)
10
2, 4
n
d
d
cm
1. Data I
n = 10
2. Data II
n = 10
2
2.
10
2.(52 38)
10
2, 8
n
d
d
cm