Anda di halaman 1dari 16

GELOMBANG MIKRO

Eksperimen 1 : Difraksi Celah Tunggal


A. TUJUAN
Mempelajari terjadinya difraksi gelombang pada celah tunggal
Menentukan panjang gelombang mikro
B. ALAT dan BAHAN
Transmitter
Receiver
Gonoimeter
Holder
Partical Reflecors
Lengan ekstender celah
Komponen putar
C. TEORI DASAR
Peristiwa pembelokan cahaya ke belakang penghalang disebut peristiwa
difraksi. Difraksi pertama kali diungkapkan oleh Francesco Grimaldi, walaupun
Newton tidak menerima kebenaran teori tentang gelombang cahaya, dan juga
Huygens tidak mempercayai difraksi ini walaupun dia yakin akan kebenaran teori
gelombang cahaya. Huygen berpendapat bahwa gelombang sekunder hanya efektif
pada titik-titik singgung dengan selubungnya saja, sehingga tidak memungkinkan
terjadinya difraksi.
Gambar berikut menunjukan gejala difraksi dari suatu gelombang datar yang
menjalar melalui suatu celah. Maka menurut prinsip Huygen-Frasnel, titik A dan B
pada tepi celah, merupakan sumber skunder dengan fase yang sama. Efek dari
difraksi ini diamati pada suatu titik P pada arah terhadap sumber celah.
0100090000037800000002001c00000000000400000003010800050000000b0200000
000050000000c025f03b104040000002e0118001c000000fb021000070000000000bc0
2000000000102022253797374656d0003b10400002aea00007455110026e2823928af
66020c020000040000002d01000004000000020101001c000000fb02ceff0000000000
009001000000000440001254696d6573204e657720526f6d616e00000000000000000
00000000000000000040000002d010100050000000902000000020d000000320a2d00
00000100040000000000b0045f0320821600040000002d010000030000000000
Gambar Difraksi Frasnel
Apabila titik P tidak begitu jauh dari celah, atau sumber gelombang datang
tidak begitu jauh dari celah, sehingga gelombang datang tidak dapat dianggap sebagai
gelombang datar, maka peristiwa ini disebut dengan difraksi Frasnel. Dan sebaliknya
bila sumber gelombang datang dan titik P cukup jauh dari celah, maka peristiwa ini
disebut difraksi Fraunhofer.
Difraksi Fraunhofer merupakan bentuk sederhana dari difraksi Fresnel
Penyerdehanaan dilakukan dengan meletakkan sember S dan layer C jauh dari lebang
difraksi. Muka gelombang yang tiba pada lubang difraksi dari sumber S yang jauh
merupakan muka gelombang yang datar, sinar-sinarnya saling sejajar. Syarat ini dapat
diperoleh dengan meletakkan dua lensa tipis konvergen. Lensa pertama akan
mengubah gelombang divergen dari sumber menjadi gelombang datar, dan lensa
kedua membuat gelombang datar yang keluar dari lubang difraksi menjadi
mengumpul di titik P.
Pada peristiwa difraksi ini, gelombang datang berupa gelombang datar dan
jarak titik P ke celah, jauh lebih besar dari lebar celah, r>>d.
Gambar Difraksi Fraunhofer
Titik-titik pada celah antara A dan B, dapat dipandang sebagai sumber-sumber
gelombang sekunder. Jadi pola difraksi celah ini, dapat di dekati sebagai pola
interferensi system banyak celah sempit. Apabila fungsi gelombang yang berasal dari
celah sempit pertama (titik A) adalah
t i
e E E

0 1
Maka fungsi gelombang dari celah yang ke n adalah
( ) ( ) [ ] sin 1
0
a n k t i
n
e E E

D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Menyusun peralatan seperti gambar di bawah. Menggunakan lengan extender
celah dan kedua reflector untuk menyusun celah vertical. Mengatur lebar
celah sebesar 4 cm dan meluruskan celah sesimetri mungkin.
2. Menyusun skala rotasional pada belakang transmitter maupun receiver untuk
polarisasi (0 derajat). Mengatur control receiver untuk mendapatkan
pembacaan skala penuh pada intensitas serendah mungkin.
3. Memutar lengan goniometer yang dapat berputar (dimana receiver tetap diam)
secara perlahan sekitar sumbunya. Mengamati pembacaan meter.
4. Mengatur kembali lengan goniometer sehingga receiver secara langsung
berhadapan dengan transmitter. Mengatur control receiver untuk memperoleh
pembacaan meter 1.0. Sekarang memasang sudut lengan goniometer pada
masing-masing harga yang ditunjukkan dalam tabel. Merekam pembacaan
meter pada tabel di setiap posisi, dan mungkin juga diperlukan peningkatan
setting intensitas untuk melihat semua maksimum dam minimum secara jelas.
Jika sudah, meyakinkan dengan mengalikan semua data dengan harga yang
cocok (yakni 30, 10, 5, atau 1) sehingga hasilnya benar-benar proporsional
dengan intensitas sinyal.
5. Mengubah lebar celah menjadi 10 cm. Menggerakkan transmitter menjauhi celah.
Mengulangi pengukuran pada langkah 4. Mencoba lebar celah yang lain.
E. DATA
1. Lebar celah ; 4 cm
Sudut (
o
) Pembacaan Meter (mA) Sudut (
o
) Pembacaan Meter (mA)
0 0.34 50 0,03
10 0,70 55 0,02
15 0,42 60 0,02
20 0,52 65 0,02
25 0,22 70 0,02
30 0,08 75 0,02
35 0,04 80 0,02
40 0,04 85 0,02
45 0,04
2. Lebar celah : 6 cm
Sudut (
o
) Pembacaan Meter (mA) Sudut (
o
) Pembacaan Mater (mA)
0 0,72 50 0,02
10 0,62 55 0,02
15 0,70 60 0,02
20 0,26 65 0,02
25 0,08 70 0,02
30 0,02 75 0,02
35 0,02 80 0,02
40 0,02 85 0,02
45 0,02
F. ANALISIS DATA
1. Lebar Celah : 4 cm = 0.04 m
Grafik hubungan sudut lengan Gonoimeter (
0
) dengan pembacaan ammeter (mA)
GRAFIK HUBUNGAN SUDUT VS
PEMBACAAN AMPERMETER
0
0.2
0.4
0.6
0.8
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
SUDUT
P
E
M
B
A
C
A
A
N

A
M
P
E
R
M
E
T
E
R
Interferensi minimum Interferensi maksimum
Rumus : Rumus:
1
sin
2
d n
_
+

,
sin d n
Untuk n = 1
0
0
1
0.04sin15 1
2
3
0.04sin15
2
0.007

_
+

,
_

0
0.04sin10 1
0.007

Untuk n = 2
0
0
1
0.04si 35 1
2
3
0.04sin35
2
0.015

_
+

,
_

0
0.04sin 20 2
0.006

o
0.007 0.015
2
0.011
maks
m

min
0.006 0.007
2
0.0065m

( )
( )
2
5 5
5
2
1
1, 6.10 1, 6 10
2 1
1.6 10
1.3 10
S
n n
m

( )
( )
2
5 5
5
3
1
2, 5.10 2, 5 10
2 1
2, 5 10
0.5 10
S
n n
m

Ralat relatif:
3
max 100%
1.3 10
100%
0.011
11.81%
S
R

3
min 100%
0.5 10
100%
0.0065
7.65%
S
R

Jadi
( )
3
11 1.3 10
maks
m

t
Jadi
( )
3
min
6.5 0.5 10 m

t
2. Lebar Celah : 6 cm = 0.06 m
Grafik hubungan sudut lengan Gonoimeter (
0
) dengan pembacaan ammeter (mA)
GRAFIK HUBUNGAN SUDUT VS
PEMBACAAN AMPERMETER
0
0.2
0.4
0.6
0.8
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
SUDUT
P
E
M
B
A
C
A
A
N

A
M
P
R
M
E
T
E
R
Interferensi minimum Interferensi maksimum
Rumus : Rumus:
1
sin
2
d n
_
+

,
sin d n
Untuk n = 1
0
0
1
0.06sin10 1
2
3
0.06sin10
2
0.007

_
+

,
_

0
0.06sin15 1
0.015

Untuk n = 2
0
0
1
0.06si 30 1
2
3
0.06sin30
2
0.02

_
+

,
_

0
0.06sin35 2
0.017

o
0.007 0.02
2
0.012
maks
m

min
0.015 0.017
2
0.016m

( )
( )
2
5 5
5
2
1
2, 5.10 0, 35 10
2 1
1.26 10
1.13 10
S
n n
m

( )
( )
2
4 4
5
2
1
10.10 10 10
2 1
10 10
3,16 10
S
n n
m

Ralat relatif:
3
max 100%
1.13 10
100%
0.012
9.42%
S
R

2
min 100%
3.16 10
100%
0.016
1.2%
S
R

Jadi
( )
3
12 1.13 10
maks
m

t
Jadi
( )
3
min
16 3.16 10 m

t
G. PEMBAHASAN
Dari analisis data di atas, grafik hubungan sudut lengan Gonoimeter (
0
)
dengan pembacaan ammeter (mA) hampir sama dengan grafik yang ada di dasar
teori. Dalam dasar teori grafiknya antara sudut dengan intensitas, namun dalam
analisis data praktikum ini, grafik antara sudut dengan pembacaan ammeter. Dalam
hal ini, pembacaan meter dianalogikan dengan intensitas.
Adapun yang mengakibatkan kedua grafik yang diperoleh dari hasil praktikum ini
kurang begitu bagus. Hal ini disebabkan :
1. kurang dapat meggunakan alat-alat yang digunakan dalam praktikum
2. Praktikan kurang memahami konsep dasar
3. Kesalahan paralaks praktikan dalam membaca skala
Sedangkan asumsi bahwa lebar celah dengan panjang gelombang adalah seorde.
Secara teori panjang gelombang mikro mempunyai panjang gelombang antara 30 cm
hingga 1.0 mm. dan berfrekuensi dari 10
9
Hz hingga lebih kurang 3x10
11
Hz.
Sedangkan berdasarkan praktikum pada celah 4 cm,
( )
3
11 1.3 10
maks
m

t
dan.
( )
3
min
6.5 0.5 10 m

t
Pada celah 6 cm,
( )
3
12 1.13 10
maks
m

t
dan
( )
3
min
16 3.16 10 m

t
. Jadi panjang gelombang yang diperoleh dari percobaan
sesuai dengan panjang gelombang mikro karena berada pada selang 30 cm -1 mm.
G. Kesimpulan
1. Difraksi merupakan gejala pembelokan ( penyebaran ) gelombang
ketika menjalar melalui celah sempit dan difraksi tersebut terjadi bila
ukuran celah lebih kecil dari panjang gelombang yang melaluinya.
2. berdasarkan Praktikum yang telah dilakukan, diperoleh data sebagai
berikut:
pada lebar celah : 4 cm,
( )
3
11 1.3 10
maks
m

t
dan.
( )
3
min
6.5 0.5 10 m

t
pada lebar celah : 6 cm,
( )
3
12 1.13 10
maks
m

t

dan
( )
3
min
16 3.16 10 m

t
Eksperimen 3 : FABRY-PEROT INTERFEROMETER
A. TUJUAN
Menentukan panjang gelombang dari radiasi gelombang mikro
B. DASAR TEORI
Sebuah Interferometer Febry-Perot terdiri dari dua reflector parsial parallel
diantara sebuah sebuah sumber gelombang dan sebuah detector. Gelombang dari
sumber memantul bolak balik di antara dua reflector parsial. Namun
demikian, pada setiap lintasan, beberapa radiasi melintas reflector
menuju detector. Jika jarak antara reflector parsial sama dengan
n /2, dimana adalah panjang gelombang radiasi dan n bilangan
bulat, maka semua gelombang yang melintasi detector pada suatu
saat akan sefase. Dalam kasus ini, sebuah sinyal maksimum akan
terdeteksi oleh receiver. Jika jarak antara reflector parsial bukan
kelipatan dari /2, maka interferensi destruktif akan terjadi, dan
sinyal akan tidak maksimum.
Pada interferometer Fabry Perot pembelahan intensitas berkas gelombang
dilakukan melalui pemantulan ganda ( multiple reflections ), pada dua keping
cermin pantul sebagian C
1
dan C
2
yang identik dan dipasang sejajar. Berkas sinar
yang datang pada cermin C
1
, sebagian dipantulkan dan sebagian lagi diteruskan.
Berkas sinar yang diteruskan oleh cermin C
2
sebagian dipantulkan lagi dan sebagian
diteruskan ke titik P yang jauh. Seterusnya berkas sinar diantara kedua cermin C
1
dan C
2
, mengalami beberapa kali pemantulan dan pembiasan. Pola interferensi
merupakan perpaduan dari berkas-berkas sinar di titik P, yang berasal dari
pembiasan oleh cermin C
2
.
Perbedaan jarak lintasan antara berkas-berkas yang berdampingan yang
keluar dari cermin C
2
adalah
( )
( )
( )
( )

cos 2
cos
sin
cos
1
2
2
d r
d r

'


Dan beda fasenya adalah
( )

cos 2kd
r k


C. ALAT DAN BAHAN
1. Transmitter 4. Holder (2)
2. Receiver 5. Reflektor parsial
3. Goniometer
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Menyusun peralatan seperti ditunjukkan oleh
gambar di bawah ini. Menghubungkan transmitter
dan mengatur control receiver untuk sinyal yang
dapat dibaca.
2. Mengatur jarak antara jarak reflector dan
mengamati minimum dan maksimum relative
3. Mengatur jarak antara reflector parsial untuk
mendapatkan pembacaan maksimum. Merekam
d1, Jarak antar reflector.
4. Sambil mengamati meter, secara perlahan
menggerakkan salah satu reflector menjauhi
lainnya. Menggerakkan reflector hingga
pembacaan meter melewati paling tidak 10
minimum yang dilewati. Juga merekam d2, jarak
baru di antara reflector.
5. Menggunakan data tersebut untuk menghitung
panjang gelombang radiasi gelombang
mikro.
6. Mengulangi pengukuran dengan
memulai dengan jarak antar parsial
reflector berbeda dan menghitung -
nya.
E. DATA PENGAMATAN
1. d1 = 34 cm
Minimum yang dilewati : 10 kali
d2 = 46 cm
2. d1 =38 cm
Minimum yang dilewati : 10 kali
d2 = 52 cm
F. ANALISIS DATA
2
2.
10
2.(46 34)
10
2, 4
n
d
d
cm

1. Data I
n = 10
2. Data II
n = 10
2
2.
10
2.(52 38)
10
2, 8
n
d
d
cm

Jadi diperoleh nilai Panjang Gelombang 2,4 cm dan 2,8 cm


G. PEMBAHASAN
Jawaban tugas
1. Sebuah sinyal minimum dapat diterima oleh receiver jika jarak anatara kedua
reflector adalah yang jaraknya bukan kelipatan
2

2. Pada interferometer Febry-Perot terjadi pola interferensi konsentris seri cincin


konsentris. Hal ini disebabkan, pada interferometer Febry-Perot, memecah
sebuah gelombang kemudian menyatukan kembali gelombang-gelombang
terpecah sehingga bersuperposisi membentuk pola interferensi maksimum dan
minimum..
Dari hasil percobaan dan analisis data diatas dapat diperoleh bahwa panjang
gelombang radiasi gelombang mikro adalah 2,4 cm dan 2,8 cm, dimana dari
penjelasan pada dasar teori diatas disebutkan bahwa panjang gelombang mikro
berkisar antara 1mm hingga 30cm. jadi hasil percobaan sesuai dengan teori yang
ada.
H. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan didapatkan panjang gelombang ( )
radiasi gelombang mikro adalah 1.8cm dan 2.2cm dimana dari
penjelasan pada dasar teori diatas disebutkan bahwa panjang gelombang mikro
berkisar antara 1mm hingga 30cm. jadi hasil percobaan sesuai dengan teori yang
ada.
I. DAFTAR PUSTAKA
Giancoli, Douglas C. 1999. Fisika Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Ramalis, Taufik Ramlan. 2001. Gelombang dan Optik. Bandung: Univ.
Pendidikan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai