AKADEMI KEPERAWATAN PRAGOLOPATI PATI Jl. Banyuurip No. 26A PATI 2012
Laporan Asuhan Keperawatan Bronchitis Pada An A di Ruang Cempaka RSUD RAA Soewondo Pati telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim Penguji Akademi Keperawatan Pragolopati Pati. Hari Tanggal : :
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Sutarwo
ii
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN BRONCHITIS PADA An A DI RUANG CEMPAKA RSUD RAA SOEWONDO PATI Oleh Ferry Setyawan NIM 09.837
Telah dipertahankan di depan Penguji pada tanggal 21 Juni 2012 Susunan Penguji :
Penguji I
Penguji II
Penguji III
Dr. Sutarwo
iii
HALAMAN MOTTO
Orang yang berbudi tinggi adalah orang yang keras dan teguh keimanannya, tetapi tidak orang yang berkepala batu. Apapun kesulitan, hadapilah dengan tabah. Orang yang penakut, takut menghadapi kenyataan, atau takut menghadapi apa yang harus dilakukan tidak akan pernah berhasil, karena ia tidak akan pernah memulai sesuatu. Keramahtamahan dalam perkataan menciptakan keyakinan, keramahtamahan dalam pemikiran menciptakan kedamaian, keramahtamahan dalam memberi menciptakan kasih. Lakukan yang terbaik untuk orang yang kita sayangi.
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
1.
Ku persembahkan setitik keberhasilanku untuk menghapus keringat kedua orang tuaku (Bapak & Ibu) tercinta yang selalu memberi motivasi spiritual maupun material disaat keputus asaan mendera.
2.
Ku persembahkan segala jerih upayaku untuk menuju ke suksessan kepada someone tercinta Restika Putri Nayundari atas segala motivasi serta perhatian disaat hati ini selalu putus asa dan gelisah. Dan kaulah support terbesar dalam hidupku.
3.
Ku persembahkan kepada adikku tersayang Nadia Setyawati atas saran dan kritikan serta senyuman yang diberikan dalam mengerjakan karya tulis ini.
4.
Sahabatku seperjuangan (Farid Bachtiar, Adityas Yan Nogroho, Muhamad Akhid A M, Elsa Irawan Y) yang selalu bersama-sama dalam mengerjakan karya tulis ini.
5.
Teman- teman Akademika (Demi, Heri, Lia, Wahyu, Budi, Anang, Kristiaji, Rutiani, Abdul, Aris, Angga, Tomi, Dwi) kelas A & kelas B, terima kasih atas bantuan dan doanya.
6.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan karunia-Nya serta berbagai kenikmatan iman dan Islam serta kenikmatan kesehatan sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Pembuatan Tugas Akhir ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas akhir semester VI, adapun judul Tugas Akhir ini Asuhan Keperawatan Bronchitis An. A di Ruang Cempaka RSUD RAA Soewondo Pati . Dalam pembuatan Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar besarnya kepada: 1. 2. 3. Bapak dr. Sutarwo, selaku Direktur Akper Pragolopati Pati. Bapak H. Subawi M.M, selaku Direktur RSUD RAA Soewondo Pati. Ibu Kasmilah, S.Kep, Ns, M.Kes, selaku pembimbing I yang telah mengarahkan dan membimbing dalam penyusunan Tugas Akhir ini. 4. Ibu Novi Suprihatin S.Kep, Ns, selaku pembimbing II yang telah mengarahkan dan membimbing dalam penyusunan Tugas Akhir ini. 5. Ibu Sriyati S.Kep, selaku Kepala Ruang Cempaka RSUD RAA Soewondo Pati yang telah memberikan izin untuk mengambil study kasus di Ruang Cempaka.
vi
6.
Ibu Biara Sukorini, S.Kep, selaku pembimbing klinik di Ruang Cempaka RSUD RAA Soewondo Pati yang telah memberikan pengarahan serta masukan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
7.
Bapak dan Ibu Dosen Akper Pragolopati yang telah membantu dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
8.
Bapak dan Ibu Staf Akper Pragolopati yang telah membantu dalam sarana dan prasarana penyusunan Tugas Akhir ini.
9.
Kedua orang tua saya tercinta yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil serta doa untuk penulis dalam pembuatan Tugas Akhir ini.
Penulis berharap semoga semua yang telah diberikan oleh berbagai pihak mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis khususnya.
Pati,
Juni 2012
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ....................................................... HALAMAN MOTTO ................................................................................ HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. KATA PENGANTAR ............................................................................... DAFTAR ISI ............................................................................................. BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... A. Latar Belakang .................................................................... B. Tujuan Studi Kasus ............................................................. 1. Tujuan Umum ................................................................. 2. Tujuan Khusus ................................................................ C. Manfaat Penelitian .............................................................. BAB II TINJAUAN KASUS ................................................................... A. Pengkajian .......................................................................... B. Diagnosa Keperawatan ........................................................ C. Intervensi ............................................................................ D. Implementasi ....................................................................... E. Evaluasi .............................................................................. BAB III PEMBAHASAN ........................................................................ A. Pengkajian .......................................................................... B. Diagnosa Keperawatan ........................................................ C. Intervensi ............................................................................ D. Implementasi ....................................................................... E. Evaluasi .............................................................................. F. Diagnosa Yang Tidak Muncul .............................................. BAB IV PENUTUP ................................................................................. A. Kesimpulan ......................................................................... B. Saran .................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ LAMPIRAN A. ASUHAN KEPERAWATAN ASLI B. LEMBAR KONSUL C. REFERENSI
i ii iii iv v vi viii 1 1 3 3 3 4 5 5 13 13 15 19 21 21 22 25 27 29 30 32 32 33 35
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penyakit infeksi sekarang ini yang banyak menimbulkan kematian adalah saluran pernafasan baik itu pernafasan atas maupun bawah, yang bersifat akut atau kronis salah satunya penyakit bronchitis. Bronchitis pada anak berbeda
dengan bronchitis yang terjadi pada orang dewasa. Pada anak bronchitis merupakan bagian dari berbagai penyakit saluran nafas lain, namun dapat juga merupakan penyakit tersendiri (Ngastiyah, 2006). Di Amerika Serikat, menurut National Center for health Statistics, kira-kira ada 14 juta orang menderita bronchitis. Lebih dari 12 juta orang menderita
Bronchitis pada tahun 1994, sama dengan 5% populasi Amerika. Di dunia Bronchitis merupakan masalah dunia. Frekuensi Bronchitis lebih banyak pada
status ekonomi rendah dan pada kawasan industri. Bronchitis lebih banyak terdapat pada laki-laki dibanding perempuan (Samer, 2007). Menurut data statistik Belanda, tujuh kali pada pasien anak-anak dibawah usia 1 tahun masuk rumah sakit dengan diagnosis bronchitis. Jumlah pasien tersebut meningkat dari 1500 menjadi 5000 antara tahun 1981 2005, dengan rata-rata 35% pasien pada usia 0 1 tahun. Di kelompok umur tersebut juga terjadi peningkatan sebanyak tujuh kali di periode tersebut. Antara tahun 1981 2005, pasien dengan diagnosis bronchitis meningkat dari 29 menjadi 147 per
10.000 orang usia 0 1 tahun, separuh pasien tersebut adalah bayi dibawah usia 4 bulan (Ploemacher, 2010).
Dari wawancara nasional yang diambil oleh Pusat Statistik Kesehatan Nasional tahun 2006, ditemukan 2.852 anak balita dengan bronchitis atau 3,59 % dari jumlah seluruh Balita di Indonesia, 64,8 % usia di bawah satu tahun 35,2 % pada usia satu hingga emapat tahun (Pusat Statistik Kesehatan Nasional, 2006). Sepuluh penyakit terbanyak rawat jalan rumah sakit dan dua puluh penyakit dekapitulasi profil kesehatan kabupaten atau kota di Jawa Tengah. Diketahui bahwa bronchitis menempati urutan kesepuluh setelah faringitis dan campak dengan presentase sebesar 1,53 % (tahun lalu hanya 1,04 %) dengan jumlah 3,37. Pada tahun 2003 presentasi meningkat menjadi 1,61 % (Badan Litbang Kesehatan, 2003). Pada Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang kasus bronchitis mencapai 0,75% pada tahun 2008 dan mengalami peningkatan sampai 1,05% pada tahun 2009 (Diklat RSI Sultan Agung Semarang). Dari bagian rekam medik RSUD RAA SOEWONDO PATI pada bulan Januari sampai Desember 2011 pasien yang dirawat dengan kasus Bronchitis adalah 26 pasien, jumlah pasien pada bulan Januari sampai April 2012 adalah 17 pasien, sedangkan pada bulan Januari sampai April 2012 di Ruang
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk menyusun Tugas Akhir yang berjudul Asuhan Keperawatan Bronchitis pada An.A di Ruang Cempaka RSUD RAA SOEWONDO PATI.
B. Tujuan Studi Kasus 1. Tujuan Umum Untuk memberikan Asuhan Keperawatan pada Bronchitis. 2. Tujuan Khusus a. Mampu memahami Asuhan Keperawatan Dasar Bronchitis b. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada anak dengan Bronchitis c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada anak dengan Bronchitis d. Mampu menentukan intervensi pada anak dengan Bronchitis e. Mampu melakukan implementasi pada anak dengan Bronchitis f. Mampu melakukan evaluasi pada anak dengan Bronchitis g. Mampu mendokumentasikan semua tindakan asuhan keperawatan pada anak dengan Bronchitis anak dengan
C. Manfaat Penulisan 1. Bagi Penulis a. Penulis dapat memberikan keperawatan pada penderita Bronchitis
b. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah c. Mengembangkan pola piker penulis dalam menerapkan teori dengan praktek di lahan, khususnya tentang Bronchitis
2. Bagi Instansi Pendidikan a. Sebagai sumber kepustakaan bagi mahasiswa b. Sebagai tolok ukur dalam keberhasilan proses belajar mengajar c. Masukan bagi institusi pendidikan tentang permasalahan yang timbul dan penanganan Bronchitis 3. Bagi Rumah Sakit Dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan penanganan Bronchitis 4. Bagi Pasien Mampu meningkatkan derajat kesehatan yang lebih optimal dan mempercepat penyembuhan tanpa menimbulkan komplikasi lebih lanjut 5. Bagi Masyarakat Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit Bronchitis sehingga masyarakat mampu mengerti cara cara pencegahan penyakit Bronchitis 6. Bagi Peneliti Lain Untuk wacana dan ilmu pengetahuan peneliti lain tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan Bronchitis
4
BAB II TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian ini dilakukan pada hari Senin tanggal 23 April 2012 pukul 11.00 WIB di Ruang Cempaka RSUD RAA SOEWONDO Pati. Identitas klien bernama An. A, tempat tanggal lahir di Pati tanggal 10 Oktober 2011, berumur 6 bulan, jenis kelamin laki - laki, beragama islam, tinggal di Wedarijaksa Pati, pendidikan belum sekolah, suku Jawa, bangsa Indonesia, nama Ayah Tn. S, pekerjaan Tn. S adalah seorang petani, pendidikan terakhir Sekolah Menengah Pertama (SMP), nama Ibu Ny. S sebagai ibu rumah tangga, pendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD), nomor rekam medis 660259, masuk rumah sakit tanggal 23 April 2012 pukul 10.00 WIB, diagnosa medis bronchitis. Keluhan utama Ibu klien mengatakan bahwa anaknya batuk selama 4 hari, demam, tidak nafsu makan, muntah selama 2 kali, dan mencret 1 kali. Riwayat penyakit sekarang Ibu klien mengatakan klien rujukan dari Puskesmas Juwana dengan keluhan batuk selama 4 hari. Sebelumnya klien diperiksakan ke bidan desa, karena tidak ada perubahan akhirnya klien di bawa ke Puskesmas Juwana. Dari Puskesmas Juwana klien dirujuk ke IGD RSUD RAA SOEWONDO Pati. Di IGD klien mendapat terapi Infus IIA 30 tetes per menit (mikrodrip), injeksi cefotaxime 2x250 mg, injeksi dexamethasone 3x0,33 mg/ml, ambroxol sirup 3x30 mg/ml, paracetamol
3x65 mg. Untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut, kemudian klien di rawat inap di Ruang Cempaka kamar no 26. Riwayat kesehatan masa lalu pada saat prenatal, selama hamil Ny.S memeriksakan kehamilannya secara rutin di bidan desa dan mendapatkan imunisasi TT ( Tetanus Toksik ) 2 kali. Pada saat perinatal dan post natal klien dilahirkan secara normal di bidan desa, lahir pada tanggal 10 Oktober 2012. Keadaan klien waktu lahir baik dan aktif, berat badan lahir 3100 gram, dan panjang badan lahir 49 cm. Klien sebelumnya belum pernah sakit yang berat sampai dibawa ke rumah sakit. Klien selama di rumah batuk, pilek, panas dan hanya diperiksakan ke puskesmas dan bidan desa bisa sembuh. Klien tidak pernah mempunyai riwayat dilakukan tindakan operasi dan sebelumnya belum pernah dirawat di rumah sakit. Klien tidak mempunyai riwayat pernah kecelakaan. Klien tidak alergi obat atau makanan apapun. Klien sebelumnya sudah mendapatkan imunisasi Hepatitis B (HB) 0 pada umur 0 bulan, BCG dan Polio 1 pada umur 1 bulan, DPT/ HB 1, Polio 2 pada umur 2 bulan, DPT/ HB 2, Polio 3 pada umur 3 bulan, DPT/ HB 3, Polio 4 pada umur 4 bulan. Klien belum mendapatkan imunisasi campak dan akan didapatkan pada umur 9 bulan nanti. Klien sebelumnya tidak pernah dirawat di rumah sakit dan bila sakit hanya diperiksakan ke puskesmas dan bidan desa. Riwayat pertumbuhan klien lahir dengan berat badan 3100 gram dan berat badan klien saat ini 6100 gram. Tinggi badan klien waktu lahir 49 cm dan tinggi badan klien saat ini 64 cm. Klien tidak mengalami malnutrisi.
6
RUMUS Z - SCORE 1. Bila Nilai Riel hasil pengukuran >= Nilai Median BB/U, TB/U, atau BB/TB, maka rumusnya: Z-score = Nilai Riel Nilai Median SD Upper 2. Bila Nilai Riel hasil pengukuran < Nilai Median BB/U, TB/U, atau BB/TB, maka rumusnya: Z-score = Nilai Riel Nilai Median SD Lower Diketahui: Berat Badan = 6,1 kg Umur = 6 bulan Tinggi Badan = 64 cm Jenis kelamin = Laki-laki
1. Hasil Pengukuran BB Median : 7,8 SD Low : 0,90 SD Upp : 1,00 Z-score = Nilai Riel Nilai Median SD Upper = 6,1 7,8 0,90 = -1,8 ( Gizi Normal ) Keterangan: >+ 2 SD -2 s/d + 2 SD = Berat Badan Lebih ( Gizi Lebih ) = Berat Badan Normal ( Gizi Normal )
-3 s/d < -2 SD = Berat Badan Rendah ( Gizi Kurang ) < -3 SD = Berat Badan Sangat Rendah ( Gizi Buruk )
7
2. Hasil Pengukuran TB Median : 67,8 SD Low : 2,70 SD Upp : 2,70 Z-score = Nilai Riel Nilai Median SD Upper = 64 67,8 2,70 = -1,4 ( Normal ) Keterangan: >+ 2 SD -2 s/d + 2 SD = Jangkung = Normal
Klien diasuh oleh kedua orang tuanya di rumah. Hubungan klien dengan anggota keluarga di rumah cukup baik, hanya klien belum mampu berinteraksi dengan orang lain. Klien belum mampu berinteraksi dengan teman sebaya, hanya bisa bermain dengan mainannya sambil ditemani ibu dan kakanya. Klien adalah anak yang lucu dan periang. Keluarga klien berasal dari keluarga golongan ekonomi menengah ke bawah. Klien tinggal di desa Wedarijaksa Pati di daerah pedesan dengan suasana alam yang masih terpelihara keindahannya. Keluarga klien tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi, diabetes
8
mellitus. Keluarga klien juga tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit menular seperti hepatitis dan bronchitis. Klien adalah anak kedua dari dua bersaudara. Ayah klien anak keempat dari lima bersaudara, Ibu klien anak keempat dari empat bersaudara. Kakek dan nenek dari Ayah maupun Ibu klien sudah meninggal. Klien tinggal serumah bersama Ayah, Ibu dan kakak klien. Pengkajian tingkat perkembangan saat ini pada personal sosial klien sudah mulai berlatih makan sendiri dengan cara memegang makanan dengan ibu jari dan jari telunjuk,sudah mulai berpartisipasi dalam mainan. Pada adaptasi motorik halus didapatkan klien sudah bisa memindahkan kubus dan sudah berlatih mengambil 7 kubus. Pada perkembangan bahasa ditandai dengan klien sudah mulai mengoceh, mengucapkan kalimat memanggil orangtua dengan kata kata yang kurang jelas, sudah mampu menirukan bunyi kata - kata. Motorik kasar klien sudah mampu bangkit dengan kepala tegak, sudah berlatih duduk tanpa pegangan. Interpretasinya adalah pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan umurnya. Pengkajian pola kesehatan pada pemeliharaan kesehatan keluarga klien mengatakan apabila salah satu keluarganya ada yang sakit segera diperiksakan ke petugas kesehatan, misalnya ke bidan desa dan puskesmas. Nutrisi saat sebelum sakit, klien makan 3 kali sehari dengan komposisi bubur SUN, porsi makan habis. Klien minum ASI Ibunya. Selama sakit klien tidak mau makan,hanya minum ASI Ibunya. Aktivitas sebelum sakit klien di rumah bermain dengan mainannya ditemani oleh Ibunya dan kakanya.
9
Selama sakit aktivitas klien di rumah sakit menurun karena tangannya terpasang infuse IIA 30 tetes permenit (mikrodrip). Tidur dan istirahat sebelum sakit klien tidur malam 8-9 jam per hari, terbangun kalau klien merasa lapar. Klien tidur pada siang hari 1-2 jam per hari. Saat bangun tidur klien sering mengompol. Selama sakit klien tidur malam 6-7 jam per hari, sering terbangun dan rewel minta gendong. Klien tidur siang hari 1-2 jam per hari. Eliminasi sebelum sakit klien BAB 3 kali sehari, konsistensi lembek, warna kuning, bau khas. BAK klien 6-7 kali sehari, warna kuning jernih, bau khas amoniak, tidak ada kesulitan dalam BAK. Selama sakit klien mencret 1 kali. BAK klien 5-6 kali sehari, warna kuning jernih, bau khas amoniak, tidak ada kesulitan dalam BAK. Pola hubungan klien sangat dekat dengan keluarganya. Keluarga cemas dengan keadaan penyakit yang diderita klien. Apabila klien ditinggal sebentar oleh ibunya, klien sering menangis. Koping atau temperamen dan disiplin yang diterapkan klien sering menangis dan rewel minta gendong apabila ditinggal oleh ibunya. Apabila ada perawat yang ingin melakukan perawatan, klien tampak menangis dan ketakutan. Kognitif dan persepsi, panca indera klien normal tidak ada gangguan, respon klien baik mengikuti gerakan. Apabila klien ingin minum ASI Ibunya, klien hanya bisa respon dengan cara menangis. Konsep diri klien terkadang rewel dan menangis minta gendong. Ibu klien menyadari bahwa anaknya sedang sakit dan membutuhkan perawatan di rumah sakit. Keluarga cemas akan penyakit klien apabila tidak dapat disembuhkan. Seksual dan menstruasi klien berjenis kelamin laki - laki,
10
bernama An. A dan berumur 6 bulan. Nilai keluarga klien dan klien beragama Islam. Keluarga klien selalu berdoa semoga klien cepat sembuh. Pemeriksaan fisik pada keadaan umum klien tampak lemah, tingkat kesadaran composmentis. GCS motorik berjumlah 6, verbal berjumlah 5, eyes berjumlah 4, total berjumlah 15. Suhu 38,3 C, Nadi 124 x/menit, Respiratory Rate 42 x/menit, Berat Badan 6100 gram, dan Tinggi Badan 64 cm. Warna kulit tubuh kuning langsat, turgor kulit sedang, kulit kepala bersih, tidak ada lesi. Kepala bentuk mesochepal, warna rambut hitam dan tipis, rambut masih jarang. Mata simetris, penglihatan baik, konjungtiva tak anemis, sklera tidak ikterik. Telinga simetris, tidak ada lesi, tidak ada penumpukan serumen. Hidung simetris, tidak ada pembesaran polip, bersih dari sekret. Gigi bersih, tidak ada stomatitis pada bibir dan lidah, mukosa bibir kering. Gerakan leher normal, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. Paru berbentuk simetris, tidak ada nyeri tekan, suara perkusi sonor, suara auskultasi terdengar bunyi nafas tambahan ronchi. Jantung tidak tampak ictus cordis, tidak ada nyeri tekan, terdapat denyut jantung pada iga ke 4, suara perkusi pekak, suara auskultasi terdengar bunyi jantung S1 dan S2. Abdomen inspeksi berbentuk cembung, auskultasi peristaltik usus 22 kali per menit, suara perkusi tympani, palpasi tidak ada nyeri tekan dan tidak ada massa. Genetalia bersih, tidak terpasang DC. Anus dan rektum tidak ada hemoroid dan bersih. Ekstremitas atas tangan kanan bergerak bebas, tangan kiri terpasang infus IIA 30 tetes per menit (mikrodrip), tidak ada edema, jari tangan lengkap. Ekstremitas bawah kaki
11
kanan dan kiri berbentuk simetris, jari kaki lengkap, kaki bergerak bebas, tidak ada edema. Neurologi kesadaran composmentis, total GCS 15. Pemeriksaan diagnostik hasil laboratorium tanggal 23 April 2012 Jenis Pemeriksaan WBC RBC HGB HCT MCV MCH MCHC PLT RDW-CV RDW-SD PDW MPV P-LCR Hasil 11.9 10U/I 4.28 106U/I 9.2 g/dl 28.0 % 65.4 fl 21.5 pg 32.9 g/dl 475 10U/I 16.8 % 38.8 fl 13.2 fl 10.3 fl 28.2 % Nilai Normal 4.8-10.8 10U/I 4.7-6.1 106U/I 14-18 g/dl 42-52 % 79.0 99.0 fl 27.0 31.0 pg 33.0 37.0 g/dl 150 450 10U/I 11.5 14.5 % 35 47 fl 9.0 13.0 fl 7.2 11.1 fl 15.0 25.0 %
Terapi medis diberikan tanggal 23 April 2012, terapi Infus IIA 30 tetes per menit (mikrodrip), injeksi cefotaxime 2x250 mg, injeksi dexamethasone 3x0,33 mg/ml, ambroxol sirup 3x30mg/ml, paracetamol 3x65 mg. Pada Analisa Data yang dilakukan pada saat pengkajian tanggal 23 April 2012 jam 11.00 WIB,di dapatkan data subyektif, Ibu klien mengatakan anaknya batuk selama 4 hari yang lalu tapi sekret tidak keluar. Data obyektif, terdengar suara nafas ronchi, klien batuk, nafas cepat dan dalam, RR: 42x/menit. Dari data diatas muncul problem bersihan jalan nafas tidak efektif dan etiologinya penumpukan sekret. Pada tanggal 23 April 2012 jam 11.00 WIB, di dapatkan data subyektif ibu klien mengatakan anaknya tidak mau makan. Data obyektif klien berbaring lemas, klien muntah 2 kali, saat
12
dilakukan pengukuran berat badannya 6100 gram dengan z-score -1,8 (gizi normal) dan tinggi badan 64 cm dengan z-score -1,4 (normal), hasil pemeriksaan laborat didapatkan Hb 9,2 g/dl, Ht 28,0%, mukosa bibir kering, turgor kulit jelek, diit bubur halus masih utuh. Dari data tersebut muncul problem nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan etiologinya intake yang tidak adekuat. Pada tanggal 23 April 2012, didapatkan data subyektif ibu mengatakan anaknya panas, data obyektif suhu 38,3C, nadi 124x/menit, WBC 11.900 U/I, klien rewel, klien menangis.
B. Diagnosa Keperawatan Dari data diatas muncul masalah infeksi dan etiologinya adalah adanya proses penyakit. Sesuai dengan Analisa Data yang ada terdapat tiga diagnosa keperawatan yang dirumuskan yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret, nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, infeksi berhubungan dengan adanya proses penyakit.
C. Intervensi Keperawatan Berdasarkan dari data diatas, ketiga masalah tersebut harus diatasi. Untuk mengatasi masalah tersebut maka perlu dilakukan perencanaan keperawatan berhubungan dengan tindakan yang akan dilakukan. Adapun rencana tindakan berhubungan dengan munculnya diagnosa keperawatan bersihan jalan nafas kurang efektif, maka tujuan yang harus dicapai setelah
13
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak ada gangguan dalam jalan nafas dengan kriteria hasil suara nafas bersih tidak ada ronkhi sekret di jalan nafas bersih, klien tidak batuk, RR dalam batas normal 30 40 x/menit. Untuk mencapai hal tersebut maka dapat direncanakan tindakan yang akan dilakukan adalah kaji pola pernafasan rasionalnya mengetahui jika ada sesak nafas, monitor tanda vital rasionalnya memantau keadaan umum klien, anjurkan ibu klien untuk memberi banyak minum rasionalnya membantu mengencerkan sekret, lakukan fisioterpi dada rasionalnya membantu mengeluarkan secret, kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi rasionalnya menentukan terapi yang tepat. Berhubungan dengan diagnosa kedua yang muncul, maka tujuan yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam, tidak terjadi deficit nutrisi dan nutrisi pasien dapat terpenuhi, kriteria hasilnya adalah berat badan dalam batas normal, kebutuhan nutrisi terpenuhi, tidak terjadi muntah, nafsu makan kembali. Untuk mencapai hal tersebut maka dapat direncanakan tindakan yang akan dilakukan adalah kaji faktor penyebab mual muntah rasionalnya adalah penentuan faktor penyebab akan menentukan intervensi dan tindakan, berikan makanan sedikit dengan frekuensi sering rasionalnya adalah untuk menghindari mual dan distensi perut yang berlebih, berikan makan dalam porsi masih hangat dan semenarik mungkin rasionalnya adalah makanan hangat dan bentuk yang menarik dapat meningkatkan nafsu makan, timbang berat badan tiap hari rasionalnya adalah untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi, kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian
14
diit rasionalnya adalah mengidentifikasi kebutuhan kalori/nutrisi. Dengan munculnya diagnosa ketiga tujuan yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam,infeksi tidak terjadi lagi dengan kriteria hasil Suhu tubuh normal ( 36 - 37C), Lekosit dalam batas normal (4.8 10.8 (10U/I), tidak ada tanda-tanda infeksi. Untuk mencapai hal tersebut maka dapat direncanakan tindakan yang akan dilakukan adalah observasi tanda vital rasionalnya adalah untuk mengetahui keadaan umum klien, pantau adanya tanda tanda infeksi yang lebih lanjut rasionalnya adalah untuk mengetahui adanya komplikasi dari penyakit yang sudah ada, kaji karakteristik sekret dan sputum rasionalnya adalah perubahan karakteristik sputum menunjukan perbaikan bronchitis atau terjadinya infeksi sekunder, jaga kebersihan mulut dan hidung rasionalnya mencegah timbulnya perkembangan mikroorganisme sehingga mencegah timbulnya infeksi yang baru, kolaborasi dalam pemantauan laboratorium rasionalnya adalah peningkatan lekosit sebagai tanda dari infeksi, kolaborasi dalam pemberian antibiotik dan antipiretik rasionalnya adalah terapi yang tepat mempercepat penyembuhan.
D. Implementasi Tahap ini sudah dilakukan implementasi/tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Adapun tindakan yang dilakukan berhubungan dengan munculnya diagnosa keperawatan yang pertama yakni hipertermia yang berhubungan dengan adanya proses infeksi, tindakan yang dilakukan pada tanggal 23 April 2012 antara lain pada jam 11.00 Mengkaji
15
status pernafasan (RR dan bunyi nafas) respon S:- O: Terdengar bunyi ronchi, RR 42x/menit, jam 11.30 Mengkaji tanda vital (Nadi, RR, Suhu) respon S:O: Nadi: 124x/menit, RR 42x/menit, Suhu: 38,3C, jam 12.00 Memberikan obat sesuai resep dokter (Paracetamol 65mg, Ambroxol Sirup 30mg/ml) respon S:- O: obat Paracetamol 65mg, Ambroxol Sirup 30mg/ml masuk peroral, jam 13.00 Mencatat laporan mual muntah respon S:- O: ibu klien melaporkan anaknya muntah, klien tampak muntah, jam 14.00 Menganjurkan ibu untuk mengkompres ananknya respon S:- O: klien dikompres, suhu 38,3C, jam 14.30 Mengajari ibu cara menetek ASI respon S:- O: klien tenang, klien menetek ASI, jam 15.00 Mengkaji masukan dan haluaran respon S:- O: Klien muntah 2 kali, Infus parenteral 30 tpm, 16.00 Memberikan obat sesuai resep dokter (Cefotaxime 250mg, Dexametasone 0,33mg/ml) respon S:- O: Obat injeksi masuk Cefotaxime 250mg, Dexametasone 0,33mg/ml perselang IV, jam 17.00 Mengkaji tanda vital (Nadi dan Suhu) respon S:- O: Nadi: 131x/menit, Suhu: 38C, jam 18.00 Menganjurkan ibu untuk mengkompres anaknya respon S:- O: Klien dikompres, Suhu: 37,8C, jam 18.30 Memberikan obat sesuai resep dokter (Paracetamol 65mg, Ambroxol Sirup 30mg/ml) respon S:- O: obat Paracetamol 65mg, Ambroxol Sirup 30mg/ml masuk peroral, jam 19.00 Menganjurkan ibu untuk memberi makan sedikit tapi sering respon S:- O: Klien masih tidak mau makan, jam 19.30 Mengkaji pola pernafasan (RR dan bunyi nafas) respon S:- O: RR: 40x/menit, Masih terdengar suara ronchi, jam 20.30 Menganjurkan ibu untuk member banyak minum respon S:- O: Klien
16
menetek
ASI,
jam
23.00
Memberikan
obat
sesuai
resep
dokter
(Dexametasone 0,33mg/ml) respon S:- O: obat injeksi Dexametasone 0,33mg/ml masuk lewat selang IV. Tanggal 24 April 2012 jam 05.30 Mengkaji perubahan tanda vital (Nadi, RR, Suhu) respon S:- O: Nadi: 118x/menit, RR: 39x/menit, Suhu: 37,5C, jam 06.30 Memberikan obat sesuai resep dokter (Paracetamol 65mg, Ambroxol Sirup 30mg/ml) respon S:- O: obat Paracetamol 65mg, Ambroxol Sirup 30mg/ml masuk peroral, jam 07.00 Memberikan diit bubur halus respon S:- O: Klien sudah mau makan, Klien makan 2 sendok, jam 09.00 Memberikan obat sesuai resep dokter (Cefotaxime 250mg, Dexametasone 0,33mg/ml) respon S:- O: obat injeksi Cefotaxime 250mg, Dexametasone 0,33mg/ml masuk lewat IV, jam 10.00 Menimbang berat badan respon S:- O: Klien tampak menangis, BB 6100 gram, jam 11.00 Memberikan makanan sedikit tapi sering diit bubur halus respon S:- O: Klien tampak sudah mau makan tapi hanya 3 sendok makan saja, jam 11.30 Mengkaji perubahan tanda vital (Nadi, RR, Suhu) respon S:- O: Nadi: 115x/menit, RR: 34x/menit, Suhu: 37,3C, jam 12.00 Memberikan obat sesuai resep dokter (Paracetamol 65mg, Ambroxol Sirup 30mg/ml) respon S:- O: obat Paracetamol 65mg, Ambroxol Sirup 30mg/ml masuk peroral, jam 13.00 Mencatat laporan mual muntah respon S:- O: Ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak mual muntah, jam 14.00 Mengkaji status pernafasan (RR dan bunyi nafas) respon S:- O: RR: 34x/menit, Suara ronchi terdengar pelan, jam 15.00 Mengkaji masukan dan haluaran ) respon S:- O: Klien tidak muntah, BAK 3X, warna kuning bau
17
khas, Infus parenteral 30 tpm, jam 16.00 Memberikan makanan dalam porsi hangat diit bubur halus respon S:- O: Klien tampak makan 4 sendok, jam 16.30 Memberikan obat sesuai resep dokter (Cefotaxime 250mg,
Dexametasone 0,33mg/ml) respon S:- O: obat injeksi Cefotaxime 250mg, Dexametasone 0,33mg/ml masuk lewat selang IV, jam 17.30 Mengkaji perubahan tanda vital (Nadi, RR, Suhu) respon S:- O: Nadi: 121x/menit, RR: 36x/menit, Suhu: 37,5C, jam 18.30 Memberikan obat sesuai resep dokter (Paracetamol 65mg, Ambroxol Sirup 30mg/ml) respon S:- O: obat Paracetamol 65mg, Ambroxol Sirup 30mg/ml masuk peroral, 19.30 Menganjurkan ibu untuk memberikan makanan sedikit tapi sering diit bubur halus respon S:- O: Klien makan porsi, Diit masih porsi, jam 23.00 Memberikan obat sesuai resep dokter (Dexametasone 0,33mg/ml) respon S:O: obat injeksi Dexametasone 0,33mg/ml masuk lewat selangIV. Tanggal 25 April 2012 jam 05.30 Mengkaji perubahan tanda vital (Nadi, RR, Suhu) respon S:- O: Nadi: 116x/menit, RR: 33x/menit, Suhu:37C, jam 06.30 Memberikan obat sesuai resep dokter (Paracetamol 65mg, Ambroxol Sirup 30mg/ml) respon S:- O: obat Paracetamol 65mg, Ambroxol Sirup 30mg/ml masuk peroral, jam 07.00 Memberikan diit bubur halus respon S:O: Klien makan porsi, Klien sudah tidak lemas, jam 09.00 Memberikan obat sesuai resep dokter (Cefotaxime 250mg, Dexametasone 0,33mg/ml) respon S:- O: obat Cefotaxime 250mg, Dexametasone 0,33mg/ml masuk lewat selang IV, jam 10.00 Menimbang berat badan respon S:- O: Berat Badan klien naik menjadi 6200 gram, jam 11.00 Mengkaji perubahan tanda
18
vital (Nadi, RR, Suhu) respon S:- O: Nadi: 118x/menit, RR: 35x/menit, Suhu: 36,4C, jam 12.00 Mengkaji status pernafasan (RR dan bunyi nafas) respon S:- O: RR: 35x/menit, Suara ronchi sudah tidak terdengar, jam 13.00
Memberikan obat sesuai resep dokter (Paracetamol 65mg, Ambroxol Sirup 30mg/ml) respon S:- O: obat Paracetamol 65mg, Ambroxol Sirup 30mg/ml masuk peroral, jam 14.00 Mengkaji masukan dan haluaran respon S:- O: BAK 3X warna kuning bau khas, infus parenteral 30 tpm, jam 15.30 Memberikan makanan dalam porsi hangat diit bubur halus respon S:- O: Klien sudah mau makan dan habis 3/4 porsi, jam 16.30 Memberikan obat sesuai resep dokter (Cefotaxime 250mg, Dexametasone 0,33mg/ml) respon S:- O: obat Cefotaxime 250mg, Dexametasone 0,33mg/ml masuk lewat selang IV, jam 17.00 Mengkaji perubahan tanda vital (Nadi, RR, Suhu) respon S:- O: Nadi: 123x/menit, RR: 32x/menit, Suhu: 36,5C, jam 19.00 Memberikan obat sesuai resep dokter (Paracetamol 65mg, Ambroxol Sirup 30mg/ml) respon S:- O: obat Paracetamol 65mg, Ambroxol Sirup 30mg/ml masuk peroral, jam 23.00 Memberikan obat sesuai resep dokter
(Dexametasone 0,33mg/ml) respon S:- O: obat Dexametasone 0,33mg/ml masuk lewat selang IV.
E. Evaluasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan yang telah direncanakan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan evaluasi dengan klien terhadap tindakan yang telah dilakukan. Berhubungan dengan diagnosa yang pertama,
19
dapat dievaluasi pada tanggal 26 April 2012 jam 09.00 bahwa Ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak batuk, kemudian dilakukan pemeriksaan sudah tidak terdengar bunyi nafas ronchi, dan dilakukan pengukuran pernafasan hasilnya 34x/menit. Maka masalah pada bersihan jalan nafas teratasi ditandai dengan tidak ada bunyi ronchi, tidak batuk, RR normal. Maka tindakan selanjutnya adalah mempertahankan intervensi pantau tanda vital terutama RR dan berikan obat Ambroxol Sirup 3 x 30 mg/ml. Saat dilakukan evaluasi berhubungan dengan diagnosa yang ke dua, hasil evaluasi pada tanggal 26 April 2012 jam 09.00 bahwa Ibu klien mengatakan berat badan anaknya naik, data obyektifnya berat badan 6200 gram, mukosa bibir lembab, klien sudah mau makan, porsi makan habis porsi, diit bubur halus, klien tidak muntah. Masalah perubahan nutrisi teratasi ditandai dengan berat badan meningkat,dan tidak mual muntah. Maka tindakan selanjutnya adalah timbang berat badan tiap hari, kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit bubur halus. Berhubungan dengan diagnosa yang ketiga, evaluasi yang didapat pada tanggal 26 April 2012 jam 09.00 adalah ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak demam, hal tersebut terlihat bahwa pada saat pengukuran suhu dengan menggunakan thermometer aksila hasilnya adalah 36,5C, dan klien terlihat tenang. Sehingga masalah infeksi teratasi ditandai dengan suhu klien normal. Kemudian evaluasi dari diagnosa ketiga adalah mempertahankan intervensi monitor TTV terutama suhu.
20
Pada bab ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan pada An. A dengan bronchitis di ruang Cempaka RSUD RAA Soewondo Pati. Pembahasan ini ditinjau dari proses keperawatan mulai ndari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
A. Pengkajian Pada pengkajian An A ditemukan data batuk selama 4 hari yang lalu tapi sekret tidak keluar, terdengar bunyi nafas ronci, anoreksia, suhu 38,3 C, WBC 11.900 U/I. Data yang ditemukan pada An A sesuai dengan konsep asuhan keperawatan bronchitis yaitu batuk produktif pada waktu siang maupun malam, makin lama batuk makin berat, anoreksia, berat badan menurun. Sekresi yang menumpuk dalam bronkioles mengganggu pernafasan yang efektif (Smeltzer,2001). Pada teori dijelaskan bahwa dahak berwarna kuning dan kental tetapi tidak selalu berarti telah terjadi infeksi bakteri sekunder. Mengi (wheezing) terdapat pada pasien bronchitis. Namun dalam pengkajiannya tidak ditemukan data tersebut, artinya bahwa klien belum mengalami infeksi hanya resti infeksi yang ditandai dengan adanya peningkatan suhu tubuh yaitu 38,3C (Ngastiyah, 2005).
21
B. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan studi kasus kejang demam pada An. S di ruang Cempaka RSUD RAA Soewondo Pati ditemukan beberapa diagnosa keperawatan yang muncul, yaitu: 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret. Pengertian diagnosa ini adalah suatu keadaan ketika seorang individu mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada status pernafasan sehubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk secara efektif. Adapun batasan dari karakteristik dari diagnosa ini adalah Mayor: batuk tidak efektif atau tidak ada batuk, Minor: ketidak mampuan untuk mengeluarkan sekresi jalan nafas, bunyi nafas abnormal, frekuensi irama kedalaman pernafasan abnormal (Lynda Juall,2006). Adapun diagnosa ini ditegakan pada An A karena pada pengkajian pola pernafasan ditemukan adanya suara nafas tambahan ronchi, kemudian dilakukan pengukuran respiratory rate dan hasilnya adalah 42 x/menit, pernafasan klien cepat dan dalam, klien batuk selama 4 hari tapi sekret tidak keluar. Data tersebut sesuai dengan kriteria mayor maupun minor dalam menegakan diagnosa (Lynda Juall,2006). Diagnosa ini merupakan prioritas utama karena jalan nafas merupakan salah satu kebutuhan dasar (fisiologi) menurut Maslow dan apabila tidak segera ditangani, jalan nafas akan tersumbat dan akan menyebabkan keadaan yang gawat hingga sampai pada kematian. Hal ini sesuai dengan
22
batasan karakteristik dari diagnosa ini adalah Mayor: batuk tidak efektif atau tidak ada batuk, Minor: ketidak mampuan untuk mengeluarkan sekresi jalan nafas, bunyi nafas abnormal, frekuensi irama kedalaman pernafasan abnormal (Lynda Juall,2006). 2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat. Pengertian nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah suatu keadaan dimana seseorang individu yang tidak mengalami puasa atau beresiko mengalami penurunan berat badan yang berhubungan dengan masukan nutrisi yang tidak adekuat. Adapun karakteristik dari diagnosa ini adalah Mayor: individu tidak melaporkan atau mengalami: asupan makanan tidak adekuat kurang dari yang dianjurkan dengan atau tanpa penurunan berat badan, atau kebutuhan metabolik actual atau potensial dengan asupan yang lebih. Minor: Berat badan 10% sampai 20% atau lebih dibawah berat badan ideal untuk tinggi dan kerangka tubuh. Lipatan kulit trisep, lingkar lengan tengah dan lingkar otot lengan tengah kurang dari 60% standar pengukuran. Kelemahan otot dan nyeri tekan. Peka rangsang mental dan kekacauan mental, penurunan albumin serum, penurunan transferin serum atau penurunan kapasitas ikatan besi (Lynda Juall, 2006). Diagnosa ini muncul karena adanya penurunan nafsu makan (anoreksia), penurunan berat badan, ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan yang ditandai dengan turgor kulit jelek, mukosa bibir kering (Dongoes,2000).
23
Diagnosa ini di rumuskan pada An A, karena pada data subyektif ibu klien mengatakan anaknya tidak mau makan, klien berbaring lemas, klien muntah 2 kali, saat dilakukan pengukuran berat badannya 6100 gram dengan z-score -1,8 (gizi normal) dan tinggi badan 64 cm dengan z-score 1,4 (normal), hasil pemeriksaan laborat didapatkan Hb 9,2 g/dl, Ht 28,0%, mukosa bibir kering, turgor kulit jelek, diit bubur halus masih utuh. Diagnosa ini menjadi prioritas kedua karena penulis memprioritaskan berdasarkan kebutuhan dasar manusia. Hal ini sesuai dengan batasan karakteristik adalah Mayor: individu tidak melaporkan atau mengalami: asupan makanan tidak adekuat kurang dari yang dianjurkan dengan atau tanpa penurunan berat badan, atau kebutuhan metabolik actual atau potensial dengan asupan yang lebih. Minor: Berat badan 10% sampai 20% atau lebih dibawah berat badan ideal untuk tinggi dan kerangka tubuh. Lipatan kulit trisep, lingkar lengan tengah dan lingkar otot lengan tengah kurang dari 60% standar pengukuran. Kelemahan otot dan nyeri tekan. Peka rangsang mental dan kekacauan mental, penurunan albumin serum, penurunan transferin serum atau penurunan kapasitas ikatan besi (Lynda Juall, 2006). 3. Resti infeksi berhubungan dengan adanya proses penyakit. Pengertian diagnosa resti infeksi adalah keadaan ketika seseorang individu beresiko terserang oleh agen patogenik atau oportunistik (virus, jamur, bakteri, protozoa, atau parasit lain) dari sumber-sumber eksternal, sumber-sumber endogen atau eksogen (Lynda Juall,2006).
24
Diagnosa muncul karena adanya ketidakadekuatan pertahanan utama (penurunan kerja silia, perlengketan sekret pernafasan), tidak adekuat pertahanan sekunder (adanya infeksi, penekanan imun), penyakit kronis, malnutrisi (Dongoes,2000). Adapun diagnosa ini ditegakan pada An A, karena pada data subyektif ibu mengatakan anaknya panas, data obyektif suhu 38,3C, nadi 124x/menit, WBC 11.900 U/I, klien rewel, klien menangis.
C. Intervensi Keperawatan 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret. Intervensi keperawatan yang dibuat mempunyai tujuan yang ingin dicapai yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah tidak ada gangguan dalam jalan nafas. Dengan kriteria hasil adalah Suara nafas bersih tidak ada ronkhi, Sekret di jalan nafas bersih, Klien tidak batuk, RR dalam batas normal 30 40 x/menit. Untuk mencapai hal tersebut maka dapat direncanakan tindakan yang akan dilakukan adalah kaji pola pernafasan rasionalnya adalah mengetahui jika ada sesak nafas, monitor tanda vital rasionalnya adalah memantau keadaan umum klien, anjurkan ibu klien untuk memberi banyak minum rasionalnya adalah membantu mengencerkan sekret, lakukan fisioterpi dada rasionalnya adalah membantu mengeluarkan sekret, kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi rasioalnya adalah menentukan terapi yang tepat (Dongoes, 2000).
25
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat. Berhubungan dengan diagnosa kedua yang muncul, maka tujuan yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam, tidak terjadi desisit nutrisi dan nutrisi pasien dapat terpenuhi, kriteria hasilnya adalah berat badan dalam batas normal, kebutuhan nutrisi terpenuhi, tidak terjadi muntah, nafsu makan kembali, turgor kulit baik, mukosa bibir lembab. Rencana tindakan yang akan dilakukan adalah kaji faktor penyebab mual muntah rasionalnya adalah penentuan faktor penyebab akan menentukan intervensi dan tindakan, berikan makanan sedikit dengan frekuensi sering rasionalnya adalah untuk menghindari mual dan distensi perut yang berlebih, berikan makan dalam porsi masih hangat dan semenarik mungkin rasionalnya adalah makanan hangat dan bentuk yang menarik dapat meningkatkan nafsu makan, timbang berat badan tiap hari rasionalnya adalah untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi, kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit rasionalnya adalah mengidentifikasi kebutuhan kalori/nutrisi. 3. Resti infeksi berhubungan dengan adanya proses penyakit. Dengan munculnya diagnosa ketiga tujuan yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam, infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil Suhu tubuh normal ( 36 - 37C), Lekosit dalam batas normal (4.8 10.8 (10U/I), tidak ada tanda-tanda infeksi. Untuk mencapai hal tersebut maka dapat direncanakan tindakan yang akan dilakukan adalah
26
observasi tanda vital rasionalnya adalah untuk mengetahui keadaan umum klien, pantau adanya tanda tanda infeksi yang lebih lanjut rasionalnya adalah untuk mengetahui adanya komplikasi dari penyakit yang sudah ada, kaji karakteristik sekret dan sputum rasionalnya adalah perubahan karakteristik sputum menunjukan perbaikan bronchitis atau terjadinya infeksi sekunder, jaga kebersihan mulut dan hidung rasionalnya mencegah timbulnya perkembangan mikroorganisme sehingga mencegah timbulnya infeksi yang baru, kolaborasi dalam pemantauan laboratorium rasionalnya adalah peningkatan lekosit sebagai tanda dari infeksi, kolaborasi dalam pemberian antibiotik dan antipiretik rasionalnya adalah terapi yang tepat mempercepat penyembuhan (Dongoes, 2000).
D. Implementasi Keperawatan 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret. Adapun tindakan yang dilakukan berhubungan dengan munculnya diagnosa keperawatan yang pertama yaitu mengkaji pola pernafasan hasilnya adalah S:- O: terdengar bunyi ronchi RR: 42x/menit, memonitor tanda vital hasilnya adalah S:- O: Nadi: 124x/menit, RR: 42x/menit, Suhu: 38,3C, , melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi hasilnya adalah S:- O: Obat oral masuk Ambroxol 30mg/ml. Intervensi yang tidak dilakukan adalah melakukan fisioterapi dada. Hal ini tidak dilakukan karena klien sering rewel.
27
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat. Adapun tindakan yang dilakukan berhubungan dengan munculnya diagnosa keperawatan yang kedua yaitu mengkaji faktor penyebab mual muntah hasilnya adalah S:- O: Ibu klien mengatakan anaknya muntah 2 kali, kemudian memberikan diit bubur halus sedikit dengan frekuensi sering hasilnya adalah S:- O: Klien masih tidak mau makan, menimbang berat badan tiap hari hasilnya adalah S:- O: Klien tampak menangis, BB: 6100 gram, selanjutnya adalah berkolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit bubur halus hasilnya adalah S:- O: Klien masih tidak mau makan. Semua intervensi dilakukan agar masalah nutrisi dapat teratasi serta mencegah komplikasi. 3. Resti infeksi berhubungan dengan adanya proses penyakit. Maka implementasi keperawatan yang dilakukan adalah
mengobservasi tanda vital terutama suhu S:- O: suhu 38,3C, memantau adanya tanda tanda infeksi yang lebih lanjut, mengkaji karakteristik sekret dan sputum, menjaga kebersihan mulut dan hidung, berkolaborasi dalam pemantauan laboratorium hasilnya adalah S:- O: WBC 11.900U/I, melakukan kolaborasi dalam pemberian antibiotik dan antipiretik hasilnya adalah S:- O: obat antibiotic cefotaxime 250mg masuk lewat selang IV dan obat antipiretik paracetamol 65mg masuk peroral.
28
Semua intervensi dilakukan agar masalah resti infeksi dapat segera teratasi serta mencegah komplikasi lebih lanjut.
E. Evaluasi 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret. Hasil evaluasi diagnosa yang pertama bahwa ibu klien mengatakan anaknya anaknya sudah tidak batuk. Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik dada bahwa sudah tidak terdengar bunyi nafas ronchi dan dilakukan pemeriksaan respiratory rate hasilnya adalah 34x/menit. Maka masalah dalam diagnosa pertama bersihan jalan nafas teratasi ditandai dengan tidak ada bunyi ronchi, tidak batuk, RR normal (30 40x/menit). Tindakan selanjutnya adalah mempertahankan intervensi pantau tanda vital terutama RR dan berikan obat Ambroxol Sirup 3 x 30 mg/ml. 2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat. Saat dilakukan evaluasi berhubungan dengan diagnosa yang ke dua, hasil evaluasi bahwa Ibu klien mengatakan berat badan anaknya naik, data obyektifnya berat badan 6200 gram, nukosa bibir lembab, klien sudah mau makan, porsi makan habis porsi, diit bubur halus, klien tidak muntah. Masalah perubahan nutrisi teratasi ditandai dengan berat badan meningkat,dan tidak mual muntah. Maka tindakan selanjutnya adalah timbang berat badan tiap hari, kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit bubur halus.
29
3. Resti infeksi berhubungan dengan adanya proses penyakit. Kemudian evaluasi dari diagnosa yang ketiga bahwa ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak demam, hal tersebut terlihat bahwa pada saat pengukuran suhu dengan menggunakan thermometer aksila hasilnya adalah 36,5C, dan klien terlihat tenang. Sehingga masalah infeksi teratasi ditandai dengan suhu klien normal. Kemudian evaluasi dari diagnosa ketiga adalah mempertahankan intervensi monitor TTV terutama suhu.
F. Diagnosa yang tidak muncul 1. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan hipoksemia Ketidakefektifan perfusi jaringan adalah keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami penurunan oksigenasi pada tingkat kapiler. Adapun batasan karakteristik dari diagnosa ini adalah Mayor: penurunan atau tidak ada denyut nadi arteri, perubahan warna kulit yang ditandai dengan pucat dan sianosis, penurunan tekanan darah. Minor: edema, perubahan dalam fungsi sensori dan motorik (Lynda Juall, 2006). Penulis tidak mengangkat diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan karena pada saat dilakukan tindakan pengkajian pada klien, penulis tidak menemukan adanya pucat dan sianosis pada klien. 2. Nyeri berhubungan dengan penekanan pada bronkus Nyeri adalah keadaan ketika individu mengalami dan melaporkan adanya ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi yang tidak
menyenangkan selama enam bulan atau kurang. Adapun batasan karakteristiknya adalah Mayor: pengungkapan tentang descriptor nyeri.
30
Minor: gangguan konsentrasi, gangguan pola tidur, rasa takut mengalami cidera tulang, mata terbuka lebar atau sangat tajam (Lynda Juall, 2006). Penulis tidak mengangkat diagnosa nyeri berhubungan dengan penekanan pada bronkus karena pada saat dilakukan tindakan pengkajian pada klien, klien belum bisa melaporkan adanya rasa nyeri. Penulis juga tidak menemukan data obyektif PQRST pada klien. 3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan reflek batuk Pengertian dari gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup yang diinginkan. Adapun batasan karakteristik dari diagnosa ini adalah Mayor: kesukaran untuk tidur. Minor: keletihan waktu bangun atau sepanjang hari, perubahan suasana hati, tidur sejenak sepanjang hari (Lynda Juall, 2006). Penulis tidak memunculkan diagnosi ini pada saat dilakukan tindakan pengkajian, pola tidur klien tidak bermasalah dan klien terbangun pada saat klien merasa kehausan dan mengompol saja.
31
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan tinjauan kasus yang telah penulis terapkan dalam melakukan Asuhan Keperawatan Bronkitis pada An A di Ruang Cempaka RSUD RAA Soewondo Pati, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pengkajian Keluhan utama yang muncul pada pengkajian yaitu klien batuk selama 4 hari, demam, tidak nafsu makan, muntah selama 2 kali, dan mencret 1 kali. Pemeriksaan fisik pada keadaan umum klien tampak lemah, tingkat kesadaran composmentis. GCS motorik berjumlah 6, verbal berjumlah 5, eyes berjumlah 4, total berjumlah 15. Suhu 38,3 C, Nadi 124 x/menit, Respiratory Rate 42 x/menit, Berat Badan 6100 gram, dan Tinggi Badan 64 cm. Pemeriksaan penunujang laboratorium yang di dapatkan Hb 9,2 g/dl, Ht 28,0 %. 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa yang muncul pada An A pada saat dilakukan asuhan keperawatan adalah Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret, Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, Resti infeksi berhubungan dengan adanya proses penyakit.
32
3. Intervensi Perencanaan untuk diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien sudah sesuai dengan intervensi yang terlampir. 4. Implementasi Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis sesuai dengan yang ada di dalam intervensi tetapi penulis memodifikasi. Selama dilakukan tindakan keperawatan, pasien bersikap kooperatif sehingga mempermudah kinerja penulis serta perkembangan kondisi pasien khususnya bersihan jalan nafas, nutrisi dan resti infeksi berjalan dengan baik. 5. Evaluasi Evaluasi yang didapatkan dari An A dengan diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret, masalah teratasi. Diagnosa nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, masalah teratasi. Diagnosa resti infeksi berhubungan dengan adanya proses penyakit, masalah teratasi.
B. Saran Saran dari penulis yang dapat disampaikan yaitu : 1. Diharapkan kepada perawat atau petugas medis lainnya supaya lebih meningkatkan persepsi dan pengetahuan dalam menanggulangi penyakit Bronchitis. 2. Dalam melakukan pengkajian dengan pasien Bronchitis, perawat diharuskan mempunyai sikap sabar, sopan, teliti dan mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas.
33
3. Diharapkan agar mahasiswa mendalami ilmu keperawatan, khususnya pada kasus Bronchitis, serta menerapkan tentang teori asuhan keperawatan Bronchitis yang didapat di institusi kepada pasien. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan Tugas Akhir Asuhan Keperawatan Bronchitis Pada An A di Ruang Cempaka RSUD RAA Soewondo Pati, masih banyak kekurangan baik dalam sistematika penulisan maupun isinya. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari pembaca, untuk kesempurnaan tugas akhir Asuhan Keperawatan Bronchitis Pada An A di Ruang Cempaka RSUD RAA Soewondo Pati.
34
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda J .(2006). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih Bahasa Yasmin Asih. Editor Monica Ester. Edisi 10. Jakarta : EGC Dongoes, Marillyn, E .(2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa I Made Karaiasa. Editor Monica Ester. Edisi 3. Jakarta : EGC Ngastiyah. (2006). Perawatan Anak Sakit. Editor Monica Ester. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Ploemacher. (2010). Data Statistik Penyakit Bronkhitis Di Belanda. Belanda
Samer. (2007). National Center for health Statistics America. Amerika Smeltzer, Suzanne C.(2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart. Edisi 8 Vol 1. Jakarta : EGC Data Rekam Medis RSUD RAA SOEWONDO Pati. (2011) Diklat RSI Sultan Agung Semarang. (2009) Pusat Statistik Nasional. (2006)
35